Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul “Empedu” yang


disusun oleh:
nama : Walny Nicha
NIM : 200106501004
kelas/kelompok : Kimia Sains/ I (satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka laporan
ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, 09 Oktober 2021


Koordinator Asisten, Asisten,

Andi Tenri Uleng, S.Pd Andi Tenri Uleng, S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof. Dr. Sudding.,M.Si i


NIP. 1960 123119 86011007
A. JUDUL PERCOBAAN
Empedu
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menentukan keadaan fisik empedu
2. Mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu.
3. Mengetahui zat warna pada empedu melalui test gmelin dan test smith.
4. Mengetahui kandungan asam empedu.
C. LANDASAN TEORI
Empedu diproduksi oleh hepar dan disimpan dalam kantung empedu.
Komposisi empedu terdiri atas air, garam anorganik, asam empedu, lesitin,
kolesterol, pigmen empedu seperti bilirubin, protein misalnya musin, dan
sneyawa hasil metabolisme seperti obat-obatan. Empedu mempunyai fungsi
emulsifikasi, netralisasi asam, dan eksresi. Garam empedu mempunyai
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan. Keadaan ini membuat
getah empedu mampu mengemulsi lemak dalam usus dan mampu melarutkan
asam-asam lemak (Handayani, dkk. 2019: 18).
Kandungan empedu terletak melekat pada permukaan bawah hepar
dibidang transpilorik pada sambungan lobus kanan dan kuadratus. Doudenum
dan kolon transversum terletak dibelakangnya. Kandungan empedu berfungsi
sebagai reservoar empedu dimana terjadi konsentrai biasanya didalamnya
terisi empedu sekitar 50 mL yang dikelurkan melalui duktus sistikus kemudian
melalui duktus biliaris komunis ke doudenum sebagai respons dari kontraksi
kandungan empedu yang terdiri dari fundus korpusi dan juga kolom yang
memiliki pintu ke daerah duktus, sebagai sumber pasokan darah kandungan
empedu (Faiz dan David, 2002: 41).
Pengamatan secara makroskopis, empedu berlendir dan lebih kecil,
empedu berwarna hijau pekat, berbantuk kantung bulat kecil, oval atau
memanjang dan berwarna hijau kebiru-biruan berfungsi untuk menampung
cairan empedu. Kantong empedu (vesica valea) bentuknya bulat bila empedu
berisi penuh, berwarna kehijau-hijauan, terletak pada bagian depan hati,
mempunyai saluran yang disebut duktus sistikus yang bermuara pada usus.
Daerah disekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval, atau
memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung
empedu yang untuk menampung cairan empedu yang akan disekresikan oleh
hati (Morina, dkk. 2017: 31).
Fungsi empedu dalam pencernaan salah satunya untuk menetralkan asam
lambung. Proses ini membantu enzim pencernaan untuk bekerja dengan baik
di suasana yang lebih netral. Enzim pencernaan yang berperan diusus halus
dapat bekerja optimal dalam kondisi basa sedangkan zat makanan yang masuk
ke usus memiliki sifat asam. Empedu memiliki sifat basa pH antara 7,5-8,05.
Sifat asam pada usus halus memicu pengeluaran hormon sekretin dari kelenjar
pankreas. Hormon akan merangsang empedu untuk menyerap air dan natrium
bikarbonat sehingga derajat keasaman atau pH empedu semakin tinggi
dibandingkan ketika dikantong empedu (Bolon, dkk. 2020: 99).
Dinding kantung empedu terdiri atas lapisan mukosa yang terdiri atas sel
epitel dan lamina propria, muskularis dan adventisia. Kantung empedu dekat
duktus sistikus, bagian epitel mengalami invaginasi ke dalam lamina proprin,
dan membentuk kelenjar tubuloasiner dengan lumen yang luas. Sel-sel
kelenjar ini yang mengsekresi mukus dan bertanggung jawab akan
pembentukan mukus yang terdapat dalam empedu. Empedu memiliki otot
polos tipis dan jaringan ikat yang menghubungkan permukaan kandungan
empedu ke hati. Sel-sel epitel empedu kaya akan mitokondria. Semua sel ini
mampu menyekresi sejumlah kecil mukus. Kelenjar mukosa tubulasioner yang
dekat dengan duktus sistikus berperan pada produksi sebagian besar mukus
yang terdapat dalam empedu. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding
yang tebal dari arteri hepatik (Morina, dkk. 2017: 32).
Empedu membantu optimalisasi kerja fungsi enzim pencernaan dengan
cara mentralisir sifat asam dan menciptakan kondisi basa yang membuat kerja
enzim pencernaan lebih optimal. Semakin asam sifat makanan yang masuk ke
dalam usus, maka makin banyak pula empedu yang disekresikan. Fungsi
empedu selanjutnya adalah dapat membantu mengemulsi lemak. Tidak semua
jenis lemak yang masuk ke dalam sistem pencernaan bisa langsung diserap
oleh usus. Tubuh membutuhkan zat yang mampu untuk menguraikan lemak
tersebut (Bolon, dkk. 2020: 99).
Cairan empedu mempunyai sebaran warna empedu yang bervariasi.
Varian warna ini memperlihatkan adanya variasi dalam metabolisme pigmen-
pigmen empedu. Tampak warna kuning cukup dominan baik pada hewan. Hal
ini mengindikasi keberadaan pigmen bilirubin yang dominan. Secara
makroskopik terlihat adanya warna biru gelap pada permukaan hati. idak ada
kolerasi antara jenis kelamin dan empedu (Ardia, dkk. 2015: 404).
Beberapa jenis zat mungkin dapat dengan mudah untuk diserap oleh tubuh
ketika mudah larut dalam air dan dalam bentuk partikel yang lebih kecil.
Empedu disini berfungsi untuk proses penyerapan lemak, termasuk juga dalam
proses vitamin. Vitmin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, vitamin D,
vitamin E dan Vitamin K (Bolon, dkk. 2020: 99).
Bilirubin berasal dari pemecahan heme akibat penghancuran sel darah
merah oleh sel retikuloenditel. Akumulasi bilirubin berlebihan dikulit sklera,
dan membran mukosa menyebabkan warna kuning yang disebut ikterus
Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancurna eritrosit setelah usia 120
hari oleh sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Globin akan
mengalami degradasi menjadi asam amino dan digunkan sebagai
pembentukan protein lain (Rosida, 2016: 126-127).
Dalam pemeriksaan klinis ikreus, pengukuran jumlah bilirubin serum
sangat bermanfaat. Metode untuk mengukur jumlah kandungan bilirubin
dalam serum pertama kali oleh van den Bergh dengan menerapkan uji Ehrlich
untuk bilirubin di urine. Reaksi ehrlich didasarkan pada penggabungan asam
sulfanilat terdiazotisasi (reagen diazo Ehrlich) dan bilirubin untuk
menghasilkan senyawa azo yang berwarna ungu kemerahan. Dalam prosedur
aslinya seperti yang diuraikan oleh Ehrlich, metanol digunakan untuk
menghasilkan larutan untuk melarutkan bilirubin dan reagem diazo. Bentuk
bilirubin yang bereaksi tanpa penambahan metanol dinamai bilirubin yang
bereaksi langsung (Murray, dkk. 2009: 299).
Empedu mengandung lebih dari 90% empedu adalah air yang
mengandung senyawa-senyawa organik seperti garam-garam empedu,
bilirubin, kolesterol, asam-asam lemak, dan lesitin. Senyawa-senyawa
anorganik dalam bentuk ion, seperti Na+, K+, Ca2+, Cl- dan HCO3-. Empedu
tidak mengandung enzim-enzim pencernaan. Garam-garam empedu, yaitu
natrium glikokolat dan natrium taurokolat yang masuk dalam usus halus
mempunyai dua peran, yaitu membantu mengemulsikan butir-butir lemak
sehingga butir-butir lemak ini dengan mudah dicerna oleh enzim lipase, dan
membentuk misel dengan asam lemak dan monosakarida hasil pencernaan
sehingga mudah larut karena empedu mudah larut bentuk ini akan mudah
teradsorbsi (Sumardjo, 2009: 19).
Penyait radang kandung empedu adalah peradangan pada dinding
kandung empedu akibatnya ada batu atau pasir empedu. Penyakit ini biasanya
disebabkan oleh pola makan yang kurang baik. Kandung empedu adalah organ
berbentuk buah pir kecil yang menyimpan cairan empedu yang dibuat hati
hingga diperlukan untuk mencerna lemak pada usus kecil (Olivia, 2015: 102).
Heme akan mengalami oksidasi dengan melepaskan karbon monoksida
dan besi menajdi biliverdin. Biliverdsin reduktase akan mereduksi biliverdin
menjadi bilirubin. Peningkatan bilirubin prehepatik sering disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlebihan. Peningkatan bilirubin akibat
kelainan hapatik berkaitan dengan penurunan kecepatan penyerapan bilirubin
oleh sel hati misalnya pada sindrom Gilbert, gangguan konjugasi bilirubin
karena kekurangan atau tidak ada enzim glukoronil transferase misalnya
karena obat-obatan (Rosida, 2016: 127).
Bilirubin terkonjugasi mencapai ileum menjadi terminal dan usus besar,
glukuronida dikeluarkan oleh enzim bakteri khusus dan pigmen tersebut
kemudian direduksi oleh flora feses menjadi sekelompok senyawa tetrapirol
tak berwarna yang disebut urobilinogen. Di ileum terminal dan usus besar,
sebagian kecil urobilinogen direabsorpsi dan diekskresi ulang melalui hati
sehingga membentuk siklus urobilinogen enterohepatik. Pada keadaan
abnormal terutama jika terbentuk pigmen empedu dalam jumlah berlebihan
atau terdapat penyakit hati yang menganggu siklus intrahepatik ini,
urobilinogen juga dapat dieksresikan ke urine. Sebagian besar urobilinogen
yang tak berwarna dan dibentuk di dalam kolon oleh flora feses mengalami
oksidasi disana menjadi urobilin (senyawa berwarna) dan diekskresikan di
dalam tinja (Murray, dkk. 2009: 299).
Pembuluh darah disekitar mengalami kerusakan yang menyebabkan
peningkatan premeabilitas dinding pembuluh darah, sehingga darah keluar.
Hal ini disebabkan karena banyaknya pembuluh darah perifer yang mengalami
kongesti akibat adanya pembuluh darah yang rusak dan darah yang
menggenang dijaringan. Kebengkakan disebabkan karena terbentuknya
jaringan ikat yang bersifat retraktif dan secara makroskopis hati membesar dan
tepi-tepi lobusnya tampak tumpuk (Ardia, dkk. 2015: 405).
Pasien diabetes mengalami perubahan metabolisme asam empedu.
Diabetes adalah penyakit kronis kompleks yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi glukosa. Agen pengkelat asam empedu adalah resin penukar yang
membantu pembentukan srnyawa kompleks (Regueiro, dkk. 2017: 17-18).
Pelepasan peptida usus dan rekreaksi pada manusia, peningkatan plasma serta
kinerja usus. Hal ini dikaitkan dengan gangguan fungsi pencernaan dalam
pada usus (Li, 2021: 7).
Asam empedu disintesis dihati dan jaringan lain seperti asam empedu
yang dihasilkan oleh bakteri usus. Fungsi empedu membantu sistem
pencernaan, absorbs lemak dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak. Pada
kerusakan sel hati maka hati akan gagal mengambil asam empedu sehingga
jumlah asam empedu meningkat. Asam empedu primer disintesis didalam sel
hati sedangkan asam empedu sekunder merupakan hasil metabolisme oleh
bakteri usus (Rosida, 2016: 128).
Dihati bilirubin dikeluarkan dari albumin dan diserap pada permukaan
sinusold oleh hepatoid suatu sistem yang diperantarai oelh suatu sistem karier-
perantara yang dapat jenuh. Sistem transpor terfasilitasi ini memiliki kapasitas
yang sangat besar, bahkan pada kondisi patologis sekalipun sistem ini masih
dapat membatasi laju metabolisme bilirubin. Sekresi bilirubin terkonjugasi ke
dalam empedu terjadi transfor aktif (Murray, dkk. 2009: 298).

Penyakit batu empedu termasuk dalam kategori silent disease, artinya


penyakit ini tertutup dan terkadang baru diketahui setelah agak lama. Batu
empedu tidak perlu pengobatan. Untuk batu empedu, jika tidak ditemukan
gejala maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa
dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan
berlemak. Karena gaya hidup yang tidak sehat, yang tidak melakukan diet,
yang tidak melakukan diet sehat serta jumlah aktivitas fisik harian yang
terbatas akan mempetinggi resiko terjadi batu empedu (Olivia, 2015: 3).
Empedu disekresikan secara terus menerus oleh hati dan melalui
pembuluh hepatikus disimpan dalam kandung empedu (visika valea) hingga
empedu tersebut dibutuhkan dalam usus halus. Asam klorida lambung yang
masuk ke usus halus merangsang dinding usus halus mengeluarkan hormon
kolesistokin, selanjutnya, hormon ini merangsang pengeluaran empedu dari
kandung empedu (Sumardjo, 2009: 18-19).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Piknometer 25 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 3 buah
d. Tabung reaksi 8 buah
e. Rak tabung reaksi 1 buah
f. Gelas ukur 10 mL 2 buah
g. Gelas ukur 25 mL 1 buah
h. Pipet tetes 8 buah
i. Penjepit tabung 1 buah
j. Jarum 1 buah
k. Corong 1 buah
l. Batang pengaduk 1 buah
m. Botol semprot 1 buah
n. Lap kasar 1 buah
o. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Empedu ayam
b. Larutan asam asetat 10% (CH3COOH)
c. Larutan perak nitrat 5% (AgNO3)
d. Larutan barium klorida (BaCl2)
e. Larutan amonium molibdat 5% ((NH4)2Mo7O24)
f. Larutan asam nitrat pekat (HNO3)
g. Larutan iod 0,5% dalam alkohol (I2)
h. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
i. Larutan sukrosa (C12H22O11)
j. Aquades (H2O)
k. Pereaksi mollisch
l. Indikator universal
m. Kertas saring
n. Label
E. PROSEDUR KERJA
1. Tes keadaan fisik empedu
a. Empedu diamati wujudnya.
b. Empedu yang ada dipecahkan dan cairannya dimasukkan ke dalam
gelas kimia.
c. Cairan empedu diamati warna dan bau dari empedu.
d. Keasaman empedu diukur dengan indikator universal.
e. Piknometer dicuci dan dikeringkan.
f. Piknomoter kosong ditimbang dineraca analitik.
g. Hasil penimbangan dicatat sebagai massa piknometer kosong.
h. Cairan empedu dimasukkan ke dalam piknometer lalu ditimbang lagi
dengan neraca analitik.
i. Hasil penimbangan dicatat sebagai massa piknometer tambah empedu.
j. Massa jenis empedu dihitung.
2. Tes kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu
a. Sebanyak 10 mL empedu diukur lalu dimasukkan ke dalam gelas
kimia.
b. Sebanyak 15 mL aquades ditambahkan ke dalam gelas kimia dan
ditambahkan sebanyak 1 mL asam asetat 10%.
c. Larutan campuran disaring dengan corong biasa dan kertas saring.
d. Filtrat hasil penyaringan dibagi ke dalam tiga tabung reaksi sebanyak 2
mL filtrat untuk tiap tabung.
e. Tabung diberi label, tabung 1 untuk uji klorida, tabung 2 untuk uji
sulfat, dan tabung 3 untuk uji fosfat.
f. Tabung 1 ditambahkan 15 tetes perak nitrat.
g. Tabung 2 ditambahkan 15 tetes barium klorida.
h. Tabung 3 ditambahkan 15 tetes amonium molibdat.
3. Tes zat warna empedu
a. Uji Gmelin
1) Sebanyak 1 mL empedu dilarutkan dengan 5 mL aquades
2) Sebanyak 3 ml empedu encer ditambahkan 3 mL asam nitrat pekat.
3) Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
b. Uji Smith
1) Sebanyak 3 mL empedu encer ditambahkan 10 tetes iod 0,5%
dalam alkohol.
2) Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
4. Tes kandungan asam empedu
a. Pengujian dengan sukrosa
1) Sebanyak 1 mL empedu ditambahkan 3 mL aquades.
2) Sebanyak 3 mL empedu encer ditambahkan 1 mL sukrosa
3) Sebanyak 3 mL asam sulfat pekat ditambahkan melalui dinding
tabung.
4) Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
b. Pengujian dengan pereaksi mollisch
1) Sebanyak 1 mL empedu ditambahkan 3 mL aquades.
2) Sebanyak 3 mL empedu encer ditambahkan 3 mL aquades.
3) Sebanyak 3 mL asam sulfat pekat ditambahkan melalui dinding
tabung.
4) Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Tes keadaan fisk empedu
No. Aktivitas Hasil
1.  Warna Hijau pekat
 Bau Amis
 Wujud Oval

 Derajat keasaman 8

 Massa jenis
Massa Piknometer kosong 15,756 gram

Massa Piknometer + empedu 42, 007 gram


m
Massa jenis
v
Massa = (42, 007 – 15,756)
= 26,251

m
gm
2. Tes kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu
No. Aktivitas Hasil
1.  10 mL empedu + 15 mL Larutan berwarna hijau dan
aquades encer
 larutan ditambahkan 1 mL
CH3COOH 10% Terdapat endapan hijau
 Disaring
Pengujian Endapan hijau
a. Uji klorida
2 mL filtrat + 15 tetes AgNO3 Larutan hijau
b. Uji sulfat
2 mL filtrat + 15 tetes BaCl2 Larutan hijau
c. Uji fosfat
2 mL filtrat + 15 tetes (NH4)2 Larutann hijau
Mo7O24
3. Tes zat warna empedu
No. Aktivitas Hasil
1.  Uji Gmelin
- 3 mL empedu + 15 mL H2O Berwarna hijau dan encer
- 3 mL empedu + 15 mL Terbentuk 3 lapisan
HNO3 - Lapisan atas hijau
- Lapisan tengah orange
- Lapisan bawah kuning
 Uji Smith
- 3 mL empedu + 10 tetes iod Larutan berwarna hijau
0,5% dalam alkohol
4. Tes kandungan asam empedu
No. Aktivitas Hasil
1.  1 mL empedu + 3 mL aquades + Terbentuk 2 lapisan:
1 mL sukrosa + 3 mL asam - Lapisan atas hijau
sulfat pekat - Lapisan bawah terdapat
endapan merah bata.
 1 mL empedu + 3 mL aquades + Terbentuk 2 lapisan:
1 mL pereaksi mollisch + 3 mL - Lapisan atas hijau tua
asam sulfat pekat - Lapisan bawah hijau agak
kekuningan
Ada cincin ungu saat
penambahan asam sulfrat
G. ANALISIS DATA
Diketahui : Massa piknometer kosong = 15,756 gram
Massa piknometer + empedu =42, 007 gram
Volume cairan empedu = 25 mL
Ditanyakan : Massa jenis empedu ( ) = ....?
Penyelesain : Massa = 42, 007 gram – 15,756 gram
= 26,251 gram
m
v

m
gm
H. PEMBAHASAN
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan. Empedu diproduksi oleh hepar dan disimpan dalam kantung
empedu. Komposisi empedu terdiri atas air, garam anorganik, asam empedu,
lesitin, kolestrol, juga pigmen empedu seperti bilirubin dan protein misalnya
musin (Handayani, dkk. 2019: 18).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan wujud empedu atau
keadaan fisik empedu yaitu warna, bau, derajat keasaman, dan massa jenis
empedu. Selain itu untuk mengetahui kandungan musin dan senyawa
anorganik dalam empedu, mengetahui pigmen empedu melalui uji gmelin dan
smith serta kandungan asam dalam empedu. Untuk mencapai tujuan itu, telah
dilakukan percobaan:
1. Tes keadaan fisik empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik empedu yaitu
warna, bau, derajat keasaman dan massa jenisnya. Empedu memiliki sifat
basa dengan pH antara 7,5-8,05 dan berwarna hijau. Empedu berbentuk
oval dan berbau amis, bau amis dari empedu disebabkan karena di dalam
darah terjadi pemecahan hemoglobin dan akan dialirkan ke hati dibagian
kantung empedu. Warna hijau pekat dari empedu merupakan perpaduan
zat biliverdin yang berwarna hijau dan bilirubin yang berwarna kuning
kecoklatan (Bolon, dkk. 2020: 99). Percobaan yang telah dilakukan
diperoleh empedu yang berwarna hijau pekat, berbentuk cairan kental dan
bentuk wujudnya oval. Adapun derajat keasaman empedu (pH) yang
diperoleh yaitu 8, hal ini menunjukkan percobaan yang dilakukan sesuai
dengan teori dimana menurut Bolon, dkk (2020: 99) menyatakan empedu
memiliki sifat basa dengan pH anatara 7,5-8,05.
Penentuan massa jenis empedu dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Piknometer merupakan alat untuk mengukur bobot jenis suatu
zat cair dengan kapasitas volume antara 10-50 mL. Prinsip dari piknometer
didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang pada suatu
larutan. Langkah awal yang dilakukan adalah mencuci piknometer dengan
air agar terbebas dari zat pengotor. Piknometer ditimbang saat piknometer
telah kering dari sisa-sisa air, hasil penimbangan dicatat dan didapatkan
hasil perhitungan massa jenis 1,05004 gram/mL secara teori empedu
terdiri atas 90% air sehingga berat jenis empedu berada diinterval nilai
1,008-1,030 gram/mL (Sumardjo, 2009: 19). Hal ini menunjukkan hasil
yang diperoleh telah sesuai dengan teori.
2. Tes kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu
Tes musin adalah tes yang bertujuan untuk mengendapkan musin yang
terdapat dalam empedu dan mengetahui adanya senyawa anorganik pada
empedu. Langkah awal yang dilakukan adalah mengencerkan empedu
dengan aquades agar dapat memudahkan pengamatan dalam analisis
kandungan empedu. Selanjutnya ditambahkan asam asetat untuk
mengendapkan musin sehingga dapat menghasilkan garam-garam empedu.
Endapan musin yang sudah terbentuk disaring untuk memisahkan cairan
empedu dari kotoran yang tertinggal. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi
tiga untuk dilakukan pengujian senyawa anorganik yaitu uji klorida, sulfat
dan fosfat. Adapun pengujian yang telah dilakukan untuk membuktikan
adanya senyawa anorganik dalam empedu adalah sebagai berikut:
a. Uji klorida
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya ion klorida
dalam empedu. Empedu direaksikan dengan perak nitrat (AgNO3).
Penambahan perak nitrat berfungsi mengikat ion klorida pada empedu.
Hasil pengamatan menunjukkan larutan berwarna hijau dan tidak ada
endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Bolon, dkk (2020)
yang menyatakan empedu mengandung senyawa anorganik ion
klorida. Hal ini disebabkan komponen garam anorganik yang tidak
terdapat dalam empedu yang mungkin disebabkan oleh jumlahnya
yang sedikit dalam empedu (Sumardjo, 2009: 19). Adapun reaksi yang
sesuai teori:
Cl-(g) + AgNO3(aq) AgCl(s) + NO3(g)
(ion klorida) (perak nitrat) (perak klorida) (nitrat)

b. Uji sulfat
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan ion sulfat
yang ada dalam empedu. Empedu direaksikan dengan barium klorida
yang berfungsi mengikat ion SO42- yang ada dalam empedu dan
membentuk endapan putih. Hasil percobaan larutan berwarna hijau dan
tidak ada endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa empedu tidak
ada endapan putih. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa empedu
tidak mengandung ion sulfat. Hal ini sesuai dengan teori Sumardjo
(2009: 19) yang menyatakan empedu tidak mengandung ion sulfat.
Adapun reaksinya:
SO42-(g) + BaCl2(aq) BaSO4(s) + 2 Cl-(g)
(ion sulfat) (barium klorida) (barium sulfat) (ion klorida)

SO42-(g) + BaCl2(aq)
(ion sulfat) (barium klorida)

c. Uji fosfat
Pengujian adanya fosfat dalam empedu dilakukan dengan
penambahan larutan amonium molibdat. Amonium molibdat berfungsi
untuk mengikat fosfat dan membentuk endapan kuning. Hasil
percobaan menunjukkan tidak terbentuknya endpaan kuning dan hanya
mengahsilkan larutan hijau. Hal ini menunjukkan ada fosfat dalam
empedu. Hal itu sudah sesuai dengan teori Sumardjo (2009: 19) yang
menyatakan empedu tidak mengandung ion fosfat. Adapun reaksi yang
terjadi sebagai berikut:

2 PO43-(g) + 3 (NH4)2Mo7O4(aq) 2 (NH4)PO4(s) + 3 Mo7O4(g)


(ion fosfat) (amonium molibdat) (amonium fosfat) (ion molibdat)
3-
2 PO4 (g) + 3 (NH4)2Mo7O4(aq)
(ion fosfat( (amonium molibdat)

3. Tes zat warna empedu


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat warna dalam empedu
yang dilakukan melalui tes gmelin dan tes smith. Tes gmelin dilakukan
untuk menguji adanya bilirubin dalam empedu sedangkan tes smith
dilakukan untuk mengetahui senyawa biliverdin dalam empedu. Adapun
uji yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tes Gmelin
Langkah awal yang dilakukan yaitu mengencerkan empedu
dengan aquades agar mempermudah pengamatan. Empedu encer
ditambahkan asam nitrat pekat untuk dapat mengidentifikasi zat warna
pada empedu yaitu bilirubin. Hasil percobaan menunjukkan
terbentuknya tiga lapisan. Lapisan atas berwarna hijau, lapisan tengah
berwarna orange dan lapisan bawah berwarna kuning. Hasil percobaan
yang diperoleh menunjukkan ada bilirubin yang berwarna orange
sampai kuning. Hasil percobaan yang diperoleh sudah sesuai teori
menurut Rosida (2016: 126-127) yang menyatakan empedu memiliki
pigmen bilirubin yang berwarna kuning. Reaksi yang terjadi pada
pembentukan warna dalam tabung reaksi menunjukkan telah sesuai
dengan teori. Adapun reaksi yang terjadi:
H5 C2 SH H5 C2 SH

H3 C C COOH (aq) + HNO3(aq) H3 C C COOH(aq) + NO3-(g)

NH2 (Asam nitrat) (Nitrat)


NH3
(Empedu) (Pigmen Bilirubin)
b. Tes Smith
Tes ini dilakukan penambahan iod dalam alkohol ke empedu
encer. Penambahan iod I2 berfungsi untuk dapat mengidentifikasi
adanya zat warna biliverdin didalam empedu. hasil percobaan
menunjukkan larutan berwarna hijau. Hal ini menunjukkan uji positif
bahwa empedu memiliki biliverdin yang berwarna hijau. Hal ini sesuai
teori Rosida (2016: 27) bahwa biliverdin berwarna hijau. Adapun
reaksi yang terjadi:
H5 C2 SH H5 C2 SH

H3 C C COOH (aq) + I2(aq) H3 C C COOH(aq) + I-(g)

NH2 (Iod) NH3 I (Iodida)

(Empedu) (Pigmen Biliverdin)


4. Tes asam empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam empedu
yang dilakukan dengan pengujian sukrosa dan pereaksi mollisch. Adapun
pengujian yang telah dilakukan sebagai berikut:
a. Pengujian dengan sukrosa
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam empedu
yang dilakukan dengan pengujian sukrosa. Langkah awal yang dilakukan
adalah mengencerkan empedu dengan aquades untuk memudahkan proses
pengamatan lalu ditambahkan larutan sukrosa yang berfungsi untuk
meningkatkan tegangan permukaan. Kemudian ditambahkan larutan asam
sulfat pekat untuk mempercepat reaksi dan berfungsi sebagai pereaksi
yang akan menghidrolisis ikatan glikosis. Hasil percobaan menunjukkan
larutan berwarna hijau dengan endapan merah bata. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa adanya kandungan asam dalam empedu (Rosida, 2016: 128).
CH2 OH CH2 OH CH2 OH
CH2 OH
O H O H
H O H
H O H
H2SO4
OH H OH H +
HO HO
HO O CH2 OH HO OH HO CH2 OH

H OH OH H OH OH
(Sukrosa) (Glukosa) (Fruktosa)
b. Pengujian dengan pereaksi mollish
Pengujian dengan pereaksi mollisch, langkah yang dilakukan yaitu
empedu encer ditambahkan dengan pereaksi mollisch yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan empedu dalam penyerapan lemak. Setelah
penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi mempercepat terjadinya
reaksi menunjukkan lapiran atas hijau tua dan lapisan bawah hijau, saat
penambahan terdapat cincin ungu. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Rosida (2016: 128) yang menyatakan larutan mengandung karbohidrat dan
ada senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi
senyawa furfural. Adapun reaksi yang terjadi:
O

OH HC CH C H3
O
HO O + H2SO4
HOH 2C O

(Karbohidrat) (Pereaksi Mollisch)


HO 3S
OH
OH
(Cincin furfural)

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Empedu merupakan cairan berwarna hijau pekat berbau amis,
berbentuk oval dan berisi cairan empedu yang kental, memiliki pH 8
dan massa jenis 1,05004 gram/mL.
b. Empedu mengandung musin dan senyawa anorganik yaitu ion klorida
c. Empedu mengandung pigmen bilirubin (hijau orange-kuning) melalui
tes gmelin dan pigmen biliverdin (hijau) melalui tes smith.
d. Empedu mengandung asam yang mampu menghidrolisis sukrosa
melalui tes dengan penambahan sukrosa terdapat endapan merah bata
dan membentuk cincin furfural bila direaksikan dengan pereaksi
mollisch karena terdapat cincin ungu.
2. Saran
a. Praktikan selanjutnya diharapkan agar teliti dalam mereaksikan tiap
bahan agar diperoleh hasil yang sesuai.
b. Praktikan selanjutnya diharapkan membaca banyak materi agar lebih
handal dalam penggunaan alat agar meminimalisir kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ardia, Eva Candra; Iwan Harjono Utama; Sri Kayati Widyastuti. 2015. Hubungan
Erat antara Warna Kuning Cairan Empedu terhadap Kebengkakan dan
Jaringan Ikat pada Hati Sapi Bali. Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 5.
No. 4. ISSN 2301-7848.

Bolon, Christina Magdalena T..; Deborah Siregar; Lia Kartika Agus Supiganto;
Sarida Surya Manurung; Yenni Ferawati Sitanggang; Nurhayanti Siagian;
Sarmaida Siregar; Rostinah Manurung; Fitriana Ritongga; Ratna Dewi;
Riama Marlyn Sihombing; Meriani Herlina; dan Noradina. 2020. Anatomi
dan Fisiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Bandung: Yayasan Kita
Menulis.

Faiz, Omar dan David Moffat. 2003. Anatomy at a Glance. Jakarta: Erlangga.

Handayani, Septi; Silvani Permatasari; Ervi Audina Munthe; Galih Indra


Permana; dan Agnes Frethernety. 2019. Buku Panduan Praktikum
Biokimia. PAsuruan: CV. Penerbit Media.

Li, Rumei; Sergio Andreu Sanchez; Folkest Kuipers; Jingyuan Fu. 2021. Gut
Microbiome and Bile Acids in Obesitiy-relates Diases. Best Practice and
Research Clinical Endocrinology and Metabolism. Vol. 25. No. 3.

Morina, Gina; Zainuddin; dan Dian Masyitha. 2013. Struktur Histologi Empedu
dan Pankreas Ikan Lele lokal (Claria Bathracus). Journal JIMVET. Vol. 1.
No. 2. ISSN 2540-9492.

Murray, Robert K.; Daryl K. Granner. dan Victor W. Rodwell. 2009. Biokimia
Harper. Jakarta: EGC.

Olivia, Femi. 2015. Jnagan Sepelekan Radang Empedu. Jakarta: PT. Gramedia.
Regurro, Jose Alberto Gonzales; Lidia Moreno-castaneda; Misael Uribe; dan
Norberto Carlos Chaves-Tapia. 2017. The Role of Bile Acids in Glucose
Metabolism and Their Relation with Diabetes. Annalls of Hepatology. Vol
16. No. 1.

Rosida, Azma. 2016. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati Patologi. Klinik


Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Lambung Mangkurat. Vol. 17.
No. 1.

Sumardjo, Damian. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai