Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGELOLAAN LABORATORIUM

NAMA : WALNY NICHA

NIM : 200106501004

PRODI : KIMIA SAINS

FAKULTAS FMIPA JURUSAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa, Karena atas
kehendak-Nyalah makalah kimia yang berjudul “Pertolongan Pertama (P3K)”
akhirnya mampu saya selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen mata kuliah pengelolaan laboratorium. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pertolongan Pertana (P3K) bagi para
pembaca dan juga penulis.

Dalam menyelesaikan makalah ini, saya tidak terlalu banyak mengalami


kesulitan, karena referensi yang didapatkan oleh saya sudah banyak tersedia baik
diinternet, ebook dan buku-buku yang bersangkutan dengan makalah ini, hal ini
dapat menambah pengetahuan penyusun dalam penyelesaian makalah ini. Selain
itu, penyusun pun mendapatkan berbagai bimbingan dari beberapa pihak yang
pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan


para pembaca tentang analisis berbagai senyawa organik. Semoga hasil makalah
ini mendapat manfaat yang baik.

Demikian sepatah kata pengantar yang bisa saya sampaikan dan bila ada
hal-hal yang kurang berkenan, saya minta maaf yang sebesar-besarnya, atas
perhatian Ibu saya ucapkan terimakasih.

Makassar, 18 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4
1.3 Tujuan Kegiatan ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Kegiatan .................................................................................... 4
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian P3K ....................................................................................... 5
2.2 Cara Melaksanakan P3K ......................................................................... 5
2.3 Kesalahan saat Memberikan P3K............................................................ 9
2.4 Bahan-bahan P3K di Laboratorium ........................................................ 11
2.5 Jenis-jenis Alat Pelindung ....................................................................... 12
2.6 Cara Penanganan Kecelakaan ................................................................. 13
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
3.2 Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium sangat penting dan perlu


perhatian khusus karena sangat terkait dengan kinerja dosen/peneliti maupun
mahasiswa. Semakin mencukupi tersedianya fasilitas keselamatan dan keamanan
kerja maka akan semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan yang terjadi pada saat kerja di laboratorium kimia itu merupakan
cerminan dari para pengguna, dan itu menjadi catatan untuk selalu meningkatkan
kewaspadaan ketika sedang bekerja di laboratorium.

Kata laboratorium berasal dari bahasa latin yang berarti “tempat kerja”. Dalam
perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti aslinya, yaitu “tempat
kerja” khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Laboratorium adalah suatu
ruanan atau kamar tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yan
ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta adanya infrastruktur
laboratorium yang lengkap adanya fasilitas air, listrik, gas dan sebagainya.

Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak diinginkan, tidak


terduga yang dapat menimbulkan kerugian material, disfungsi atau kerusakan alat
atau bahan, cidera, korban jiwa, kekacauan produksi. Kecelakaan dapat terjadi
dimana saja, kecelakaan dapat terjadi saat berkendaraan, di tempat kerja, di
penambangan, di kantor, di kebun, di sekolah maupun di rumah.

Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba
mengalami penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi
fisiologi atau akibat dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti
oksigen. Cedera juga dapat diartikan sebagai suatu kerusakan struktur atau fungsi
tubuh karena suatu atau tekanan fisik. Jika cedera terjadi maka harus segera
memerlukan tindakan pertolongan pertama.

1
2

Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah upaya pertolongan dan


perawatan secara sementara pada korban kecelakaan sebelum dibawa ke Rumah
Sakit, Puskesmas atau Klinik Kesehatan untuk mendapat pertolongan yang lebih
baik dari dokter atau paramedik (Jones dan Barlett, 2006). Pertolongan pertama
adalah perawatan segera yang diberikan pada orang yang mengalami cedera atau
sakit mendadak. Tidak hanya dapat menyelamatkan hidup seseorang, kualitas
pertolongan pertama juga dapat mengurangi kecatatan dan perawatan dirumah
sakit. Pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang
sempurna, tetapi hanya berupa pertolongan pertama yang dilakukan oleh yang
pertama kali melihat korban (Pfeiffer, 2012).

P3K sendiri merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita
hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka
mental kita tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya.
Sebaliknya jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar
kita akan melakukan pertolongan yang salah pada korban. Sebagai seorang
pecinta alam, materi ini penting untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali
tidak dapat diduga dan sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita
harapkan. Sedangkan tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk
dijangkau. Maka satu-satunya pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan
sementara pada korban kerumah sakit atau dokter terdekat.

P3K tidak menggantikan usaha pertolongan medis oleh yang berwenang, akan tetapi
hanya secara sementara (darurat) membantu penanganan korban sampai tenaga medis
diperlukan, didapatkan atau sampai ada perbaikan keadaan korban. Bahkan sebagian
besar kecelakaan atau kesakitan hanya memerlukan pertolongan pertama saja. Salah satu
tempat yang cukup rentan terjadi kecelakaan adalah di Laboratorium. Seperti yang kita
ketahui, Laboratorium khususnya yang berisi bahan-bahan kimia dan larutan zat-zat yang
beragam juga beresiko membuat Anda mengalami kecelakaan ketika sedang melakukan
percobaan atau praktik.

Pemerintah mengatur pelaksanaan P3K di tempat kerja dalam peraturan


perundangan. Pada Pasal 3 ayat (1) huruf (e) Undang-Undang No.1 Tahun 1970
3

tentang Keselamatan Kerja disebutkan bahwa “Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi pertolongan pada
kecelakaan”. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya peraturan pelaksanaan
yang khusus mengatur tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Maka
pada tahun 2008 Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:
Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat
Kerja.

Pasal 2 ayat (1) dan (2) Permenakertrans No.Per.15/Men/VIII/2008


menyebutkan bahwa “Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas
P3K di tempat kerja” serta “Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja”.
Hal ini menunjukkan adanya kewajiban bagi pihak perusahaan/tempat kerja untuk
melaksanakan P3K sekaligus menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di
tempat kerjanya untuk memberikan perlindungan kepada pekerja saat kecelakaan
terjadi.

Upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan


sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik.
Bahan kimia korosif cair dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi
langsung dengan kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein pada kulit atau
akibat gangguan kesetimbangan membran dan tekanan osmosa pada kulit
sedangkan bahan kimia korosif padat amat bergantung pada kelarutan zat pada
kulit yang lembab (Soemanto, 1990).

Upaya pertolongan pertama terhadap korban yang terkena bahan kimia


berbahaya sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Tujuan P3K adalah
mencenah bertambah parahnya luka serta komplikasi seperti kecacatan atau
infeksi penyerta akibat terkena bahan kimia yang berbahaya.
4

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan P3K?
b. Bagaimana cara melaksanakan P3K?
c. Apa kesalahan yang sering terjadi saat memberikan P3K?
d. Apa saja bahan-bahan P3K di laboratorium?
e. Apa saja jenis-jenis alat pelindung diri?
f. Bagaimana cara penanganan kecelakaan di laboratorium kimia?
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan P3K
b. Untuk mengerti bagaimana cara melaksanakan P3K
c. Untuk mengetahui kesalahan yang sering terjadi saat memberikan P3K
d. Untuk mengetahui bahan-bahan P3K di laboratorium
e. Untuk mengetahui jenis-jenis alat pelindung diri
f. Untuk mengetahui cara penanganan kecelakaan
1.4 Manfaat
a. Memahami apa yang dimaksud dengan P3K
b. Mengerti bagaimana cara melaksanakan P3K
c. Mengetahui kesalahan yang sering terjadi saat memberikan P3K
d. Mengetahui bagaimana bahan-bahan P3K di laboratorium
e. Mengetahui jenis-jenis alat pelindung diri
f. Mengetahui cara penanganan kecelakaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian P3K
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan
dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat
pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti
pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang
sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh
petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat
korban.
Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan
P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan
dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K
dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan
menimbulkan kematian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita
harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk
pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan
yang dibutuhkan.
B. Cara Melaksanakan P3K
Sebelum melaksanakan Tindakan P3K maka perlu dilakukan tahapan
awal sebelum P3K yaitu:

1. Penolong mengamankan diri sendiri (memastikan penolong telah aman


dari bahaya)
2. Amankan Korban (evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang
lebih aman dan nyaman.
3. Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya
korban baru.

5
6

4. Usahakan Menghubungi Tim Medis


5. Lakukan tindakan P3K
a. Prioritas dalam P3K
Urutan tindakan secara umum:

1. Cari keterangan penyebab kecelakaan.


2. Amankan korban dari tempat berbahaya.
3. Perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan,
pendarahan dan kesadaran.
4. Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang
tersedia.
5. Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita
melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat)
terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu
kondisi dimana korban dalam keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak
ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa terselamatkan.

b. Pelaksanaan P3K
1) Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan
jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa
sakit, dan mencegah cacat serta infeksi.
Macam-macam pembalutan:
a) Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur
(mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan
cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar
yang panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2
buah pembalut segitiga.
b) Pembalut Plester
7

Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik


(patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah
yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua
belah pinggir luka agar lekas tertutup).
c) Pembalut Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan
pembalut gulung. Indikasi Pembalutan adalah untuk Menghentikan
pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang rasa
nyeri.
2) Pernafasan Buatan
Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung
paru (RJP) intinya adalah melakukan oksigenasi darurat. Dilakukan
pada kecelakaan: Tersedak, Tenggelam, Sengatan Listrik, Penderita
tak sadar, Menghirup gas dan atau kurang oksigen, Serangan jantung
usia muda, henti jantung primer tejadi.
Fase RJP:
A = Airway control (pengeuasaan jalan napas),
B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat)
C = Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi).
3) Pembiadaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan
(fiksasi) tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang
berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai:
a) Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
b) Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
c) Bidai dibungkus agar empuk.
d) Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh
tapi jangan kelonggaran.

Alat-alat bidai:

1. Papan, bamboo, dahan


8

2. Anggota badan sendiri


3. Karton, majalah, kain
4. Bantal, guling, selimut
4) Evakuasi dan Transportasi
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang
sederhana di lakukan di daerah – daerah yang sulit dijangkau dimulai
setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan
perawatan darurat selama perjalanan.
Cara pengangkutan korban:

1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual


Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek
dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban
maksimal 4 orang.
2. Pengangkutan dengan alat (tandu)
Rangkaian pemindahan korban:
a. Persiapan,
b. Pengangkatan korban ke atas tandu,
c. Pemberian selimut pada korban
d. Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau
cedera.
Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:

1. Pengangkatan korban
Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok;
gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin
dengan tubuh korban.
2. Sikap mengangkat
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari
cedera.
3. Posisi siap angkat dan jalan
9

Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi
dari kaki, kecuali;
 Menaik, bila tungkai tidak cedera,
 Menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
 Mengangkut ke samping,
 Memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
 Kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.
C. Kesalahan saat Memberikan P3K
Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K - Pengertian P3K
adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban
dibawa ke rujukan, sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah pemberian
pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar, yaitu suatu tindakan perawatan yang
didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang
awam khusus yang dilatih memberikan pertolongan pertama. Kesalahan Yang
Sering Terjadi dalam Tindakan P3K Menurut Christopher P. Holstege, M.D.
yang sering kita lakukan adalah:

1. Menoreh bekas luka gigitan hewan berbisa


Menoreh luka bisa memutuskan tendon, urat syaraf dan
meningkatkan resiko terkena infeksi. Sebaiknya cukup buat ikatan pada
luka dengan disertai bidai atau ranting lalu segera bawa ke rumah sakit.
2. Mengoles mentega pada luka bakar
Tindakan tersebut dapat menyulitkan tindakan lebih lanjut oleh
dokter dan menngkatkan resiko terkena infeksi pada luka bakar. Cukup
dinginkan luka dengan air dingin, jaga kebersihan luka, dan menutupnya
dengan kain bersih. Jangan memecahkan atau mengorek bagian luka
yang melepuh. Luka bakar dengan kondisi melepuh yang parah harus
segera dibawa ke rumah sakit.
10

3. Menghentikan pendarahan dengan membuat ikatan yang bisa


dikencangkan dan dilonggarkan (torniquet) diatas luka yang
mengalami pendarahan.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan rusaknya jaringan di daerah
luka dan sekitar luka. Tindakan yang benar untuk mengentikan
pendarahan adalah menutup luka langsung dengan kain kasa atau kain
yang bersih kemudian dibalut dengan rapi dan cukup kencang. Bawa
segera ke rumah sakit apabila pendarahan tidak berhenti, luka tetap
menganga, terinfeksi atau luka disebabkan oleh gigitan hewan berbisa.
4. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau
patah tulang
Tindakan tersebut berpotensi menyebabkan kondisi bengkak bahkan
membuat proses penyembuhan menjadi makin lama. Tindakan yang
benar adalah dengan meletakan es pada bagian tubuh yang keseleo, otot
tegang, atau patah tulang selama 10 menit dan biarkan tanpa es selama 10
menit dan seterusnya setiap 10 menit. Lakukan hal tersebut selama 1-2
hari.
5. Memindahak korban tabrakan dari dalam mobil ke tempat lain
Tindakan tersebut malah berpotensi menebabka luka lebih arah.
Pada kasus kecelakaan sepeda motor, membuka helm korban malah
berpotensi menyebabkan lumpuh atau bahan kematian. Apabla kondisi
mobil/ motor yang mengalami kecelakaan tersebut tidak terbakar atau
kondisi berbahaya lainnya, biarkan korban hingga datangnya tim medis.
6. Mengucek mata ketika ada benda masuk ke mata
Tindakan tersebut bisa menyebabkan luka pada mata. Tindakan yang
benar adalah dengan mencuci mata melalui air yang mengalir.
7. Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat
kedinginan atau tubuhnya mulai membeku. Bahkan pada kondisi
dimana jari jari sudahmulai membeku, terkadang langsung
direndam pada air panas.
11

Tindakan tersebut bisa menyebabkan hal yang membahayakan


tubuh. Tidakan yang benar adalah cukup dengan mengunakan air yang
cukup hangat atau menggunakan uap yang kering.
8. Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam
Alkohol bisa menyerap kedalam tubuh dan menyebabkan keracunan
terutama pada anak anak. Tindakan yang benar adalah gunakan
acetaminophen atau ibuprofen atau segera bawa ke dokter atau rumah
sakit untuk demam yang sangat tinggi.
D. Bahan-bahan P3K di Laboratorium
Cedera atau luka bisa terjadi secara tiba-tiba dan penanganannya pun harus
cepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Itulah mengapa kotak P3K
sangat diperlukan. Bahan-bahan P3K di Laboratorium Kimia :
1) Alcohol 70% dan 90%
2) Air kapur
3) Asam asetat 1% dan 5%
4) Bubur magnesia
5) Salep butesin
6) Mineral dan olive oil
7) Na Bikarbonat bubuk
8) Na Bikarbonat 5%
9) Asam borat 4%
10) Iodium tincur 2%
11) Universal antidote
12) Deocologne
13) Plester
14) Pembalut berperekat
15) Pembalut steril
16) Perban gulung
17) Perban segitiga
18) Kain kasa
19) Pinset
12

20) Gunting
21) Peniti
22) Obat luka baru
23) Minyak penghangat badan
24) Obat sakit kepala ringan
E. Jenis-jenis Alat Pelindung

Gambar 1. Alat Pelindung Badan

1) Apron (Celemek)

Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung


tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek
sering digunakan dalam proses persiapan bahan-bahan kimia dalam
produksi seperti Grease, Oli, Minyak dan Adhesive (perekat). 

a. Alat Pelindung Anggota Badan

Gambar 2. Alat Pelindung Anggota Badan


13

1) Sarung Tangan (Hand Glove)

Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk


melindungi tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan
akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya
dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang
agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung
tangan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi


tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi
tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi
tangan dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat
dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan
tinggi.

2) Sepatu Pelindung (Safety Shoes)

Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang


digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda
tajam seperti kaca ataupun potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik.
Sepatu Pelindung terdiri dari baja diujungnya dengan dibalut oleh karet
yang tidak dapat menghantarkan listrik. Sepatu Pelindung wajib digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.

F. Cara Penanganan Kecelakaan


Kecelakaan atau cedera dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan siapa
saja. Menurut Andun Sudijandoko (2000: 29) dalam melakukan pertolongan
dan penangan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui bagian badan yang
terkena cedera dan beratnya cedera tersebut. Secara umum, pasien tidak
14

diperkenankan melakukan kegiatan olahraga seperti biasa samapai kelainan


tersebut betul-betul membaik, dan dapat menggerakkan tubuh dengan nyeri
yang minimal. Perlu sekali diingat bahwa bagian besar penyebab cedera
tulang adalah akibat melakukan aktivitas sebelum waktunya. Olahraga adalah
merupakan kegiatan yang rutin dilakukan untuk menjaga kebugaran tubuh,
baik berupa jalan kaki, lari, senam dan berbagai bentuk olahraga yang lain.
Dari kegiatan olahraga tersebut bisa terjadi cedera, baik karena jatuh,
benturan ataupun salah gerak. Cedera tersebut bisa terjadi berupa strain
maupun sprain. Sprain adalah robekan atau peregangan dari suatu otot,
ligamen dan sendi, sedang strain adalah suatu kondisi nyeri pada otot yang
disebabkan karena adanya tarikan yang berlebihan dari otot tersebut.
Menurut Andun Sudijandoko (2000: 31) cedera tersebut ditandai dengan
adanya sara sakit, pembengkakan, kram, memar, kekakuan dan adanya
pembatasan gerak sendi serta berkurangnya kekuatan pada daerah yang
mengalami cedera tersebut. Sebelum ke rumah sakit, pertolongan pertama
yang dapat dilakukan adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita,
untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan
hidupnya. Setelah diketahui tidak ada hal membahayakan jiwanya maka
dilanjutkan upaya RICE, yaitu:

1. Rest, yaitu mengistirahatkan anggota tubuh yang terkena cedera agar


tidak menambah luas cedera tersebut.
2. Ice, yaitu memberi kompres dingin pada bagian tubuh yang terkena
cedera dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit dan dingin akan
membantu menghentikan pendarahan.
3. Compression, yaitu memberikan balutan tekan pada anggota tubuh
yang cedera dengan tujuan untuk mengurangi pembengkakan.
4. Elevation, yaitu meninggikan anggota tubuh yang cedera untuk
mengurangi pembengkakan. Ketika mengalami cedera baru dihindari.
5. Harm, yaitu
H: Heat, pemberian panas pada bagian cedera justru akan
meningkatkan pendarahan.
15

A: Alcohol, akan meningkatkan pembengkakan.


R: Running, terlalu dini akan memperburukcedera.
M: Massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan
merusak jaringan.
Pertolongan pertama adalah sebuah pemberian perawatan yang di
perlukan untuk sementara waktu. Seperti prtolongan pada:

a) Pendarahan

Ganbar: 3. Pertolongan pada pendarahan

Pendarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari


trauma pukulan, tendangan atau terjatuh (Hardianto Wibowo, 1995:39)

Cara menghentikan pendarahan, yaitu dengan mempergunakan bahan


lembut apa saja yang dimiliki saat itu seperti sapu tangan atau kain yang
bersih. Lalu tekankan pada bagian tubuh yang mengalami pendarahan
dengan kuat. Kemudian ikatlah sapu tangan baju atau apa pun agar sapu
tangan yang digunakan tetap menekan luka sumber pendarahan. Letakkan
bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya kecuali kalua
keadaannya tidak memungkinkan.

b) Keseleo atau terkilir

Menurut Iskandar Junaidi (2011: 109) keseleo merupakan kecelakaan


yang paling sering terjadi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
16

dalam berolahraga. Keseleo disebabkan adanya hentakan yang keras


terhadap sebuah sendi tetapi dengan arah yang salah atau berlawanan
dengan alur otot. Akibatnya, jaringan pengikat antar tulang (ligament)
robek. Robekan ini diikuti oleh pendarahan dibawah kulit, menggumpal di
bawah kulit dan menyebabkan terjadinya pembekakan, rasa nyeri, serta
sendi sulit digerakan. Bagian tubuh yang sering mengalami keseleo pada
saat berolahraga antara lain:

1) Pergelangan kaki

Gambar: 2. Keseleo pada pergelangan kaki

Menurut Iskandar Junaidi (2011: 109) keseleo atau terkilir paling


banyak terjadi pada pergelangan kaki biasanya terkilir kearah mendalam.
Akibat yang sering terjadi adalah ligament antara tulang betis dan tulang
kering. Tindakan pertolongan sebagai berikut.

a. Apabila tidak ada patah tulang, tindakan pertama ditempat


kecelakaan dilakukan dengan mengendorkan tali sepatu korban dan
balutlah pergelangan kaki dengan pembalut
b. Untuk 24 jam pertama merendam atau mengompres kaki yang cedera
didalam air dingin atau es selam 30 menit beberapa kali sehari.
Setelah itu untuk jam ke-25 atau hari berikutnya, merendam kaki
dengan air panas beberapa kali sehari.
c. Tekanlah bagian kaki dengan lembut atau dibalut dengan
menggunakan spon untuk mencegah kebengkakan dan menahan
pendarahan
d. Setalah direndam air es, pergelangan kaki tersebut dibalut dengan
pembalut yang menekan. Pembalut tekan ini dikenakan mengelilingi
17

pergelangan kaki. Untuk menambah tekanan, diantara pembalut dan


tempat pembengkakan diselipkan bantalan spon. Dalam 24 jam
pertama penderita tidak boleh menggunakan kakinya yang cedera
untuk menahan berat badan. Korban harus isrirahat dangan kaki yang
cedera diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh setelah 36-48 jam.
Untuk mengurangi rasa sakit atau pembengkakan dapat diberikan
obat gosok, balsam atau sinar infra merah. Akan tetapi obat tersebut
tidak boleh digunakan langsung ditempat yang cedera malainkan
ditempat yang lebih atas lagi. Pemijatan tidak boleh dilakukan
ditempat yang cedera karena dapat menambah pendarahan
2. Pergelangan tangan

Gambar: 3. Keseleo pergelangan tangan

Menurur Iskandar Junaidi (2011: 111) pergelangan tangan dapat terkilir


karena mengangkat beban berat secara mendadak atau melakukan suatu
yang belum biasa. Tindakan pertolongan bila terjadi cedera yaitu:

a) Jika tidak ada patah tulang maka tindakan pertama ialah sama dengan
tindakan tindakan dalam mengatasi keseleo pergelangan.
b) Merendam tangan ke dalam air dingin atau es selam 30 menit
kemudian berikan balutan yang menekan.
c) Istirahatkan tangan yang sakit dengan jalan menggantungkan ke
Pundak.
18

3. Jari tangan

Gambar: 4. Keseleo pada jari tangan

Menurut Iskandar Junaidi (2011: 112) tindakan pertolongan bila jari


tangan mengalami cedera, yaitu tindakan pertolongan seperti tindakan
pada keselo pada pergelangan kaki.

4. Sendi siku

Menurut Iskandar Junaidi (2011: 113) apabila sebuah pukulan keras


mengenai siku ketika lengan rentang lurus, ada kemungkinan siku akan
terkilir. Untuk mengetahui yaitu dengan cara bagian siku ditekuk 90
derajat dan korban diminta mengerak-gerakan jari-jari serta pergelangan
tangannya. Apabila ia merasa nyeri di tepi luar dan dalam sendi siku, maka
siku mengalami terkilir. Tindakan pertolongan yang harus dilakukan yaitu:

Gambar: 5. cedera persendihan siku

a. Kompres dengan air dingin atau es selam 30 menit kemudian dibalut


dengan siku tertekuk 90 derajat dan digantungkan keleher.
b. Pemijitan boleh dilakukan setelah pembekakan mereda. Sesudah
sembuh, untuk sementara waktu tidak diperkenankan melakukan
olahraga berat
19

5. Sendi lutut

Gambar: 6. cedera sendi lutut

Menurut Iskandar Junaidi (2011: 113) Karena susnanya uang kompleks,


cedera pada sendi lutut dapat menimbulkan berbagi masalah komplikasi,
seperti terkilir, tulang rawan terpeleset atau pecah tempurung lututnya.
Apabila sudah terjadi pembengkakan, diagnose yang pasti hanya dapat
dilakukan dengan pemeriksaan rongen (sinar X). Untuk tindakan
pertolongan bila tidak ada tanda-tanda retak, diperlukan seperti terkilir
pada umumnya. Tindakan pertolongan yaitu: Kompres es selama 30 menit,
lalu berikan balutan yang menekan (kalau perlu di lapisi dengan spons
diatas dan di kiri dan kanan tempurung lutut) kemudian diistirahatkan.

6. Kejang otot (Kram)

Gambar: 7. kejang otot

Menurut Iskandar Junaidi (2011: 127) kram atau kejang otot dapat
terjadi karena keletihan, dapat pula karena dingin atau karena panas.
Tindakan pertolongan yaitu:
20

a. Kejang otot karena letih dapat diatasi dengan meregangkan otot


tersebut. Bila kram terjadi
b. di betis berdirilah dengan bertumpukan dengan jari-jari kaki
(berjinjit) dan kemudian
c. sentakan tumit kebawah.
d. Dapat juga menolong dengan melemaskan tungkai yang mengalami
kejang dan memijat
e. otot yang kejang itu kearah jantung
f. Kejang otot pada saat berenang dapat diatasi dengan jalan menarik
lutut ke dada sambil
g. dada berusaha mengapung dan memijit otot yang kejang.
1. P3K Pada Keracunan
Keracunan adalah kondisi yang disebabkan oleh menelan, mencium,
menyentuh, atau menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun,
atau gas.

a. Pertolongan pertama untuk keracunan

Pertolongan pertama untuk keracunan berbeda-beda, cara mengobati


seseorang yang mungkin keracunan tergantung pada:

 Gejala yang ditampakkan korban


 Usia korban
 Apakah anda tahu jenis dan jumlah zat yang menyebabkan keracunan

Jika Anda mencurigai ada potensi keracunan pada seseorang atau pada
diri Anda sendiri, hubungi Halo BPOM di 1500533 atau hubungi Sentra
Informasi Keracunan (SIKer) di daerah Anda. SIKer adalah sumber terbaik
untuk informasi tentang keracunan, dan di banyak kondisi, dapat
menganjurkan bahwa perawatan di rumah sudah mencukupi. Nomor
telpon SIKer nasional dan daerah.
21

b. Gejala keracunan yang sering terjadi

Gejala keracunan dapat menyerupai kondisi lainnya, seperti kejang,


mabuk alkohol, stroke, dan respon insulin. Tanda-tanda dan gejala
keracunan bisa meliputi:

 terbakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir


 napas berbau seperti bahan kimia, seperti bensin atau pengencer cat
 muntah
 gangguan pernapasan
 mengantuk
 linglung (gegar otak) atau masalah perubahan mental lainnya

Jika Anda mencurigai keracunan, waspadalah terhadap tanda-tanda


seperti botol atau kemasan pil yang kosong, pil yang bertebaran, dan luka
bakar, noda, dan bau pada korban atau benda di dekatnya. Pada anak-anak,
periksa kemungkinan bahwa ia mungkin telah menempelkan koyo obat
atau menelan baterai kecil.

c. Pertolongan Pada Keracunan

Lakukan hal berikut sambil menunggu pertolongan datang:

 Untuk racun yang ditelan: Singkirkan apapun yang masih berada


dalam mulut korban. Jika racun yang diduga merupakan pembersih
rumah atau bahan kimia lainnya, bacalah label wadah dan ikuti
panduan untuk keracunan yang tidak disengaja.
 Untuk racun yang tersentuh kulit: Singkirkan pakaian yang
terkontaminasi dengan menggunakan sarung tangan. Cucilah kulit
selama 15 sampai 20 menit di air yang mengalir.
 Untuk racun yang kena mata: Bilaslah mata dengan air bersuhu
sejuk atau suam-suam kuku selama 20 menit atau sampai pertolongan
22
datang.

 Untuk racun yang dihirup hidung: Bawalah korban ke udara segar


sesegera mungkin.
 Jika korban muntah, miringkan kepalanya ke samping untuk
mencegah tersedak.
 Jika korban tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti
tidak bergerak, bernapas, atau batuk, segera lakukan resusitasi jantung
(CPR).

2. P3K Pada Luka Bakar

Luka bakar yang dialami seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Luka bakar ringan


Luka bakar ringan bisa disebut dengan luka bakar derajat 1 yang
memiliki ciri luas area luka tidak lebih dari 8 centimeter (cm). Selain
itu, luka jenis ini hanya meliputi kulit bagian paling luar dan dianggap
tidak serius. Gejala yang muncul, biasanya seperti rasa sakit,
kemerahan, dan bengkak. Contoh luka bakar derajat pertama yaitu luka
bakar pada permukaan kulit yang terbakar sinar matahari secara
langsung.

 Luka bakar sedang


Luka bakar sedang adalah luka bakar derajat 2 yang memiliki ciri kulit
melepuh, sangat perih dan kemerahan. Luka bakar jenis ini
memerlukan perawatan medis darurat, terutama jika luka bakar meluas
di area penting, seperti wajah, tangan, bokong, selangkangan atau paha
dan kaki. Sebagian luka bakar derajat 2 membutuhkan waktu
penyembuhan lebih dari tiga minggu.
 Luka bakar berat
Luka bakar berat atau luka bakar tingkat 3 termasuk luka bakar yang
serius, karena merusak seluruh lapisan kulit dan lemak, bahkan bisa 23
sampai ke otot dan tulang. Korban kebakaran yang mengalami luka
bakar berat dapat mengalami keracunan karbon monoksida, sesak
napas atau kulit yang terbakar hangus.

a) Cara Mengatasi Luka Bakar Ringan

Luka bakar ringan umumnya dapat ditangani sendiri di rumah,


namun harus dilakukan dengan cara yang benar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat memberikan pertolongan pertama pada luka bakar
ringan adalah:

 Luka bakar perlu didinginkan untuk meredakan rasa perih. Anda


bisa letakkan handuk yang sudah dibasahi air dingin pada luka.
 Hindari memecahkan luka yang melepuh karena berisiko
menyebabkan infeksi.
 Cuci dengan air bersih mengalir jika ada luka lepuh yang pecah
dengan sendirinya.
 Jika rasa sakit terasa tidak tertahankan, penderita dapat
mengonsumsi obat pereda rasa sakit, seperti paracetamol, atau obat
antinyeri lainnya sesuai anjuran dokter.

b) Penanganan Luka Bakar Sedang

Penanganan luka bakar sedang di rumah umumnya hampir sama


dengan luka bakar ringan. Hanya saja, pada kondisi tertentu, luka
bakar sedang sebaiknya diperiksakan ke dokter.

Berikut ini adalah penanganan luka bakar sedang:


 Dinginkan area luka bakar dengan handuk selama kurang lebih 15
menit.
 Hindari memecahkan luka yang melepuh karena berisiko
menyebabkan infeksi.
 Periksakan diri ke dokter jika terdapat luka lepuh yang cukup
24
besar, jika luka bakar cukup luas, atau jika terjadi infeksi berupa
bengkak, merah, dan rasa sakit yang bertambah parah. Dokter
mungkin akan memberi pengobatan berupa antinyeri atau
antibiotik.

Anda juga perlu segera memeriksakan diri ke dokter, bila luka


bakar memengaruhi area tertentu seperti wajah, tangan, bokong,
selangkangan, atau kaki.

c) Langkah Pertolongan Luka Bakar Berat

Sebagai bentuk pertolongan pertama pada luka bakar berat, segera


larikan korban ke unit gawat darurat (UGD) atau hubungi ambulans
UGD rumah sakit terdekat. Selama menunggu, Anda bisa melakukan
sesuatu untuk menolong korban, misalnya:

 Jauhkan korban dari sumber kebakaran atau area yang berdekatan


dengan api maupun asap.
 Pastikan korban dapat bernapas dengan lancar.
 Bila perlu dan jika memungkinkan, berikan bantuan pernapasan.
 Lepaskan perhiasan, ikat pinggang, ataupun aksesori yang
melingkar di sekitar area yang terbakar.
 Untuk mencegah terjadinya hipotermia, jangan berikan air dingin
pada luka bakar yang luas. Hal ini juga untuk mencegah turunnya
tekanan darah dan aliran darah secara drastis.
 Tutup luka bakar dengan kain bersih atau plester yang dingin dan
lembut.
 Hindari mengoleskan obat atau salep pada area yang terbakar di
luar dari anjuran dokter. Selain itu, menempelkan es atau
mengoleskan mentega justru dapat membahayakan jaringan kulit
yang terbakar.
 Baringkan pasien dengan kaki terangkat setidaknya 40 cm.
 Gunakan selimut atau mantel pada tubuh pasien.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
P3K sangat penting dan dibutuhkan dalam penanganan awal pada sebuah
kecelakaan sebelum di tangani oleh tim ahli medis. Sehingga, dalam dunia
pekerjaan wajib adanya pengetahuan tentang P3K sehingga mampu
meminimalisir cedera fatal bahkan kematian dini terhadap pekerja. Tidak
hanya di dunia pekerjaan, semua orang wajib mengetahui tentang P3K untuk
melakuakan pertolongan pertama saat terjadi sebuah kecelakaan sampai
menunggu ambulance maupun tim ahli medis datang.
2. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk penulis lainnya semoga makalah ini bisa dijadikan
acuan dan semoga kedepannya lebih fokus dan details dalam menjelaskan
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sarna, Mawi. 2019. “Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan(P3K) di Tempat


Kerja”https://mawisaranasamawi.com/pertolongan-pertama-
padakecelakaan-p3k-di-tempat-kerja/ diakses pada 17 April 2021 pukul
20.18.

Ridley, John. 2009. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja: Ikhtisar Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.

Irzal. 2016. Dasar-dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Prenada


Media Group.

Soemanto, Imamkhasani. 1990. Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia.


Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai