Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aluminium ialah unsur kimia dengan lambang Al dan memiliki nomor
atom 13. Aluminium merupakan logam yang sangat berlimpah di alam.
Aluminium adalah logam yang berwarna putih perak dan tergolong ringan
yang mempunyai massa jenis 2,7 gram/cm3. Aluminium merupakan jenis
logam yang bukan termasuk ke dalam jenis logam berat namun merupakan
elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi yang paling yang
merupakan logam yang paling berlimpah berada di urutan ketiga aluminium
digunakan dalam banyak hal aluminium terdapat dalam penggunaan aditif
makanan, antasida, buffered aspirin, astrigens, semprotan hidung, anti
perspiran, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, aluminium foil, kaleng
keramik dan kembang api.
Logam Al dioksidasi menjadi aluminium dengan bilangan oksidasi +3
dan hidrogen dalam KOH atau dalam air. Hidrogen dapat dibuat atau
diperoleh dengan mereaksikan logam-logam asam kuat dan dengan logam
aluminium yang direaksikan dengan basa kuat aluminium merupakan logam
yang berwarna putih abu-abu silver yang melebur pada 659 derajat Celcius
dan bila terkena udara akan teroksidasi pada permukaannya. Aluminium
sering dalam bentuk paduannya diantara seperti alumium silikon aluminium
magnesium, aluminium tembaga, aluminium mangan, aluminium seng dab
berbagai jenis paduan lainnya. Selanjutnya dalam paper ini kita akan
memperlajari mengenai sifat aluminium dan senyawanya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sifat-sifat dari logam aluminium dan senyawanya ?
C. Tujuan
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
Logam aluminium (Al) merupakan unsur anggota golongan 13 berada
sebagai alumininosilikat di kerak bumi dan melimpah lebih daripada besi.
Mineral aluminium yang paling penting dalam metalurgi adalah bauksit,
AlOx(OH)3-2x (0< x <1). Sifat aluminium dikenal dengan baik dan aluminium
banyak digunakan untuk keseharian misalnya untuk koin, panci, kusen pintu,
dan sebagainya logam aluminium digunakan dengan kemurnian lebih dari
99% dan logam atau paduannya misalnya duralium banyak digunakan.
Logam aluminium melarut dalam asam mineral, kecuali asam nitrat pekat,
dan dalam larutan hidroksida akan menghasilkan gas hidrogen aluminium
membentuk senyawa dengan alkali sebagian besar non logam dan
menunjukkan sifat kimia yang beragam tetapi tidak seperti boron, tidak
ditemukan hidrida kluster aluminium (Saito, 1996 : 112).
Aluminium dibuat dalam skala yang sangat besar dari bauksit dengan
rumus Al2O3.nH2O (n=1-3). Ia dimurnikan dengan pelarut dalam NaOH akua
dan diendapkan ulang Sebagai Al(OH)3 dengan menggunakan CO2. Hasil
dehidrasinya dilarutkan dalam lelehan kryolit dan lelehannya pada 800
sampai 1000o dielektrolisis. Aluminium adalah logam yang keras kuat dan
berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif ia bagaimanapun juga tahan
terhadap korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat terbentuk pada
permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara
elektrolitik pada aluminium yaitu proses yang disebut anodisasi. Pada
lapisan-lapisan aluminium yang segar dapat diwarnai dengan pigmen pemberi
warna. Thallium larut secara lambat dalam H 2SO4 atau HCl karena garam
yang terbentuk hanya sebagaian. Al larut pada NaOH, unsur-unsurnya
bereaksi secara cepat pada suhu ruangan (Cotton & Geoffrey, 1989: 268).
Alumunium adalah logam putih yang lihat dan dapat di tempat bubuknya
berwarna abu-abu ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara objek-objek
aluminium akan teroksidasi pada permukaannya tetapi lapisan oksida ini
melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Aluminium adalah trivalen dalam
senyawanya. Ion-ion aluminium Al3+ membentuk garam-garam yang tak
berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna. Halida, nitrat, dan sulfatnya
larut dalam air larutan ini memperlihatkan reaksi asam karena hidrolisis.
Dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk aluminium hidroksida
(AlOH3) (Svhela, 1979 : 266).
Oksida aluminium bersifat amfoterik, besi(III) oksida bersifat basa dan
silika relatif inert atau sedikit asam. Biji bauksit digerus dengan larutan panas
natrium hidroksida dengan tekanan tinggi untuk melarutkan aluminium
oksida menjadi garam kompleks tetrahidroksoaluminat(III), Na[Al(OH) 4]
menurut persamaan reaksi :
Al2O3(s) + 2 NaOH(aq) + 2 H2O(l) 2 Na[Al(OH)4](aq)
Besi(III) oksida dan material lain sebagai pengotor yang terlarut dapat
dipisahkan dengan penyaringan titik filternya kemudian diencerkan dengan
air dan didinginkan sehingga diperoleh endapan aluminium hidroksida.
Endapan dipisahkan dengan penyaringan dan diubah menjadi aluminium
oksida anhidrat dengan pemanasan, menurut persamaan reaksi :
2 Al(OH)3(s) Al2O3(s) + 3 H2O(g)
(Sugiyarto & Retno, 2010 : 90).
Reaksi-reaksi ion aluminium(III) jika direaksikan dengan larutan
amonium akan menghasilkan endapan putih seperti gelatin yaitu aluminium
hidroksida AlOH3, yang larut sedikit dalam reagensia berlebih titik. Kelarutan
berkurang dengan adanya garam-garam amonium disebabkan oleh efek ion
sekutu. Sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai aluminium
hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida). Sol ini berkoagulasi pada
penyediaan atau pada penambahan garam-garam yang larut misalnya
amonium klorida dengan menghasilkan endapan aluminium hidroksida yang
dikenal sebagai gel aluminium hidroksida. Larutan aluminium ditambahkan
dengan sedikit berlebihan dan ia didihkan. Didihkan mudah melarut asam
kuat dan basa kuat, setelah didihkan sedikit larut (Svhela, 1979 : 266-267).
B. Tinjauan Hasil
AlOH3 adalah suatu hidroksida amfotir. Jadi jika pada larutan AlCl 3
ditambahkan KOH maka mula-mula terbentuk endapan AlOH 3 dan endapan
ini akan larut lagi jika diberi KOH berlebih. Demikian juga jika pada larutan
suatu garam aluminat ditambahkan asam encer, maka mengendaplah Al(OH) 3
dan ini akan larut lagi dalam asam berlebihan. Singkatnya maka terdapatlah
reaksi kesetimbangan :
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3 H3AlO3 H+ + AlO2- + H2O
(Polling, 1986: 313).
Aluminium sulfat didasarkan pada reaksi netralisasi yaitu reaksi antara
senyawa basa dengan senyawa asam membentuk senyawa garam dan air.
Semua atom H dari asam diganti dengan atom logam, jadi ion H + dari H2SO4
diganti ion Al3+ sehingga membentuk senyawa Al2(SO4)3. Di dalam reaktor
bauksit dan H2SO4 48% direaksikan dengan aluminium hidroksida untuk
menghasilkan Aluminium sulfat. Dari reaksi tersebut menghasilkan
Aluminium sulfat dengan konversi 92% Reaksi yang terjadi adalah :
Al2O(s) + 3H2SO4(l) Al2SO4(l) + H2O(l)
(Lestari & Sadidan, 2020 : 34).
Asam klorida encer jika direaksikan dengan aluminium maka akan
dengan mudah melarutkan logam aluminium. Pelarutan lebih lambat dalam
asam sulfat encer atau asam nitrat encer :
2Al + 6H+ 2 Al3+ + 3H2
Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium :
2Al + 6 HCl 2 Al3+ + 3H2 + 6Cl-
Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida alkali,
termasuk larutan tetrahidroksoaluminat. :
2Al + 2OH- + 6H2O 2 [Al(OH)4]- + 3H2
(Svhela, 1979 : 266).
Reaksi natrium hidroksida NaOH dengan aluminium dengan konsentrasi
NaOH semakin tinggi maka pada gas hidrogen yang terbentuk semakin tinggi
dan sebaliknya Semakin rendah konsentrasi NaOH maka gas hidrogen yang
terbentuk semakin rendah. Hal ini dikarenakan NaOH berfungsi sebagai
katalis reaktif yang merusak lapisan oksida (Al 2O3) dimana lapisan oksida ini
berfungsi sebagai pelindung pada permukaan aluminium yang membantu
aluminium mengikat OH- dan air membentuk NaAl(OH)4. Reaksi antara
aluminium dan air dengan natrium hidroksida NaOH untuk produksi hidrogen
dapat ditunjukkan pada reaksi di bawah ini
2Al + 6H2O + 2NaOH 2 NaAl(OH)4 + 3H2
Reaksi menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah aluminium maka volume
gas H2 yang dihasilkan semakin tinggi juga karena aluminium yang mengikat
OH- dari air juga banyak yang mengakibatkan H 2 lepas dari ikatan senyawa
air tersebut (Sukadi & Novarini, 2021: 33).
Larutan natrium hidroksida direaksikan dengan ion aluminium akan
menghasilkan endapan putih aluminium hidroksida:
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan, pada mana ion-ion
tetrahidroksoaluminat terbentuk:
Al(OH)3 + OH- [Al(OH)4]-
Reaksi ini adalah reaksi reversible dan setiap reagensia yang akan
mengurangi konsentrasi ion-hidroksil dengan cukup, akan menyebabkan
reaksi berjalan dari kanan ke kiri, dengan akibat mengendapnya aluminium
klorida atau dengan penambahan asam, dengan asam berlebih menyebabkan
hidroksida yang diendapkan melarut lagi (Svhela, 1979 : 267).
Garam Mg ditambahkan NaOH atau KOH maka mengendaplah MgOH 2.
MgOH2 dapat sedikit larut dalam air maka pengendapan tersebut lebih
sempurna setelah diberi NaOH atau KOH berlebih. MgOH 2 larut dalam air
yang mengandung garam-garam ammonium. Berdasarkan derajat ionisasi
NH4OH yang kecil harganya. Jika pada Mg(OH)2 dituangkan larutan NH4Cl
maka terbentuklah NH4OH dan NH3 sehingga konsentrasi ion OH- dari
larutan berkurang dan berakibat larutnya Mg(OH)2. Reaksi yang terjadi:
Mg(OH)3 + 2NH4+ Mg2+ + 2NH2OH
(Polling, 1986: 309).
Filtrat dari reaksi Aluminium dan suatu alkali (KOH atau NaOH) jika
ditambahkan dengan H2SO4 6 M, larutan disaring sehingga semua pengotor
hilang. Reaksi yang terjadi adalah :
2K[Al(OH)4] + H2SO4 2Al(OH)3 + 6H2O
Penambahan larutan H2SO4 dimaksudkan supaya seluruh K[Al(OH)4]
bereaksi sempurna Al(OH)3 yang dihasilkan langsung bereaksi dengan H2SO4
atas dasar persamaan berikut :
2Al(OH)3 + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 6H2O
Reaksi yang telah terjadi sebelumnya penambahan H 2SO4 mengakibatkan
terbentuknya Al(OH)3 bersama-sama dengan K[Al(OH)4], namun setelah
jumlahnya berlebih maka ada H2SO4 melarutkan Al(OH)3 menjadi Al2(SO4)3
berupa larutan tak berwarna alias bening (Rosyidah & Endang, 2018: 245).
Proses dinamik molekul gugus Al dan reaksi molekul air. Dengan
molekul air yang terlarut berdekatan dengan atom hidrogen Al mengambil
atom hidrogen diserap menghasilkan ion hidroksil dan ion hidronium. Ion
hidronium yang terbentuk menyumbangkan salah satu atom hidrogennya
kegugus Al. Lapisan oksida kemudian menutupi Al sehingga reaksi menjadi
jenuh. Kemampuan Al dalam memecah molekul air dan melepaskan gas
hidrogen bergantung pada geometrik permukaan Al. Persamaan reaksi
aluminium hidroksida sesuai untuk menghitung energi Gibbs:
2Al + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2
2Al + 4H2O 2AlO(OH) + 3H2
2Al + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2
(Xu, dkk, 2018: 19).
Aluminium logam yang sangat reaktif dengan afinitas tinggi terhadap
oksigen. Oleh karena itu, saat terpapar ke udara logam aluminium akan
membentuk oksida tipis. Jika oksida terbentuk pada suhu rendah (dibawah
375 °C) terdiri dari Al2O3 yang berdekatan dengan logam dengan permukaan
terhidrasi oksida dan hidroksida diatasnya. Aluminium hidroksida dianggap
basa dan oleh karena itu baik untuk interaksi dengan situs polar asam polimer.
Oksida dan hidrasi dipercepat dengan alkalinya (Cavezza, dkk, 2020 : 11-12).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2 mL larutan AlCl3
+ 3 tetes NH3
+ NH3 berlebih
2 mL larutan AlCl3
+ 25 tetes NaOH
dibagi dua
1. + NaOH 2
2. + HCl 2M
1. Endapan putih
2. Endapan larut, larutan tidak berwarna
2 mL larutan AlCl3
+ 25 tetes NaOH
Disaring
Endapan putih
Endapan ungu
Dipanaskan
Serbuk putih
Dipanaskan
Dipanaskan
Meleleh: larutan tak berwarna
Diukur pH
pH = 2
Diukur pH
pH = 4
+ 3 mL H2O
Diukur pH
pH = 7
+ 3 mL H2O
Larutan tak berwarna
Diukur pH
pH = 7
+ 3 mL HCl 2M
+ 3 mL HCl 2M
+ 3 mL NaOH 2M
+ 3 mL NaOH 2M
Larutan keruh
AlCl3 0,1 M
Diukur pH
pH = 3
+ 3 mL NaOH 0,1M
Larutan tidak berwarna
MgCl2 0,1 M
Diukur pH
pH = 6
+ 3 mL NaOH 0,1M
Larutan keruh
BAB IV
A. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
A. Kesimpulan
Hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Al(OH)3 merupakan contoh persenyawaan dari aluminium. Dimana, senyawa
ini dapat diperoleh dari reaksi antara garam aluminium dengan larutan basa
NaOH dan menghasilkan larutan Al(OH) 3 yang bersifat basa. Hal ini ditandai
dengan hasil pengukuran pH, dimana pH yang diperoleh yaitu 2. Untuk
magnesium klorida anhidrat lebih cepat meleleh dibandingkan aluminium
klorida anhidrat. Oleh karena itu magnesium klorida anhidrat lebih cepat larut
dalam air dibandingkan aluminium klorida anhidrat. Selain itu, untuk
senyawa oksida dari aluminium yaitu Al 2O3 bersifat amfoterik yaitu dapat
bereaksi dengan asam maupun basa yang ditandai dengan terbentuknya
endapan dan larutan keruh.
B. Saran
Praktikan selanjutnya harus lebih memahami prosedur kerja dan juga
fungsi penambahan bahan agar tidak terjadi kesalahan analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Cavezza, F., Matthieu B., Herman T., & Tom H. (2020). A Review on Adhesively
Bonded Aluminium Joints in the Automotive Industry. Metals Journal,
10(6), 1-32.
Cotton, F.A. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press, p: 268.
Lestari, A.E., & Sadidan R. (2020). Prarancangan Pabrik Aluminium Sulfat dari
Bauksit dan Asam Sulfat dengan Proses Dorr Kapasitas 17.000
Ton/Tahun. Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia, 1(3), 31-36.
Polling, 1986. Ilmu Kimia Jilid IIB Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, pp: 309, 313.
Rosyidah, A., & Endang P. (2018). Pemanfaatan Limbah Aluminium Sebagai
Koagulan dalam Pengelolahan Limbah Cair dan Penjernihan Air.
Prosiding SEMATEKSOS, 5(1), 243-247.
Saito, T. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Shoten. P: 112.
Sugiyarto, K.H., & Retno D.S. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta:
Graha Ilmu, p: 90.
Sukadi., & Novarini. (2021). Analisa Konsentrasi Reaktan Terhadap Produk Gas
Hidrogen pada Reaksi Hidrolisis Kompor Berbahan Bakar Limbah Kaleng
Bekas. Jurnal Inovator, 2(4), 32-35.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka, pp: 266-267.
Xu, S., Xi Z., & Jing L. (2018). Liquid Metal Active Aluminium-Water Reaction
for Direct Hydrogen Generation at Room Temperature. Journal
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 4(92), 17-37.