Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Anorganik dengan Judul Percobaan


“Aluminium dan Senyawanya” yang disusun oleh:
nama : Walny Nicha
NIM : 200106501004
kelas/kelompok : Kimia Sains/Enam(VI)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang
bersangkutan dan dinyatakan diterima.

Makassar, 7 Juni 2022


Koordinator Asisten, Asisten,

Muhammad Ali Yazid ARS Nurul Annisa Fitri, S.Si


NIM. 1813141003

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Munawwarah, S.Pd, M.Pd p


NIP. 199305312019032019
ABSTRAK

Percobaan aluminium dan senyawanya, dengan tujuan mempelajari sifat-


sifat logam aluminium dan persenyawaanya. Pada percobaan ini dilakukan
pengujian pada aluminum dalam bentuk senyawanya dengan variable yang
dikaji adalah sifat aluminium hidroksida, membandingkan AlCl 3 dan MgCl2,
membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO, dan membandingkan sifat
basa ion aluminium dan ion magnesium. Reaksi antara garam aluminium
dengan larutan basa NaOH dan menghasilkan larutan Al(OH) 3 yang bersifat
basa. Pengukuran pH pada larutan AlCl3 didapatkan pH 2. MgCl2 lebih cepat
meleleh dibandingkan AlCl3. MgCl2 lebih cepat larut dalam air dibanding kan
AlCl3. Al2O3 bersifat amfoterik dengan terbentuknya endapan dan larutan
keruh.

Kata Kunci : Aluminium, Senyawa Aluminium, Sifat Aluminium


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aluminium ialah unsur kimia dengan lambang Al dan memiliki nomor
atom 13. Aluminium merupakan logam yang sangat berlimpah di alam.
Aluminium adalah logam yang berwarna putih perak dan tergolong ringan
yang mempunyai massa jenis 2,7 gram/cm3. Aluminium merupakan jenis
logam yang bukan termasuk ke dalam jenis logam berat namun merupakan
elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi yang paling yang
merupakan logam yang paling berlimpah berada di urutan ketiga aluminium
digunakan dalam banyak hal aluminium terdapat dalam penggunaan aditif
makanan, antasida, buffered aspirin, astrigens, semprotan hidung, anti
perspiran, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, aluminium foil, kaleng
keramik dan kembang api.
Logam Al dioksidasi menjadi aluminium dengan bilangan oksidasi +3
dan hidrogen dalam KOH atau dalam air. Hidrogen dapat dibuat atau
diperoleh dengan mereaksikan logam-logam asam kuat dan dengan logam
aluminium yang direaksikan dengan basa kuat aluminium merupakan logam
yang berwarna putih abu-abu silver yang melebur pada 659 derajat Celcius
dan bila terkena udara akan teroksidasi pada permukaannya. Aluminium
sering dalam bentuk paduannya diantara seperti alumium silikon aluminium
magnesium, aluminium tembaga, aluminium mangan, aluminium seng dab
berbagai jenis paduan lainnya. Selanjutnya dalam paper ini kita akan
memperlajari mengenai sifat aluminium dan senyawanya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sifat-sifat dari logam aluminium dan senyawanya ?
C. Tujuan
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum
Logam aluminium (Al) merupakan unsur anggota golongan 13 berada
sebagai alumininosilikat di kerak bumi dan melimpah lebih daripada besi.
Mineral aluminium yang paling penting dalam metalurgi adalah bauksit,
AlOx(OH)3-2x (0< x <1). Sifat aluminium dikenal dengan baik dan aluminium
banyak digunakan untuk keseharian misalnya untuk koin, panci, kusen pintu,
dan sebagainya logam aluminium digunakan dengan kemurnian lebih dari
99% dan logam atau paduannya misalnya duralium banyak digunakan.
Logam aluminium melarut dalam asam mineral, kecuali asam nitrat pekat,
dan dalam larutan hidroksida akan menghasilkan gas hidrogen aluminium
membentuk senyawa dengan alkali sebagian besar non logam dan
menunjukkan sifat kimia yang beragam tetapi tidak seperti boron, tidak
ditemukan hidrida kluster aluminium (Saito, 1996 : 112).
Aluminium dibuat dalam skala yang sangat besar dari bauksit dengan
rumus Al2O3.nH2O (n=1-3). Ia dimurnikan dengan pelarut dalam NaOH akua
dan diendapkan ulang Sebagai Al(OH)3 dengan menggunakan CO2. Hasil
dehidrasinya dilarutkan dalam lelehan kryolit dan lelehannya pada 800
sampai 1000o dielektrolisis. Aluminium adalah logam yang keras kuat dan
berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif ia bagaimanapun juga tahan
terhadap korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat terbentuk pada
permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara
elektrolitik pada aluminium yaitu proses yang disebut anodisasi. Pada
lapisan-lapisan aluminium yang segar dapat diwarnai dengan pigmen pemberi
warna. Thallium larut secara lambat dalam H 2SO4 atau HCl karena garam
yang terbentuk hanya sebagaian. Al larut pada NaOH, unsur-unsurnya
bereaksi secara cepat pada suhu ruangan (Cotton & Geoffrey, 1989: 268).
Alumunium adalah logam putih yang lihat dan dapat di tempat bubuknya
berwarna abu-abu ia melebur pada 659oC. Bila terkena udara objek-objek
aluminium akan teroksidasi pada permukaannya tetapi lapisan oksida ini
melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Aluminium adalah trivalen dalam
senyawanya. Ion-ion aluminium Al3+ membentuk garam-garam yang tak
berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna. Halida, nitrat, dan sulfatnya
larut dalam air larutan ini memperlihatkan reaksi asam karena hidrolisis.
Dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk aluminium hidroksida
(AlOH3) (Svhela, 1979 : 266).
Oksida aluminium bersifat amfoterik, besi(III) oksida bersifat basa dan
silika relatif inert atau sedikit asam. Biji bauksit digerus dengan larutan panas
natrium hidroksida dengan tekanan tinggi untuk melarutkan aluminium
oksida menjadi garam kompleks tetrahidroksoaluminat(III), Na[Al(OH) 4]
menurut persamaan reaksi :
Al2O3(s) + 2 NaOH(aq) + 2 H2O(l) 2 Na[Al(OH)4](aq)

Besi(III) oksida dan material lain sebagai pengotor yang terlarut dapat
dipisahkan dengan penyaringan titik filternya kemudian diencerkan dengan
air dan didinginkan sehingga diperoleh endapan aluminium hidroksida.
Endapan dipisahkan dengan penyaringan dan diubah menjadi aluminium
oksida anhidrat dengan pemanasan, menurut persamaan reaksi :
2 Al(OH)3(s) Al2O3(s) + 3 H2O(g)
(Sugiyarto & Retno, 2010 : 90).
Reaksi-reaksi ion aluminium(III) jika direaksikan dengan larutan
amonium akan menghasilkan endapan putih seperti gelatin yaitu aluminium
hidroksida AlOH3, yang larut sedikit dalam reagensia berlebih titik. Kelarutan
berkurang dengan adanya garam-garam amonium disebabkan oleh efek ion
sekutu. Sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai aluminium
hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida). Sol ini berkoagulasi pada
penyediaan atau pada penambahan garam-garam yang larut misalnya
amonium klorida dengan menghasilkan endapan aluminium hidroksida yang
dikenal sebagai gel aluminium hidroksida. Larutan aluminium ditambahkan
dengan sedikit berlebihan dan ia didihkan. Didihkan mudah melarut asam
kuat dan basa kuat, setelah didihkan sedikit larut (Svhela, 1979 : 266-267).
B. Tinjauan Hasil
AlOH3 adalah suatu hidroksida amfotir. Jadi jika pada larutan AlCl 3
ditambahkan KOH maka mula-mula terbentuk endapan AlOH 3 dan endapan
ini akan larut lagi jika diberi KOH berlebih. Demikian juga jika pada larutan
suatu garam aluminat ditambahkan asam encer, maka mengendaplah Al(OH) 3
dan ini akan larut lagi dalam asam berlebihan. Singkatnya maka terdapatlah
reaksi kesetimbangan :
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3 H3AlO3 H+ + AlO2- + H2O
(Polling, 1986: 313).
Aluminium sulfat didasarkan pada reaksi netralisasi yaitu reaksi antara
senyawa basa dengan senyawa asam membentuk senyawa garam dan air.
Semua atom H dari asam diganti dengan atom logam, jadi ion H + dari H2SO4
diganti ion Al3+ sehingga membentuk senyawa Al2(SO4)3. Di dalam reaktor
bauksit dan H2SO4 48% direaksikan dengan aluminium hidroksida untuk
menghasilkan Aluminium sulfat. Dari reaksi tersebut menghasilkan
Aluminium sulfat dengan konversi 92% Reaksi yang terjadi adalah :
Al2O(s) + 3H2SO4(l) Al2SO4(l) + H2O(l)
(Lestari & Sadidan, 2020 : 34).
Asam klorida encer jika direaksikan dengan aluminium maka akan
dengan mudah melarutkan logam aluminium. Pelarutan lebih lambat dalam
asam sulfat encer atau asam nitrat encer :
2Al + 6H+ 2 Al3+ + 3H2
Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium :
2Al + 6 HCl 2 Al3+ + 3H2 + 6Cl-
Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida alkali,
termasuk larutan tetrahidroksoaluminat. :
2Al + 2OH- + 6H2O 2 [Al(OH)4]- + 3H2
(Svhela, 1979 : 266).
Reaksi natrium hidroksida NaOH dengan aluminium dengan konsentrasi
NaOH semakin tinggi maka pada gas hidrogen yang terbentuk semakin tinggi
dan sebaliknya Semakin rendah konsentrasi NaOH maka gas hidrogen yang
terbentuk semakin rendah. Hal ini dikarenakan NaOH berfungsi sebagai
katalis reaktif yang merusak lapisan oksida (Al 2O3) dimana lapisan oksida ini
berfungsi sebagai pelindung pada permukaan aluminium yang membantu
aluminium mengikat OH- dan air membentuk NaAl(OH)4. Reaksi antara
aluminium dan air dengan natrium hidroksida NaOH untuk produksi hidrogen
dapat ditunjukkan pada reaksi di bawah ini
2Al + 6H2O + 2NaOH 2 NaAl(OH)4 + 3H2
Reaksi menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah aluminium maka volume
gas H2 yang dihasilkan semakin tinggi juga karena aluminium yang mengikat
OH- dari air juga banyak yang mengakibatkan H 2 lepas dari ikatan senyawa
air tersebut (Sukadi & Novarini, 2021: 33).
Larutan natrium hidroksida direaksikan dengan ion aluminium akan
menghasilkan endapan putih aluminium hidroksida:
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan, pada mana ion-ion
tetrahidroksoaluminat terbentuk:
Al(OH)3 + OH- [Al(OH)4]-
Reaksi ini adalah reaksi reversible dan setiap reagensia yang akan
mengurangi konsentrasi ion-hidroksil dengan cukup, akan menyebabkan
reaksi berjalan dari kanan ke kiri, dengan akibat mengendapnya aluminium
klorida atau dengan penambahan asam, dengan asam berlebih menyebabkan
hidroksida yang diendapkan melarut lagi (Svhela, 1979 : 267).
Garam Mg ditambahkan NaOH atau KOH maka mengendaplah MgOH 2.
MgOH2 dapat sedikit larut dalam air maka pengendapan tersebut lebih
sempurna setelah diberi NaOH atau KOH berlebih. MgOH 2 larut dalam air
yang mengandung garam-garam ammonium. Berdasarkan derajat ionisasi
NH4OH yang kecil harganya. Jika pada Mg(OH)2 dituangkan larutan NH4Cl
maka terbentuklah NH4OH dan NH3 sehingga konsentrasi ion OH- dari
larutan berkurang dan berakibat larutnya Mg(OH)2. Reaksi yang terjadi:
Mg(OH)3 + 2NH4+ Mg2+ + 2NH2OH
(Polling, 1986: 309).
Filtrat dari reaksi Aluminium dan suatu alkali (KOH atau NaOH) jika
ditambahkan dengan H2SO4 6 M, larutan disaring sehingga semua pengotor
hilang. Reaksi yang terjadi adalah :
2K[Al(OH)4] + H2SO4 2Al(OH)3 + 6H2O
Penambahan larutan H2SO4 dimaksudkan supaya seluruh K[Al(OH)4]
bereaksi sempurna Al(OH)3 yang dihasilkan langsung bereaksi dengan H2SO4
atas dasar persamaan berikut :
2Al(OH)3 + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 6H2O
Reaksi yang telah terjadi sebelumnya penambahan H 2SO4 mengakibatkan
terbentuknya Al(OH)3 bersama-sama dengan K[Al(OH)4], namun setelah
jumlahnya berlebih maka ada H2SO4 melarutkan Al(OH)3 menjadi Al2(SO4)3
berupa larutan tak berwarna alias bening (Rosyidah & Endang, 2018: 245).
Proses dinamik molekul gugus Al dan reaksi molekul air. Dengan
molekul air yang terlarut berdekatan dengan atom hidrogen Al mengambil
atom hidrogen diserap menghasilkan ion hidroksil dan ion hidronium. Ion
hidronium yang terbentuk menyumbangkan salah satu atom hidrogennya
kegugus Al. Lapisan oksida kemudian menutupi Al sehingga reaksi menjadi
jenuh. Kemampuan Al dalam memecah molekul air dan melepaskan gas
hidrogen bergantung pada geometrik permukaan Al. Persamaan reaksi
aluminium hidroksida sesuai untuk menghitung energi Gibbs:
2Al + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2
2Al + 4H2O 2AlO(OH) + 3H2
2Al + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2
(Xu, dkk, 2018: 19).
Aluminium logam yang sangat reaktif dengan afinitas tinggi terhadap
oksigen. Oleh karena itu, saat terpapar ke udara logam aluminium akan
membentuk oksida tipis. Jika oksida terbentuk pada suhu rendah (dibawah
375 °C) terdiri dari Al2O3 yang berdekatan dengan logam dengan permukaan
terhidrasi oksida dan hidroksida diatasnya. Aluminium hidroksida dianggap
basa dan oleh karena itu baik untuk interaksi dengan situs polar asam polimer.
Oksida dan hidrasi dipercepat dengan alkalinya (Cavezza, dkk, 2020 : 11-12).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat Dan Bahan


1. Alat

No Nama Alat Jumlah Fungsi Pada Percobaan


1. Gelas kimia 100 mL 1 Sebagai wadah menyimpan
larutan
2. Tabung reaksi 12 Sebagai wadah mereaksikan
larutan
3. Corong biasa 1 Untuk menyaring
4. Kaca arloji besar 1 Sebagai wadah menaruh
residu
5. Kaca arloji kecil 1 Sebagai wadah menaruh
residu
6. Rak tabung 2 Untuk menyimpan tabung
reaksi
7. Spatula 2 Untuk mengambil zat dalam
bentuk padatan
8. Batang pengaduk 2 Untuk mengaduk
9. Botol semprot 1 Sebagai wadah menyimpan
aquades
10. Pembakar spiritus 1 Untuk memanaskan sampel
11. Pipet tetes 8 Untuk memipet larutan
12. Penjepit tabung 2 Untuk menjepit tabung reaksi
reaksi
13. Lap kasar 1 Untuk melapisi meja agar
tidak basah
14. Lap halus 1 Untuk melap tumpahan bahan
kimia
15. Neraca analitik 1 Untuk menimbang sampel
16. Gelas ukur 10 mL 2 Untuk mengukur larutan
2. Bahan

No Nama Bahan Rumus Kimia Jumlah (mL/mg)


1. Kristal aluminium AlCl3 2
klorida anhidrat
2. Larutan aluminium AlCl3 3
klorida 0,1 M
3. Larutan aluminium AlCl3 4
klorida 2 M
4. Kristal magnesium MgCl2 2
klorida anhidrat
5. Larutan magnesium MgCl2 3
klorida 0,1 M
6. Kristal aluminium Al2O3 0,1
oksida
7. Kristal magnesium MgO 0,1
oksida
8. Larutan natrium NaOH 4
hidroksida 0,1 M
9. Larutan natrium NaOH 2
hidroksida 2 M
10. Larutan amonia NH3
11. Larutan Asam HCl 7
Klorida
12. Aquades H2O 10
13. Indicator metil violet C24H28N3Cl 1
14. Indicator universal
16. Tissue
17. Label
18. Korek Api
19. Kertas saring
B. Prosedur Kerja
1. Sifat Aluminium Hidroksida

2 mL larutan AlCl3

+ 3 tetes NH3

Larutan tak berwarna

+ NH3 berlebih

Larutan tak berwarna

2 mL larutan AlCl3

+ 25 tetes NaOH

Larutan tak berwarna, berendapan

dibagi dua

1. + NaOH 2
2. + HCl 2M
1. Endapan putih
2. Endapan larut, larutan tidak berwarna

2 mL larutan AlCl3

+ 25 tetes NaOH

Larutan tak berwarna, berendapan

Disaring

Residu : endapan putih

Dicuci dengan H2O

Endapan putih

+ 1 tetes metil violet

Endapan ungu

2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida

1 sendok AlCl3 anhidrat

Dipanaskan

Serbuk putih

1 sendok MgCl2 anhidrat

Dipanaskan

Meleleh: larutan tak berwarna

1 sendok AlCl3 anhidrat

Dipanaskan
Meleleh: larutan tak berwarna

1 sendok AlCl3 anhidrat

+ setetes demi setetes H2O

Larutan tak berwarna

Diukur pH

pH = 2

1 sendok MgCl2 anhidrat

+ setetes demi setetes H2O

Larutan tak berwarna

Diukur pH

pH = 4

3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO

0,1 gr Al2O3 anhidrat

+ 3 mL H2O

Larutan tak berwarna

Diukur pH

pH = 7

0,1 gr MgO anhidrat

+ 3 mL H2O
Larutan tak berwarna

Diukur pH

pH = 7

0,1 gr Al2O3 anhidrat

+ 3 mL HCl 2M

Larutan tak berwarna

0,1 gr MgO anhidrat

+ 3 mL HCl 2M

Larutan tak berwarna

0,1 gr Al2O3 anhidrat

+ 3 mL NaOH 2M

Larutan tak berwarna

0,1 gr MgO anhidrat

+ 3 mL NaOH 2M

Larutan keruh

4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium

AlCl3 0,1 M

Diukur pH

pH = 3

+ 3 mL NaOH 0,1M
Larutan tidak berwarna

MgCl2 0,1 M

Diukur pH

pH = 6

+ 3 mL NaOH 0,1M

Larutan keruh
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida

No. Aktivitas Hasil Pengamatan


1. 2 mL AlCl3 (bening) + 3 Larutan bening
tetes NH3 2M (bening)
+ NH3 2M berlebih Larutan bening
2. 2 mL AlCl2 (bening) + 25 Endapan putih, larutan bening
tetes NaOH 2M (bening)
Tabung 1 + NaOH 2 M Endapan putih
Tabung 2 + HCl 2 M Endapan larut, larutan tidak berwarna
3. 2 mL AlCl3 + NaOH 2 M Endapan putih, larutan tidak berwarna
25 tetes
Disaring Residu : Endapan putih
Filtrat : Larutan tidak berwarna
Residu dicuci dengan Endapan berwarna ungu
aquades endapan putih + 1
tetes metil violet
2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida

No. Aktivitas Hasil Pengamatan


1. - 1 sendok AlCl2 (anhidrat) Serbuk putih
dipanaskan
- 1 sendok MgCl (anhidrat) Meleleh
dipanasakan
2. Penambahan H2O
- 1 sendok AlCl3 (anhidrat) Larutan bening, larut dalam air
+ setetes demi setetes H2O
Diukur pH pH = 2
- 1 sendok MgCl2 (anhidrat) Larutan bening, larut dalam air
setetes demi setetes
Diukur pHnya pH = 4
3. Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO

No. Aktivitas Hasil Pengamatan


1. - 0,1 gr Al2O3 (anhidrat) Larutan bening
+ 3 mL H2O
Diukur pHnya pH = 7
- 0,1 gr MgO (anhidrat) Larutan bening
+ 3 mL H2O
Diukur pHnya pH = 7
2. - 0,1 gr Al2O3 (anhidrat) Larutan bening
+ 3 mL HCl encer 2 M
- 0,1 gr MgO (anhidrat) Larutan bening
+ 3 mL HCl encer 2 M
3. - 0,1 gr Al2O3 (anhidrat) Larutan bening
+ 3 mL NaOH
- 0,1 gr MgO (anhidrat) Larutan keruh
+ 3 mL NaOH
4. Membandingkan sifat basa dari ion Aluminium dan Ion Magnesium

No. Aktivitas Hasil Pengamatan


1. 3 mL AlCl3 0,1 M Larutan tidak berwarna
Diukur pH pH = 3
+ 3 mL NaOH 0,1 M Larutan tidak berwarna
2. 3 mL MgCl2 0,1 M Larutan tidak berwarna
Diukur pH pH = 6
+ 3 mLNaOH 0,1 M Larutan keruh
B. PEMBAHASAN
Aluminium merupakan logam putih, yang liat dan dapat ditempa,
bubuknya berwarna abu-abu. Aluminium dapat melebur pada suhu 659 oC.
Bila terkontaminasi udara, objek aluminium akan teroksidasi permukaannya.
Ion aluminium (Al3+) akan membentuk garam-garam tak berwarna dengan
anion-anion yang tak berwarna. Dalam larutan air aluminium terhidrolisis
sehingga membentuk aluminium hidroksida Al(OH) (Svehla, 1985: 266).
Salah satu senyawa dari logam aluminium yaitu aluminium hidroksida,
Al(OH)3, yang diperoleh dengan mereaksikan garam aluminium dengan
ammonium hidroksida (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019: 1).
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat logam aluminium
dan persenyawaannya. Adapun prinsip dasar dari percobaan ini adalah
membuktikan sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaannya berdasarkan
sifat keasaman dan kebasaan dan kelarutannya. Sedangkan prinsip kerjanya
adalah penimbangan, pengukuran, pencampuran, pemanasan, penyaringan,
pengocokan, dan pengukuran pH. Dalam praktikum ini dilakukan beberapa
percobaan untuk mempelajari sifat-sifat alumunium yaitu:
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat aluminium dan
perseyawaannya. Percobaan ini dilakukan tiga perlakuan yang berbeda.
Perlakuan pertama yaitu pada larutan AlCl 3 ditambahkan dengan ammonia
dan menghasilkan larutan bening. Selanjutnya ditambahkan lagi ammonia
berlebih, dan masih terbentuk larutan bening. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan (Svehla, 1979: 266), yang menyatakan bahwa jika garam
aluminium direaksikan dengan ammonia maka akan membentuk endapan
Al(OH)3 yang jika ditambahkan sedikit berlebih akan menghasilkan
larutan bening yang menandakan bahwa endapan aluminium hidroksida
larut dalam ammonia berlebih. Adapun persamaan reaksi sebagai berikut:
AlCl3(aq) + 3NH3OH(aq) Al(OH)3(aq) + 3NH3Cl(aq)
(Alumunium klorida) (Amonium hidroksida) (Alumunium hidroksida) (Amonium klorida)

Perlakukan kedua, yaitu dimana aluminium klorida (AlCl3)


ditambahkan dengan larutan NaOH menghasilkan larutan bening dan
terdapat endapan putih.

Adapun reaksi yang terjadi adalah


AlCl3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)
(Alumunium klorida) (Natrium hidroksida) (Alumunium hidroksida) (Natrium klorida)
Larutan tersebut kemudian dibagi dua untuk diuji kembali dengan larutan
NaOH untuk endapan pertama dan HCl untuk endapan kedua. Tabung
pertama, larutan ditambahkan dengan NaOH secara berlebih menghasilkan
endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa larutan natrium
hidroksida jika ditambahkan pada aluminium akan membentuk endapan
aluminium hidroksida (Svehla, 1979 : 267).
Tabung kedua, endapan ditambahkan dengan HCl sehingga
menghasilkan larutan yang bening dan endapan menjadi larut. Fungsi HCl
dalam percobaan ini yaitu memberikan suasana asam pada larutan. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa logam aluminium dapat
bereaksi dengan asam korida, dimana asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini (Svehla, 1979 : 266). Adapun reaksi yang terjadi
yaitu:
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) Na[Al(OH)4]-(aq)
(Alumunium hidroksida) (Natrium hidroksida) (Natrium aluminat)
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)
(Alumunium hidroksida) (Asam klorida) (Alumunium klorida) (Air)
Endapan putih yang dihasilkan pada bagian pertama menunjukkan
bahwa endapan putih aluminium hidroksida dapat dibentuk apabila garam
aluminium direaksikan dengan amonia ataupun alkil hidroksida yaitu
NaOH. Pada bagian kedua, endapan yang direaksikan dengan HCl maka
akan membnetuk garam aluminium dan air. Hal tersebut menandakan
bahwa aluminium hidroksida bila bereaksi dengan asam klorida encer akan
bersifat netral.
Perlakuan ketiga yang bertujuan untuk mengetahui sifat dari suatu
senyawa aluminium yang membentuk endapan berwarna. Larutan AlCl 3
direaksikan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) menghasilkan
endapan putih. Larutan tersebut disaring, dimana fungsi penyaringan yaitu
untuk memisahkan larutan dari pelarutnya, kemudian dicuci dengan air
dingin yang berfungsi untuk mengikat sisa-sisa garam yang tidak bereaksi
dan kelebihan basa serta dapat menyempurnakan pembentukan endapan.
Tambahkan metil violet menghasilkan warna ungu pada endapan.
Penambahan metil violet berfungsi untuk memperjelas warna endapan
yang terbentuk. Percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa larutan yang bersifat basa bila ditambahkan metil
violet akan menghasilkan warna (Svehla, 1985: 55). Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:
AlCl3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)
(Aluminium klorida) (Natrium hidroksida) (Aluminium hidroksida) (Natrium klorida)
2. Membandingkan aluminium klorida dan magnesium klorida
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan garam aluminium dan
garam magnesium yang dilihat dari titik leleh dan kelarutannya dalam air.
Pengujian dimulai dengan serbuk AlCl3 anhidrat dan MgCl2 anhidrat
dipanaskan. Pada saat AlCl3 dipanaskan menghasilkan serbuk putih dan
larutan bening. Sedangkan untuk MgCl2 pada saat dipanaskan
menghasilkan larutan bening. Berdasarkan teori, apabila AlCl 3 dan MgCl2
dipanaskan secara bersamaan maka MgCl2 akan lebih dahulu meleleh
daripada AlCl3.
AlCl3 mempunyai titik leleh lebih tinggi yaitu 660℃ sedangkan
MgCl2 mempunyai titik leleh 648℃ (Sugiyarto, 2003: 124). Hal ini
disebabkan MgCl2 memiliki interaksi inti dan atom lebih rendah
dibandingkan dengan AlCl3 sehingga untuk memutuskan ikatan pada AlCl3
membutuhkan energi yang lebih besar daripada MgCl 2. Selain itu MgCl2
memiliki densitas atau kerapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan
AlCl3. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
2AlCl3(aq) + 3/2 O2(g) Al2O3(aq) + 3Cl2(g)
(Aluminium klorida) (Oksigen) (Alumunium oksida) (gas klorida)
2MgCl2(aq) + O2(g) 2MgO(aq) + 2Cl2(g)
(Magnesium klorida) (Oksigen) (Alumunium oksida) (gas klorida)

Percobaan selanjutnya yaitu AlCl3 direaksikan dengan air secara


perlahan-lahan menghasilkan larutan bening dengan pH 2. Sedangkan
untuk MgCl2 direaksikan dengan air menghasilkan larutan bening, pH-nya
adalah 4. Berdasarkan teori, bahwa garam aluminium ketika dilarutkan
bersifat asam karena terjadi hidrolisis, adapun diantara kedua garam
tersebut yang cepat melarut adalah AlCl 3. Hal ini dikarenakan adanya efek
induksi dari atom Cl sehingga AlCl3 bersifat lebih asam daripada MgCl2
(Svehla, 1985: 267). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
AlCl3(s) + 6H2O(l) [Al(H2O)6]3+(aq) + 3Cl-(aq)
(Aluminium klorida) (Air) (Ion heksaakuoalumunium (III)) (Ion klorida)
MgCl2 (s) + 6H2O (ℓ) [Mg(H2O)6]2+ (aq) + 2Cl- (aq)
(Magnesium klorida) (Air) (Ion heksaakuomagnesium (III)) (Ion klorida)
3. Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan sifat asam dan basa
dari aluminium oksida dan magnesium oksida. Perlakuan yang pertama
yaitu mereaksikan Al2O3 dengan air dan menghasilkan larutan bening pada
pH 7. Sedangkan untuk MgO yang direaksikan dengan air menghasilkan
larutan keruh dan terdapat endapan pada pH 7. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Al2O3 sangat sulit larut dalam
air dibandingkan dengan MgO, bahkan oksida Al2O3 tidak dapat bereaksi
dengan air. Sedangkan MgO juga sukar larut, dan oksidanya tidak bereaksi
dengan air (Chang, 2004: 254). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Al2O3(s) + H2O(l)
(Alumunium oksida) (Air)
MgO(s) + H2O(l) Mg(OH)2(aq)
(Magnesium oksida) (Air) (Magnesium hidroksida)
Pengukuran pH menunjukkan bahwa Al 2O3 bersifat asam dan MgO
bersifat basa. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kebanyakan oksida dapat digolongkan sebagai oksida asam atau basa
bergantung pada apakah oksida ini menghasilkan basa atau asam ketika
dilarutkan dalam air, adapun MgO adalah oksida basa, yang jika bereaksi
dengan air akan bersifat basa (Svhela, 1985: 286).
Perlakuan kedua, yaitu mereaksikan Al2O3 dengan HCl,
menghasilkan larutan bening. Hal ini menunjukkan bahwa Al2O3 bersifat
asam. Sedangkan untuk MgO direaksikan dengan HCl menghasilkan
larutan bening dan terdapat endapan. Hal ini menunjukkan bahwa MgO
hanya sedikit larut dalam HCl. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa MgO akan bereaksi dengan HCl menghasilkan MgCl 2
yang menunjukkan sisa basa dari oksidanya (Svhela, 1985: 266, 286).
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Al2O3(s) + 6HCl(aq) 2AlCl3(aq) + 3H2O(l)
(Alumunium oksida) (Asam klorida) (Aluminium klrorida) (air)
MgO(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2O(l)
(Magnesium oksida) (Asam klorida) (Aluminium klrorida) (air)
Perlakukan ketiga, yaitu mereaksikan Al 2O3 dan NaOH menghasilkan
larutan bening dan terbentuk endapan putih yang berarti bahwa Al2O3
menunjukkan sifat basanya saat direaksikan dengan NaOH yang bersifat
basa. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk MgO yaitu MgO mudah larut
dalam NaOH dan menghasilkan larutan keruh dan terdapat endapan. Hasil
ini menunjukkan bahwa MgO bersifat basa. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa, Al2O3 digolongkan sebagai oksida amfoter yaitu dapat bereaksi
dengan asam maupun basa (Sukadi &bNovarini, 2021: 33). Adapun reaksi
yang terjadi:
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) 2Na Al(OH)4(aq)
(Alumunium oksida) (NatriumHidroksida) (Natrium aluminat)
MgO(s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2(aq) + 2NaO(aq)
(Magnesium oksida) (NatriumHidroksida) (Magnesium hidroksida) (Natrium oksida)
4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dengan ion magnesium
Percobaan ini bertujuan yaitu untuk melihat perbandingan sifat
kebasaan antara ion aluminium dan ion magnesium. AlCl3 berasal dari
asam kuat dan basa lemah sedangkan MgCl2 berasal dari asam kuat dan
basa kuat. Selanjutnya ditambahkan NaOH pada masing-masing
larutan, untuk AlCl3 menghasilkan larutan tidak berwarna, Sedangkan
untuk MgCl2 menghasilkan larutan keruh. Hasil ini tidak sesuai dengan
teori (Polling, 1986: 309) yang menyatakan bahwa jika larutan garam
aluminium direaksikan dengan basa (NaOH) akan membentuk endapan
Al(OH)3 sedangkan larutan garam magnesium akan menghasilkan
larutan Mg(OH)2.Adapun reaksi yang terjadi:
AlCl3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s) + 3NaCl(aq)
(Aluminium klorida) (Natrium hidroksida) (Alumunium hidrokida) (natrium klorida)
MgCl2(aq) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2(aq) + 2NaCl(aq)
(Magnesium klorida) (Natrium hidroksida) (Alumunium hidrokida) (natrium klorida)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Al(OH)3 merupakan contoh persenyawaan dari aluminium. Dimana, senyawa
ini dapat diperoleh dari reaksi antara garam aluminium dengan larutan basa
NaOH dan menghasilkan larutan Al(OH) 3 yang bersifat basa. Hal ini ditandai
dengan hasil pengukuran pH, dimana pH yang diperoleh yaitu 2. Untuk
magnesium klorida anhidrat lebih cepat meleleh dibandingkan aluminium
klorida anhidrat. Oleh karena itu magnesium klorida anhidrat lebih cepat larut
dalam air dibandingkan aluminium klorida anhidrat. Selain itu, untuk
senyawa oksida dari aluminium yaitu Al 2O3 bersifat amfoterik yaitu dapat
bereaksi dengan asam maupun basa yang ditandai dengan terbentuknya
endapan dan larutan keruh.
B. Saran
Praktikan selanjutnya harus lebih memahami prosedur kerja dan juga
fungsi penambahan bahan agar tidak terjadi kesalahan analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Cavezza, F., Matthieu B., Herman T., & Tom H. (2020). A Review on Adhesively
Bonded Aluminium Joints in the Automotive Industry. Metals Journal,
10(6), 1-32.
Cotton, F.A. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press, p: 268.
Lestari, A.E., & Sadidan R. (2020). Prarancangan Pabrik Aluminium Sulfat dari
Bauksit dan Asam Sulfat dengan Proses Dorr Kapasitas 17.000
Ton/Tahun. Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia, 1(3), 31-36.
Polling, 1986. Ilmu Kimia Jilid IIB Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, pp: 309, 313.
Rosyidah, A., & Endang P. (2018). Pemanfaatan Limbah Aluminium Sebagai
Koagulan dalam Pengelolahan Limbah Cair dan Penjernihan Air.
Prosiding SEMATEKSOS, 5(1), 243-247.
Saito, T. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Shoten. P: 112.
Sugiyarto, K.H., & Retno D.S. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta:
Graha Ilmu, p: 90.
Sukadi., & Novarini. (2021). Analisa Konsentrasi Reaktan Terhadap Produk Gas
Hidrogen pada Reaksi Hidrolisis Kompor Berbahan Bakar Limbah Kaleng
Bekas. Jurnal Inovator, 2(4), 32-35.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka, pp: 266-267.
Xu, S., Xi Z., & Jing L. (2018). Liquid Metal Active Aluminium-Water Reaction
for Direct Hydrogen Generation at Room Temperature. Journal
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 4(92), 17-37.

Anda mungkin juga menyukai