Aluminium ialah unsur kimia dengan lambang Al dan nomor atomnya 13.
Logam aluminium tahan terhadap korosi udara, karena reaksi antara logam
aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya, Al2O3, yang
membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak
terjadi reaksi lanjut. Lapisan dengan ketebalan 10-4 -10-6 mm sudah mencegah
terjadinya kontak lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi
karena ion oksigen mempunyai jari-jari ionic (124 pm) tidak jauh berbeda dari
jari-jari metalik atom aluminium (143 pm). Akibatya, kemasan permukaan hampir
tidak berubah, karena jari-jari ion alumunium (68 pm) tepat menempati rongga-
rongga struktur permukaan oksida.
Aluminium merupakan reduktor yang kuat dalam deret volta, yang dapat
dioksidasi oleh logam yang bertindak sebagai oksidator kuat. Logam aluminium
dapat melepuh dan mengalami korosi akibat dari pengoksidasian oleh logam-
logam yang terletak dibawahnya. Dengan kata lain, logam aluminium dapat
memiliki sifat yang reaktif. Sebagai contoh, jika setetes merkurium(I)Nitrat
ditaruh diatas permukaan aluminium yang bersih maka akan terbentuk aluminium
amalgam, kemudian ion-ion aluminium melarut. Ditunjukkan oleh reaksi:
[LAPORAN KIMIA ANORGANIK]
AlCl6 2 AlCl3
Atau
Penambahan asam :
b. Bahan
1. Larutan NaOH 1M Larutan NaOH 2 M
2. Larutan HCl 1 M
3. Larutan Na2CO3 1 M
4. HgCl2 0,1 M
5. Larutan (NH4)2S
6. Larutan Al2(SO4)3
7. Lembeng Al
8. Akuades
9. Kertas lakmus biru
10. Kapas
11. Koret api
12. Kertas saring
13. Kertas gosok
2. NaCl 50%
Pengenalan bahaya
a. Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar
b. Berbahaya jika tertelan
Tata cara penolongan pertama
a. Bila terjadi kontak, segera basuh kulit dengan air paling sedikit 15
menit
b. Bila terkena mata, basuh mata dengan air selam 15 menit dan beri
pertolongan medis
Tata cara penanggulangan kebakaran
a. Semua jenis pemadaman dapat digunakan untuk memadamkan
b. Gunakan alat bantu pernafasan dan pakaian pelindung untuk mencegah
kontak dengan kulit
Tata cara penanggulangan tumpahan
Serap tumpahan dengan lap basah kemudian letakkan dalam tempat
sampah kimia
Penanganan dan penyimpanan
Simpan ditempat yang dingin dan mempunyai fentilasi yang baik dan
jauhkan dari material yang tidak cocok
Pengendalian dan perlindungan diri
Gunakan sarung tangan yang dsetujui NIOSH dan kacamata pelindung
muka
Sifat fisik dan kimia
a. Dapat larut dalam air
b. Tekanan uap 1 mmHg pada 145,80C
c. Kepadatan uap <0,3 pada 250C
d. Cairan bening dan tidak berbau
[LAPORAN KIMIA ANORGANIK]
3. Asam sulfat
Pengenalan bahaya
Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar
Tata cara penolongan pertama
Bila terkena mata atau kulit , basuh mata dengan air selam 15 menit dan
beri pertolongan medis
Tata cara penanggulangan kebakaran
a. Semua jenis pemadaman dapat digunakan untuk memadamkan
b. Gunakan alat bantu pernafasan dan pakaian pelindung untuk mencegah
kontak dengan kulit
Tata cara penanggulangan tumpahan
Serap tumpahan dengan lap basah kemudian letakkan dalam tempat
sampah kimia atau bisa dinetralkan dengan basah lemah
Penanganan dan penyimpanan
Simpan ditempat yang dingin, kering dan mempunyai fentilasi yang
baik dan jauhkan dari material yang tidak cocok
Pengendalian dan perlindungan diri
Gunakan sarung tangan yang disetujui NIOSH dan kacamata pelindung
muka
Sifat fisik dan kimia
a. Dapat larut dalam air
b. Tekanan uap 1 mmHg pada 145,80C
c. Kepadatan uap <0,3 pada 250C
d. Cairan tidak berwarna dan tidak berbau
Stabilitas dan reaktivitas
a. Hindari dari bahan pengoksidasi logam, basa dan amina
b. Produk dekomposisi yang berbahaya adalah asap beracun dan sulfur
dioksida.
4. Asam sulfat
Tata cara penolongan pertama
a. Bila terkena kulit cuci bersih dengan sabun dan banyak air lalu
periksalah ke doketer
b. Basuh mata dengan air selam 15 menit dan beri pertolongan medis
Tata cara penanggulangan kebakaran
a. Gunakan semprotan air, busa tahan alkohol, kimia kering atau karbon
dioksidanya untuk memadamkan kebakaran
b. Pakailah peralatan untuk kebkaran jika diperlukan
[LAPORAN KIMIA ANORGANIK]
5. Na2CO3
Pengenalan bahaya
a. Klasifikasi GHS : iritasi mata, kategori 2
b. H319 menyebabkan gangguan mata berat
Tata cara penolongan pertama
a. Bila terkena kulit cuci dengan air yang banyak, lepaskan pakaian yang
terkontaminasi
b. Basuh mata dengan air yang banyak dan beri pertolongan medis
Tata cara penanggulangan kebakaran
a. Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi
lokal dan lingkungan
b. Pakai alat bantu pernafasan SCBA
Tata cara penanggulangan tumpahan
Ambil dalam keadaan kering teruskan ke pembangunan, bersihkan ke area
yang terkena
Penanganan dan penyimpanan
Simpan ditempat yang tetutup dan rapat
Pengendalian dan perlindungan diri
Gunakan sarung tangan berbahan karet nitril dan kacamata pelindung
Sifat fisik dan kimia
a. Titik leleh 8540C
b. Titik didih 16000C (penguraian)
c. Kelarutan dalam air 220 gram / L pada suhu 200C
d. Padat, putih, dan tidak berbau
Stabilitas dan reaktivitas
Hindari dari bahan aluminium, logam alkali tanah, florin, senyawa nitro
organik
6. NaOH
[LAPORAN KIMIA ANORGANIK]
Pengenalan bahaya
a. Parah menyebabkan iritasi dan luka bakar
b. Berbahaya jika tertelan
c. Hindari menghirup debunya
Tata cara penolongan pertama
Basuh mata dan kulit dengan air yang banyak sebanyak 15 menit dan
beri pertolongan medis
Tata cara penanggulangan kebakaran
Pakai alat bantu pernafasan dan pelindung untuk mencegah kontak
dengan kulit dan pakaian
Tata cara penanggulangan tumpahan
Pakailah pelindung saat menyaou, menyendok, atau mengambil materi
tumpah
Penanganan dan penyimpanan
Simpan ditempat yang sejuk, kering, berfentilasi baik, dan tutup rapat
Pengendalian dan perlindungan diri
a. Gunakan sarung tangan yang tepat agar kulit tidak tepapar
b. Pakai kacamata debu dan pelindung wajah
Sifat fisik dan kimia
a. Titik leleh 3180C (6040F)
b. Titik didih 139400C (25430F)
c. Kepadatan uap > 1
d. Larut dalam air
e. Tidak mudah terbakar
f. Kristal putih
Stabilitas dan reaktivitas
a. Stabil
b. Hindari bahan yang suasana asam dan cairan yang mudah terbakar
c. Produk dekomposisi yang berbahaya adalah natrium oksida
Dicelupkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaOH sampai timbul gas
Dicuci dengan air
Digosokkan dengan kapas yang telah dibasahi HgCl2
Hasil Pengamatan
2. Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
NaOH 0,1 M Na2CO3 0,1 M HCl 0,1 M
4. Hasil Pengamatan
1 mL larutan tawas atau larutan Al2(SO4)3
Terbentuk endapan
5.
Endapan
1 mL larutan tawas larut
atau larutan Al2(SO4)3
Ditambah HCl 0,1 M hingga tidak terjadi perubahan
Ditambahkan sedikit larutan (NH4)2S
Disaring
Hasil Pengamatan
Residu Filtrat
Dicuci dengan air panas banyak
Di pindahkan ke dalam tabung reaksi menggunakan sedikit air
Ditambah larutan NaOH sampai endapan larut kembali
Endapan larut
IX. Hasil Pengamatan
NaOH 0,1
Na2CO3
M 0,1 HCl
M 0,1 M
Hasil Pengamatan
- NaOH 0,1 M = larutan 6H2O (l) 2Na[Al(OH)4] aluminium saat
tidak berwarna (aq) + 3H2 (g) bereaksi dengan
- Na2CO3 0,1 M = larutan larutan Na2CO3 >
tidak berwarna 2Al (s) + Na2CO3 (aq) + NaOH > HCl
- HCl 0,1 M = larutan tidak 7H2O (l) 2Na[Al(OH)4]
berwarna (aq) + CO2 (g) + 6H+
- Lempengan Al = berwarna
abu-abu mengkilap 2Al (s) + 6HCl (aq)
Sesudah 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
- NaOH 0,1M + Al =
terbentuk gelembung (+),
larutan tidak berwarna
- Na2CO3 0,1 M panas + Al =
terbentuk gelembung (+
+), larutan tidak berwarna
- HCl 0,1M + Al = terbentuk
gelembung, larutan tidak
berwarna
Hasil Pengamatan
- NaOH 0,1M = larutan tidak maupun basa
berwarna Al(OH)3 (s) + NaOH (aq)
- Larutan HCl = larutan tidak Na[Al(OH)4] (aq) +
berwarna HCl (aq) NaCl (aq) +
Sesudah Al(OH)3 (s) + H2O (l)
- Al2(SO4)3 + NaOH 27 tetes
= terbentuk endapan Al2(SO4) (aq) + HCl (aq)
berwarna putih AlCl3 (aq) + H2O (l)
- Al2(SO4)3 + NaOH 27 tetes
+ NaOH 161 tetes =
endapan putih larut
- Al2(SO4)3 + NaOH + HCl 7
tetes = terbentuk endapan
berwarna putih kembali
- Al2(SO4)3 + NaOH + HCl
26 tetes = tidak terjadi
perubahan (endapan tetap
tidak larut)
Residu Filtrat
5. Sebelum Al2(SO4)3 (aq) + 3(NH4)2S Larutan Al2(SO4)3
Dicuci dengan air panas banyak - Al2(SO4)3 = larutan tidak (aq) + 6H2O (l) direaksikan dengan
Di pindahkan ke dalam tabung reaksi menggunakan sedikit air
berwarna 2Al(OH)3 (s) + (NH4)2S tidak
- (NH
Ditambah larutan NaOH sampai endapan larut 4)2S = larutan tidak
kembali 3(NH4)2SO4 (aq) + 3H2S terbentuk endapan
berwarna (g)
Endapan larut
Sesudah
- Al2(SO4)3 + (NH4)2S = Al(OH)3 (s) + NaOH (aq)
larutan tidak berwarna, Na[Al(OH)4] (aq)
tidak terbentuk endapan
X. Pembahasan
2. Percobaan 2
Pada percobaan kedua, bertujuan untuk mengetahui sifat reaktif dari
alumunium, terhadap larutan asam, basa, dan garam. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan 3 lempeng aluminium berwarna abu-abu
mengkilatyang dipotong menjadi bagian-bagian kecil dengan ukuran yang
sama. Selanjutnya, memasukkan 1 mL larutan NaOH yang tidak berwarnapada
tabung 1, 1 mL larutan Na2CO3tidak berwarna pada tabung 2, dan 1 mL larutan
HCl tidak berwarna pada tabung 3. Lempeng aluminium yang sudah
disiapkan, dimasukkan ke dalam masing-masing tabung yang berisi larutan.
Pada tabung 1, ketika aluminium direaksikan dengan larutan basa NaOH
menghasilkan larutan tidak berwarna danterbentuk gelembung (+) yang
menempel pada lempeng aluminium. Hasil percobaan sesuai dengan teori
bahwa lempeng aluminium akan membentuk senyawa kompleks
tetrahidroksoaluminat yang jernih tidak berwarna dan gas hidrogen jika
direaksikan dengan hidroksi alkali, seperti persamaan reaksi yang terjadi
berikut:
2Al (s) + 2NaOH (l) + 6H2O (l) 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Pada tabung 2, ketika aluminium direaksikan dengan larutan garam
Na2CO3yang dipanaskan terlebih dahulu, menghasilkan larutan tidak berwarna
dan terbentuk gelembung (++) yang menempel pada lempeng aluminium.
Maksud dari pemanasan Na2CO3 terlebih dahulu pada percobaan ini, agar
kelarutannya pada logam aluminium dapat terjadi sehingga reaksi dapat terjadi
dan menghasilkan senyawa komplekstetrahidroksoaluminatdan gas CO2.Hasil
percobaan yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa lempeng aluminium yang
direaksikan dengan garam Na2CO3 akan menghasilkan senyawa kompleks
tetrahidroksoaluminat dan gas CO2 dan asam (H+) dari penguraian larutan
Na2CO3, seperti persamaan reaksi yang terjadi beirkut:
2Al (s) + Na2CO3 (l) + 7H2O (l) 2Na[Al(OH)4] (aq) + CO2 (g) + 6H+ (g)
Kemudian, pada tabung 3, ketika aluminium direaksikan dengan
larutan asam HCl menghasilkan larutan tidak berwarna dan terbentuk sedikit
gelembung yang menempel pada lempeng aluminium. Hasil percobaan sesuai
dengan teori bahwa asam klorida yang direaksikan dengan aluminium akan
menghasilkan gelembung gas H2 dan tidak terbentuknya endapan menandakan
bahwa terbentuk senyawa AlCl3 yang berwujud larutan tidak berwarna. Seperti
persamaan reaksi yang terjadi berikut:
2Al (s) + 6HCl (aq) 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
4. Percobaan 4
Pada percobaan keempat, bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter
dari larutan aluminium, dengan menambahkan larutan basa NaOH (tidak
berwarna) dan larutan asam HCl (tidak berwarna). Langkah pertama yang
dilakukan dalam percobaan adalah memasukkan 1 mL larutan tawas yang
tidak berwarna atau Al2(SO4)3 ke dalam tabung reaksi, dan ditambahkan
larutan NaOH 0,1 M tidak berwarna tetes demi tetes sampai terbentuk
endapan. Penambahan NaOH yang dibutuhkan sebanyak 27 tetes untuk
membentuk endapan, dan endapan yang diperoleh berwarna putih. Sesuai
dengan reaksi yang terjadi yaitu:
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH (aq) 2Al(OH)3 (s) + 3Na2SO4 (aq)
Kemudian ditambahkan NaOH berlebih hingga endapan putih
Al(OH)3larut. Penambahan NaOH yang dibutuhkan sebanyak 27 tetes untuk
melarutkan endapan.Penambahan pereaksi basa kuat (NaOH) akan
memperbanyak ion hidroksil sehingga akan membentuk ion
tetrahidroksoaluminat [Al(OH)4]-yang tidak berwarna. Sesuai dengan
persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
Al(OH)3(s) + NaOH (aq) NaAl(OH)4 (aq)
Reaksi ini merupakan reaksi bolak-balik sehingga apabila ditambahkan
larutan yang sangat basa atau larutan basa berlebih, maka hidroksida yang
diendapan dapat melarut lagi. Setelah itu, ditambahkan HClyang tidak
berwarna hingga terbentuk endapan putih kembali. Penambahan HCl yang
dibutuhkan sebanyak 7 tetes untuk membentuk endapan putih kembali. Sesuai
dengan reaksi yang terjadi yaitu:
NaAl(OH)4 (aq) + HCl (aq) Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (aq)
Kemudian, ditambahkan HCl berlebih untuk melarutkan endapan
kembali. Penambahan HCl yang diberikan dalam percobaan sebanyak 26 tetes,
namun hasil diperoleh endapan tidak larut kembali. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang akan dibahas dalam diskusi. Reaksi yang terjadi yaitu:
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) AlCl3(aq) +3H2O(aq)
Pembentukan endapan Al(OH)3(s) oleh NaOH lebih cepat dibandingkan
dengan HCl karena senyawa Aluminium lebih reaktif dengan basa dari pada
asam dan senyawa Aluminium dapat bersifat amfoter karena dapat bereaksi
dengan asam dan basa dan bersifat reversibel. Bersifat reversibel karena
endapan yang dihasilkan dapat dengan mudah dilarutkan kembali dengan
penambahan larutan (asam atau basa) yang berlebih.
5. Percobaan 5
Pada percobaan kelima, bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa
aluminium. Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan adalah
memasukkan laruatn tawas yang tidak berwarna atau Al2(SO4)3 kedalam
tabung reaksi. Ditambahkan sedikit larutan (NH 4)2S yang tidak berwarna ke
dalam tabung reaksi yang berisi larutan Al2(SO4)3, diperoleh larutan tidak
berwarna dan tidak terbentuk endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
dapat ditunjukkan dengan reaksi berikut:
Al2(SO4)3(aq) + 3(NH4)2S (aq) + 6H2O (l) 2Al(OH)3 (s) + 3H2S(g) +
3(NH4)2SO4 (aq)
Pada langkah selanjutnya, percobaan dihentikan, hal ini dikarenakan
ketika Al2(SO4)3direaksikan dengan (NH4)2S tidak diperoleh endapan .
XI. Diskusi
Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori terjadi pada percobaan
kedua, percobaan keempat, dan percobaan kelima.
Pada percobaan kedua yang bertujuan untuk mengetahui sifat reaktif dari
alumunium, terhadap larutan asam, basa, dan garam, diperoleh hasil percobaan
yang dilakukan bahwa kereaktifan aluminium terhadap larutan Na 2CO3
panas>NaOH>HCl Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa sifat kereaktifan
logam aluminium terhadap larutan asam, basa dan garam adalah NaOH > Na 2CO3
(panas) > HCl. Ketidak sesuaian antara hasil percobaan dengan teoritis
dimungkinkan karena ketidaktelitian praktikan saat mengaamti banyaknya
gelembung yang terbentuk pada ketiga tabung reaksi, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil pengamatan.
Pada percobaan keempat yang bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter
dari larutan aluminium, dengan menambahkan larutan basa NaOH (tidak
berwarna) dan larutan asam HCl (tidak berwarna), diperoleh hasil percobaan yang
dilakukan adalah saat penambahan HCl berlebih endapan putih tidak larut
kembali. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa penambahan HCl berlebih dapat
melarutkan endapan putih kembali. Ketidaksesuaian antara hasil percobaan
dengan teoritis dikarenakan kurangnya penambahan HCl pada campuran sehingga
endapan tidak larut kembali
Pada percobaan kelima yangbertujuan untuk mengetahui sifat dari
senyawa aluminium., diperoleh hasil percobaan yang dilakukan adalah larutan
tidak berwarna dan tidak terbentuk endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori
bahwa larutan Al2(SO4)3yang bereaksi dengan (NH4)2Smenghasilkan endapan
berwarna putih. Ketidaksesuaian antara hasil percobaan dengan teoritis di
mungkinkan karena (NH4)2S yang memiliki kualitas yang kurang baik.
XII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa
sifat dari logam aluminium dan senyawanya yaitu:
1. Logam aluminum bersifat reaktif yang ditandai dengan aluminium yang
direaksikan dengan basa menghasilkan gas H2 dan senyawa kompleks
tetrahidroksoaluminat
2. Tingkat kereaktifan logam aluminium saat bereaksi dengan larutan
Na2CO3>NaOH>HCl.
3. Larutan Al(OH)3 merupakan larutan garam bersifat asam
4. Aluminium bersifat amfoter yaitu dapat bereakasi dengan asam maupun basa
5. Larutan aluminium [Al2(SO4)3] yang direaksikan dengan (NH4)2S tidak
membentuk endapan
NaOH 2M dan terjadi endapan pada saat tetesan NaOH yang pertama.
Reaksinya adalah
Dalam reaksi ini aluminium hidroksida bersifat sebagai asam sehingga dapat
terbentuk endapan kembali. Larutan menjadi keruh dan terdapat endapan setelah
tetesan HCl yang ke-2. Endapan ini merupakan endapan Al (OH )3 yang
kembali mengendap karena penambahan HC l menyebabkan larutan tepat
jenuh setelah penambahan HCl pada tetes ke-15. Reaksi yang terjadi adalah :
.
atau basa bila direaksikan dengan basa kuat dan asam kuat merupakan alasan
logam aluminium digosok-gosok dengan kapas yang telah dibasahi larutan HgCl2,
2Al (s) + 3HgCl2 2AlCl3 (aq) + 3 Hg (s)
Percobaan 2
(lempeng Aluminium dimasukkan pada tiga tabung.)
2Al (s) + 2NaOH (l) + 6H2O (l) 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Na2 CO 3
panas menghasilkan reaksi sebagai berikut:
2Al (s) + Na2CO3 (l) + 7H2O (l) 2Na[Al(OH)4] (aq) + CO2 (g) + 6H+ (g)
3. Pada tabung C yang berisi HCl 0,1 M lempeng aluminium dimasukkan dan
terjadi reaksi:
2Al (s) + 6HCl (aq) 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
Percobaan 3
(hanya menguji sifat keasaman garam Al 2 ( SO4 )3 )
Percobaan 4
Al 2 (SO 4 )3+ NaOH : pada tetes ke-1 NaOH , larutan menjadi putih keruh.
Setelah tetes ke-11 NaOH , larutan menjadi tak berwarna ( NaOH berlebih
Percobaan 5
Sebanyak 1 mL larutan Al 2 ( S O4 )3 ditambah dengan sedikit (NH4)2S menurut
reaksi :
Al2(SO4)3(aq) + 3(NH4)2S (aq) + 6H2O (l) 2Al(OH)3 (s) + 3H2S(g) +
3(NH4)2SO4 (aq)
3. Jelaskan kegunaan aluminium !
a. Sektor industri otomotif, untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan
bermotor.
b. Untuk membuat badan pesawat terbang.
c. Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
d. Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan.
e. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III)
oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api.
f. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
Tawas mempunyai rumus kimia KSO4.AL2.(SO4)3.24H2O. Tawas digunakan
untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
g. Alumina (Al2O3)
Alumin dibedakan atas alfa0allumina dan gamma-allumina. Gamma-
alumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500C. Gamma-
alumina digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan
industri keramik serta industri gelas. Alfa-allumina diperoleh dari
pemanasan Al(OH)3 pada suhu diatas 10000C. Alfa-allumina terdapat
sebagai korundum di alam yang digunakan untuk amplas atau grinda. Batu
mulia, seperti rubi, safir, ametis, dan topaz merupakan alfa-allumina yang
mengandung senyawa unsur logam transisi yang memberi warna pada batu
tersebut. Warna-warna rubi antara lain:
XIV. Daftar Pustaka
Amaria, dkk. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik II. Surabaya: Jurusan
Kimia FMIPA UNESA.
Lee, J.D. 1979. Concise Inorganic Chemistry 4th Edition. London: University and
Professional Division.
Munim, Abdul S. 2002. Kimia Anorganik 2. Palangkaraya: Universitas
palangkaraya.
Sugiyarto, Kristian H. 2004. Common Textbook Kimia Anorganik I. Yogyakarta:
UNY Press.
Sunardi. 2006. Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. Bandung: Yrama
Widya
Svehla, G. .1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
LAMPIRAN FOTO
2. Memasukkan
larutan NaOH ke
dalam tabung
reaksi (1)
Percobaan 3
No. Alur Kerja Gambar Keterangan
1. Mengambil larutan Larutan Al2(SO4)3 = larutan
Al2(SO4)3 tidak berwarna
2. Memasukkan Lakmus biru berubah
kertas lakmus biru menjadi merah
kedalam tabung
reaksi
Percobaan 4
No. Alur Kerja Gambar Keterangan
1. Memasukkan Larutan Al2(SO4)3 = larutan
larutan Al2(SO4)3 tidak berwarna
kedalam tabung
reaksi
Percobaan 5
No. Alur Kerja Gambar Keterangan
1. Memasukkan 1 mL Larutan Al2(SO4)3 =
larutan Al2(SO4)3 larutan tidak berwarna
kedalam tabung
reaksi