2.
Logam Aluminium
- Dipotong kecil-kecil
- Dibagi ke dalam tiga tabung reaksi
4.
Residu Filtrat
- Dicuci dengan aquades
Endapan kristal berwarna
- Dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi sedikit aquades
- Ditambahkan NaOH 1 M
Endapan larut
Reaksi-reaksi yang terjadi:
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l) 2Al(OH)3(s) + 3(NH4)2SO4(aq) +
3H2S(g)
VIII. HASIL PERCOBAAN :
Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. NaOH: larutan tidak Aluminium + 2Al(s) + 2NaOH(aq) Penambahan
berwarna NaOH: larutan + 6H2O(l) → NaOH pada
Larutan NaOH 1
Lempeng tidak berwarna, 2Na[Al(OH)4](aq) + aluminium
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3H2(g) menghasilkan
aluminium: logam timbul gelembung
berwarna perak gas 2Al(s) + HgCl2(aq) gelembung H2,
- Dicelupkan sepotong kecil
HgCl2: larutan tidak Dicuci: lempeng 3Hg(s) + 2AlCl2(aq) serta dengan
lempengan aluminium hingga timbul
berwarna aluminium 2Al(s) + 3HgCl2(aq) penambahan
gelembung gas
Kapas: serat berwarna perak 3Hg(s) + HgCl2 pada kapas
tetes 3H2O(l)
+ HCl 1 M:
terbentuk endapan
putih, larutan
berwarna putih
Jumlah tetesan
HCl 1 M: 5 tetes
+ HCl 1 M
berlebih: endapan
semakin berkurang
Jumlah tetesan
HCl 1M: 25 tetes
Residu
berwarna terbentuk endapan 6H2O(l) satu senyawa
Larutan (NH4)2S: putih, larutan 2Al(OH)3(s) + aluminium yang
Filtrat larutan berwarna berwarna putih 3(NH4)2SO4(aq) + dapat bereaksi
- Dicuci dengan aquades kuning (+) Jumlah tetesan 3H2S(g) dengan (NH4)2S
Larutan NaOH 1 M: (NH4)2S pekat: 1 Al(OH)3(s) + dan
- Dipindahkan ke dalam tabung reaksi larutan tidak tetes NaOH(aq) menghasilkan
yang berisi sedikit aquades berwarna Disaring: Na[Al(OH)4](aq) endapan Al(OH)3
- Ditambahkan NaOH 1 M Filtrat: larutan dan gas H2S.
berwarna putih Endapan
Endapan larut
Residu: endapan Al(OH)3 tersebut
berwarna putih memiliki sifat
Residu + NaOH mudah larut
1M: endapan larut, dalam basa
larutan berwarna NaOH karena
putih membentuk
NaOH 1 M: 10 Na[Al(OH)4].
tetes
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN :
Telah dilakukan percobaan dengan judul Aluminium pada tanggal 11 April 2019
pukul 08.00-09.30 WIB yang bertujuan Mengetahui sifat-sifat aluminium dan
senyawanya. Praktikum ini dibagi menjadi 5 tahapan, yang pertama yaitu reaksi
amalgamasi logam aluminium, sifat amfoter aluminium, sifat asam basa senyawa
aluminium, kesetimbangan asam dan basa senyawa aluminium, dan mengidentifikasi
sifat-sifat senyawa aluminium.
Aluminium merupakan unsur yang terletak pada golongan III A yang memiliki
konfigurasi electron [10Ne] 3s2 3p1 mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya
(Cotton dan Wilkinson, 1972) sehingga memiliki karakteristik yang berupa warna
putih, elastis dan logam yang lunak; padatannya berwarna abu-abu meleleh pada suhu
659 (Svehla, 1990) pada logam sifatnya yang ringan, tidak magnetik dan tidak mudah
terpercik, merupakan logam kedua termudah dalam soal pembentukan, dan keennam
dalam soal ductility (Housecroft dan Sharpe, 2005). Posisinya dalam tabel periodic
menandakan bahwa terjadi sifat peralihan pada asam basa pada aluminium. Terpapar
udara menyebabkan aluminium teroksidasi pada permukaannya tetapi lapisan oksida
melindungi logamnya menjadi teroksidasi lebih lanjut (Svehla, 1990) oksida yang
dihasilkan oleh senyawa aluminium bersifat amfoter.
Meskipun aluminium kurang elektropositif, ia bagaimanapun juga tahan terhadap
korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat terbentuk pada permukaannya.
Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada
aluminium, yaitu proses yang disebut anodisasi; lapisan-lapisan yang segar dapat
diwarnai dengan pigmen. Aluminium larut dalam asam mineral encer, tetapi
“dipasifkan” oleh HNO3 pekat. Bila pengaruh perlindungan lapisan oksida dirusakkan,
misalnya dengan penggoresan atau dengan amalgamasi, penyerangan cepat meskipun
oleh air sekalipun dapat terjadi. Logamnya mudah bereaksi oleh larutan NaOH panas,
halogen, dan berbagai nonlogam (Cotton, 2009).
Lempeng aluminium yang digunakan berasal dari kaleng minuman isotonik yang
telah diamplas catnya. Kaleng tersebut diambil bagian tengahnya kemudian diamplas
hinga bersih sampai diperoleh lempengan berwarna keperakan
Percobaan 1
Percobaan pertama disiapkan larutan 1 mL larutan NaOH 1 M (tidak berwarna) ke
dalam tabung reaksi. Langkah berikutya yaitu memasukkan lempeng aluminium
berukuran 0,5cm x 0,5cm berwarna keperakan. Dari reaksi diatas timbul gas yang
merupakan ciri-ciri terjadinya reaksi dan reaksi digambarkan sebagai berikut:
2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Dari persamaan reaksi produk dari reaksi terdapat gas yang menunjukan bahwa
dalam reaksi tersebut dibebaskan gas berupa gas hidrogen. Kemudian reaksi antara Al
dan NaOH membentuk kompleks yaitu natrium tetrahidroksoaluminat yang tidak
berwarna. Pada sistem yang berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas yaitu
hidrogen. Pada tahap ini aluminium mengalami kenaikan biloks (oksidasi) dari 0
menjadi +3, disisi yang lain atom H pada NaOH mengalami penurunan biloks
(reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium bertindak sebagai reduktor,
sedangkan NaOH bertindak sebagai oksidator. Menurut Svhela (1990) reaksi yang
terjadi adalah reaksi reversibel, dan setiap reagensia yang akan mengurangai
konsentrasi ion-hidroksil dengan cukup, akan mengendapnya aluminium hidroksida.
Ini dapat dihasilkan dengan larutan amonium klorida atau dengan penambahan suatu
asam.
Langkah berikutnya yaitu mengusap logam aluminium dengan aquades.
Penambahan aquades pada logam aluminium berfungsi sebagai menghilangkan larutan
NaOH yang menempel pada logam aluminium agar tidak mempengaruhi reaksi
dengan reagen selanjutnya dan hasil dari percobaan menjadi tidak sesuai dengan teori.
Pada logam aluminium yang telah dicuci dengan aquades maka dsiapkan kapas
kering yang akan dibasahi dengan larutan HgCl2 hal ini bertujuan karena HgCl2
merupakan senyawa yang berbahaya apabila dalam jumlah yang melebihi batas dalam
tubuh akan menyebabkan kematian. Sehingga perlu diteteskan pada kapas agar tidak
ada larutan HgCl2 yang terciprat keluat. Kemudian logam aluminium ditaruh pada
kapas tersebut. Terjadi perubahan pada logam aluminium, yang semula logamnya
berwarna abu-abu keperakan menjadi berwarna kehitaman. Hal ini dapat terjadi karena
terjadi pembentukan amalgamasi antara Hg dan Al. Amalgam adalah alloy (paduan)
yang berisi merkuri (Hg) yang menjadi pasta keperak-perakan yang lunak ketika
dicampur dan kemudian akan mengeras. Proses ini disebut dengan proses amalgamasi
yaitu suatu reaksi dengan menggoreskan senyawa merkuri untuk merusak lapisan
oksida pada Aluminium. Persamaan reaksi sebagai berikut:
Al2O3(aq) + 3HgCl2(aq) → 2AlCl3(aq) + 3HgO(g)
Al + Hg → AlHg (amalgam)
Aluminium mengalami kenaikan biloks (oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi
yang lain atom Hg pada HgCl2 mengalami penurunan biloks (reduksi) dari +2 menjadi
0. Dalam hal ini aluminium bertindak sebagai reduktor, sedangkan HgCl 2 bertindak
sebagai oksidator.
Hasil dari reaksi diatas adalah logam Al menjadi tidak mengkilat dengan
meninggalkan noda abu-abu pada permukaan luar lempeng aluminium dan pada
kapas, dan setelah dikeringkan logam aluminium sangat rapuh ini dibuktikan dengan
adanya lempeng aluminium yang tergerus, lempeng aluminium yang tergerus menjadi
berwarna abu-abu. Hal ini disebabkan karena Al membentuk amalgam dengan Hg
sehingga oksida yang menempel pada aluminium menjadi tergerus.
Dengan demikian dapat disimpulkan logam Aluminium reaktif terhadap NaOH
(basa kuat) yang ditandai dengan terbentuknya gas H2. Selain itu, logam Aluminium
bereaksi dengan HgCl2 membentuk amalgam yang ditandai dengan perubahan logam
Al yang abu-abu kehitaman, dan kapas putih menjadi abu-abu.
Percobaan 2
Percobaan kedua yaitu mengetahui urutan kereaktifan logam Aluminium
terhadap suatu larutan basa, garam, maupun asam. langkah pertama yaitu disiapkan 3
tabung reaksi yang masing-masing diberi label 1, 2, dan 3. Kemudian dalam tabung 1
dimasukkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M. Tabung 2 dimasukkan 1 mL larutan Na 2CO3
0,1 M. Tabung ke 3 dimasukkan 1 mL larutan HCl 0,1 M. Masing-masing larutan
tersebut tidak berwarna. Ketiga larutan tersebut mewakiliki sifat larutan yang akan
direaksikan dengan logam Al, NaOH bersifat basa, Na 2CO3 bersifat garam, dan HCl
bersifat asam. perlakuan yang berbeda pada larutan Na2CO3 perlu diberi pemanasan
dengan tujutan apabila dalam keadaan dingin, maka tidak akan terlihat gelembung
muncul dalam larutan. Hal ini disebabkan dalam suhu ruang sulit natrium karbonat
bereaksi dengan aluminium, sehingga perlu penambahan kalor dari lingkungan pada
sistem agar energi aktivasi minimum tercapai untuk terjadinya reaksi antara natrium
karbonat dan aluminium.
Pada ketiga tabung reaksi kemudian ditambahkan masing-masing logam Al
yang sudah diamplas secara bersamaan.
Pada tabung 1 terjadi reaksi antara NaOH dan Al diperoleh gelembung gas dan
larutan yang tidak berwarna yang diidentifikasi sebagai gas H 2, persamaan reaksinya
sebagai berikut :
2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Reaksi berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas hidrogen yang
sesuai dengan persamaan reaksi. Pada tahap ini aluminium mengalami kenaikan biloks
(oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi yang lain atom H pada NaOH mengalami
penurunan biloks (reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium bertindak
sebagai reduktor, sedangkan NaOH bertindak sebagai oksidator.
Pada tabung reaksi 2 juga terjadi suatu reaksi antara Al dengan Na2CO3. Reaksi
yang terjadi pada persamaan tersebut menghasilkan suatu garam kompleks natrium
aluminat Na[Al(OH)4] dan gas karbondioksida CO2. Gas yang dihasilkan dalam
reaksi ini adalah gas karbon dioksida. Persamaan reaksi sebagai berikut
Al(s) + Na2CO3(aq) → Na[Al(OH)4] (aq) + CO2(g) + H2O(l)
Reaksi berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas yaitu karbon
dioksida yang sesuai dengan persamaan reaksi. Pada tahap ini aluminium mengalami
kenaikan biloks (oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi yang lain atom H pada NaOH
mengalami penurunan biloks (reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium
bertindak sebagai reduktor, sedangkan NaOH bertindak sebagai oksidator.
Pada tabung reaksi 3 juga terjadi suatu reaksi redoks antara Al dengan HCl.
Reaksi yang terjadi pada persamaan tersebut menghasilkan suatu garam aluminium
klorida AlCl3 dan gas hidrogen H2. Gas yang dihasilkan dalam reaksi ini adalah gas
hidrogen. Persamaan reaksi sebagai berikut:
2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
Reaksi berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas yaitu hidrogen yang
sesuai dengan persamaan reaksi. Pada tahap ini aluminium mengalami kenaikan biloks
(oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi yang lain atom H pada HCl mengalami penurunan
biloks (reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium bertindak sebagai
reduktor, sedangkan HCl bertindak sebagai oksidator.
Berdasarkan pengamatan, reaksi aluminium dengan ketiga reaktan masing-
masing memiliki perbedaan. Walaupun dua reaktan sama-sama memiliki sifat basa,
namun reaksinya berbeda. Kekuatan basa dapat mempengaruhi reaksi logam
aluminium. Reaksi aluminium dengan NaOH (basa kuat) terjadi sangat cepat,
sedangkan reaksi aluminium dengan garam Na2CO3 berlangsung lebih lambat dan
memerlukan panas. Berbeda lagi reaksinya dengan HCl, walaupun sama-sama
menghasilkan hidrogen seperti reaksinya dengan NaOH, namun reaksinya dengan HCl
berlangsung lebih lambat dibanding dengan basa natrium hidroksida dan garam
natrium karbonat.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, logam aluminium sangat
reaktif terhadap basa, sedikit reaktif terhadap garam dan kurang reaktif terhadap asam.
Hal ini ditandai dengan jumlah gelembung gas yang dihasilkan.
Percobaan 3
Percobaan ketiga menunjukkan sifat asam atau basa pada kertas lakmus dari
senyawa Al2(SO4)3. Senyawa Al2(SO4)3. Merupakan senyawa yang bernama tawas.
Identifikasi senyawa Al2(SO4)3 dapat dilakukan untuk mengetahui sifat keaasam atau
keadaan pada kertas lakmus. Al2(SO4)3 merupakan garam yang bersifat asam. karena
aluminium solfat tersusun atas ion Al3+ yang basanya bersifat basa lemah dan ion SO42-
yang asamnya merupakan asam kuat. Hal ini menyebabkan sifat asam dari garam ini
lebih dominan sehingga garam ini bersifat asam.
Langkah pertama dalam percobaa ini yaitu menyiapkan larutan Al2(SO4)3 yang
tidak berwarna dan tidak berbau sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi. Kemudian
diuji dengan kertas lakmus biru maka dihasilkan perubahan warna kertas lakmus biru
menjadi merah yang menujukkan bahwa larutan ini bersifat asam. garam sulfat dari
aluminium larut dalam air, sehingga terionisasi sesuai persamaan sebagai berikut
Al2(SO4)3(s) → Al3+(aq) + SO42-(aq)
Larutan yang dihasilkan bersifat asam asam karena adanya reaksi hidrolisis ion
aluminium (Al3+) yang menghasilkan ion H+ sesuai persamaan berikut:
Al3+(aq) + H2O(l) → Al(OH)3(aq) + H+(aq)
Adanya ion H+ tersebut yang menyebabakan larutan aluminum sulfat yang
menjadi bersifat asam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa Al2(SO4)3 bersifat asam, yang
ditunjukkan dengan uji kertas lakmus biru mengalami perubahan warna menjadi
merah.
Percobaan 4
Percobaan keempat untuk mengetahui kesetimbangan sifat amfoter pada
senyawa aluminium. Aluminium dapat bersifat sebagai asam dan basa. Langkah
pertama yaitu memasukkan 1 mL Al2(SO4)3 0,1 M yang tidak berwarna tetes demi
tetes hingga terbentuk endapan. Jumlah terkesan yang diperoleh untuk terbentuk
endapan yaitu sebanyak 2 tetes. Diperoleh larutan yang sedikit keruh dan terdapat
endapan putih (++) seperti flake. Persamaa reaksi sebagai berikut :
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Kemudian langkah berikutnya yaitu menambahkan NaOH sampai endapan
kembali melarut. Dibutuhkan sebanyak 24 tetes agar endapan dalam tabung reaksi
secara stabil melarut. Menurut svehla (1990) reaksi yang terjadi adalah reaksi
reversibel, dan setiap reagensia yang akan mengurangai konsentrasi ion-hidroksil
dengan cukup, akan mengendapnya aluminium hidroksida. Ini dapat dihasilkan
dengan larutan amonium klorida atau dengan penambahan suatu asam. persamaan
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq) + H2O (l)
Langkah berikutnya yaitu menambahkan larutan HCl sampai terbentuk
endapan yang stabil dibutuhkan 5 tetes larutan HCl 0,1 M agar kembali terbentuk
endapan putih seperti flake. Persamaan reaksi sebagai berikut :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)
Selanjutnya ditambahkan resensi HCl berlebihan sampai endapan putih
melarut sempurna secara stabil. Diperlukan 25 tetes larutan HCl agar endapannya larut
sempurna persamaan reaksi sebagai berikut :
Al(OH)3 (s) + 3HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa aluminium bersifat
amfoter dalam kesetimbangan asam dan basa, hal ini dibuktikan dengan Al2(SO4)3
dapat bereaksi dengan basa maupun asam dalam perbandingan volume yang relatif
sama.
Percobaan 5
Percobaan kelima mengidentifikasi sifat-sifat dari senyawa aluminium.
aluminium sulfat digunakan sebagai contoh senyawa dari aluminium. Pada percobaan
ini akan dilakukan pereaksian antara Al2(SO4)3 dengan (NH4)2S. Secara teori reaksi
antara kedua senyawa tersebut dapat menghasilkan natrium hidroksida, hidrogen
sulfida, dan amonium sulfat.
Langkah pertama menyiapkan larutan Al2(SO4)3 sebagai larutan hasil
percobaan nomor tiga direaksikan dengan sedikit larutan (NH 4)2S larutan tidak
berwarna dan dihasilkan endapan berwarna putih Al(OH)3. Saat percobaan terbentuk
gas yang sangat menyengat seperti telur busuk. persamaan reaksi sebagai berikut:
Al2(SO4)3(aq) + 3(NH4)2S(aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)3(s) + 3H2S(g)+ 3(NH4)2SO4(aq)
Gas dari telur busuk tersebut merupakan hasil dari reaksi yang merupakan gas
H2S. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring, maka terbentuk filtrat berupa
larutan tidak berwarna dan residu berupa endapan putih. Endapan putih tersebut dicuci
dengan aquades dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan sedikit
aquades. Lalu ditambahkan NaOH 0,1M sampai endapan larut. Pada tetesan NaOH
ke-1 endapan larut dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → NaAl(OH)4(aq)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Al2(SO4)3 jika direaksikan dengan
(NH4)2S maka akan terbentuk hablur Al(OH)3 yang berwarna putih dan hablur akan
larut kembali setelah ditambah NaOH.
X. KESIMPULAN :
Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan
1. logam alumunium dapat bereaksi dengan basa menghasilkan gas H2, Al dapat
bereaksi dengan Hg membentuk logam amalgam
2. senyawa aluminium cenderung mudah bereaksi dengan basa daripada asam
dibukikan dengan banyaknya gas yang terbentuk dalam larutan
3. senyawa Al2(SO4)3 bersifat asam ketika diidentifikasi dengan kertas lakmus biru
berubah warna menjadi merah
4. Aluminium bersifat amfoter karena bereaksi baik dengan senyawa (HCl) maupun
basa (NaOH) dalam keadaan kesetimbangan dan reaksi bersifat reversibel.
5. Aluminium bereaksi dengan amonium sulfida menghaslkan endapan putih dan gas
H2S
Percobaan 2 :
Tabung I
Al(s) + NaOH(aq) → NaAlO2(aq) + H2(g)
Tabung II
2Al(s) + Na2CO3(aq) + 2H2O(l) → 2Na[Al(OH)2](aq) + H2O(g) + CO2(g)
Tabung III
2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(s) + 3H2(g)
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) → Al2(SO4)3(aq)
Percobaan 3 :
Al2(SO4)3 (s) + H2O(l) → Al2(SO4)3 (aq)
Percobaan 4 :
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) + AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Percobaan 5 :
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S (aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)3(s) + H2S(g) +
3(NH4)2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
3. Jelaskan kegunaan aluminium!
Jawab :
a. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat-alat
lain.
b. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung.
c. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur.
d. Sebagai bahan penyusun kabel listrik.
e. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium.
Senyawa aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya senyawa
Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan unutk meningkatkan pH atau bahan
anti-asam. Senyawa Al(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air. Senyawa Al3+
bersifat tidak berbahaya bagi manusia, namun logam Aluminium diketahui dapat
menimbulkan penyakit pada manusia yang memiliki gangguan ginjal pada
tubuhnya. Pada manusia normal, sebenarnya logam Aluminium dapat diekskresi
dari dalam tubuh sehingga aman dan tidak berbahaya bagi tubuh.