Anda di halaman 1dari 27

I.

JUDUL PRAKTIKUM : Aluminium


II. TANGGAL PRAKTIKUM : 11 April 2019
III. WAKTU PRAKTIKUM : Pukul 08.00 - 10.20 WIB
IV. TUJUAN PRAKTIKUM : Mengetahui sifat-sifat aluminium dan senyawanya
V. DASAR TEORI :
1. Pengertian Aluminium
Alumunium diturunkan dari kata alum yang merujuk pada senyawa garam
rangkap. (Latin: alumen, alum) Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan
alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan. Pada
tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier,
pada tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan
(Heslop dan Robinson, 1967).
Wohler yang biasanya disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam
ini pada 1827, walau aluminium tidak murni telah berhasil dipersiapkan oleh Oersted
dua tahun sebelumnya. Pada 1807, Davy memberikan proposal untuk menamakan
logam ini aluminum (walau belum ditemukan saat itu), walau pada akhirnya setuju
untuk menggantinya dengan aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama
banyak unsur lainnya yang berakhir dengan “ium”. Aluminium juga merupakan
pengejaan yang dipakai di Amerika sampai tahun 1925 ketika American Chemical
Society memutuskan untuk menggantikannya dengan aluminum. Untuk selanjutnya
pengejaan yang terakhir yang digunakan di publikasi-publikasi mereka. (Heslop dan
Robinson, 1967).
2. Sifat-Sifat Aluminium
i. Sifat Fisika
Titik didih : 2467 oC
Titik leleh : 660oC
Massa jenis (20oC) : 2,7 g/cm-3
Eo M3+ : -1,66 V
Eo M+ : +0,55 V
Energi ionisasi pertama : 577 kJ/mol
Energi ionisasi kedua : 1816 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga : 2744 kJ/mol [ CITATION Abd02 \l 1057 ]
Jari-jari ion M3+ : 0,535 Å
Jari-jari logam : 1,43 Å
Keelektronegatifan Pauling : 1,5
Aluminium memiliki struktur kristal closed packed sehingga memiliki
titik leleh yang relatif rendah. Aluminium merupakan unsur logam dengan
titik leleh yang lebih rendah dan dapat membetnuk oksida asam maupun basa
atau disebut amfoter.
Alumunim (Al) dengan konfigurasi elektron [10Ne] 3s 2 3p1 dikenal
mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam Al tahan terhadap
korosi udara, karena reaksi antara logam alumunium dengan oksigen udara
menghasilkan oksidanya, Al2O3 yang membentuk lapisan non pori dan
membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut. Lapisan
dengan ketebalan 10-4-10-6 mm sudah cukup mencegah terjadinya kontak
lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena ion
oksigen mempunyai jari-jari ionik (124pm) tidak jauh berbeda dari jari-jari
metalik logam Al (143pm). Akibatnya kemasan permukaan hampir tidak
berubah, karena jari-jari ion Al (68pm) “tepat” menempati rongga-rongga
struktur permukaan oksida. Hal ini berbeda dari oksida besi yang bersifat
berpori, tidak mampu melindungi bagian dalam besi sehingga korosi terus
berlanjut [ CITATION Abd02 \l 1057 ].
ii. Sifat Kimia
Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa bubuknya
berwarna abu-abu, ia melebur pada 109°C, bila tekanan udara, obyek-obyek
aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksidasi-oksidasi ini
melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. HCl encer dengan mudah
melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam H2SO4 encer atau garam
nitrat encer.
Al + 6H+ → 2Al3+ + 3H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit melarutkan (II)
klorida pada campuran asam pada klorida pekat, juga melarutkan aluminium.
2Al + 6HCl → 2Al3+ + 3H2 + 6Cl-
H2SO4 pekat melarutkan Al dengan membedakan belerang dioksida.
2Al + 6H2SO4 → 2Al3+ + 3SO42- + 3SO2 + 6H2O
Asam nitrat (HNO3) pekat membuat logam menjadi positif dengan
hidroksi alkali terbentuk larutan tetrahidroksi aluminat.
2Al + 2OH- + 6H2O → 2[Al(OH)4]- + 3H2
Aluminium adalah logam invalen dalam senyawa-senyawanya ion Al 3+
membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak
berwarna. Halida nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan ini memperlihatkan
reaksi asam karena hidrolisis. Aluminium sulfat dapat dibuat hanya dalam
keadaan padat saja, dalam air terhidrolisis dan membentuk Al(OH)2 (Sugiarto,
2001).
Dua faktor yang harus dipertimbangkan untuk menilai, kelarutan senyawa
dalam air, kecil ukuran dan tingginya muatan ion Al 3+ ini sukar larut dalam air,
seperti Al2Cl3, AlF3. Kelarutan meningkat dari AlCl3, AlBr3, dan AlI2 punya sifat
kovalen dan mudah larut dalam air. Garam Aluminium dalam air bersifat asam.
Bila garam aluminium dilarutkan ke dalam air, ion Al3+ mengalami hidroksi.
Al3+ + H2O → [Al(H2O)6]3+
Karena daya tarik antar elektron dari ion kecil dengan muatan yang tinggi
dari Al3+. Ikatan OH dalam molekul logam H2O putus. Proton dilepaskan keluar
dari lengung koordinasi ligan H2O, sedangkan ion kompleksnya berubah
menjadi [Al(H2O)5OH]2+, logam Al yang dilapisi dengan oksida dapat mencegah
pengkaratan pada selang pH 4,5-8,3 (Cotton, 1989).
[Al(H2O)6]3+ + H2O → [Al(H2O)5OH]2+ + H3O
Oleh karena itu larutan garam Al3+ bersifat asam, asam-asam asetat. Jika basa
yang lebih kuat dari air seperti S2- dan CO22- ditambahkan pada larutan
aluminium, ion H+ akan dilepaskan dari [Al(H2O)6]3+.
Pada proses anodasi ini logam Al dipasang sebagai anoda, karbon/grafit
sebagian katoda dan dipakai elektrolit asam sulfat.
Anoda : 2Al(s) + 6H2O(l) → Al2O3(s) + 6H3O+(aq) + 6e
Katoda : 6H3O+(aq) + 6e → 6H2O(l) + H2(g)
Serbuk Al terbakar dalam api menghasilkan debu awan Al oksida
4Al(s) + 3O2(g) → 2Al2O3(s)
Logam Al bersifat amfoterik, bereaksi dengan asam kuat membebaskan gas
hidrogen, sedangkan dengan basa kuat membentuk aluminat.
2Al(s) + 6H3O+(aq) → 2Al3+ + 6H2O(l) + 3H2(g)
2Al(s) + 2OH- + 6H2O(l) → 2[Al(OH)4]-(aq) + 3H2(g)
Jadi, larutan garam aluminat bersifat asam dengan tetapan ionisasi asam
hampir sama dengan asam asetat. Campuran dalam antiperspirant (antipeluh)
yang biasa disebut alumunium hidrat terdiri dari garam-garam klorida dari kedua
ion kompleks hidrokso. Ion Al dalam senyawa inilah berperan mengkerutkan
pori-pori permukaan kulit [ CITATION Abd02 \l 1057 ].
Penambahan ion hidroksida pada ion Al menghasilkan endapan gelatin
alumunium hidroksida, kemudian larut lagi dalam hidroksida berlebihan
menghasilkan ion aluminat. Ini berarti ion alumunium larut pada pH rendah dan
tinggi tetapi tidak larut pada kondisi netral [ CITATION Abd02 \l 1057 ].
Unsur Al sangat reaktif, mempunyai satu bilangan oksidasi yaitu +3
sehingga hanya ada satu macam senyawa oksidanya yaitu Al 2O3 dan
hidroksidanya Al(OH)3 yang berwarna putih dan bersifat sukar larut dalam air.
Oleh karena itu jika kedalam larutan garam Al ditambah basa maka akan
diperoleh endapan putih gelatin.
Ion Al3+ relatif sangat kecil, namun muatan ion negatif (+3) dan densitas
muatannya juga. Dalam larutan air kation ini mampu mengakomodasi enam
molekul netral H2O (yang bersifat polar dengan kutub negatif atom O mengarah
pada ion logam), hasilnya yaitu ion kompleks [Al(H2O)6]3+ yang berbentuk
oktahedron [ CITATION Sug01 \l 1057 ].
Gugus OH yang terikat pada endapan alumunium hidroksida bukan
berasal dari penambahan basa melainkan dari molekul H2O dalam [Al(H2O)6]3+
yang terionisasi menghasilkan asam (H3O+). Tentu saja ionisasi menjadi semakin
kuat, artinya keseimbangan bergeser kekanan jika kedalamnya ditambahkan basa
yang akan menetralkan atau bereaksi dengan ion asam H 3O+ hasil. Dengan
demikian jumlah molekul H2O dalam ion kompleks yang terionisasi semakin
bertambah dan akhirnya terbentuk endapan putih gelatin Al(OH) 3 atau sebagai
senyawa triakuatrihidroksoalumunium(III).
Larutan sulfida atau karbonat juga mampu mengendapkan alumunium
hidroksida, karena larutan tersebut memberikan konsentrasi OH - yang cukup
tinggi sebagai hidrolisis. Oksida Al dapat diperoleh dari pemanasan
hidroksidanya. Pemanasan diatas 850°C menghasilkan oksida yang larut dalam
asam maupun basa, tetapi oksida yang diperoleh dari pemanasan dibawah 600°C
larut dalam asam maupun basa, atau bersifat amfoterik. Hidroksida alumunium
juga bersifat amfoterik.
3. Sumber dan Ekstraksi Aluminium
Metoda untuk mengambil logam aluminium adalah dengan cara
mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam kriolit. Metoda ini ditemukan oleh Hall
di AS pada tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di Perancis.
Cryolite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak lagi digunakan
untuk memproduksi aluminium secara komersil. Penggantinya adalah cariran buatan
yang merupakan campuran natrium, aluminium dan kalsium fluorida (Lutfi, dkk.,
2016).
Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi
(8.1%), tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada mineral yang
telah disebut di atas, ia juga ditemukan di granit dan mineral-mineral lainnya.
Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap, yaitu (Lutfi, dkk., 2016):
a) Proses Bayer
Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh
aluminium oksida (alumina). Bijih bauksit mengandung 50-60% Al 2O3 yang
bercampur dengan zat-zat pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan
Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.
Tahap pemurnian bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor utama
dalam bauksit. Pengotor utama bauksit biasanya terdiri dari SiO 2, Fe2O3, dan TiO2.
Caranya adalah dengan melarutkan bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH),
Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l)  2NaAl(OH)4(aq)
Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak larut.
Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya
aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan
pengenceran.
2NaAl(OH)4(aq) + CO2(g)  2Al(OH)3(s) + Na2CO3(aq) + H2O(l)
Endapan aluminium hidroksida disaring,dikeringkan lalu dipanaskan sehingga
diperoleh aluminium oksida murni (Al2O3)
2Al(OH)3(s)  Al2O3(s) + 3H2O(g)
b) Proses Hall-Heroult
Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk
menghasilkan aluminium murni. Bijih aluminum yang penting sebagai sumber
aluminum adalah bauksit. Bauksit yang dihasilkan dari tambang dihancurkan
kemudian dihaluskan menjadi serbuk menggunakan alat-alat tertentu, biasanya
Ballmil. Setelah halus ditambahkan larutan NaOH pekat untuk melarutkan Al2O3 yang
ada dalam bauksit sedangkan zat lain tidak larut.
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) ―→ 2NaAlO2(aq) + H2O(l)
Setelah dilakukan pemisahan larutan NaAlO2 diasamkan sehingga terbentuk endapan
Al(OH)3.
NaAlO2(aq) + H2O(l) + HCl(aq) ―→ Al(OH)3(s) + NaCl(aq)
Endapan Al(OH)3 disaring kemudian dipanaskan pada suhu sekitar 1150°C
sehingga terurai menjadi Al2O3 dan uap air.
Al(OH)3(s) ―→ Al2O3(s) + 3H2O(g)
Al2O3 inilah yang akan direduksi menjadi aluminium secara elektrolisis dalam suatu
bejana yang disebut sel Hall-Heroult. Sebelum proses elektrolisis dilangsungkan
alumina dilelehkan terlebih dahulu dalam kriolit. Fungsi kriolit disini untuk
menurunkan titik leleh alumina yang awalnya sekita 2000°C menjadi 900°C.
Lelehan alumina yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam suatu bejana
untuk proses elektrolisis yang disebut sel Hall-Heroult. Bejana yang digunakan terbuat
dari besi dilapisi grafit yang sekaligus bertindak sebagai katoda. Sedangkan anoda
digunakan batang-batang grafit yang dicelupkan ke dalam larutan.
Ketika arus listrik dijalankan ion-ion Al3+ yang ada dalam larutan akan
bergerak menuju katoda, yang kemudian direduksi menjadi aluminium cair sedangkan
ion-ion O2ˉ akan bergerak menuju anoda kemudian dioksidasi menjadi gas oksigen.
Berikut reaksi yang terjadi dalam sel elektrolisis
Al2O3(l) ―→ 2Al3+(aq) + 3O2‾(aq)
Katoda : Al3+(l) + 3e ―→Al(l) × 4
Anoda : 2O2‾(l) ―→ O2(g) + 4e × 3

4Al3+(aq) + 6O2‾(aq) ―→ 4Al(l) + 3O2(g)


4. Kegunaan Aluminium dan Senyawanya
Logam Aluminium merupakan logam yang lunak dan dapat menjadi lebih
keras apabila dipadukan dengan logam lain. Oleh karena itu logam Aluminium
dalam bentuk paduan logam memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang
diantaranya adalah :
a. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat-alat
lain.
b. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung.
c. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur.
d. Sebagai bahan penyusun kabel listrik.
e. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium.
Senyawa aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya senyawa
Al(OH)3 digunakan secara luas seabgai bahan unutk meningkatkan pH atau bahan
anti-asam. Senyawa Al(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air. Senyawa Al 3+ bersifat
tidak berbahaya bagi manusia, namun logam Aluminium diketahui dapat
menimbulkan penyakit pada manusia yang memiliki gangguan ginjal pada tubuhnya.
Pada manusia normal, sebenarnya logam Aluminium dapat diekskresi dari dalam
tubuh sehingga aman dan tidak berbahaya bagi tubuh.
(Lutfi, dkk., 2016)
5. Identifikasi Aluminium dan Senyawanya
Menurut Svehla (1990), logam aluminium dapat direaksikan dengan NaOH
menghasilkan suatu garam kompleks natrium aluminat Na[Al(OH) 4] dan gas
hidrogen H2. Pada reaksi ini dihasilkan gelembung gas hidrogen. Pada sumber yang
lain, Lutfi (2016) mengatakan bahwa aluminium dapat bereaksi dengan suatu asam
seperti asam klorida (HCl) menghasilkan suatu garam aluminium klorida (AlCl 3)
dan gas hidrogen. Reaksi ini berlangsung jika ditandai dengan timbulnya gas
hidrogen.
Identifikasi sifat Al2(SO4)3 yang dilakukan spesifik pada sifat asam/basanya
menggunakan kertas lakmus. Aluminium sulfat merupakan garam yang bersifat
asam. Karena aluminium sulfat tersusun dari ion Al 3+ yang basanya bersifat basa
lemah dan ion SO42- yang asamnya merupakan asam kuat. Hal ini menyebabkan
sifat asam dari garam ini lebih dominan, sehingga garam ini bersifat asam.
Al2(SO4)3 juga bereaksi dengan (NH4)2S membentuk hablur Al(OH)3 yang berwarna
putih dan hablur akan larut kembali setelah ditambah NaOH.
VI. ALAT DAN BAHAN (Amaria, dkk, 2013) :
Alat:
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Gelas kimia 300 mL 1 buah
4. Corong kaca 1 buah
5. Pembakar spirtus 1 buah
6. Kaki tiga 1 buah
7. Kasa 1 buah
8. Rak tabung reaksi 1 buah
9. Spatula 1 buah
10. Gelas ukur 10 mL 1 buah
Bahan:
1. Larutan NaOH 1 M secukupnya
2. Larutan NaOH 2 M secukupnya
3. LarutanHCl 1 M secukupnya
4. Larutan Na2CO3 1 M secukupnya
5. Larutan HgCl2 0,1 M secukupnya
6. Larutan (NH4)2S secukupnya
7. Larutan Al2(SO4)3 secukupnya
8. Lempeng aluminium secukupnya
9. Aquades secukupnya
10. Kertas lakmus biru secukupnya
11. Kapas secukupnya
12. Kertas saring secukupnya
13. Kertas gosok secukupnya
VII. ALUR PERCOBAAN :
1.
Larutan NaOH 1
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Dicelupkan sepotong kecil lempengan aluminium hingga timbul gelembung gas

- Lempengan aluminium dicuci dengan air

Reaksi-reaksi yang terjadi:


 2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
 2Al(s) + HgCl2(aq)  3Hg(s) + 2AlCl2(aq)
 2Al(s) + 3HgCl2(aq)  3Hg(s) + 2AlCl3(aq)

2.
Logam Aluminium
- Dipotong kecil-kecil
- Dibagi ke dalam tiga tabung reaksi

Tabung I Tabung I Tabung III


- Ditambahkan larutan - Ditambahkan larutan - Ditambahkan larutan
NaOH 0,1 M Na2CO3 0,1 M panas HCl 0,1 M
- Diamati - Diamati - Diamati

Gelembung gas, Gelembung gas, Larutan berwarna


larutan keruh larutan keruh merah muda

Reaksi-reaksi yang terjadi:


Tabung I:
2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l)  2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Tabung II:
4Al (s) + 2Na2CO3 (aq) + 7H2O(g)  4NaAl(OH)2(aq) + 3H2(g) + CO2(g)
Tabung III:
2Al(s) + 6HCl(aq)  (tidak bereaksi)
3.
Larutan Al2(SO4)3 0,1 M
- Diuji dengan kertas lakmus biru

Reaksi yang terjadi:


Al2(SO4)3(s) + 3H2O(l)  2Al2O3(aq) + 3H2SO4(aq)

4.

- Ditambahkan NaOH 0,1 M tetes demi tetes hingga timbul endapan

- Ditambahkan NaOH 1 M berlebih tetes demi tetes hingga endapan larut

- Ditambahkan HCl 1 M tetes demi tetes hingga timbul endapan

- Ditambahkan HCl 1 M berlebih tetes demi tetes hingga endapan larut

- Dihitung dan dibandingkan jumlah tetesan NaOH dan HCl


Jumlah tetesan
Reaksi-reaksi yang terjadi:
 Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq)  2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
 Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)
 Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq)  Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)
 Al(OH)3(s) + HCl(aq)  AlCl3(aq) + 3H2O(l)
5.
1 mL Al3(SO4)3 0,1 M
- Ditambahkan larutan (NH4)2S pekat
- Disaring

Residu Filtrat
- Dicuci dengan aquades
Endapan kristal berwarna
- Dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi sedikit aquades
- Ditambahkan NaOH 1 M
Endapan larut
Reaksi-reaksi yang terjadi:
 Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l)  2Al(OH)3(s) + 3(NH4)2SO4(aq) +
3H2S(g)
VIII. HASIL PERCOBAAN :
Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1.  NaOH: larutan tidak  Aluminium +  2Al(s) + 2NaOH(aq) Penambahan
berwarna NaOH: larutan + 6H2O(l) → NaOH pada
Larutan NaOH 1
 Lempeng tidak berwarna, 2Na[Al(OH)4](aq) + aluminium
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3H2(g) menghasilkan
aluminium: logam timbul gelembung
berwarna perak gas  2Al(s) + HgCl2(aq)  gelembung H2,
- Dicelupkan sepotong kecil
 HgCl2: larutan tidak  Dicuci: lempeng 3Hg(s) + 2AlCl2(aq) serta dengan
lempengan aluminium hingga timbul
berwarna aluminium  2Al(s) + 3HgCl2(aq) penambahan
gelembung gas
 Kapas: serat berwarna perak  3Hg(s) + HgCl2 pada kapas

berwarna putih  Digosok HgCl2: 2AlCl3(aq) yang digosokkan


lempeng aluminium.
- Lempengan aluminium dicuci dengan Menyebabkan
aluminium
air aluminium
berwarna perak,
kapas berwarna terkikis (rapuh).
- Digosokkan kapas yang dibasahi
abu-abu

Lempengan Al mengkilap, kapas  Dikeringkan:


berwarna abu-abu lempeng
aluminium rapuh
2.  Lempeng  Lempeng  Tabung I: Logam
Logam Aluminium
- Dipotong kecil-kecil
- Dibagi ke dalam tiga tabung reaksi
Tabung I, II dan III
aluminium: logam aluminium + 2Al(s) + 2NaOH(aq) aluminium sangat
berwarna perak NaOH 0,1 M: + 6H2O(l)  reaktif terhadap
 NaOH 0,1 M: larutan tidak 2Na[Al(OH)4](aq) + basa. Sedikit
larutan tidak berwarna dan 3H2(g) reaktif terhadap
berwarna terbentuk gas (++  Tabung II: garam dan kurang
 Na2CO30,1 M: +) 4Al (s) + 2Na2CO3 reaktif terhadap
larutan tidak  Lempeng (aq) + 7H2O(g)  asam.
berwarna aluminium + 4NaAl(OH)2(aq) + Urutan
 HCl 0,1 M: larutan Na2CO30,1 M 3H2(g) + CO2(g) kereaktifan:
tidak berwarna panas: larutan  Tabung III: NaOH > Na2CO3
tidak berwarna dan 2Al(s) + 6HCl(aq) → > HCl
terbentuk gas (++) 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
 Lempeng
aluminium +
Na2CO30,1 M
panas: larutan
tidak berwarna dan
terbentuk gas (+)

3.  Larutan Al2(SO4)3  Al2(SO4)3(s) + Larutan Al2(SO4)3


 Larutan Al2(SO4)3 bersifat asam
0,1 M diuji dengan
Larutan Al2(SO4)3 0,1 M
- Diuji dengan kertas lakmus biru
kertas lakmus: 3H2O(l)  yang ditandai
0,1 M: larutan tidak
kertas lakmus 2Al2O3(aq) + dengan
berwarna
berubah warna 3H2SO4(aq) perubahan warna
 Kertas lakmus: menjadi merah kertas lakmus
Warna kertas lakmus
tetap berwarna merah berwarna biru dari biru menjadi
merah
4.  Larutan Al3(SO4)3  Larutan Al3(SO4)3  Al2(SO4)3(aq) + Terjadi
0,1 M: larutan tidak 0,1 M + NaOH 1 6NaOH(aq)  kesetimbangan
- Ditambahkan NaOH 0,1 M
berwarna M: terbentuk 2Al(OH)3(s) + pada Al2(SO4)3
 Larutan NaOH 1 M: endapan putih, 3Na2SO4(aq) yang
- Ditambahkan NaOH 1 M berlebih
larutan tidak larutan berwarna  Al(OH)3(s) + menunjukkan
berwarna putih NaOH(aq)  sifat amfoter dari
- Ditambahkan HCl 1 M
 Larutan HCl 1 M:  Jumlah tetesan Na[Al(OH)4](aq) senyawa
larutan tidak NaOH 1 M: 2 tetes  Na[Al(OH)4](aq) + aluminium ketika
- Ditambahkan HCl 1 M berlebih
berwarna  + NaOH 1 M HCl(aq)  ditambahkan basa
berlebih: endapan Al(OH)3(s) + atau asam pada
- Dihitung dan dibandingkan jumlah
semakin berkurang NaCl(aq) + H2O(l) perbandingan
tetesan NaOH dan HCl
 Jumlah tetesan  Al(OH)3(s) + HCl(aq) yang hampir
Jumlah tetesan
NaOH 1 M: 24  AlCl3(aq) + sama.

tetes 3H2O(l)
 + HCl 1 M:
terbentuk endapan
putih, larutan
berwarna putih
 Jumlah tetesan
HCl 1 M: 5 tetes
 + HCl 1 M
berlebih: endapan
semakin berkurang
 Jumlah tetesan
HCl 1M: 25 tetes

5.  Larutan Al3(SO4)3  Larutan Al3(SO4)3  Al2(SO4)3(aq) + Al3(SO4)3


1 mL Al3(SO4)3 0,1 M 0,1 M: larutan tidak 0,1 M + (NH4)2S: (NH4)2S(aq) + merupakan salah
- Ditambahkan larutan (NH4)2S pekat
- Disaring

Residu
berwarna terbentuk endapan 6H2O(l)  satu senyawa
 Larutan (NH4)2S: putih, larutan 2Al(OH)3(s) + aluminium yang
Filtrat larutan berwarna berwarna putih 3(NH4)2SO4(aq) + dapat bereaksi
- Dicuci dengan aquades kuning (+)  Jumlah tetesan 3H2S(g) dengan (NH4)2S
 Larutan NaOH 1 M: (NH4)2S pekat: 1  Al(OH)3(s) + dan
- Dipindahkan ke dalam tabung reaksi larutan tidak tetes NaOH(aq)  menghasilkan
yang berisi sedikit aquades berwarna  Disaring: Na[Al(OH)4](aq) endapan Al(OH)3
- Ditambahkan NaOH 1 M Filtrat: larutan dan gas H2S.
berwarna putih Endapan
Endapan larut
Residu: endapan Al(OH)3 tersebut
berwarna putih memiliki sifat
 Residu + NaOH mudah larut
1M: endapan larut, dalam basa
larutan berwarna NaOH karena
putih membentuk

 Jumlah tetesan kompleks

NaOH 1 M: 10 Na[Al(OH)4].

tetes
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN :
Telah dilakukan percobaan dengan judul Aluminium pada tanggal 11 April 2019
pukul 08.00-09.30 WIB yang bertujuan Mengetahui sifat-sifat aluminium dan
senyawanya. Praktikum ini dibagi menjadi 5 tahapan, yang pertama yaitu reaksi
amalgamasi logam aluminium, sifat amfoter aluminium, sifat asam basa senyawa
aluminium, kesetimbangan asam dan basa senyawa aluminium, dan mengidentifikasi
sifat-sifat senyawa aluminium.
Aluminium merupakan unsur yang terletak pada golongan III A yang memiliki
konfigurasi electron [10Ne] 3s2 3p1 mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya
(Cotton dan Wilkinson, 1972) sehingga memiliki karakteristik yang berupa warna
putih, elastis dan logam yang lunak; padatannya berwarna abu-abu meleleh pada suhu
659 (Svehla, 1990) pada logam sifatnya yang ringan, tidak magnetik dan tidak mudah
terpercik, merupakan logam kedua termudah dalam soal pembentukan, dan keennam
dalam soal ductility (Housecroft dan Sharpe, 2005). Posisinya dalam tabel periodic
menandakan bahwa terjadi sifat peralihan pada asam basa pada aluminium. Terpapar
udara menyebabkan aluminium teroksidasi pada permukaannya tetapi lapisan oksida
melindungi logamnya menjadi teroksidasi lebih lanjut (Svehla, 1990) oksida yang
dihasilkan oleh senyawa aluminium bersifat amfoter.
Meskipun aluminium kurang elektropositif, ia bagaimanapun juga tahan terhadap
korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat terbentuk pada permukaannya.
Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada
aluminium, yaitu proses yang disebut anodisasi; lapisan-lapisan yang segar dapat
diwarnai dengan pigmen. Aluminium larut dalam asam mineral encer, tetapi
“dipasifkan” oleh HNO3 pekat. Bila pengaruh perlindungan lapisan oksida dirusakkan,
misalnya dengan penggoresan atau dengan amalgamasi, penyerangan cepat meskipun
oleh air sekalipun dapat terjadi. Logamnya mudah bereaksi oleh larutan NaOH panas,
halogen, dan berbagai nonlogam (Cotton, 2009).
Lempeng aluminium yang digunakan berasal dari kaleng minuman isotonik yang
telah diamplas catnya. Kaleng tersebut diambil bagian tengahnya kemudian diamplas
hinga bersih sampai diperoleh lempengan berwarna keperakan
Percobaan 1
Percobaan pertama disiapkan larutan 1 mL larutan NaOH 1 M (tidak berwarna) ke
dalam tabung reaksi. Langkah berikutya yaitu memasukkan lempeng aluminium
berukuran 0,5cm x 0,5cm berwarna keperakan. Dari reaksi diatas timbul gas yang
merupakan ciri-ciri terjadinya reaksi dan reaksi digambarkan sebagai berikut:
2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Dari persamaan reaksi produk dari reaksi terdapat gas yang menunjukan bahwa
dalam reaksi tersebut dibebaskan gas berupa gas hidrogen. Kemudian reaksi antara Al
dan NaOH membentuk kompleks yaitu natrium tetrahidroksoaluminat yang tidak
berwarna. Pada sistem yang berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas yaitu
hidrogen. Pada tahap ini aluminium mengalami kenaikan biloks (oksidasi) dari 0
menjadi +3, disisi yang lain atom H pada NaOH mengalami penurunan biloks
(reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium bertindak sebagai reduktor,
sedangkan NaOH bertindak sebagai oksidator. Menurut Svhela (1990) reaksi yang
terjadi adalah reaksi reversibel, dan setiap reagensia yang akan mengurangai
konsentrasi ion-hidroksil dengan cukup, akan mengendapnya aluminium hidroksida.
Ini dapat dihasilkan dengan larutan amonium klorida atau dengan penambahan suatu
asam.
Langkah berikutnya yaitu mengusap logam aluminium dengan aquades.
Penambahan aquades pada logam aluminium berfungsi sebagai menghilangkan larutan
NaOH yang menempel pada logam aluminium agar tidak mempengaruhi reaksi
dengan reagen selanjutnya dan hasil dari percobaan menjadi tidak sesuai dengan teori.
Pada logam aluminium yang telah dicuci dengan aquades maka dsiapkan kapas
kering yang akan dibasahi dengan larutan HgCl2 hal ini bertujuan karena HgCl2
merupakan senyawa yang berbahaya apabila dalam jumlah yang melebihi batas dalam
tubuh akan menyebabkan kematian. Sehingga perlu diteteskan pada kapas agar tidak
ada larutan HgCl2 yang terciprat keluat. Kemudian logam aluminium ditaruh pada
kapas tersebut. Terjadi perubahan pada logam aluminium, yang semula logamnya
berwarna abu-abu keperakan menjadi berwarna kehitaman. Hal ini dapat terjadi karena
terjadi pembentukan amalgamasi antara Hg dan Al. Amalgam adalah alloy (paduan)
yang berisi merkuri (Hg) yang menjadi pasta keperak-perakan yang lunak ketika
dicampur dan kemudian akan mengeras. Proses ini disebut dengan proses amalgamasi
yaitu suatu reaksi dengan menggoreskan senyawa merkuri untuk merusak lapisan
oksida pada Aluminium. Persamaan reaksi sebagai berikut:
Al2O3(aq) + 3HgCl2(aq) → 2AlCl3(aq) + 3HgO(g)
Al + Hg → AlHg (amalgam)
Aluminium mengalami kenaikan biloks (oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi
yang lain atom Hg pada HgCl2 mengalami penurunan biloks (reduksi) dari +2 menjadi
0. Dalam hal ini aluminium bertindak sebagai reduktor, sedangkan HgCl 2 bertindak
sebagai oksidator.
Hasil dari reaksi diatas adalah logam Al menjadi tidak mengkilat dengan
meninggalkan noda abu-abu pada permukaan luar lempeng aluminium dan pada
kapas, dan setelah dikeringkan logam aluminium sangat rapuh ini dibuktikan dengan
adanya lempeng aluminium yang tergerus, lempeng aluminium yang tergerus menjadi
berwarna abu-abu. Hal ini disebabkan karena Al membentuk amalgam dengan Hg
sehingga oksida yang menempel pada aluminium menjadi tergerus.
Dengan demikian dapat disimpulkan logam Aluminium reaktif terhadap NaOH
(basa kuat) yang ditandai dengan terbentuknya gas H2. Selain itu, logam Aluminium
bereaksi dengan HgCl2 membentuk amalgam yang ditandai dengan perubahan logam
Al yang abu-abu kehitaman, dan kapas putih menjadi abu-abu.
Percobaan 2
Percobaan kedua yaitu mengetahui urutan kereaktifan logam Aluminium
terhadap suatu larutan basa, garam, maupun asam. langkah pertama yaitu disiapkan 3
tabung reaksi yang masing-masing diberi label 1, 2, dan 3. Kemudian dalam tabung 1
dimasukkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M. Tabung 2 dimasukkan 1 mL larutan Na 2CO3
0,1 M. Tabung ke 3 dimasukkan 1 mL larutan HCl 0,1 M. Masing-masing larutan
tersebut tidak berwarna. Ketiga larutan tersebut mewakiliki sifat larutan yang akan
direaksikan dengan logam Al, NaOH bersifat basa, Na 2CO3 bersifat garam, dan HCl
bersifat asam. perlakuan yang berbeda pada larutan Na2CO3 perlu diberi pemanasan
dengan tujutan apabila dalam keadaan dingin, maka tidak akan terlihat gelembung
muncul dalam larutan. Hal ini disebabkan dalam suhu ruang sulit natrium karbonat
bereaksi dengan aluminium, sehingga perlu penambahan kalor dari lingkungan pada
sistem agar energi aktivasi minimum tercapai untuk terjadinya reaksi antara natrium
karbonat dan aluminium.
Pada ketiga tabung reaksi kemudian ditambahkan masing-masing logam Al
yang sudah diamplas secara bersamaan.
Pada tabung 1 terjadi reaksi antara NaOH dan Al diperoleh gelembung gas dan
larutan yang tidak berwarna yang diidentifikasi sebagai gas H 2, persamaan reaksinya
sebagai berikut :
2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Reaksi berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas hidrogen yang
sesuai dengan persamaan reaksi. Pada tahap ini aluminium mengalami kenaikan biloks
(oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi yang lain atom H pada NaOH mengalami
penurunan biloks (reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium bertindak
sebagai reduktor, sedangkan NaOH bertindak sebagai oksidator.
Pada tabung reaksi 2 juga terjadi suatu reaksi antara Al dengan Na2CO3. Reaksi
yang terjadi pada persamaan tersebut menghasilkan suatu garam kompleks natrium
aluminat Na[Al(OH)4] dan gas karbondioksida CO2. Gas yang dihasilkan dalam
reaksi ini adalah gas karbon dioksida. Persamaan reaksi sebagai berikut
Al(s) + Na2CO3(aq) → Na[Al(OH)4] (aq) + CO2(g) + H2O(l)
Reaksi berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas yaitu karbon
dioksida yang sesuai dengan persamaan reaksi. Pada tahap ini aluminium mengalami
kenaikan biloks (oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi yang lain atom H pada NaOH
mengalami penurunan biloks (reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium
bertindak sebagai reduktor, sedangkan NaOH bertindak sebagai oksidator.
Pada tabung reaksi 3 juga terjadi suatu reaksi redoks antara Al dengan HCl.
Reaksi yang terjadi pada persamaan tersebut menghasilkan suatu garam aluminium
klorida AlCl3 dan gas hidrogen H2. Gas yang dihasilkan dalam reaksi ini adalah gas
hidrogen. Persamaan reaksi sebagai berikut:
2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
Reaksi berlangsung tersebut menghasilkan gelembung gas yaitu hidrogen yang
sesuai dengan persamaan reaksi. Pada tahap ini aluminium mengalami kenaikan biloks
(oksidasi) dari 0 menjadi +3, disisi yang lain atom H pada HCl mengalami penurunan
biloks (reduksi) dari +1 menjadi 0. Dalam hal ini aluminium bertindak sebagai
reduktor, sedangkan HCl bertindak sebagai oksidator.
Berdasarkan pengamatan, reaksi aluminium dengan ketiga reaktan masing-
masing memiliki perbedaan. Walaupun dua reaktan sama-sama memiliki sifat basa,
namun reaksinya berbeda. Kekuatan basa dapat mempengaruhi reaksi logam
aluminium. Reaksi aluminium dengan NaOH (basa kuat) terjadi sangat cepat,
sedangkan reaksi aluminium dengan garam Na2CO3 berlangsung lebih lambat dan
memerlukan panas. Berbeda lagi reaksinya dengan HCl, walaupun sama-sama
menghasilkan hidrogen seperti reaksinya dengan NaOH, namun reaksinya dengan HCl
berlangsung lebih lambat dibanding dengan basa natrium hidroksida dan garam
natrium karbonat.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, logam aluminium sangat
reaktif terhadap basa, sedikit reaktif terhadap garam dan kurang reaktif terhadap asam.
Hal ini ditandai dengan jumlah gelembung gas yang dihasilkan.
Percobaan 3
Percobaan ketiga menunjukkan sifat asam atau basa pada kertas lakmus dari
senyawa Al2(SO4)3. Senyawa Al2(SO4)3. Merupakan senyawa yang bernama tawas.
Identifikasi senyawa Al2(SO4)3 dapat dilakukan untuk mengetahui sifat keaasam atau
keadaan pada kertas lakmus. Al2(SO4)3 merupakan garam yang bersifat asam. karena
aluminium solfat tersusun atas ion Al3+ yang basanya bersifat basa lemah dan ion SO42-
yang asamnya merupakan asam kuat. Hal ini menyebabkan sifat asam dari garam ini
lebih dominan sehingga garam ini bersifat asam.
Langkah pertama dalam percobaa ini yaitu menyiapkan larutan Al2(SO4)3 yang
tidak berwarna dan tidak berbau sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi. Kemudian
diuji dengan kertas lakmus biru maka dihasilkan perubahan warna kertas lakmus biru
menjadi merah yang menujukkan bahwa larutan ini bersifat asam. garam sulfat dari
aluminium larut dalam air, sehingga terionisasi sesuai persamaan sebagai berikut
Al2(SO4)3(s) → Al3+(aq) + SO42-(aq)
Larutan yang dihasilkan bersifat asam asam karena adanya reaksi hidrolisis ion
aluminium (Al3+) yang menghasilkan ion H+ sesuai persamaan berikut:
Al3+(aq) + H2O(l) → Al(OH)3(aq) + H+(aq)
Adanya ion H+ tersebut yang menyebabakan larutan aluminum sulfat yang
menjadi bersifat asam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa Al2(SO4)3 bersifat asam, yang
ditunjukkan dengan uji kertas lakmus biru mengalami perubahan warna menjadi
merah.
Percobaan 4
Percobaan keempat untuk mengetahui kesetimbangan sifat amfoter pada
senyawa aluminium. Aluminium dapat bersifat sebagai asam dan basa. Langkah
pertama yaitu memasukkan 1 mL Al2(SO4)3 0,1 M yang tidak berwarna tetes demi
tetes hingga terbentuk endapan. Jumlah terkesan yang diperoleh untuk terbentuk
endapan yaitu sebanyak 2 tetes. Diperoleh larutan yang sedikit keruh dan terdapat
endapan putih (++) seperti flake. Persamaa reaksi sebagai berikut :
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Kemudian langkah berikutnya yaitu menambahkan NaOH sampai endapan
kembali melarut. Dibutuhkan sebanyak 24 tetes agar endapan dalam tabung reaksi
secara stabil melarut. Menurut svehla (1990) reaksi yang terjadi adalah reaksi
reversibel, dan setiap reagensia yang akan mengurangai konsentrasi ion-hidroksil
dengan cukup, akan mengendapnya aluminium hidroksida. Ini dapat dihasilkan
dengan larutan amonium klorida atau dengan penambahan suatu asam. persamaan
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq) + H2O (l)
Langkah berikutnya yaitu menambahkan larutan HCl sampai terbentuk
endapan yang stabil dibutuhkan 5 tetes larutan HCl 0,1 M agar kembali terbentuk
endapan putih seperti flake. Persamaan reaksi sebagai berikut :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O (l)
Selanjutnya ditambahkan resensi HCl berlebihan sampai endapan putih
melarut sempurna secara stabil. Diperlukan 25 tetes larutan HCl agar endapannya larut
sempurna persamaan reaksi sebagai berikut :
Al(OH)3 (s) + 3HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3H2O (l)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa aluminium bersifat
amfoter dalam kesetimbangan asam dan basa, hal ini dibuktikan dengan Al2(SO4)3
dapat bereaksi dengan basa maupun asam dalam perbandingan volume yang relatif
sama.
Percobaan 5
Percobaan kelima mengidentifikasi sifat-sifat dari senyawa aluminium.
aluminium sulfat digunakan sebagai contoh senyawa dari aluminium. Pada percobaan
ini akan dilakukan pereaksian antara Al2(SO4)3 dengan (NH4)2S. Secara teori reaksi
antara kedua senyawa tersebut dapat menghasilkan natrium hidroksida, hidrogen
sulfida, dan amonium sulfat.
Langkah pertama menyiapkan larutan Al2(SO4)3 sebagai larutan hasil
percobaan nomor tiga direaksikan dengan sedikit larutan (NH 4)2S larutan tidak
berwarna dan dihasilkan endapan berwarna putih Al(OH)3. Saat percobaan terbentuk
gas yang sangat menyengat seperti telur busuk. persamaan reaksi sebagai berikut:
Al2(SO4)3(aq) + 3(NH4)2S(aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)3(s) + 3H2S(g)+ 3(NH4)2SO4(aq)
Gas dari telur busuk tersebut merupakan hasil dari reaksi yang merupakan gas
H2S. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring, maka terbentuk filtrat berupa
larutan tidak berwarna dan residu berupa endapan putih. Endapan putih tersebut dicuci
dengan aquades dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan sedikit
aquades. Lalu ditambahkan NaOH 0,1M sampai endapan larut. Pada tetesan NaOH
ke-1 endapan larut dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → NaAl(OH)4(aq)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Al2(SO4)3 jika direaksikan dengan
(NH4)2S maka akan terbentuk hablur Al(OH)3 yang berwarna putih dan hablur akan
larut kembali setelah ditambah NaOH.
X. KESIMPULAN :
Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan
1. logam alumunium dapat bereaksi dengan basa menghasilkan gas H2, Al dapat
bereaksi dengan Hg membentuk logam amalgam
2. senyawa aluminium cenderung mudah bereaksi dengan basa daripada asam
dibukikan dengan banyaknya gas yang terbentuk dalam larutan
3. senyawa Al2(SO4)3 bersifat asam ketika diidentifikasi dengan kertas lakmus biru
berubah warna menjadi merah
4. Aluminium bersifat amfoter karena bereaksi baik dengan senyawa (HCl) maupun
basa (NaOH) dalam keadaan kesetimbangan dan reaksi bersifat reversibel.
5. Aluminium bereaksi dengan amonium sulfida menghaslkan endapan putih dan gas
H2S

XI. PERTANYAAN DAN JAWABAN :


1. Terangkan sifat amfoter aluminium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab :
Sifat amfoter dalam percobaan ini dapat dibuktikan melalui dua sub
percobaan, yaitu pada percobaan ke-4 dan ke-5.
Pada percobaan ke-4
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan
ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya dalam percobaan kami [Al2(SO4)3]
bereaksi dengan basa kuat yaitu NaOH, pada tetesaan 10 terbentuk endapan putih
Al(OH)3 menurut reaksi:

Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)


Setelah penambahan NaOH 13 tetes sehingga endapan putih larut kembali,
ditunjukkan dengan persamaan reaksi:

Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)


Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH)3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat asamnya. Kemudian
larutan ini ditambah dengan HCl 1 M. Seharusnya, apabila ditambahkan dengan
larutan asam akan terbentuk endapan, dan apabila ditambahkan asam secara
berlebih maka endapan akan larut kembali.
Hasil praktikum kami untuk penambahan HCl tidak sesuai dengan teori, hal
ini dikarenakan pada saat melarutkan menggunakan larutan NaOH, endapannya
tidak larut sempurna sehingga pada saat penambahan HCl kami tidak dapat
mengidentifikasi kapan endapan timbul dan kapan endapan dapat larut kembali,
sehingga pada tetesan yang ke 10 diperoleh endapan tersebut telah larut sempurna.
Reaksi yang terjadi :
Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) + AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Berdasarkan teori, Al memiliki sifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam
dan basa tergantung kondisi lingkungannya. Dimana setiap penambahan larutan
basa maupun asam akan menghasilkan logamm Al dalam senyawa Al(OH) 3 yang
secara teori bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi dengan asam maupun basa.

Pada percobaan ke-5


Saat mereaksikan senyawa aluminium dengan 3 tetes larutan (NH4)2S pekat,
diperoleh hablur berwarna putih dan terdapat bau busuk yang menyengat yang
diperoleh akibat adanya gas H2S yang terbentuk sesuai dengan reaksi yang terjadi :
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S (aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)3(s) + H2S(g) + 3(NH4)2SO4(aq)
Diperolehnya hablur berwarna putih ini dikarenakan senyawa aluminium
tersebut dapat mengendap jika bereaksi dengan senyawa sulfida. Hal ini sesuai
dengan teori, bahwa larutan sulfida atau karbonat juga mampu mengendapkan
alumunium hidroksida, karena larutan tersebut memberikan konsentrasi OH - yang
cukup tinggi sebagai hidrolisis. Oksida Al dapat diperoleh dari pemanasan
hidroksidanya. Pemanasan diatas 850°C menghasilkan oksida yang larut dalam
asam maupun basa, tetapi oksida yang diperoleh dari pemanasan dibawah 600°C
larut dalam asam maupun basa, atau bersifat amfoterik. Hidroksida alumunium juga
bersifat amfoterik.
Selanjutnya setelah hablur disaring dan dicuci dengan aquades, hablur
tersebut direksikan dengan larutan NaOH 0,1M yang tidak bewarna sehingga
endapan larut dan diperoleh larutan tidak berwarna. Reaksi yang terjadi :
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
Berdasarkan reaksi di atas, dapat membentuk senyawa kompleks, yakni
Na[Al(OH)4] saat direaksikan dengan NaOH. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
alumunium dalam senyawa tersebut bersifat amfoter. Amfoter adalah senyawa yang
dapat bersifat asam atau basa, tergantung kondisi lingkungannya. Senyawa amfoter
akan bersifat asam dalam suasana basa dan sebaliknya akan bersifat basa dalam
suasana atau lingkungan asam kuat.

2. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan tersebut!


Jawab :
Percobaan 1 :
 2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O → 2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
 2Al(s) + 3H2O(l) → Al2O3(aq) + 3H2(g)
 Al2O3(aq) + 3HgCl2(aq) → 2AlCl3(aq) + 3HgO(g)
 Al + Hg → AlHg (amalgam)

Percobaan 2 :

Tabung I
 Al(s) + NaOH(aq) → NaAlO2(aq) + H2(g)

Tabung II
 2Al(s) + Na2CO3(aq) + 2H2O(l) → 2Na[Al(OH)2](aq) + H2O(g) + CO2(g)

Tabung III
 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(s) + 3H2(g)
 Al2(SO4)3(s) + H2O(l) → Al2(SO4)3(aq)

Percobaan 3 :
 Al2(SO4)3 (s) + H2O(l) → Al2(SO4)3 (aq)
Percobaan 4 :
 Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH(aq) → 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
 Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
 Al(OH)3(s) + 3HCl(aq) + AlCl3(aq) + 3H2O(l)

Percobaan 5 :
 Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S (aq) + 6H2O(l) → 2Al(OH)3(s) + H2S(g) +
3(NH4)2SO4(aq)
 Al(OH)3(s) + NaOH(aq) → Na[Al(OH)4](aq)
3. Jelaskan kegunaan aluminium!
Jawab :
a. Sebagai bahan penyusun pada pesawat terbang, kapal laut, mobil dan alat-alat
lain.
b. Sebagai komponen penyusun jendela, pintu dalam gedung.
c. Digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga seperti alat-alat dapur.
d. Sebagai bahan penyusun kabel listrik.
e. Sebagai salah satu komponen penyusun cat Aluminium.
Senyawa aluminium juga banyak memiliki kegunaan diantaranya senyawa
Al(OH)3 digunakan secara luas sebagai bahan unutk meningkatkan pH atau bahan
anti-asam. Senyawa Al(SO4)3 digunakan sebagai penjernih air. Senyawa Al3+
bersifat tidak berbahaya bagi manusia, namun logam Aluminium diketahui dapat
menimbulkan penyakit pada manusia yang memiliki gangguan ginjal pada
tubuhnya. Pada manusia normal, sebenarnya logam Aluminium dapat diekskresi
dari dalam tubuh sehingga aman dan tidak berbahaya bagi tubuh.

XII. DAFTAR PUSTAKA :


Amaria, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik II: Unsur-unsur Golongan
Utama. Surabaya: Kimia FMIPA Unesa.
Cotton, F. A. dan Wilkinson, G. 1979. Inorganic Chemistry, Third Edition. New York:
John Wiley & Sons.
Lutfi, Achmad, dkk. 2018. Kimia Anorganik Unsur-unsur Golongan Utama.
Yogyakarta: absolute Media.
Lutfi, dkk. 2016. Kimia Anorganik: Unsur-Unsur Golongan Utama. Yogyakarta:
Absolute Media.
Sugiarto, K. H. 2001. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
ke Lima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen. 2018. Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Surabaya: Jurusan Kimia
FMIPA Unesa.
LAMPIRAN
 Dokumentasi Praktikum

No. Gambar Keterangan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Anda mungkin juga menyukai