Anda di halaman 1dari 35

I.

Judul Percobaan : Aluminium


II. Waktu Percobaan : Senin, 12 November 2019 (13.00 WIB)
III. Selesai Percobaan : Senin, 12 November 2019 (15.30 WIB)
IV. Tujuan Percobaan : Mempelajari sifat-sifat aluminium dan senyawanya
V. Dasar Teori
1. Aluminium
Aluminium adalah unsur kimia dengan lambang Al dan nomor atomnya 13.
Aluminium dengan konfigurasi (Ne) 3s2 3p1 merupakan unsur yang rekatif sehingga
tidak terdapat di alam sebagai unsur bebas. Aluminium merupakan unsur logam abu-
abu mengkilat, lembek, dan kurang kuat tetapi ringan.

Gambar 1 Unsur Aluminium


Terdapat di alam pada kerak bumi teruatam sebagai bauksit yang menjadi sumber
utamanya. Logam ini reaktif dan segera bereaksi dengan oksigen di udara
membentuk lapisan oksidanya yang membungkus badan logam sehingga
menghalangi oksidasi selanjutnya dan logam menjadi tahan karat. Campurannya
dengan logam, seperti Ni, Cu, Zn, Si, dan sebagainya menghasilkan alloy yang
ringan dengan kugunaan yang luas, misalnya untuk pesawat terbang, kapal, blok
mesin, alat-alat rumah tangga, kerangka bangunan, dan lain-lain. Oksidnya sebagai
alumina (Al2O3) yang ditemukan di alam antara lain berupa safir (Mulyono, 2007)
Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai
suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H.C. Oersted tahun
1825. Secara industri tahun 1886 Paul Heroult di Perancis dan C.M. Hall di
Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari alumina
dengan cara elektrolisasi dari garam yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult
Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium. Penggunaan aluminium sebagai
logam setiap tahunnya adalah urutan yang kedua setelah besi dan baja, yang tertinggi
di antara logam non ferro ( Cobden, 1994).
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras.
Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah
unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur
bebas. Walaupun senyawa aluminium ditemukan paling banyak di alam, selama
bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang ekonomis untuk memperoleh logam
aluminium dari senyawanya (Achmad, 1997).
2. Pembuatan Aluminium
Aluminium merupakan unsur yang paling melimpah diantara unsur golongan
boron yang lain serta merupakan unsur dengan kelimpahan ketiga terbesar di alam
setelah oksigen dan silikon. Mineral aluminium yang paling penting adalah bijih
bauksit yang memiliki rumus formula antara Al 2O3.H2O dan Al2O3.2H2O. Ekstraksi
aluminium dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap pemurnian bijih aluminium dan
tahap ekstraksi aluminium (Lutfii, 2018).
a. Proses Bayer
Sebagai mineral alam selain aluminium, bauksit juga mengandung berbagai
pengotor misalnya SiO2, Fe2O3, dan TiO2. Karena komposisi tersebut, untuk
mendapatkan alumina murni, bauksit harus diolah dan salah satu metode
pengolahannya adalah proses Bayer. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang
tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.Tahap pemurnian
bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor utama dalam bauksit. Proses
Bayer terdiri dari beberapa tahap seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut
(Ahmad, 1997) :
Gambar 2 Skema produksi alumina dengan proses Bayer (Ostbo, 2002)
Dalam proses Bayer, bauksit dilebur dengan cara melarutkan bauksit
menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) panas, dengan suhu sekitar
170-180 °C. Hal ini dilakukan untuk mengubah oksida aluminium dalam bijih
menjadi natrium aluminat 2NaAl(OH)4, menurut persamaan reaksi berikut :
Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l) → 2NaAl(OH)4(aq)
Dalam proses di atas komponen lain dari bauksit tidak ikut terlarut, sehingga
pengotor tersebut dapat dipisahkan dengan penyaringan. Campuran kotoran padat
disebut lumpur merah. Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses
penyaringan. Awalnya larutan alkali didinginkan, kemudian aluminium
diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO 2 dan pengenceran
untuk mendapatkan endapan aluminium hidroksida berdasarkan reaksi berikut:
2NaAl(OH)4(aq) + CO2(g) → 2Al(OH)3(s) + Na2CO3(aq) + H2O(l)
Untuk mendapatkan aluminium oksida, endapan dipanaskan hingga 980 °C
(kalsinasi), dimana aluminium hidroksida terurai melepaskan air sesuai dengan
reaksi sehingga diperoleh aluminium oksida murni (Al2O3) (Sugiyarto,2008) :
2Al(OH)3(s)→ Al2O3(s) + 3H2O(g)

b. Proses Hall Heroult


Setelah diperoleh Al2O3 murni maka proses selanjutnya adalah elektrolisis
leburan Al2O3. Proses Hall-Heroult dimulai dengan melarutkan alumina dengan
lelehan Na3AlF6, atau yang biasa disebut cryolite. Lelehan alumina yang diperoleh
kemudian dimasukan ke dalam suatu bejana untuk proses elektrolisis yang disebut
sel Hall-Heroult. Bejana yang digunakan terbuat dari besi dilapisi grafit yang
sekaligus bertindak sebagai katoda. Sedangkan anoda digunakan batang-batang
grafit yang dicelupkan ke dalam larutan. Ketika arus listrik dijalankan ion-ion Al 3+
yang ada dalam larutan akan bergerak menuju katoda, yang kemudian direduksi
menjadi aluminium cair sedangkan ion-ion O2ˉ akan bergerak menuju anoda
kemudian dioksidasi menjadi gas oksigen. Berikut reaksi yang terjadi dalam sel
elektrolisis (Sugiyarto, 2008) :
Al2O3(l) → 2Al3+(aq) + 3O2‾(aq)
Katoda : Al3+(l) + 3e → Al(l) × 4
Anoda : 2O2‾(l) → O2(g) + 4e × 3
4Al3+(aq) + 6O2‾(aq) → 4Al(l) + 3O2(g)
3. Pembuatan Amalgam
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah
satunya adalah merkuri melalui proses yang disebut amalgamasi. Kata amalgam juga
didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan
seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Ketika powder alloy dan liquid
merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang menghasilkan amalgam yang
berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu-abu. Salah satu ciri khas
dari sifat kimia dan fisika aluminium adalah melalui pengamatan amalgamasi logam
aluminium dengan logam merkuri. Al bereaksi sangat cepat dengan logam merkuri
(Hg) dan berbagai senyawa merkuri. Al membentuk amalgam dengan merkuri.
Amalgamasi antara Al dan Hg menghasilkan 2 tahapan reaksi sebagai berikut :
Al  +  Hg  → AlHg
Ikatan amalgamasi dari reaksi diatas tak stabil, dimana panas yang muncul bisa
menyebabkan merkuri tersibak dari permukaan aluminium. Munculnya permukaan
Al ke udara menyebabkan terjadinya oksidasi Al menjadi alumina.
2 Al + 3 O2 → 2 Al2O3
Segera setelah terbentuknya lapisan Al2O3 di permukaan, merkuri kembali
mengamalgamasi, sehingga lapisan Al2O3 tersingkir kembali (akibat berat dan sifat
merkuri yang cair). Dengan tersingkirnya lapisan Al2O3, membuka peluang
teroksidasinya kembali lapisan luar baru oleh udara, menjadi Al 2O3. Proses ini terus
berlangsung makin cepat seiring meningkatnya suhu logam akibat proses oksidasi
oleh udara. Proses terus berlangsung hingga menghabiskan seluruh logam akibat
dioksidasi oleh udara. Senyawa-senyawa larut dan tak larut dari merkuri juga mudah
bereaksi dengan Al, yang mengakibatkan tereduksinya ion merkuri menjadi
logamnya.
Aluminium amalgam adalah zat kimia yang dibentuk oleh larutan aluminium
dengan merkuri. Aluminium amalgam dapat dibuat dengan menggiling pelet
aluminium atau kawat dalam merkuri, atau dengan membiarkan kawat aluminium
bereaksi dengan larutan merkuri (II) klorida dalam air. Aluminium amalgam
digunakan sebagai reagen kimia untuk mereduksi senyawa, seperti reduksi imina
menjadi amina. Aluminium adalah donor elektron utama, dan merkuri berfungsi
sebagai perantara transfer elektron.
Jika setetes merkurium (I) Nitrat ditaruh di atas permukaan aluminium yang
bersih, terbentuklah aluminium amalgam, dan ion-ion alumium melarut :
3Hg22+ + 2Al → 2 Al3+ + 6Hg↓
Aluminium yang terlarut dalam amalgam itu dioksidasikan dengan cepat oleh
oksigen dari udara, dan terbentuklah endapan aluminium oksida yang bervolume
besar. Merkurium yang tersisa membentuk lagi sejumlah amalgam dengan
aluminium, yang lagi-lagi dioksidasikan, maka sejumlah besar aluminum
terkorosikan (Svehla, 1985).
4. Sifat-Sifat Aluminium
Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan
manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik
unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol (sma) . Struktur
kristal aluminium adalah struktur kristal FCC, sehingga aluminium tetap ulet
meskipun pada temperatur yang sangat rendah. Keuletan yang tinggi dari aluminium
menyebabkan logam tersebut mudah dibentuk atau mempunyai sifat mampu bentuk
yang baik. Aluminium memiliki beberapa kekurangan yaitu kekuatan dan kekerasan
yang rendah bila dibanding dengan logam lain seperti besi dan baja (Lutfi, 2018).
Adapun sifat-sifat dari aluminium antara lain : ringan, tahan korosi, penghantar
panas dan listrik yang baik. Sifat tahan korosi pada aluminium diperoleh karena
terbentuknya lapisan oksida aluminium pada permukaaan aluminium (Lutfi, 2018).
Adapun sifat-sifat fisik aluminium antara lain sebagai berikut (Kalpakjian, 1985):
1. Ringan
Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak
digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
2. Tahan terhadap korosi Sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan
yang dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia
lainnya, baik di ruang angkasa atau bahkan sampai ke dasar laut.
3. Kuat
Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain.
Digunakan untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi
seperti: pesawat terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
4. Mudah dibentuk.
5. Konduktor panas.
6. Memiliki ketangguhan yang baik
7. Mampu diproses ulang-guna (Re-use/Recycle)
5. Reaksi-Reaksi Aluminium
a. Pada larutan ammonium
Endapan putih seperti gelatin yang dikenal sebagai gel aluminium hidroksida
[Al(OH)3] yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan. Kelarutan berkurang
dengan adanya garam-garam amonium, disebabkan oleh efek ion sekutu. Sebagian
kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai aluminium hidroksida koloid (sol
aluminium hidroksida) : sol ini berkoagulasi pada pendidihan atau pada
penambahan garam-garam yang larut, misalnya ammonium klorida, dengan
menghasilkan endapan aluminium hidroksida, yang dikenal sebagai gel
aluminium hidroksida. Untuk menguji pengendapan yang sempurna dengan
larutan amonia, larutan aluminium itu ditambahkan sedikit berlebihan, dan
campuran dididihkan sampai cairan sedikit berbau amonia. Bila baru diendapkan,
endapan ini mudah larut dalam asam kuat dan dalam basa kuat, tetapi setelah
dididihkan, ia menjadi sangat sedikit larut ( Lee, J.D.. 1996).
Al3+ + 3NH3 + 3H2O  Al(OH)3 + 3NH4+
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan
ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya aluminium hidroksida bereaksi
dengan asam kuat sehingga Aluminium hidroksida melarut dan tebentuk ion
aluminium :
Al(OH)3(s) + 3 H+  Al3+ + 3H2O
Dalam reaksi ini aluminium hidroksida bertindak sebagai basa. Di lain pihak
aluminium hidroksida juga dapat dilarutkan dalam natrium hidroksida
Al(OH)3 (s) + OH-  [ Al(OH)4]-
Dimana ion tetrahidroksoaluminat terbentuk. Dalam reaksi ini aluminium
hidrokasida berperilaku sebagai asam. Sifat amfoter hidroksida logam-logam
tertentu sering dipakai dalam analisis anorganik kualitatif, terutama dalam
pemisahan kation-kation golongan tiga ( Lee, J.D.. 1996).
b. Pada larutan Natium hidroksida
Endapan putih aluminium hidrokasida [Al(OH)3] melarut dalam reagensia
berlebih dimana ion-ion tetrahidroksoaluminat terbentuk.
Al(OH)3 + OH-  [Al(OH)4]-
Reaksi ini adalah reaksi reversibel dan setiap reagensia yang akan mengurangi
konsentrasi ion-hidroksil, akan menyebabkan reaksi berjalan dari kanan ke kiri
sehingga mengendapkan aluminium hidroksida (Svehla, 1985).
c. Larutan natrium karbonat
Natrium karbonat akan menetralkan asam yang dibebaskan pada hidrolisis
aluminium sehingga terbentuk gas karbon dioksida.
Al3+ + 3H2O  Al(OH)3 ↓ + 3H+
CO32- + 2H+  H2CO3 CO2 ↑ + H2O
Endapan melarut dalam reagensia berlebih
Al(OH)3 + CO32- + H2O  [Al(OH)4]- + HCO3-
(Svehla, 1985)
d. Reaksi Alumunium dengan Udara Bebas
Dengan udara logam ini membentuk lapisan oksida yang kuat pada
permukaannya yang dapat melindungi logam dari oksida lebih lanjut. Karenanya
logam ini dikatakan bersifat tahan karat (korosi) dan digunakan untuk melapisi
logam lain agar tahan karat (Svehla, 1985).
Al (s) + O2(g) → Al2O3 (s)
e. Reaksi dengan Asam
2Al(s) + 6H+(aq) → 2Al3+(aq) + 3H2(g)

VI. Alat bahan


Alat :
1. Tabung reaksi 5 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Gelas kimia 300 mL 1 buah
4. Corong kaca 1 buah
5. Pembakar spirtus 1 buah
6. Kaki tiga 1 buah
7. Kasa 1 buah
8. Rak tabung reaksi 1 buah
9. Spatula 1 buah
10.Gelas ukur 10 mL 1 buah
11.Cawan porselin 1 buah
Bahan :
1. Larutan NaOH1 M secukupnya
2. Larutan NaOH 2 M secukupnya
3. LarutanHCl 1 M secukupnya
4. Larutan Na2CO3 1 M secukupnya
5. Larutan HgCl2 0,1 M secukupnya
6. Larutan (NH4)2S secukupnya
7. Larutan Al2(SO4)3 secukupnya
8. Lempeng aluminium secukupnya
9. Aquades secukupnya
10.Kertas lakmus biru dan merah secukupnya
11.Kapas secukupnya
12.Kertas saring secukupnya
13.Kertas gosok secukupnya
VII. Alur Percobaan
1. Pembuatan amalgam

Larutan NaOH 1 M

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Dicelupkan sepotong kecil lempengan aluminium hingga timbul gelembung gas
Gelembung gas
Lempengan aluminium dicuci dengan air
Digosokkan kapas yang dibasahi larutan HgCl2
Dibiarkan kering (minimal 60 menit)
Diamati perubahannya

Lempengan Al keabu-abuan

Reaksi:
Al (s) + O2(g) → Al2O3 (s)
2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Al3+ + OH- → Al(OH)3
2Al + HgCl2 → 3Hg (s) + 2AlCl3
Al + Hg → AlHg
2. Reaksi aluminium dengan asam, basa, dan garam

Logam Aluminium

Dipotong kecil-kecil

Dibagi ke dalam tiga tabung reaksi

Tabung I Tabung II Tabung III


Ditambahkan larutan Ditambahkan larutan Ditambahkan larutan
NaOH 1 M Na2CO3 1 M panas HCl 1 M

Diamati Diamati Diamati


Gelembung gas,
Gelembung gas, Gelembung gas,
larutan keruh
larutan keruh larutan keruh

Reaksi:
Tabung I: 2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Tabung II: 2Al + 2Na2CO3 + 8H2O → 2Na[Al(OH)4] + 2NaHCO3 + 3H2
Tabung III: 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
3. Sifat senyawa aluminium

Larutan Al2(SO4)3 0,1 M

Diuji dengan kertas lakmus


Diamati perubahannya

Perubahan warna pada kertas


lakmus

Reaksi:
Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + 3SO42-
2Al3+ + H2O → 2Al(OH)3 + H+
LitOH ⇌ Lit+ + OH-
4. Sifat amfoter aluminium

1 mL Al3(SO4)3 0,1 M

Ditambahkan NaOH tetes demi tetes sampai terbentuk endapan


Terbentuk endapan

Ditambahkan NaOH berlebih sampai endapan larut


Endapan larut

Ditambahkan HCl tetes demi tetes sampai terbentuk endapan


Terbentuk endapan

Ditambahkan HCl berlebih sampai endapan larut

Endapan larut
Dibandingkan jumlah tetesan NaOH dan HCl

Jumlah tetesan

Reaksi:
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq)  2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)
Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq)  Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)
Al(OH)3(s) + HCl(aq)  AlCl3(aq) + 3H2O(l)

5. Pembuatan senyawa mengandung Al


1 mL Al3(SO4)3 0,1 M

Ditambahkan larutan (NH4)2S pekat

Disaring

Residu Filtrat

Dicuci dengan aquades


Endapan kristal berwarna putih
Dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi sedikit aquades
Ditambahkan NaOH 1 M
Endapan larut

Reaksi: Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l)  2Al(OH)3(s) +


3(NH4)2SO4(aq) + 3H2S(g)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)
VIII. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1 Pembuatan Amalgam  Larutan NaOH  Larutan  Al (s) + O2(g) → Berdasarkan percobaan
Larutan NaOH 1M sebanyak 1 mL dimasukkan 1M: tak NaOH + Al2O3 (s) yang telah dilakukan
kedalam tabung reaksi, kemudian dicelupkan sepotong berwarna lempengan  2Al(s) + 2NaOH (aq) didapatkan kesimpulan
lempengan aluminium sampai timbul gas. Diamati  Lempengan Al : larutan +6H2O (l) → bahwa pembuatan
gelembung gas yang terbentuk. Lempengan aluminium Al : lempengan tak berwarna 2Na[Al(OH)4] (aq) + amalgam dapat dibuat
dicuci dengan air (maksimal 20 mL aquades) dan berwarna dan timbul 3H2 (g) dengan mereaksikan Al
digosokkan kapas yang telah dibasahi HgCl2. Lalu keperakan gelembung  Al3+ + OH- → dengan NaOH dan
dibiarkan sampai kering (minimal 60 menit) di dalam  Aquades : gas, Al lebih Al(OH)3 HgCl2, sehingga
lemari asam. Diamati perubahan pada aluminium. cairan tak mengkilap  2Al + HgCl2 → 3Hg amalgam bersifat
berwarna  Dicuci (s) + 2AlCl3 reaktif dan rapuh

 Larutan HgCl2 : dengan  Al + Hg → AlHg


larutan tak aquades :  Teori: amalgam
berwarna larutan adalah campuran dari
bening, beberapa logam
lempeng Al dengan merkuri
berwarna
silver
 Digosok
dengan kapas
yang dibasahi
HgCl2 : kapas
berwarna
abu-abu dan
lempeng Al
berwarna
abu-abu
 Dibiarkan 60
menit:
lempeng Al
keabu-abuan
(+)
 Al
(amalgam):
rapuh dan
berwarna
kehitaman

2 Reaksi Al dengan basa, garam, dan asam  Larutan NaOH  Larutan Tabung I Berdasarkan percobaan
Tabung 1 1 M: larutan NaOH + Al + 2Al(s) + 2NaOH (aq) yang telah dilakukan
Sepotong kecil logam Al dimasukkan ke dalam tabung tak berwarna ditunggu 5 +6H2O (l) → dapat disimpulkan
reaksi, ditambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 1  Larutan Na2CO3 menit : 2Na[Al(OH)4] (aq) + bahwa reaksi Al
mL dan ditunggu minimal 5 menit. Diamati perubahan : larutan tak larutan keruh 3H2 (g) dengan basa > reaksi
yang terjadi berwarna dan timbul Ea =51,5 kJ/mol Al dengan garam >
Tabung 2  Larutan HCl : gelembung Tabung II reaksi Al dengan asam
Sepotong kecil logam Al dimasukkan ke dalam tabung larutan tak gas (++) 2Al + 2Na2CO3 + sehingga urutan
reaksi, ditambahkan larutan Na2CO3 panas 1 M berwarna  Larutan 8H2O → kereaktifan NaOH >
sebanyak 1 mL dan ditunggu minimal 5 menit.  Lempeng Al: Na2CO3 2Na[Al(OH)4] + Na2CO3 > HCl yang
Diamati perubahan yang terjadi lempengan panas + Al + 2NaHCO3 + 3H2 ditandai dengan
Tabung 3 berwarna perak ditunggu 5 Ea = 68,57 kJ/mol gelembung gas
Sepotong kecil logam Al dimasukkan ke dalam tabung menit: Tabung III
reaksi, ditambahkan larutan HCl 1 M sebanyak 1 mL larutan tak 2Al(s) + 6HCl(aq) →
dan ditunggu minimal 5 menit. Diamati perubahan berwarna dan 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
yang terjadi timbul Ea = 70,5 kJ/mol
gelembung
gas (+)
 Larutan HCl
+ Al +
ditunggu 5
menit :
larutan tak
berwarna dan
timbul
gelembung
gas
3 Sifat senyawa aluminium  Larutan  Larutan  Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + Berdasarkan percobaan
Larutan Al2(SO4)3 1mL dimasukkan kedalam tabung Al2(SO4)3 : Al2(SO4)3 + 3SO42- yang telah dilakukan
reaksi. Kemudian diuji dengan menggunakan kertas larutan tak kertas lakmus  2Al3+ + H2O → didapat kesimpulan
lakmus merah dan biru. Diamati perubahan warna berwarna biru : kertas 2Al(OH)3 + H+ bahwa Al2(SO4)3 adalah
yanga terjadi.  Kertas lakmus: lakmus  LitOH ⇌ Lit+ + OH- asam ditandai dengan
berwarna biru berubah perubahan warna
 Kertas lakmus: menjadi kertas lakmus biru
berwarna merah menjadi merah
merah  Larutan
Al2(SO4)3 +
kertas lakmus
merah :
kertas lakmus
berubah
menjadi
merah
4 Sifat Amfoter Al  Larutan  Larutan  Al2(SO4)3(aq) + Berdasarkan percobaan
Larutan Al2(SO4)3 1 mL dimasukkan tabung reaksi dan Al2(SO4)3 : tak Al2(SO4)3 + 5 6NaOH(aq)  yang telah dilakukan
ditambahkan NaOH 1 M tetes demi tetes. Diamati berwarna tetes NaOH : 2Al(OH)3(s) + dapat disimpulkan
endapan yang terbentuk. Kemudian ditambahkan  Larutan larutan tidak 3Na2SO4(aq) bahwa senyawa
NaOH 1 M berlebih dan dihitung tetesan saat tepat berwarna dan Al(OH)3 merupakan
jenuh, endapan terbanyak, saat larut. Lalu NaOH : tak ada endapan  Al(OH)3(s) + senyawa yang bersifat
ditambahkan HCl 1 M tetes demi tetes dan diamati berwarna putih NaOH(aq)  amfoter, karena dapat
endapan yang terbentuk. Selanjutnya ditambahkan  Larutan HCl :  +16 tetes Na[Al(OH)4](aq) bertidak sebagai asam
HCl 1 M berlebih dan dihitung tetesan saat tepat tak berwarna NaOH:  Na[Al(OH)4](aq) + maupun sebagai basa
jenuh, endapan terbanyak, dan saat larut. Bandingkan endapan HCl(aq)  yang dibuktikan
tetesan NaOH dan HCl. putih Al(OH)3(s) + dengan terbentuk dan
terbanyak NaCl(aq) + H2O(l) melarutnya endapan
 +20 tetes  Al(OH)3(s) + kembali.
NaOH: HCl(aq)  AlCl3(aq)
endapan + 3H2O(l)
larut, larutan
tak berwarna
 Ditambah 2
tetes HCl :
terbentuk
endapan
putih
 +20 tetes
HCl: endapan
putih
terbanyak
 +23 tetes
HCl: endapan
larut dan
larutan tak
berwarna
 Perbandingan
tetesan
NaOH : HCl
yaitu 20 : 23
5 Pembuatan senyawa Al(OH)3  Larutan  Larutan  Al2(SO4)3(aq) + Berdasarkan percobaan
1 mL larutan Al2(SO4)3 ditambahkan ±10 tetes larutan Al2(SO4)3 : Al2(SO4)3 + (NH4)2S(aq) + yang telah dilakukan
(NH4)2S pekat lalu disaring. Residu yang didapatkan larutan tak larutan 6H2O(l)  didapatkan kesimpulan
dicuci dengan aquades panas. Kemudian endapan berwarna (NH4)2S : 2Al(OH)3(s) + bahwa pembuatan
kristal tersebut dipindahkan kedalam tabung reaksi  Larutan terbentuk 3(NH4)2SO4(aq) + Al(OH)3 dapat dibuat
yang berisi aquades. Lalu ditambahkan NaOH 1M dan (NH4)2S pekat: hablur 3H2S(g) dengan mereaksikan
dihitung tetesannya. larutan berwarna  Al(OH)3(s) + Al2(SO4)3 dengan
berwarna putih dan NaOH(aq)  (NH4)2S yang
kuning dan berbau Na[Al(OH)4](aq) menghasilkan Al(OH)3
berbau menyengat berbentuk endapan dan
menyengat  Hablur gas H2S. Endapan
 Larutan disaring: Al(OH)3 memiliki sifat
filtrat yang mudah larut dalam
NaOH : larutan tak berwarna basa dengan ditandai
tak berwarna dan residu membentuk kompleks
 Aquades: berupa Na[Al(OH)4]
cairan tak endapan
berwarnas putih
 Residu dicuci
aquades
panas:
endapan
putih
 Endapan
putih
dipindahkan
ke dalam
tabung reaksi
yang berisi
aquades
dingin:
endapan
putih dan
larutan
berwarna
putih
 +20 tetes
NaOH 1M:
endapan larut
dan larutan
berwarna
putih
IX. Analisis dan Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada hari Senin tanggal 12 November 2019 di
Laboratorium Kimia Anorganik Unesa, berjudul “Aluminium”. Tujuan dari praktikum
tersebut yaitu untuk mempelajari sifat-sifat aluminium dan senyawanya. Aluminium
merupakan unsur logam abu-abu mengkilat, lembek, dan kurang kuat tetapi ringan.
Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah unsur
ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas
(Hiskia, 2018). Sebelum melakukan praktikum, alat dan bahan yang akan digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu, alat-alat tersebut dicuci dan dibersihkan agar
tidak ada kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil praktikum. Praktikum ini terdiri
dari 5 sub-judul antara lain :
1. Pembuatan Amalgam
Percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui sifat aluminium dalam
senyawa amalgam. Mula-mula lempeng aluminium (lempeng tipis berwarna perak
mengkilap) yang akan digunakan, diamplas terlebih dahulu sampai halus dan
mengkilap. Tujuannya untuk menghilangkan lapisan oksida (Al2O3) yang berada di
lapisan terluar lempeng, karena reaksi antara aluminium dengan oksigen dari udara
dapat menghasilkan oksidanya yakni Al2O3 yang membentuk lapisan nonpori.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
4Al (s) + 3O2 (g) → 2Al2O3 (s)
Lapisan oksida pada aluminium berupa lapisan oksida yang rapat serta tidak
berongga sehingga dapat melindungi aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Hal ini
dapat terjadi karena ion oksigen memiliki jari-jari ionik (124 pm) tidak jauh berbeda
dari jari-jari metalik ion aluminium (143 pm). Akibatnya, kemasan permukaan
hampir tidak berubah, karena jari-jari atom aluminium (68 pm) tepat menempati
rongga-rongga struktur permukaan oksida sehingga oksidanya menjadi rapat. Hal ini
berbeda dengan besi yang oksidanya berongga, tidak mampu melindungi bagian
dalam logam besi sehingga korosi korosi terus berlanjut.
Lempeng aluminium yang telah diamplas selanjutnya dipotong dengan ukuran
kurang lebih 0,5 cm × 0,5 cm. Lempeng aluminium memiliki fisik mengkilap, padat,
namun sedikit lunak. Setelah itu disiapkan 1 mL larutan NaOH 1 M dalam tabung
reaksi. Lalu dimasukkan sepotong lempengan aluminum ke dalam tabung reaksi
yang berisi larutan NaOH 1 M. Pada saat lempeng aluminium dimasukkan ke dalam
larutan NaOH 1 M terjadi perubahan yakni timbul gelembung gas tak berwarna dan
larutan tetap tak bewarna. Gas yang timbul semakin lama semakin banyak. Hal ini
menunjukkan sifat logam aluminium yang reaktif jika direaksikan dengan hidroksida
alkali dalam hal ini yaitu larutan NaOH. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan dalam
persamaan berikut :
2Al (s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2(g)
Reaksi yang berlaku pada percobaan ini adalah reaksi pembentukan senyawa
kompleks yaitu natrium tetrahidroksoaluminat bukan reaksi pembentukan Al(OH)3.
Hal ini terjadi karena Al(OH)3 larut dalam penamabahan NaOH berlebih. NaOH
berlebih dalam hal ini terjadi karena aluminium direaksikan sebentar lalu diangkat,
sehingga dalam larutan tersebut hanya tersisa NaOH, sehingga NaOH menjadi
berlebih. Pada persamaan reaksi diatas terlihat bahwa aluminium dapat membentuk
senyawa kompleks yaitu natrium tetrahidroksoaluminat yang jernih tak berwarna.
Na[Al(OH)4] yang terbentuk merupakan senyawa kompleks, aluminium dapat
membentuk kompleks disebabkan oleh muatan kation yang tinggi sehingga mampu
mengakomodasi sumbangan pasangan elektron dari ligan. Hal ini diasosiasikan
dengan relative besarnya energi solvasi, yang berarti molekul air yang terdapat pada
larutan akan terikat cukup kuat pada kation, sehingga terbentuk kompleks. Lempeng
aluminium direaksikan dengan NaOH bertujuan untuk menghilangkan endapan
Al(OH)3 sehingga hanya tersisa aluminium murni.
Selanjutnya lempeng alumium diambil menggunakan spatula dari dalam
tabung reaksi lalu dicuci menggunakan aquades. Tujuannya untuk menghilangkan
NaOH agar tidak mempengaruhi reaksi selanjutnya. Pada saat dicuci dengan aquades
air hasil pencuciannya berwarna hitam. Hal ini terjadi bukan karena reaksi Al dengan
H2O tetapi akibat reaksi antara Al dengan oksigen di udara membentuk oksidanya.
Kemudian disiapkan kapas dan ditetesi menggunakan larutan HgCl2 0,1 M (berupa
larutan tak berwarna) sampai kapas tersebut basah. Setelah itu lempeng aluminium
digosok-gosok menggunakan kapas tersebut di dalam lemari asam, menghasilkan
lempeng aluminium berwarna abu-abu dan kapas berwarna hitam keabu-abuan.
Penggosokan aluminium dengan kapas yang dibasahi Hg merupakan proses oksidasi.
Warna tersebut merupakan warna dari Hg hasil dari reduksi Hg 2+, hal ini dapat
dijelaskan pada persamaan reaksi berikut :
Reduksi : Hg2+ → Hg E° = +0,79 Volt
Oksidasi : Al → Al3+ E° = +1,66 Volt
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa potensial reduksi Hg lebih kecil
daripada potensial reduksi Al sehingga Hg2+ lebih mudah mengalami reduksi
menghasilkan Hg ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada kapas. Reaksi
yang terjadi pada proses tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :
2Al(s) + 3HgCl2 (aq) → 2AlCl3(aq) + 3Hg(s)
Ketika aluminium digosokkan dengan kapas yang ditetesi Hg akan membentuk
aluminium amalgam dan ion-ion aluminium melarut. Aluminium yang terlarut dalam
amalgam itu dioksidasikan dengan cepat oleh oksigen dari udara, dan terbentuklah
endapan aluminium oksida yang bervolume besar. Merkurium yang tersisa
membentuk lagi sejumlah amalgam dengan aluminium, yang lagi-lagi dioksidasikan,
maka sejumlah besar aluminum terokorosikan. Amalgam merupakan campuran dari
dua logam atau lebih yang salah satunya adalah Hg (merkuri).
Setelah itu lempeng aluminium dibiarkan selama 60 menit dalam lemari asam,
menghasilkan lempeng yang berwarna abu-abu kehitaman dan rapuh. Proses
pendiaman memerlukan waktu 60 menit karena larutan HgCl2 yang digunakan hanya
0,1 M. Amalgamasi terjadi ketika lempeng aluminium digosokkan dengan kapas
yang telah dibasahi HgCl2 lebih lanjut lalu didiamkan menghasilkan lempeng
aluminium yang rapuh karena terkikis Hg. Amalgam yang terbentuk bentuknya fiber
berwarna abu-abu kehitaman. Reaksi yang terjadi yaitu :
Al + Hg → AlHg (amalgam)
Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pembuatan amalgam
aluminium dapat dibuat dengan mereaksikan Aluminium dengan NaOH dan HgCl2
sehingga diketahui bahwa amalgam aluminium bersifat rapuh dan berwarna abu-abu
kehitaman sedangkan aluminium bersifat reaktif, mengkilat dan tahan karat.
2. Reaksi Al dengan Asam, Basa dan Garam
Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui kereaktifan Aluminium dalam
larutan basa, garam dan asam. Langkah pertama yang dilakukan yakni menyiapkan 3
tabung reaksi dan 3 lempeng Al ukuran 0,5 x 0,5 cm. Mula-mula lempeng aluminium
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda dan diberi tanda 1, 2, dan 3.
Tabung reaksi 1 ditambahkan 1 mL larutan NaOH 1M berupa larutan tak berwarna.
Setelah itu didiamkan selama 5 menit, meghasilkan larutan yang berwarna keruh dan
timbul gelembung gas (++). Hal ini menunjukkan bahwa aluminium sangat reaktif
terhadap basa (NaOH) yang merupakan hidroksi alakali. Energi aktivasinya yaitu
sebesar 51,5 kJ/mol. Reaksi yang terjadi yaitu :
2Al (s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2(g)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa gas yang dihasilkan
adalah gas H2, ditandai dengan tidak ada warna dari gas tersebut dan tidak berbau.
Tabung 2 lempeng aluminium ditambahkan 1 mL larutan Na 2C2O3 panas berupa
larutan tak berwarna. Setelah itu didiamkan selama 5 menit, meghasilkan larutan tak
berwarna dan timbul gelembung gas (+). Hal ini menunjukkan bahwa aluminium
kurang reaktif dengan senyawa garam, dengan nilai Energi aktivasi yang lebih besar
yaitu 68,57 kJ/mol, sehingga diperlukan pemanasan. Untuk dapat bereaksi, suatu
partikel harus memiliki energi yang lebih besar daripada energi aktivasi. Pada saat
temperatur dinaikkan, jumlah energi kinetik partikel-partikel yang bertumbukan
bertambah sehingga lebih banyak partikel-partikel yang memiliki energi lebih besar
dari energi aktivasi sehingga reaksi menjadi lebih cepat. Reaksi yang terjadi yakni:
2 Al(s) + Na2CO3(aq) + 8H2O(l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 2NaHCO3 (aq) + H2(g)
Tabung reaksi 3 lempeng aluminium ditambahkan 1 mL larutan HCl 1M berupa
larutan tak berwarna. Setelah itu didiamkan selama 5 menit, meghasilkan larutan tak
berwarna dan timbul gelembung gas. Hal ini menunjukkan bahwa aluminium kurang
reaktif terhadap asam klorida encer, dimana energi aktivasinya bernilai besar yakni
78,57 kJ/mol. Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
2Al(s) + 6HCl (aq)  2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa reaksi Al
dengan basa > reaksi Al dengan garam > reaksi Al dengan asam. Sehingga urutan
kereaktifan Al dalam ketiga larutan tersebut yakni NaOH> Na2CO3> HCl yang
ditandai dengan banyaknya gelembung gas.
3. Sifat Senyawa Aluminium
Percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui sifat senyawa aluminium yaiu
Al2(SO4)3. Senyawa Al2(SO4)3 atau tawas merupakan senyawa aluminium yang
biasanya digunakan sebagai penjernih air. Langkah pertama yang dilakukan yakni
menyiapkan 1 mL larutan Al2(SO4)3 berupa larutan tak berwarna. Kemudian diuji
menggunakan kertas lakumus biru dengan cara memasukkan kertas lakmus biru ke
dalam tabung teaksi tersebut, reaksi yang terjadi yakni :
Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + 3SO42-
2Al3+ + H2O → 2Al(OH)3 + H+
LitOH ⇌ Lit+ + OH-
Perubahan yang terjadi yaitu kertas lakmus berubah warna menjadi merah.
Sedangkan ketika dimasukkan kertas lakmus merah tidak terjadi perubahan pada
kertas lakmus, yaitu tetap berwarna merah. Hal tersebut membuktikan bahwa
senyawa Al2(SO4)3 bersifat asam dibuktikan dengan berubahnya warna kertas lakmus
biru menjadi merah dan tidak berubahnya warna kertas lakmus merah. Hal tersebut
dikarenakan Al2(SO4)3 merupakan garam yang bersifat asam karena terbentuk dari
basa lemah Al(OH)3 dan asam kuat yaitu H2SO4. Asam sulfat merupakan asam kuat
karena memiliki derajat disosiasi yang kecil yakni <1, sedangkan Al(OH)3 derajat
disosiasinya besar sehingga bersifat basa lemah. derajat disosiasinya sangat kecil
yakni < 1, sedangkan Al(OH)3 derajat disosiasinya besar sehingga merupakan
senyawa basa lemah.
4. Sifat Amfoter Aluminium
Percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter dari aluminium dan
senyawanya. Larutan yang digunakan dalam percobaan ini sama dengan percobaan
ketiga yaitu larutan Al2(SO4)3 berupa larutan tak berwarna. Langkah pertama yang
dilakukan yakni mengambil 1 mL larutan Al2(SO4)3 lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan larutan NaOH 1M berupa larutan tak
berwarna tetes demi tetes sampai terbentuk endapan. Setelah penambahan 5 tetes
NaOH diperoleh endapan berwarna putih, keadaan ini merupakan keadaan saat
larutan tepat jenuh. Setelah itu ditambahkan lagi NaOH tetes demi tetes, pada
penambahan ke 10 tetes diperoleh endapan yang semakin banyak. Reaksi yang
terjadi yaitu :
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa endapan putih yang
terbentuk merupakan Al(OH)3, Ksp = 8,5 x 10-23 mol/L sehingga senyawa tersebut
sukar larut atau mudah mengendap. Kemudian ditambahkan lagi larutan NaOH tetes
demi teteds ke dalam larutan tersebut. Pada tetesan ke 20, endapan yang terbentuk
larut dan larutan menjadi tak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa endapan
tersebut dapat larut dalam NaOH berlebih, sesuai persamaan reaksi berikut :
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) ⇌ Na[Al(OH)4] (aq)
Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa penambahan NaOH berlebih
akan melarutkan endapan dan menghasilkan senyawa kompleks natrium
tetrahidroksoaluminat yang berupa larutan tak berwarna. Natrium
tetrahidroksialuminat terbentuk karena Al3+ dapat membentuk ion kompleks seperti
AlX4-, sehingga Al(OH)3 dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk Al(OH)4-.
Natrium tetrahidroksialuminat merupakan senyawa yang bersifat basa. Keamfoteran
yang dimiliki senyawa aluminium Al(OH)3 menjadikannya dapat bereaksi dengan
basa walaupun Al(OH)3 merupakan senyawa bersifat basa dan NaOH pun juga
bersifat basa. Dalam reaksi ini aluminium hidroksida betindak sebagai asam karena
NaOH adalah basa kuat sedangkan Al(OH)3 lebih lemah kekuatan basanya, sehingga
Al(OH)3 dapat bereaksi dengan larutan basa yaitu NaOH.
Selanjutnya ke dalam larutan itu ditambahkan larutan HCl (tak berwarna) tetes
demi tetes sambil diamati peubahannya. Pada penambahan HCl ke 2 tetes terbentuk
endapan putih, keadaan ini merupakan keadaan saat larutan tepat jenuh. Setelah itu
ditambahkan lagi HCl tetes demi tetes, pada penambahan ke 20 tetes diperoleh
endapan yang semakin banyak. Endapan yang terbentuk merupakan endapan
senyawa Al(OH)3. Penambahan HCl menyebabkan terbentuknya Al(OH)3,
disebabkan karena HCl dapat mengikat NaOH yang ada dalam sistem kesetimbangan
tersebut, sehingga mempengaruhi keadaan kesetimbangan dan menyebabkan reaksi
bergeser ke arah pembentukan reaktan yang dalam hal ini adalah Al(OH)3. Reaksi
yang terjadi dapat dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut :
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq)
Senyawa NaCl merupakan garam, terbentuknya senyawa ini mengakibatkan
konsentrasi NaOH berkurang. Sehingga konsentrasi reaktan menurun dan
menyebabkan reaksi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan reaktan yakni
Al(OH)3. Reaksi keseluruhan yang terjadi dapat dituliskan seperti berikut :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl(aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O(l)
Setelah itu larutan HCl ditambahkan lagi tetes demi tetes. Pada tetesan ke 23,
endapan yang terbentuk larut dan larutan menjadi tak berwarna. Hal ini menunjukkan
bahwa endapan Al(OH)3 juga dapat larut dalam HCl berlebih, sesuai persamaan
reaksi berikut :
Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3 H2O (l)
Berdasarkan percobaan ini dapat diketahui bahwa senyawa Al(OH)3 bersifat
amfoter, karena dapat bertindak sebagai asam ketika direaksikan dengan basa kuat.
Sebaliknya dapat bertindak sebagai basa ketika direaksikan dengan asam kuat.
Perbandingan jumlah tetesan NaOH dan HCl yaitu 20 : 23, hal ini menunjukkan
bahwa aluminium lebih reaktif dengan basa daripada dengan larutan asam. Jika
dibalik, dimana HCl direaksikan lebih dahulu kemudian NaOH, maka reaksi tersebut
tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Karena HCl bersifat asam dan
Al2(SO4)3 sehingga reaksi tidak dapat terjadi.
5. Pembuatan Senyawa Al(OH)3
Percobaan kelima bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa aluminium.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL Al2(SO4)3 berupa larutan
tak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan dengan ±
10 tetes larutan (NH4)2S pekat berupa larutan berwarna kuning dan berbau
menyengat. Penambahan (NH4)2S pekat berfungsi untuk membentuk endapan
Al(OH)3 karena dengan penambahan larutan (NH4)2S encer belum bisa menghasilkan
endapan. Reaksi ini menggunakan larutan (NH4)2S karena reaksinya berkesudahan
bukan reaksi bolak-balik sehingga pasti menghasilkan endapan Al(OH)3. Reaksi ini
menghasilkan hablur berwarna putih dan berbau menyengat, persamaan reaksinya
yaitu :
Al2(SO4)3 (aq) + (NH4)2S (aq) + 6 H2O (l) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2S (g) + 3
(NH4)2SO4 (aq)
Kemudian hablur yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring,
menghasilkan filtrat tak berwarna dan residu berwarna putih. Selanjutnya endapan
yang dihasilkan dicuci dengan air panas. Fungsi pencucian dilakukan untuk
memaksimalkan endapan yang terbentuk dan membersihkan endapan Al(OH) 3 dari
pengotor yang dapat mengganggu reaksi selanjutnya. Hasil pencucian ini
menghasilkan endapan berwarna putih.
Selanjutnya residu tersebut dipindahkan pada tabung reaksi yang telah berisi
aquades. Lalu ditambahkan larutan NaOH 1 M dan dihitung jumlah tetesannya. Saat
penambahan 20 tetes NaOH menghasilkan larutan yang berwarna putih dan endapan
larut. Persamaan reaksinya yaitu :
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Fungsi penambahan NaOH yaitu untuk mengidentifikasi apakah yang terbentuk
benar-benar Al(OH)3. Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa senyawa
yang terbentuk benar-benar Al(OH)3 yang ditandai larutnya endapan tersebut dalam
larutan NaOH.
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Aluminium memiliki sifat reaktif terhadap basa, sedikit reaktif terhadap garam dan
kurang reaktif terhadap asam, aluminium dapat membentuk amalgam jika
direaksikan dengan Hg.
2. Senyawa Aluminium bersifat amfoter yang dapat bertindak sebagai asam maupun
basa. Senyawa aluminium juga dapat bersifat asam ditandai dengan perubahan kertas
lakmus biru berubah warna menjadi merah
XI. Daftar Pustaka
Ahmad, H. 1997. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: ITB.
Cobden, Roy. 1994. Aluminium: Physical Properties, Characteristics and Alloys.
European Aluminium Association (E-book online).
http://www.balcoindia.com. Diakses 20 November 2019.
Kalpakjian, Serope. 1985. Manufacturing Process of Engineering Materials. New
Jersey : Pearson Education, Inc.
Lee, J.D. 1996. Concise Inorganic Chemistry 4th edition. London: Chapman & Hall.
Lutfi, Achmad; dkk. 2018. Kimia Anorganik: Unsur-unsur Golongan Utama. Surabaya:
FMIPA Unesa.
Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyarto, Kristian H. dan Retno D. Suyanti. 2008. Kimia Anorganik Logam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.
XII. Jawaban Pertanyaan
1. Terangkan sifat amfoter aluminium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab :
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan ion
hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya dalam percobaan ini larutan [Al2(SO4)3]
bereaksi dengan basa kuat yaitu NaOH, pada tetesaan 5 terbentuk endapan putih
Al(OH)3 menurut reaksi:
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
Setelah penambahan NaOH 20 tetes endapan putih larut kembali, ditunjukkan dengan
persamaan reaksi:
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) ⇌ Na[Al(OH)4] (aq)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH)3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat asamnya.
Kemudian larutan ini ditambah dengan HCl 1 M. Penambahan 2 tetes
menyebabkan terbentuk kembali endapan putih gelatin [Al(OH)3] karena HCl
mengikat NaOH dan mengurangi konsentrasi reaktan, sehingga reaksi bergeser ke arah
pembentukan reaktan yaitu Al(OH)3. Penambahan 23 tetes HCl menyebabkan
endapan yang terbentuk larut kembali, penambahan HCl dilanjutkan dan tidak terjadi
lagi perubahan
Al(OH)3 (s) + HCl → AlCl3 (aq) + 2H2O(l)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH) 3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat basanya. Kemampuan
Al(OH)3 melakukan reaksi netralisasi atau dapat bersifat asam atau basa bila
direaksikan dengan basa kuat dan asam kuat merupakan alasan mengapa Al(OH) 3
disebut bersifat amfoter.
2. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan-percobaan diatas !
Jawab :
Percobaan 1
Al (s) + O2(g) → Al2O3 (s)
2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Al3+ + OH- → Al(OH)3
2Al + HgCl2 → 3Hg (s) + 2AlCl3
Al + Hg → AlHg
Percobaan 2
Tabung I: 2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Tabung II: 2Al + 2Na2CO3 + 8H2O → 2Na[Al(OH)4] + 2NaHCO3 + 3H2
Tabung III: 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
Percobaan 3
Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + 3SO42-
2Al3+ + H2O → 2Al(OH)3 + H+
LitOH ⇌ Lit+ + OH-
Percobaan 4
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq)  2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)
Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq)  Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)
Al(OH)3(s) + HCl(aq)  AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Percobaan 5
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l)  2Al(OH)3(s) + 3(NH4)2SO4(aq) + 3H2S(g)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)
3. Jelaskan kegunaan aluminium!
Jawab :
 Beberapa penggunaan aluminium antara lain: Sektor industri otomotif, untuk
membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor.
 untuk membuat badan pesawat terbang.
 Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
 Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.
 Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk
besi (III) oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api.
 Beberapa senyawa Aluminium juga banyak penggunaannya, antara lain:
1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
Tawas mempunyai rumus kimia (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O). Tawas digunakan
untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2. Alumina (Al2O3)
Alumina dibedakan atas alfa-allumina dan gamma-allumina. Gamma-alumina
diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500˚C. Gamma-alumina
digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan industri keramik
serta industri gelas. Alfa-allumina diperoleh dari pemanasan. Al(OH) 3 pada
suhu diatas 10000C. Alfa-allumina terdapat sebagai korundum di alam yang
digunakan untuk amplas atau grinda. Batu mulia, seperti rubi, safir, ametis, dan
topaz merupakan alfa-allumina yang mengandung senyawa unsur logam
transisi yang memberi warna pada batu tersebut.
LAMPIRAN FOTO

Percobaan 1
No Gambar Keterangan
1 Sepotong kecil logam Aluminium
berwarna perak mengkilap

2 Disiapkan tabung reaksi yang berisi


1ml larutan NaOH kemudian
Aluminium dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang berisi NaOH

3 Reaksi logam Aluminium dengan


larutan NaOH timbul gelembung gas H2

4. Al diangkat dari dalam tabung reaksi


kemudian dicuci dengan aquades max
20 mL

5. Disiapkan kapas yang telah dibasahi


dengan larutan HgCl2
6. Lempeng Aluminium digosokkan ke
kapas yang telah dibasahi larutan HgCl2

5. Lempeng aluminium setelah


digosokkan pada kapas yang dibasahi
larutan HgCl2 berubah menjadi tidak
mengkilap dan terdapat goresan hitam

Percobaan 2
No Gambar Keterangan
1 3 lempeng aluminium

2. Tabung 1 Ditambahkan larutan 1mL


NaOH 1M

3 Tabung 2 ditambahkan 1,5 mL larutan


Na2CO3 1 M kemudian dipanaskan
larutan
4 Tabung 3 ditambahkan 1 mL larutan
HCl 1 M, ditunggu 5 menit

5 3 lempeng aluminium dimasukkan ke


dalam 3 tabung reaksi yang berisi
larutan timbul gelembung gas. Dari kiri
tabung 1, tengah tabung 2 dan kanan
tabung 3

Percobaan 3
No Gambar Keterangan
1 Larutan Al2(SO4)3 diuji dengan kertas
lakmus merah dan biru

2 Hasil uji Larutan Al2(SO4)3 dengan


kertas lakmus merah tetap merah yang
menandakan bahwa larutan tersebut
bersifat asam
Hasil uji Larutan Al2(SO4)3 dengan
kertas lakmus biru berubah menjadi
merah yang menandakan bahwa larutan
tersebut bersifat asam

Percobaan 4
No Gambar Keterangan
1 1 ml Larutan Al2(SO4)3 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi

2 Larutan Al2(SO4)3 ditambahkan larutan


NaOH tetes demi tetes timbul endapan
putih

3. Larutan Al2(SO4)3 ditambahkan larutan


NaOH berlebih endapan putih menjadi
larut
4. Larutan Al2(SO4)3 ditambahkan larutan
HCl tetes demi tetes timbul endapan
putih

5. Larutan Al2(SO4)3 ditambahkan larutan


HCl berlebih endapan putih menjadi
larut

Percobaan 5
No Gambar Keterangan
1 1 ml Larutan Al2(SO4)3 di masukkan ke
dalam tabung reaksi

2 Larutan Al2(SO4)3 ditambahkan 3 tetes


larutan (NH4)2S timbul endapan putih
3. Larutan disaring untuk memisahkan
residu berupa endapan putih dan filtrat
tidak berwarna

3 Residu dicuci dengan aquades panas

4. Residu endapan putih dimasukkan ke


dalam tabung reaksi dan ditambahkan
larutan NaOH menjadi larut

Anda mungkin juga menyukai