Larutan NaOH 1 M
Lempengan Al keabu-abuan
Reaksi:
Al (s) + O2(g) → Al2O3 (s)
2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Al3+ + OH- → Al(OH)3
2Al + HgCl2 → 3Hg (s) + 2AlCl3
Al + Hg → AlHg
2. Reaksi aluminium dengan asam, basa, dan garam
Logam Aluminium
Dipotong kecil-kecil
Reaksi:
Tabung I: 2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Tabung II: 2Al + 2Na2CO3 + 8H2O → 2Na[Al(OH)4] + 2NaHCO3 + 3H2
Tabung III: 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
3. Sifat senyawa aluminium
Reaksi:
Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + 3SO42-
2Al3+ + H2O → 2Al(OH)3 + H+
LitOH ⇌ Lit+ + OH-
4. Sifat amfoter aluminium
1 mL Al3(SO4)3 0,1 M
Endapan larut
Dibandingkan jumlah tetesan NaOH dan HCl
Jumlah tetesan
Reaksi:
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq) Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)
Al(OH)3(s) + HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Disaring
Residu Filtrat
2 Reaksi Al dengan basa, garam, dan asam Larutan NaOH Larutan Tabung I Berdasarkan percobaan
Tabung 1 1 M: larutan NaOH + Al + 2Al(s) + 2NaOH (aq) yang telah dilakukan
Sepotong kecil logam Al dimasukkan ke dalam tabung tak berwarna ditunggu 5 +6H2O (l) → dapat disimpulkan
reaksi, ditambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 1 Larutan Na2CO3 menit : 2Na[Al(OH)4] (aq) + bahwa reaksi Al
mL dan ditunggu minimal 5 menit. Diamati perubahan : larutan tak larutan keruh 3H2 (g) dengan basa > reaksi
yang terjadi berwarna dan timbul Ea =51,5 kJ/mol Al dengan garam >
Tabung 2 Larutan HCl : gelembung Tabung II reaksi Al dengan asam
Sepotong kecil logam Al dimasukkan ke dalam tabung larutan tak gas (++) 2Al + 2Na2CO3 + sehingga urutan
reaksi, ditambahkan larutan Na2CO3 panas 1 M berwarna Larutan 8H2O → kereaktifan NaOH >
sebanyak 1 mL dan ditunggu minimal 5 menit. Lempeng Al: Na2CO3 2Na[Al(OH)4] + Na2CO3 > HCl yang
Diamati perubahan yang terjadi lempengan panas + Al + 2NaHCO3 + 3H2 ditandai dengan
Tabung 3 berwarna perak ditunggu 5 Ea = 68,57 kJ/mol gelembung gas
Sepotong kecil logam Al dimasukkan ke dalam tabung menit: Tabung III
reaksi, ditambahkan larutan HCl 1 M sebanyak 1 mL larutan tak 2Al(s) + 6HCl(aq) →
dan ditunggu minimal 5 menit. Diamati perubahan berwarna dan 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
yang terjadi timbul Ea = 70,5 kJ/mol
gelembung
gas (+)
Larutan HCl
+ Al +
ditunggu 5
menit :
larutan tak
berwarna dan
timbul
gelembung
gas
3 Sifat senyawa aluminium Larutan Larutan Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + Berdasarkan percobaan
Larutan Al2(SO4)3 1mL dimasukkan kedalam tabung Al2(SO4)3 : Al2(SO4)3 + 3SO42- yang telah dilakukan
reaksi. Kemudian diuji dengan menggunakan kertas larutan tak kertas lakmus 2Al3+ + H2O → didapat kesimpulan
lakmus merah dan biru. Diamati perubahan warna berwarna biru : kertas 2Al(OH)3 + H+ bahwa Al2(SO4)3 adalah
yanga terjadi. Kertas lakmus: lakmus LitOH ⇌ Lit+ + OH- asam ditandai dengan
berwarna biru berubah perubahan warna
Kertas lakmus: menjadi kertas lakmus biru
berwarna merah menjadi merah
merah Larutan
Al2(SO4)3 +
kertas lakmus
merah :
kertas lakmus
berubah
menjadi
merah
4 Sifat Amfoter Al Larutan Larutan Al2(SO4)3(aq) + Berdasarkan percobaan
Larutan Al2(SO4)3 1 mL dimasukkan tabung reaksi dan Al2(SO4)3 : tak Al2(SO4)3 + 5 6NaOH(aq) yang telah dilakukan
ditambahkan NaOH 1 M tetes demi tetes. Diamati berwarna tetes NaOH : 2Al(OH)3(s) + dapat disimpulkan
endapan yang terbentuk. Kemudian ditambahkan Larutan larutan tidak 3Na2SO4(aq) bahwa senyawa
NaOH 1 M berlebih dan dihitung tetesan saat tepat berwarna dan Al(OH)3 merupakan
jenuh, endapan terbanyak, saat larut. Lalu NaOH : tak ada endapan Al(OH)3(s) + senyawa yang bersifat
ditambahkan HCl 1 M tetes demi tetes dan diamati berwarna putih NaOH(aq) amfoter, karena dapat
endapan yang terbentuk. Selanjutnya ditambahkan Larutan HCl : +16 tetes Na[Al(OH)4](aq) bertidak sebagai asam
HCl 1 M berlebih dan dihitung tetesan saat tepat tak berwarna NaOH: Na[Al(OH)4](aq) + maupun sebagai basa
jenuh, endapan terbanyak, dan saat larut. Bandingkan endapan HCl(aq) yang dibuktikan
tetesan NaOH dan HCl. putih Al(OH)3(s) + dengan terbentuk dan
terbanyak NaCl(aq) + H2O(l) melarutnya endapan
+20 tetes Al(OH)3(s) + kembali.
NaOH: HCl(aq) AlCl3(aq)
endapan + 3H2O(l)
larut, larutan
tak berwarna
Ditambah 2
tetes HCl :
terbentuk
endapan
putih
+20 tetes
HCl: endapan
putih
terbanyak
+23 tetes
HCl: endapan
larut dan
larutan tak
berwarna
Perbandingan
tetesan
NaOH : HCl
yaitu 20 : 23
5 Pembuatan senyawa Al(OH)3 Larutan Larutan Al2(SO4)3(aq) + Berdasarkan percobaan
1 mL larutan Al2(SO4)3 ditambahkan ±10 tetes larutan Al2(SO4)3 : Al2(SO4)3 + (NH4)2S(aq) + yang telah dilakukan
(NH4)2S pekat lalu disaring. Residu yang didapatkan larutan tak larutan 6H2O(l) didapatkan kesimpulan
dicuci dengan aquades panas. Kemudian endapan berwarna (NH4)2S : 2Al(OH)3(s) + bahwa pembuatan
kristal tersebut dipindahkan kedalam tabung reaksi Larutan terbentuk 3(NH4)2SO4(aq) + Al(OH)3 dapat dibuat
yang berisi aquades. Lalu ditambahkan NaOH 1M dan (NH4)2S pekat: hablur 3H2S(g) dengan mereaksikan
dihitung tetesannya. larutan berwarna Al(OH)3(s) + Al2(SO4)3 dengan
berwarna putih dan NaOH(aq) (NH4)2S yang
kuning dan berbau Na[Al(OH)4](aq) menghasilkan Al(OH)3
berbau menyengat berbentuk endapan dan
menyengat Hablur gas H2S. Endapan
Larutan disaring: Al(OH)3 memiliki sifat
filtrat yang mudah larut dalam
NaOH : larutan tak berwarna basa dengan ditandai
tak berwarna dan residu membentuk kompleks
Aquades: berupa Na[Al(OH)4]
cairan tak endapan
berwarnas putih
Residu dicuci
aquades
panas:
endapan
putih
Endapan
putih
dipindahkan
ke dalam
tabung reaksi
yang berisi
aquades
dingin:
endapan
putih dan
larutan
berwarna
putih
+20 tetes
NaOH 1M:
endapan larut
dan larutan
berwarna
putih
IX. Analisis dan Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada hari Senin tanggal 12 November 2019 di
Laboratorium Kimia Anorganik Unesa, berjudul “Aluminium”. Tujuan dari praktikum
tersebut yaitu untuk mempelajari sifat-sifat aluminium dan senyawanya. Aluminium
merupakan unsur logam abu-abu mengkilat, lembek, dan kurang kuat tetapi ringan.
Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah unsur
ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas
(Hiskia, 2018). Sebelum melakukan praktikum, alat dan bahan yang akan digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah itu, alat-alat tersebut dicuci dan dibersihkan agar
tidak ada kontaminan yang dapat mempengaruhi hasil praktikum. Praktikum ini terdiri
dari 5 sub-judul antara lain :
1. Pembuatan Amalgam
Percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui sifat aluminium dalam
senyawa amalgam. Mula-mula lempeng aluminium (lempeng tipis berwarna perak
mengkilap) yang akan digunakan, diamplas terlebih dahulu sampai halus dan
mengkilap. Tujuannya untuk menghilangkan lapisan oksida (Al2O3) yang berada di
lapisan terluar lempeng, karena reaksi antara aluminium dengan oksigen dari udara
dapat menghasilkan oksidanya yakni Al2O3 yang membentuk lapisan nonpori.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
4Al (s) + 3O2 (g) → 2Al2O3 (s)
Lapisan oksida pada aluminium berupa lapisan oksida yang rapat serta tidak
berongga sehingga dapat melindungi aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Hal ini
dapat terjadi karena ion oksigen memiliki jari-jari ionik (124 pm) tidak jauh berbeda
dari jari-jari metalik ion aluminium (143 pm). Akibatnya, kemasan permukaan
hampir tidak berubah, karena jari-jari atom aluminium (68 pm) tepat menempati
rongga-rongga struktur permukaan oksida sehingga oksidanya menjadi rapat. Hal ini
berbeda dengan besi yang oksidanya berongga, tidak mampu melindungi bagian
dalam logam besi sehingga korosi korosi terus berlanjut.
Lempeng aluminium yang telah diamplas selanjutnya dipotong dengan ukuran
kurang lebih 0,5 cm × 0,5 cm. Lempeng aluminium memiliki fisik mengkilap, padat,
namun sedikit lunak. Setelah itu disiapkan 1 mL larutan NaOH 1 M dalam tabung
reaksi. Lalu dimasukkan sepotong lempengan aluminum ke dalam tabung reaksi
yang berisi larutan NaOH 1 M. Pada saat lempeng aluminium dimasukkan ke dalam
larutan NaOH 1 M terjadi perubahan yakni timbul gelembung gas tak berwarna dan
larutan tetap tak bewarna. Gas yang timbul semakin lama semakin banyak. Hal ini
menunjukkan sifat logam aluminium yang reaktif jika direaksikan dengan hidroksida
alkali dalam hal ini yaitu larutan NaOH. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan dalam
persamaan berikut :
2Al (s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2(g)
Reaksi yang berlaku pada percobaan ini adalah reaksi pembentukan senyawa
kompleks yaitu natrium tetrahidroksoaluminat bukan reaksi pembentukan Al(OH)3.
Hal ini terjadi karena Al(OH)3 larut dalam penamabahan NaOH berlebih. NaOH
berlebih dalam hal ini terjadi karena aluminium direaksikan sebentar lalu diangkat,
sehingga dalam larutan tersebut hanya tersisa NaOH, sehingga NaOH menjadi
berlebih. Pada persamaan reaksi diatas terlihat bahwa aluminium dapat membentuk
senyawa kompleks yaitu natrium tetrahidroksoaluminat yang jernih tak berwarna.
Na[Al(OH)4] yang terbentuk merupakan senyawa kompleks, aluminium dapat
membentuk kompleks disebabkan oleh muatan kation yang tinggi sehingga mampu
mengakomodasi sumbangan pasangan elektron dari ligan. Hal ini diasosiasikan
dengan relative besarnya energi solvasi, yang berarti molekul air yang terdapat pada
larutan akan terikat cukup kuat pada kation, sehingga terbentuk kompleks. Lempeng
aluminium direaksikan dengan NaOH bertujuan untuk menghilangkan endapan
Al(OH)3 sehingga hanya tersisa aluminium murni.
Selanjutnya lempeng alumium diambil menggunakan spatula dari dalam
tabung reaksi lalu dicuci menggunakan aquades. Tujuannya untuk menghilangkan
NaOH agar tidak mempengaruhi reaksi selanjutnya. Pada saat dicuci dengan aquades
air hasil pencuciannya berwarna hitam. Hal ini terjadi bukan karena reaksi Al dengan
H2O tetapi akibat reaksi antara Al dengan oksigen di udara membentuk oksidanya.
Kemudian disiapkan kapas dan ditetesi menggunakan larutan HgCl2 0,1 M (berupa
larutan tak berwarna) sampai kapas tersebut basah. Setelah itu lempeng aluminium
digosok-gosok menggunakan kapas tersebut di dalam lemari asam, menghasilkan
lempeng aluminium berwarna abu-abu dan kapas berwarna hitam keabu-abuan.
Penggosokan aluminium dengan kapas yang dibasahi Hg merupakan proses oksidasi.
Warna tersebut merupakan warna dari Hg hasil dari reduksi Hg 2+, hal ini dapat
dijelaskan pada persamaan reaksi berikut :
Reduksi : Hg2+ → Hg E° = +0,79 Volt
Oksidasi : Al → Al3+ E° = +1,66 Volt
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa potensial reduksi Hg lebih kecil
daripada potensial reduksi Al sehingga Hg2+ lebih mudah mengalami reduksi
menghasilkan Hg ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada kapas. Reaksi
yang terjadi pada proses tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :
2Al(s) + 3HgCl2 (aq) → 2AlCl3(aq) + 3Hg(s)
Ketika aluminium digosokkan dengan kapas yang ditetesi Hg akan membentuk
aluminium amalgam dan ion-ion aluminium melarut. Aluminium yang terlarut dalam
amalgam itu dioksidasikan dengan cepat oleh oksigen dari udara, dan terbentuklah
endapan aluminium oksida yang bervolume besar. Merkurium yang tersisa
membentuk lagi sejumlah amalgam dengan aluminium, yang lagi-lagi dioksidasikan,
maka sejumlah besar aluminum terokorosikan. Amalgam merupakan campuran dari
dua logam atau lebih yang salah satunya adalah Hg (merkuri).
Setelah itu lempeng aluminium dibiarkan selama 60 menit dalam lemari asam,
menghasilkan lempeng yang berwarna abu-abu kehitaman dan rapuh. Proses
pendiaman memerlukan waktu 60 menit karena larutan HgCl2 yang digunakan hanya
0,1 M. Amalgamasi terjadi ketika lempeng aluminium digosokkan dengan kapas
yang telah dibasahi HgCl2 lebih lanjut lalu didiamkan menghasilkan lempeng
aluminium yang rapuh karena terkikis Hg. Amalgam yang terbentuk bentuknya fiber
berwarna abu-abu kehitaman. Reaksi yang terjadi yaitu :
Al + Hg → AlHg (amalgam)
Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pembuatan amalgam
aluminium dapat dibuat dengan mereaksikan Aluminium dengan NaOH dan HgCl2
sehingga diketahui bahwa amalgam aluminium bersifat rapuh dan berwarna abu-abu
kehitaman sedangkan aluminium bersifat reaktif, mengkilat dan tahan karat.
2. Reaksi Al dengan Asam, Basa dan Garam
Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui kereaktifan Aluminium dalam
larutan basa, garam dan asam. Langkah pertama yang dilakukan yakni menyiapkan 3
tabung reaksi dan 3 lempeng Al ukuran 0,5 x 0,5 cm. Mula-mula lempeng aluminium
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda dan diberi tanda 1, 2, dan 3.
Tabung reaksi 1 ditambahkan 1 mL larutan NaOH 1M berupa larutan tak berwarna.
Setelah itu didiamkan selama 5 menit, meghasilkan larutan yang berwarna keruh dan
timbul gelembung gas (++). Hal ini menunjukkan bahwa aluminium sangat reaktif
terhadap basa (NaOH) yang merupakan hidroksi alakali. Energi aktivasinya yaitu
sebesar 51,5 kJ/mol. Reaksi yang terjadi yaitu :
2Al (s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2(g)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa gas yang dihasilkan
adalah gas H2, ditandai dengan tidak ada warna dari gas tersebut dan tidak berbau.
Tabung 2 lempeng aluminium ditambahkan 1 mL larutan Na 2C2O3 panas berupa
larutan tak berwarna. Setelah itu didiamkan selama 5 menit, meghasilkan larutan tak
berwarna dan timbul gelembung gas (+). Hal ini menunjukkan bahwa aluminium
kurang reaktif dengan senyawa garam, dengan nilai Energi aktivasi yang lebih besar
yaitu 68,57 kJ/mol, sehingga diperlukan pemanasan. Untuk dapat bereaksi, suatu
partikel harus memiliki energi yang lebih besar daripada energi aktivasi. Pada saat
temperatur dinaikkan, jumlah energi kinetik partikel-partikel yang bertumbukan
bertambah sehingga lebih banyak partikel-partikel yang memiliki energi lebih besar
dari energi aktivasi sehingga reaksi menjadi lebih cepat. Reaksi yang terjadi yakni:
2 Al(s) + Na2CO3(aq) + 8H2O(l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 2NaHCO3 (aq) + H2(g)
Tabung reaksi 3 lempeng aluminium ditambahkan 1 mL larutan HCl 1M berupa
larutan tak berwarna. Setelah itu didiamkan selama 5 menit, meghasilkan larutan tak
berwarna dan timbul gelembung gas. Hal ini menunjukkan bahwa aluminium kurang
reaktif terhadap asam klorida encer, dimana energi aktivasinya bernilai besar yakni
78,57 kJ/mol. Persamaan reaksi yang terjadi yakni :
2Al(s) + 6HCl (aq) 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa reaksi Al
dengan basa > reaksi Al dengan garam > reaksi Al dengan asam. Sehingga urutan
kereaktifan Al dalam ketiga larutan tersebut yakni NaOH> Na2CO3> HCl yang
ditandai dengan banyaknya gelembung gas.
3. Sifat Senyawa Aluminium
Percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui sifat senyawa aluminium yaiu
Al2(SO4)3. Senyawa Al2(SO4)3 atau tawas merupakan senyawa aluminium yang
biasanya digunakan sebagai penjernih air. Langkah pertama yang dilakukan yakni
menyiapkan 1 mL larutan Al2(SO4)3 berupa larutan tak berwarna. Kemudian diuji
menggunakan kertas lakumus biru dengan cara memasukkan kertas lakmus biru ke
dalam tabung teaksi tersebut, reaksi yang terjadi yakni :
Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + 3SO42-
2Al3+ + H2O → 2Al(OH)3 + H+
LitOH ⇌ Lit+ + OH-
Perubahan yang terjadi yaitu kertas lakmus berubah warna menjadi merah.
Sedangkan ketika dimasukkan kertas lakmus merah tidak terjadi perubahan pada
kertas lakmus, yaitu tetap berwarna merah. Hal tersebut membuktikan bahwa
senyawa Al2(SO4)3 bersifat asam dibuktikan dengan berubahnya warna kertas lakmus
biru menjadi merah dan tidak berubahnya warna kertas lakmus merah. Hal tersebut
dikarenakan Al2(SO4)3 merupakan garam yang bersifat asam karena terbentuk dari
basa lemah Al(OH)3 dan asam kuat yaitu H2SO4. Asam sulfat merupakan asam kuat
karena memiliki derajat disosiasi yang kecil yakni <1, sedangkan Al(OH)3 derajat
disosiasinya besar sehingga bersifat basa lemah. derajat disosiasinya sangat kecil
yakni < 1, sedangkan Al(OH)3 derajat disosiasinya besar sehingga merupakan
senyawa basa lemah.
4. Sifat Amfoter Aluminium
Percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter dari aluminium dan
senyawanya. Larutan yang digunakan dalam percobaan ini sama dengan percobaan
ketiga yaitu larutan Al2(SO4)3 berupa larutan tak berwarna. Langkah pertama yang
dilakukan yakni mengambil 1 mL larutan Al2(SO4)3 lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan larutan NaOH 1M berupa larutan tak
berwarna tetes demi tetes sampai terbentuk endapan. Setelah penambahan 5 tetes
NaOH diperoleh endapan berwarna putih, keadaan ini merupakan keadaan saat
larutan tepat jenuh. Setelah itu ditambahkan lagi NaOH tetes demi tetes, pada
penambahan ke 10 tetes diperoleh endapan yang semakin banyak. Reaksi yang
terjadi yaitu :
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa endapan putih yang
terbentuk merupakan Al(OH)3, Ksp = 8,5 x 10-23 mol/L sehingga senyawa tersebut
sukar larut atau mudah mengendap. Kemudian ditambahkan lagi larutan NaOH tetes
demi teteds ke dalam larutan tersebut. Pada tetesan ke 20, endapan yang terbentuk
larut dan larutan menjadi tak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa endapan
tersebut dapat larut dalam NaOH berlebih, sesuai persamaan reaksi berikut :
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) ⇌ Na[Al(OH)4] (aq)
Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa penambahan NaOH berlebih
akan melarutkan endapan dan menghasilkan senyawa kompleks natrium
tetrahidroksoaluminat yang berupa larutan tak berwarna. Natrium
tetrahidroksialuminat terbentuk karena Al3+ dapat membentuk ion kompleks seperti
AlX4-, sehingga Al(OH)3 dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk Al(OH)4-.
Natrium tetrahidroksialuminat merupakan senyawa yang bersifat basa. Keamfoteran
yang dimiliki senyawa aluminium Al(OH)3 menjadikannya dapat bereaksi dengan
basa walaupun Al(OH)3 merupakan senyawa bersifat basa dan NaOH pun juga
bersifat basa. Dalam reaksi ini aluminium hidroksida betindak sebagai asam karena
NaOH adalah basa kuat sedangkan Al(OH)3 lebih lemah kekuatan basanya, sehingga
Al(OH)3 dapat bereaksi dengan larutan basa yaitu NaOH.
Selanjutnya ke dalam larutan itu ditambahkan larutan HCl (tak berwarna) tetes
demi tetes sambil diamati peubahannya. Pada penambahan HCl ke 2 tetes terbentuk
endapan putih, keadaan ini merupakan keadaan saat larutan tepat jenuh. Setelah itu
ditambahkan lagi HCl tetes demi tetes, pada penambahan ke 20 tetes diperoleh
endapan yang semakin banyak. Endapan yang terbentuk merupakan endapan
senyawa Al(OH)3. Penambahan HCl menyebabkan terbentuknya Al(OH)3,
disebabkan karena HCl dapat mengikat NaOH yang ada dalam sistem kesetimbangan
tersebut, sehingga mempengaruhi keadaan kesetimbangan dan menyebabkan reaksi
bergeser ke arah pembentukan reaktan yang dalam hal ini adalah Al(OH)3. Reaksi
yang terjadi dapat dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut :
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq)
Senyawa NaCl merupakan garam, terbentuknya senyawa ini mengakibatkan
konsentrasi NaOH berkurang. Sehingga konsentrasi reaktan menurun dan
menyebabkan reaksi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan reaktan yakni
Al(OH)3. Reaksi keseluruhan yang terjadi dapat dituliskan seperti berikut :
Na[Al(OH)4] (aq) + HCl(aq) → Al(OH)3 (s) + NaCl (aq) + H2O(l)
Setelah itu larutan HCl ditambahkan lagi tetes demi tetes. Pada tetesan ke 23,
endapan yang terbentuk larut dan larutan menjadi tak berwarna. Hal ini menunjukkan
bahwa endapan Al(OH)3 juga dapat larut dalam HCl berlebih, sesuai persamaan
reaksi berikut :
Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3 H2O (l)
Berdasarkan percobaan ini dapat diketahui bahwa senyawa Al(OH)3 bersifat
amfoter, karena dapat bertindak sebagai asam ketika direaksikan dengan basa kuat.
Sebaliknya dapat bertindak sebagai basa ketika direaksikan dengan asam kuat.
Perbandingan jumlah tetesan NaOH dan HCl yaitu 20 : 23, hal ini menunjukkan
bahwa aluminium lebih reaktif dengan basa daripada dengan larutan asam. Jika
dibalik, dimana HCl direaksikan lebih dahulu kemudian NaOH, maka reaksi tersebut
tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Karena HCl bersifat asam dan
Al2(SO4)3 sehingga reaksi tidak dapat terjadi.
5. Pembuatan Senyawa Al(OH)3
Percobaan kelima bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawa aluminium.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil 1 mL Al2(SO4)3 berupa larutan
tak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan dengan ±
10 tetes larutan (NH4)2S pekat berupa larutan berwarna kuning dan berbau
menyengat. Penambahan (NH4)2S pekat berfungsi untuk membentuk endapan
Al(OH)3 karena dengan penambahan larutan (NH4)2S encer belum bisa menghasilkan
endapan. Reaksi ini menggunakan larutan (NH4)2S karena reaksinya berkesudahan
bukan reaksi bolak-balik sehingga pasti menghasilkan endapan Al(OH)3. Reaksi ini
menghasilkan hablur berwarna putih dan berbau menyengat, persamaan reaksinya
yaitu :
Al2(SO4)3 (aq) + (NH4)2S (aq) + 6 H2O (l) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2S (g) + 3
(NH4)2SO4 (aq)
Kemudian hablur yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring,
menghasilkan filtrat tak berwarna dan residu berwarna putih. Selanjutnya endapan
yang dihasilkan dicuci dengan air panas. Fungsi pencucian dilakukan untuk
memaksimalkan endapan yang terbentuk dan membersihkan endapan Al(OH) 3 dari
pengotor yang dapat mengganggu reaksi selanjutnya. Hasil pencucian ini
menghasilkan endapan berwarna putih.
Selanjutnya residu tersebut dipindahkan pada tabung reaksi yang telah berisi
aquades. Lalu ditambahkan larutan NaOH 1 M dan dihitung jumlah tetesannya. Saat
penambahan 20 tetes NaOH menghasilkan larutan yang berwarna putih dan endapan
larut. Persamaan reaksinya yaitu :
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)
Fungsi penambahan NaOH yaitu untuk mengidentifikasi apakah yang terbentuk
benar-benar Al(OH)3. Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa senyawa
yang terbentuk benar-benar Al(OH)3 yang ditandai larutnya endapan tersebut dalam
larutan NaOH.
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Aluminium memiliki sifat reaktif terhadap basa, sedikit reaktif terhadap garam dan
kurang reaktif terhadap asam, aluminium dapat membentuk amalgam jika
direaksikan dengan Hg.
2. Senyawa Aluminium bersifat amfoter yang dapat bertindak sebagai asam maupun
basa. Senyawa aluminium juga dapat bersifat asam ditandai dengan perubahan kertas
lakmus biru berubah warna menjadi merah
XI. Daftar Pustaka
Ahmad, H. 1997. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: ITB.
Cobden, Roy. 1994. Aluminium: Physical Properties, Characteristics and Alloys.
European Aluminium Association (E-book online).
http://www.balcoindia.com. Diakses 20 November 2019.
Kalpakjian, Serope. 1985. Manufacturing Process of Engineering Materials. New
Jersey : Pearson Education, Inc.
Lee, J.D. 1996. Concise Inorganic Chemistry 4th edition. London: Chapman & Hall.
Lutfi, Achmad; dkk. 2018. Kimia Anorganik: Unsur-unsur Golongan Utama. Surabaya:
FMIPA Unesa.
Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyarto, Kristian H. dan Retno D. Suyanti. 2008. Kimia Anorganik Logam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.
XII. Jawaban Pertanyaan
1. Terangkan sifat amfoter aluminium berdasarkan percobaan yang anda lakukan!
Jawab :
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan ion
hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya dalam percobaan ini larutan [Al2(SO4)3]
bereaksi dengan basa kuat yaitu NaOH, pada tetesaan 5 terbentuk endapan putih
Al(OH)3 menurut reaksi:
Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
Setelah penambahan NaOH 20 tetes endapan putih larut kembali, ditunjukkan dengan
persamaan reaksi:
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) ⇌ Na[Al(OH)4] (aq)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH)3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat asamnya.
Kemudian larutan ini ditambah dengan HCl 1 M. Penambahan 2 tetes
menyebabkan terbentuk kembali endapan putih gelatin [Al(OH)3] karena HCl
mengikat NaOH dan mengurangi konsentrasi reaktan, sehingga reaksi bergeser ke arah
pembentukan reaktan yaitu Al(OH)3. Penambahan 23 tetes HCl menyebabkan
endapan yang terbentuk larut kembali, penambahan HCl dilanjutkan dan tidak terjadi
lagi perubahan
Al(OH)3 (s) + HCl → AlCl3 (aq) + 2H2O(l)
Hal ini menunjukkan bahwa aluminium dalam senyawanya yaitu Al(OH) 3
melangsungkan reaksi netralisasi dan menunjukkan sifat basanya. Kemampuan
Al(OH)3 melakukan reaksi netralisasi atau dapat bersifat asam atau basa bila
direaksikan dengan basa kuat dan asam kuat merupakan alasan mengapa Al(OH) 3
disebut bersifat amfoter.
2. Tulislah persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan-percobaan diatas !
Jawab :
Percobaan 1
Al (s) + O2(g) → Al2O3 (s)
2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Al3+ + OH- → Al(OH)3
2Al + HgCl2 → 3Hg (s) + 2AlCl3
Al + Hg → AlHg
Percobaan 2
Tabung I: 2Al(s) + 2NaOH (aq) +6H2O (l) → 2Na[Al(OH)4] (aq) + 3H2 (g)
Tabung II: 2Al + 2Na2CO3 + 8H2O → 2Na[Al(OH)4] + 2NaHCO3 + 3H2
Tabung III: 2Al(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)
Percobaan 3
Al2(SO4)3 ⇌ 2Al3+ + 3SO42-
2Al3+ + H2O → 2Al(OH)3 + H+
LitOH ⇌ Lit+ + OH-
Percobaan 4
Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq) 2Al(OH)3(s) + 3Na2SO4(aq)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq) Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)
Al(OH)3(s) + HCl(aq) AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Percobaan 5
Al2(SO4)3(aq) + (NH4)2S(aq) + 6H2O(l) 2Al(OH)3(s) + 3(NH4)2SO4(aq) + 3H2S(g)
Al(OH)3(s) + NaOH(aq) Na[Al(OH)4](aq)
3. Jelaskan kegunaan aluminium!
Jawab :
Beberapa penggunaan aluminium antara lain: Sektor industri otomotif, untuk
membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor.
untuk membuat badan pesawat terbang.
Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.
Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk
besi (III) oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api.
Beberapa senyawa Aluminium juga banyak penggunaannya, antara lain:
1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
Tawas mempunyai rumus kimia (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O). Tawas digunakan
untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2. Alumina (Al2O3)
Alumina dibedakan atas alfa-allumina dan gamma-allumina. Gamma-alumina
diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500˚C. Gamma-alumina
digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan industri keramik
serta industri gelas. Alfa-allumina diperoleh dari pemanasan. Al(OH) 3 pada
suhu diatas 10000C. Alfa-allumina terdapat sebagai korundum di alam yang
digunakan untuk amplas atau grinda. Batu mulia, seperti rubi, safir, ametis, dan
topaz merupakan alfa-allumina yang mengandung senyawa unsur logam
transisi yang memberi warna pada batu tersebut.
LAMPIRAN FOTO
Percobaan 1
No Gambar Keterangan
1 Sepotong kecil logam Aluminium
berwarna perak mengkilap
Percobaan 2
No Gambar Keterangan
1 3 lempeng aluminium
Percobaan 3
No Gambar Keterangan
1 Larutan Al2(SO4)3 diuji dengan kertas
lakmus merah dan biru
Percobaan 4
No Gambar Keterangan
1 1 ml Larutan Al2(SO4)3 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
Percobaan 5
No Gambar Keterangan
1 1 ml Larutan Al2(SO4)3 di masukkan ke
dalam tabung reaksi