Anda di halaman 1dari 29

I.

Judul Percobaan : Alumunium


II. Hari/Tanggal Percobaan : Selasa, 16 April 2019; Pukul 09.30-12.00
III. Tujuan Percobaan : Mengetahui sifat-sifat alumunium dan senyawanya
IV. Dasar Teori

Aluminium adalah elemen kedua di kolom ketiga belas dari tabel


periodik. Hal ini diklasifikasikan sebagai logam pasca-transisi dan merupakan
“metal miskin”. Atom aluminium mengandung 13 elektron dan 13proton. Ada 3
elektron valensi di kulit terluar. Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy
dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai
logam oleh H . C. Oersted, tahun 1825. Secara industri tahun 1886, Paul
Heroult di Perancis dan C . M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah
memperoleh logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisasi dari
garam yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult Hall masih dipakai untuk
memproduksi aluminium. Penggunaan aluminium sebagai logam setiap
tahunnya adalah urutan yang kedua setelah besi dan baja, yang tertinggi di
antara logam non ferro ( Cobden, Roy. 1994).
Aluminium murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak
karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam),
nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras.
Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial
reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam. Aluminium adalah
unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak ditemukan dalam bentuk
unsur bebas. Walaupun senyawa aluminium ditemukan paling banyak di alam,
selama bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang ekonomis untuk memperoleh
logam aluminium dari senyawanya (Achmad, 2018).
Aluminium merupakan reduktor yang kuat dalam deret volta, yang dapat
dioksidasi oleh logam yang bertindak sebagai oksidator kuat.
Gambar diatas menunjukkan deret kereaktifan logam. Logam aluminium
dapat melepuh dan mengalami korosi akibat dari pengoksidasian oleh logam-
logam yang terletak dibawahnya. Dengan kata lain, logam aluminium dapat
memiliki sifat yang reaktif.
Karakteristik penting lainnya dari aluminium termasuk kepadatan rendah
(yang hanya sekitar tiga kali lipat dari air), daktilitas (yang memungkinkan untuk
ditarik ke dalam kawat), dan kelenturan (yang berarti dapat dengan mudah
dibentuk menjadi lembaran tipis).Aluminium adalah unsur yang paling melimpah
ketiga dan logam paling berlimpah yang ditemukan di kerak bumi. Hal ini
umumnya ditemukan di Bumi dalam mineral dan senyawa seperti feldspar, beryl,
kriolit, dan pirus. (Ranawijaya, J. 1985)
Alumunium diturunkan dari kata alun yang menunjuk pada senyawa garam
rangkap KAI(SO4)2.12H2O.kata ini berasal dari bahasa lain alumen yang artinya
garam pahit. Oleh Humphry Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan
dengan nama aluminum dan kemudian berubah menjadi alumunium. Nama nama
inipun segera segera termodifikasi menjadi alumunium yang menjadi popular di
seluruh dunia kecuali Amerika Utara dimana American Chemical Society
(Himpunan Masyarakat Kimia Amerika) pada tahun 1925 memutuskan tetap
menggunakan istilah aluminum dalam publikasinya.
Logam aluminum melarut dalam asam mineral, kecuali asam nitrat pekat,
dan dalam larutan hidroksida akan menghasilkan gas hydrogen. Aluminum
membentuk senyawa dengan alkali sebagian besar non logam dan menunjukkan
sifat non logam dan menunjukkan sifat kimia yang beragam, tetapi tidak seperti
boron, tidak ditemukan hidrida kluster aluminum.
Untuk menaikkan terhadap korosi, logam Al dianodasi, artimya produk
logam Al sengaja dilapisi dengan Al2O3 secara elektrolisis. Al yang dianodasi ini
mempunyai ketebalan lapisan ~0,01 mm dan lapisan oksida setebal ini mampu
menyerap warna/zat warna sehingga permukaan logam dapat diwarnai. Pada
proses anodasi ini logam Al dipasang sebagai anode, karbon/grafit sebagai katode
dan dipakai elektrolit larutan asam sulfat.

Persamaan reaksinya yaitu:

Pada anode terjadi oksidasi Al:

+
2𝐴𝑙(𝑠) + 6𝐻2 𝑂(𝑙) → 𝐴𝑙2 𝑂3(𝑠) + 6𝐻3 𝑂(𝑎𝑞) + 6𝑒

(reaksi ini tidak berlanjut manakala anode Al telah terlapis rata oleh Al2O3)

Pada Katoda (reduksi):

+
6𝐻3 𝑂(𝑎𝑞) + 6𝑒 → 6𝐻2 𝑂(𝑙) + 𝐻2(𝑔)

C. Sifat-Sifat Kimia dan Reaksi Aluminium


Logam aluminium dapat melepuh dan mengalami korosi akibat dari
pengoksidasian oleh logam-logam yang terletak dibawahnya. Dengan kata lain,
logam aluminium dapat memiliki sifat yang reaktif. Sebagai contoh, jika setetes
merkurium(I)Nitrat ditaruh diatas permukaan aluminium yang bersih maka akan
terbentuk aluminium amalgam, kemudian ion-ion aluminium melarut.
Ditunjukkan oleh reaksi:
3Hg22+ + 2Al  2Al3+ + 6Hg↓
Aluminium yang larut dalam amalgam tersebut dioksidasikan oleh oksigen
dari udara, dan terbentuklah endapan aluminium oksida yang bervolume besar.
Merkurium yang tersisa nantinya akan membentuk lagi sejumlah amalgam dengan
aluminium, yang nantinya akan dioksidasikan lagi dan sejumlah besar aluminium
akan terkorosikan.
Aluminium mudah larut dalam asam klorida encer jika dibandingkan
dengan asam sulfat encer atau asam nitrat encer.
2Al + 6H+  2Al3+ + 3H2 ↑
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit
merkurium (II) Klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan
aluminium:
2𝐴𝑙(𝑠) + 6𝐻𝐶𝑙(𝑙) → 2𝐴𝑙 3+ + 3𝐻2 ↑ (𝑔) + 6𝐶𝑙 −
Aluminium adalah tervalen dalam senyawa-senyawanya. Ion-ion
aluminium (Al3+), membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-
anion yang tak berwarna:
2𝐴𝑙(𝑠) + 2𝑂𝐻 − (𝑙) + 6𝐻2 𝑂(𝑙) → 2[𝐴𝑙(𝑂𝐻)4 ]− + 3𝐻2 ↑
1. Reaksi-reaksi ion aluminium
Pada larutan ammonium: Endapan putih seperti gelatin yang dikenal sebagai
gel aluminium hidroksida [Al(OH)3] yang larut sedikit dalam reagensia
berlebihan. Kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam amonium,
disebabkan oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan
sebagai aluminium hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida) : sol ini
berkoagulasi pada pendidihan atau pada penambahan garam-garam yang larut,
misalnya ammonium klorida, dengan menghasilkan endapan aluminium
hidroksida, yang dikenal sebagai gel aluminium hidroksida. Untuk menguji
pengendapan yang sempurna dengan larutan amonia, larutan aluminium itu
ditambahkan sedikit berlebihan, dan campuran dididihkan sampai cairan sedikit
berbau amonia. Bila baru diendapkan, endapan ini mudah larut dalam asam kuat
dan dalam basa kuat, tetapi setelah dididihkan, ia menjadi sangat sedikit larut (
Lee, J.D.. 1996)
Al3+ + 3NH3 + 3H2O  Al(OH)3 + 3NH4+.
Aluminium hidroksida merupakan zat amfoter dimana mampu melangsungkan
reaksi netralisasi baik dengan asam atau dengan basa (lebih tepatnya, baik dengan
ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya aluminium hidroksida bereaksi
dengan asam kuat sehingga Aluminium hidroksida melarut dan tebentuk ion
aluminium :
Al(OH)3(s) + 3 H+  Al3+ + 3H2O
Dalam reaksi ini aluminium hidroksida bertindak sebagai basa. Di lain
pihak aluminium hidroksida juga dapat dilarutkan dalam natrium hidroksida
Al(OH)3 (s) + OH-  [ Al(OH)4]-
Dimana ion tetrahidroksoaluminat terbentuk. Dalam reaksi ini aluminium
hidrokasida berperilaku sebagai asam. Sifat amfoter hidroksida logam-logam
tertentu sering dipakai dalam analisis anorganik kualitatif, terutama dalam
pemisahan kation-kation golongan tiga ( Lee, J.D.. 1996)
2. Pada larutan Natium hidroksida
Endapan putih aluminium hidrokasida [Al(OH)3] melarut dalam reagensia
berlebih dimana ion-ion tetrahidroksoaluminat terbentuk.
Al(OH)3 + OH-  [Al(OH)4]-
Reaksi ini adalah reaksi reversibel dan setiap reagensia yang akan mengurangi
konsentrasi ion-hidroksil, akan menyebabkan reaksi berjalan dari kanan ke kiri
sehingga mengendapkan aluminium hidroksida. (Svehla, G. 1990)
3. Larutan natrium karbonat
Natrium karbonat akan menetralkan asam yang dibebaskan pada hidrolisis
aluminium sehingga terbentuk gas karbon dioksida.
Al3+ + 3H2O  Al(OH)3 ↓ + 3H+
CO32- + 2H+  H2CO3 CO2 ↑ + H2O
Endapan melarut dalam reagensia berlebih
Al(OH)3 + CO32- + H2O  [Al(OH)4]- + HCO3-
(Svehla, G. 1990)
4. Reaksi Alumunium dengan Udara Bebas
Aluminium tidak bisa beraksi dengan udara kering, tetapi dalam udara
yang lebih lembab ia akan membentuk lapisan oksida di permukaannya. Jika sobat
pernal lihat timbangan pasar yang terbuah alumunium, timbangan tersebut pada
saaat musim penghujan sering timbul lapisan oksida yang mirip kaya jamur.
Lapisan yang terbentuk sangat tipis sekitar 10-8 m tetapi mampu mengcegah
alumunium dari reaksi oksidasi lanjutan dan mencegahnya bereaksi dengan asam
encer. lapisan tipis ini juga tidak dapat ditembus air. Hal tersebut sangat berbeda
dengan besi yang menciptakan lapisan oksida yang berlubang sehingga mudah
terjadi korosi besi. Alumunium yang terkar oleh oksigen gakan menghasilkan
kilauan cahaya. (Ahmad, Hiskia. 2001)

5. Reaksi dengan Nitrogen


Aluminium dapat bereeaksi dengan nitrogen membenttuk aluminium
nitrida.

2Al + N2 → 2AlN ` (Svehla, G. 1990)


6. Reaksi dengan Oksida Logam
Aluminium dapat mereduksi oksida logam seperti Fe2O3, Cr2O3, dan
Mn3O4 menjadi logamnya dengan mengeluarkan energi panas yang sangat tinggi.
Pada reduksi Fe2O3 dihasilkan suhu hingga 3.000oC. Dengan suhu setinggi itu,
logam besi (Fe) dapat meleleh dan bisa digunakan untuk mengelas logam. Proses
oksidasi ini disebut dengan proses termit. Reaksinya:
Fe2O3 + 2Al Al2O3(s) + Fe(l) ΔH = -852kJ (Ahmad, Hiskia. 2001)

E. Sumber dan Pembuatan Aluminium


Aluminium merupakan unsur yang paling melimpah diantara unsur
golongan Boron yang lain serta merupakan unsur dengan kelimpahan ketiga
terbesar di alam setelah Oksigen dan Silikon. Aluminium dan senyawanya
memiliki aplikasi yang sangat luas dan logam Aluminium diproduksi secara
komersial dalam skala besar. Mineral Aluminium yang penting adalah bijih
bauksit yang memiliki rumus formula antara Al2O3.H2O dan Al2O3.H2O.
Aluminium juga terdapat dalam bentuk mineral aluminosilikat yaitu feldspar dan
mica.

Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi


(8.1%), tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada mineral
yang telah disebut di atas, ia juga ditemukan di granit dan mineral-mineral
lainnya. Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap:
1. Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh
aluminium oksida (alumina), dan
2. Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk
menghasilkan aluminium murni (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2016)

- Proses Bayer

Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat


pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang
tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.Tahap pemurnian
bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor utama dalam bauksit. Pengotor
utama bauksit biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2. Caranya adalah dengan
melarutkan bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH),

Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l)  2NaAl(OH)4(aq)

Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak larut.


Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya
aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan
pengenceran.

2NaAl(OH)4(aq) + CO2(g)  2Al(OH)3(s) + Na2CO3(aq) + H2O(l)

Endapan aluminium hidroksida disaring,dikeringkan lalu dipanaskan


sehingga diperoleh aluminium oksida murni (Al2O3)

2Al(OH)3(s)  Al2O3(s) + 3H2O(g)

(Sugiyarto, Kristian. 2008)

- Proses Hall-Heroult
Bijih aluminum yang penting sebagai sumber aluminum adalah bauksit.
Bauksit yang dihasilkan dari tambang dihancurkan kemudian dihaluskan menjadi
serbuk menggunakan alat-alat tertentu, biasanya Ballmil. Setelah halus
ditambahkan larutan NaOH pekat untuk melarutkan Al2O3 yang ada dalam bauksit
sedangkan zat lain tidak larut.
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) ―→ 2NaAlO2(aq) + H2O(l)
Setelah dilakukan pemisahan larutan NaAlO2 diasamkan sehingga terbentuk
endapan Al(OH)3.
NaAlO2(aq) + H2O(l) + HCl(aq) ―→ Al(OH)3(s) + NaCl(aq)

Endapan Al(OH)3 disaring kemudian dipanaskan pada suhu sekitar 1150°C


sehingga terurai menjadi Al2O3 dan uap air.

Al(OH)3(s) ―→ Al2O3(s) + 3H2O(g)

Al2O3 inilah yang akan direduksi menjadi aluminium secara elektrolisis dalam
suatu bejana yang disebut sel Hall-Heroult. Sebelum proses elektrolisis
dilangsungkan alumina dilelehkan terlebih dahulu dalam kriolit. Fungsi kriolit
disini untuk menurunkan titik leleh alumina yang awalnya sekita 2000°C menjadi
900°C.Lelehan alumina yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam suatu
bejana untuk proses elektrolisis yang disebut sel Hall-Heroult. Bejana yang
digunakan terbuat dari besi dilapisi grafit yang sekaligus bertindak sebagai katoda.
Sedangkan anoda digunakan batang-batang grafit yang dicelupkan ke dalam
larutan.
Ketika arus listrik dijalankan ion-ion Al3+ yang ada dalam larutan akan
bergerak menuju katoda, yang kemudian direduksi menjadi aluminium cair
sedangkan ion-ion O2ˉ akan bergerak menuju anoda kemudian dioksidasi menjadi
gas oksigen. Berikut reaksi yang terjadi dalam sel elektrolisis
Al2O3(l) ―→ 2Al3+(aq) + 3O2‾(aq)
Katoda : Al3+(l) + 3e ―→Al(l) × 4
Anoda : 2O2‾(l) ―→ O2(g) + 4e × 3

4Al3+(aq) + 6O2‾(aq) → 4Al(l) + 3O2(g)

` (Sugiyarto, Kristian. 2008)

V. Alat dan Bahan

Alat :

- Gelas kimia 100 mL 2 buah - Gelas kimia 250 mL 1 buah


- Tabung reaksi 4 buah - Corong kaca 1 buah
- Pipet tetes 6 buah - Pembakar spirtus 1 buah
- Kaki tiga 1 buah - Spatula 1 buah
- Kasa 1 buah - Gelas ukur 10 mL 1 buah
- Rak tabung reaksi 1 buah
Bahan

- NaOH 1 M 0,1M secukupnya - lempeng Al secukupnya


- HCl 1 M secukupnya - aquades secukupnya
- Na2CO3 1M secukupnya - kertas lakmus secukupnya
- HgCl2 0,1M secukupnya - kapas secukupnya
- (NH4)S secukupnya - korek api secukupnya
- Al2(SO4)3 secukupnya - Kertas saring secukupnya
- kertas gosok secukupnya

VI. Alur Percobaan

1. Larutan NaOH 1M

- Dimasukkan dalam tabung reaksi


- Dimasukkan sepotong Al hingga timbul gas
- Diambil lempeng Al, dicuci air, digosok
dengan kapas yang telah dibasahi HgCl2
- Dibiarkan sampai kering
-Diamati
Hasil

Reaksi:
2Al(s) + 2NaOH(l) + 6H2O(aq)  2Na[Al(OH)4] + 3H2
3Hg2+ + 2Al  2Al3+ + 6Hg

2. Sepotong kecil Al

Tabung reaksi 1 Tabung reaksi 2 Tabung reaksi 3

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan


NaOH 0,1M Na2CO3 0,1M HCl 0,1M

-Diamati -Diamati -Diamati


Hasil Hasil Hasil
Reaksi:

Tabung reaksi 1:

- 2Al(s) + NaOH(aq)  NaAlO2(aq) + H2(g)

Tabung reaksi 2:

- 2Al(s) + 2NaOH(aq) + 6H2O(l)  2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)

- 2Al(s) + Na2CO3(aq)  2Na[Al(OH)4](aq) + 3H2(g) + CO2(g)

- 2Al(s) + 6HCl(aq)  2AlCl3(aq) + 3H2(g)

Tabung reaksi 3:

- Al(s) + 3HCl(aq)  AlCl3(aq) + 3/2 H2(g)

3. 1 ml Larutan Al(SO4)3
0,1M
- Dimassukkan ke tabung reaksi

- Diuji dengan lakmus biru

- Diamati

Hasil
Reaksi:

- Al2(SO4)3 + H2O(l)  Al2(SO4)3(aq)

4. 1 ml larutan percobaan 3

- Ditambahkan NaOH 0,1M tetes demi tetes

Endapan

- Ditambahkan NaOH hingga endapan larut

- Ditambahkan beberapa tetes HCl 0,1M

Endapan

- Ditambahkan HCl hingga endapan larut

Jumlah tetes NaOH dan HCl


Reaksi:

- Al2(SO4)3(aq) + NaOH(aq)  Na2SO4(aq) + Al(OH)3(s)

- Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq) (NaOH berlebih endapan larut)

- Na[Al(OH)4](aq) + HCl(aq)  Al(OH)3(s) + NaCl(aq) + H2O(l)

- Al(OH)3(s) + HCl(aq)  AlCl3(aq) + H2O(l)

5. 1 ml larutan Al2(SO4)3

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan sedikit demi sedikit


(NH4)2S

-Disaring

Residu Filtrat

- Dicuci dengan air panas

- Dipindahkan kedalam
tabung reaksi

- Ditambahkan NaOH
sampai larut

Hasil

Reaksi:

- 2Al2(SO4)3(aq) + 3(NH4)2S(aq) + H2O(l)  2Al(OH)3(s) + 3H2S(g) +

6(NH4)2SO4(aq)

- Al(OH)3(s) + NaOH(aq)  Na[Al(OH)4](aq)


VII. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. - NaOH: larutan - Lar NaOH + Al (s) + NaOH (aq) Reaksi Al dengn
1 mL larutan NaOH 1 M tak berwarna Lempeng Al : → NaAlO3 (aq) + H2 NaOH menghasilkan
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Lempeng ada gelembung (g) gas H2, hal ini
- Dimasukkan sepotong kecil lempeng
Aluminium : gas, larutan menunjukkan bahwa
aluminium 3 Al (s) + 3 HgCl2
perak tidak berwarna aluminium bersifat
(aq) → 2 AlCl3 (aq)
Timbul gas mengkilap - Lempeng reaktif. Selain itu
+ 3 H2 (g)
mengkilap dibuktikan dengan
- Diambil lempeng aluminium
- Dicuci dengan air dicuci : Al (s) + Hg (aq) → terbentuknya
AlHg (amalgam)
- Digosok dengan kapas yang lempeng amalgam.
dibasahi HgCl2 0,1 M mengkilap
- Dibiarkan beberapa menit sampai
- Kapas dibasahi
kering
- Diamati perubahan HgCl2 : kapas
menghitam,
Hasil pengamatan
lempeng Al
berwarna abu –
abu
- Lempeng Al
semakin rapuh

2. Reaksi Al dengan NaOH, Na2CO3, dan - Lempeng Al: - Al + NaOH: Al (s) + NaOH (aq) Logam Al dapat
HCl
berwarna larutan tidak → NaAlO3 (aq) + H2 bereaksi dengan
Tabung Tabung Tabung perak berwarna, (g) NaOH, Na2CO3, dan
1 2 3
mengkilap timbul HCl membentuk
2Al (s) + 2Na2CO3
- (+) - (+) - (+) - Larutan NaOH gelembung gas gelembung gas.
NaOH NaOH NaOH (aq) → 2NaAl(OH)4
0,1 M: tidak (+++) Urutan kereaktifan
0,1 M 0,1 M 0,1 M (aq) + CO2 (aq) + H2
1mL 1mL 1mL berwarna - Al + Na2CO3 Al adalah :
(g)
- (+) - Larutan panas: larutan NaOH > Na2CO3 >
sepotong - (+) - (+)
sepotong sepoto Na2CO3 0,1 M: tidak berwarna, 2 Al (s) + 6 HCl (aq) HCl
logam Al
logam Al ng tidak berwarna timbul → 2 AlCl3 (s) + 3 H2
Hasil Hasil logam
- Larutan HCl gelembung gas (g)
Al
Hasil
0,1 M: tidak (++)
berwarna - Al + HCl:
larutan tidak
berwarna,
timbul
gelembung gas
(+)

3. Reaksi Lar. Al2(SO4)3 dengan kertas - Larutan Kertas lakmus biru Kertas lakmus Berdasarkan
Lakmus
Al2(SO4)3: berubah menjadi berubah menjadi percobaan ini dapat
Larutan Al2(SO4)3
tidak berwarna merah dan kertas merah disimpulkan bahwa
- Dimasukkan tabung reaksi - Kertas lakmus lakmus merah senyawa Al2(SO4)3
- Diuji dengan kertas lakmus : merah tetap menjadi bersifat asam

Hasil Pengamatan - Kertas lakmus merah


: biru

4. Reaksi Lar. Al2(SO4)3 dengan NaOH dan - Al2(SO4)3 + Al2(SO4)3 (aq) + 6 Senyawa Al (larutan
- Larutan
HCl
NaOH (10 NaOH (aq) → 2 Al2(SO4)3 ) dapat
Al2(SO4)3 :
1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M
tetes): lar. Putih Al(OH)3 (s) + 3 bereaksi dengan
larutan tidak
- Dimasukkan ke dalam tabung ada endapan Na2SO4 (aq) asam maupun basa.
berwarna
reaksi - + 20 tetes Senyawa ini bersifat
- Ditambah larutan NaOH 1 M - NaOH : Al(OH)3 (s) + NaOH
tetes demi tetes NaOH : amfoter.
larutan tidak (aq) → Na[Al(OH)4]
endapan larut,
berwarna (aq)
Terdapat endapan larutan tak
- HCl : larutan
tidak berwarna berwarna Na[Al(OH)4] (aq) +
- Ditambah larutan NaOH 1 M
sampai endapan larut - + 15 tetes HCl: HCl (aq) → Al(OH)3
- Ditambah beberapa tetes larutan larutan putih (s) + H2O (l) + NaCl
HCl 1 M sampai terbentuk endapan
ada endapan (aq)
- Ditambahkan HCl lagi hingga
endapan larut - + 25 tetes HCl :
Al(OH)3 (s) + 3 HCl
- Dihitung dan dibandingkan jumlah endapan larut,
tetesan (aq) → AlCl3 (aq) +
larutan tak
3 H2O (l)
Hasil pengamatan berwarna

5. Reaksi Lar. Al2(SO4)3 dengan (NH4)2S - Larutan - Al2(SO4)3 (aq) Al2(SO4)3 (aq) + Al2(SO4)3 dapat
Al2(SO4)3 0,1 + (NH4)2S: (NH4)2S (aq) + 6 bereaksi dengan
1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M M: tidak larutan H2O (l) → 2 (NH4)2S membentuk

- Ditambah sedikit larutan berwarna berwarna Al(OH)3 (s) + 3 H2S senyawa Al(OH)3
(NH4)2S - Larutan kuning (g) + 3 (NH4)2SO4 yang ditandai dengan
- disaring (NH4)2S: tidak - Filtrat: lar (aq) endapan putih.
berwarna berwarna Al(OH)3 (s) + NaOH Endapan ini larut
Residu Filtrat - Larutan NaOH kuning (aq) → Na[Al(OH)4] ketika ditambahkan
0,1 M : tidak - Residu (aq) NaOH.
berwarna berwarna
kuning
Residu
- Residu + dicuci
- Dicuci dengan air panas : residu
- Dipindahan pada tabung
berwarna kunig
reaksi dengan sedikit air
- + NaOH 0,1 M sampai keputihan
endapan larut kembali - + Aquades : lar
(dihitung jumlah tetesan)
tidak berwarna.
Endapan larut Ada endapan
- + NaOH 3 mL :
lar berwarna
putih endapan
larut
VIII. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan pada hari Selasa, 16 April 2019 pukul
09.30-12.00 dengan judul “Alumunium” yang bertujuan untuk mengetahui sifat-
sifat alumunium dan senyawanya. Aluminium murni adalah logam berwarna putih
keperakan dengan banyak karakteristik yang diinginkan. Aluminium ringan, tidak
beracun (sebagai logam), nonmagnetik dan tidak memercik. Aluminium sangat
lunak dan kurang keras. Aluminium adalah logam aktif seperti yang ditunjukkan
pada harga potensial reduksinya dan tidak ditemukan dalam bentuk unsur di alam.
Aluminium adalah unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi, tetapi tidak
ditemukan dalam bentuk unsur bebas. Walaupun senyawa aluminium ditemukan
paling banyak di alam, selama bertahun-tahun tidak ditemukan cara yang
ekonomis untuk memperoleh logam aluminium dari senyawanya (Achmad,
Hiskia. 2018)
Langkah pertama yaitu dengan menyiapkan alat dan bahan. Kemudian alat-
alat yang diguankan untuk percobaan dicuci dan di bersihakan agar terhindar dari
kontaminan yang bisa menyebabkan dan mempengaruhi hasil percobaan. Terdapat
4 percobaan.

Percobaan 1

Percobaan 1 berujuan untuk mengetahui sifat alumunium. Pertama, disiapkan


larutan NaOH 0,1M dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Volume Larutan
NaOH yaitu 1 mL, larutan NaOH tidak berwarna. Kemudian dimasukkan
sepotong lempeng Al berukuran 0,5 x 0,5 cm. Lempeng Al memiliki fisik
mengkilap, padat, namun sedikit lunak. Perubahan yang terjadi yaitu timbulnya
gas tidak bewarna dan larutan tetap tidak berwarna. Gas yang timbul, perlahan-
lahan menjadi banyak. Reaksi yang terjadi yaitu
Al (s) + NaOH (aq) → NaAlO3 (aq) + H2 (g)

Setelah alumuium bereaksi dengan NaOH dan menghasilkan gas H2. Adanya
gas H2 menunjukkan bahwa alumunium bersifat reaktif. Alumunium pada tabung
reaksi, diambil menggunakan spatula. Kemudian disiapkan kapas, lalu ditetesi
larutan HgCl2. Setelah kapas tersebut basah, alumunium tersebut di letakkan pada
kapas yang telah ditetesi larutan HgCl2. Digosok-gosokkan antara kapas dan
alumunium. Fungsi dilakukan penggosokan yaitu agar alumunium bereaksi
dengan larutan HgCl2. Reaksi yang terjadi yaitu
Al (s) + Hg2+ (aq) → AlHg (amalgaam)

Pada kapas terdapat bercak berwarna hitam, sedangkan pada lempeng Al


berwarnakeabu-abuan. Lengpeng tersebut dibiarkan pada udara terbuka
beberapa saat, sehingga lempeng Al menjadi lunak dan keropos. Hal tersebut
dikarenakan kereaktifan alumunium. Aluminium yang larut dalam amalgam
tersebut dioksidasikan oleh oksigen dari udara, dan terbentuk endapan
aluminium oksida berwarna abu-abu. Hg yang tersisa nantinya akan membentuk
lagi sejumlah amalgam dengan aluminium, yang nantinya akan dioksidasikan
lagi dan sejumlah besar aluminium akan terkorosikan.

Percobaan 2

Percobqaan 2 bertujuan untuk mengetahui kereaktifan dari alumunium. Pertama,


disiapkan 3 tabung reaksi dan 3 lempeng Al ukuran 0,5 x 0,5 cm. Kemudian
lempeng Al dimaswukkan pada masing-masing tabung reaksi. Alumunium
berbentuk lempengan tipis berwarna perak mengkilap. Kemudian pada tabung
reaksi pertama, ditambahkan larutan NaOH 1M sebanyak 1 mL. larutan NaOH
memiliki sifat korosif dan larutan tidak berwarna. Reaksi yang terjadi yaitu

2 Al (s) + NaOH (aq)  NaAlO2 (aq) + H2 (g)

Larutan tidak berwarna dan timbul gelembung gas (+++). Gas yang dihasilkan
yaitu gas H2, ditandai dengan tidak ada warna dari gas tersebut dan tidak berbau.

Pada tabung reaksi kedua, ditambahkan larutan Na2CO3 0,1 M yang sebelumnya
telah dipanaskan menggunakan pembakar spirtus. Fungsi pemanasan yaitu
melarutkan logam Al. kemudian, larutan Na2CO3 di pipet sebanyak 1 mL dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2. Reaksi yang terjadi yaitu

2 Al (s) + Na2CO3 (aq)  2NaAl(OH)4 (aq) + CO2 (aq) + H2 (g)


Yang dihasilkan yaitu larutan tidak berwarna dan timbul gelembung gas (++).Gas
yang dihasilkan yaitu gas H2, ditandai dengan tidak ada warna dari gas tersebut
dan tidak berbau.

Pada tabung reaksi ketiga, ditambahkan larutan HCl 0,1 M menggunakan pipet
sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3. Reaksi yang terjadi
yaitu

2 Al (s) + 6 HCl (aq)  2AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)

Yang dihasilkan yaitu larutan tidak berwarna dan timbul gelembung gas (++).Gas
yang dihasilkan yaitu gas H2, ditandai dengan tidak ada warna dari gas tersebut
dan tidak berbau.

Berdasarkan percobaan 2 menunjukkan kereaktifan Al terhadap larutan yang


bersifat asam, basa, dan garam yaitu:

NaOH > Na2CO3 (panas) > HCl.

Percobaan 3

Pada percobaan 3 bertujuan untuk mengetahui sifat keasaaman dari


senyawaan Alumunium. Pertama 1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1M (tidak berwarna)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian diuji menggunakan kertas
lakumus biru dengan cara memasukkan kertas lakmus biru ke dalam tabung teaksi
tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu kertas lakmus berubah warna menjadi
merah. Hal tersebut dikarenakan senyawa Al2(SO4)3 adalah larutan yang bersifat
asam yang dibuktikan dengan memerahnya kertas lakmus biru ketika ditetesi
senyawa tersebut.
Sedangkan jika dimasukkan kertas lakmus merah, tidak terjadi perubahan
pada kertas lakmus, yaitu berwarna merah. Hal tersebut dikarenakan Al2(SO4)3
merupakan garam yang bersifat asam karena terbentuk dari basa lemah dan asam
kuat yaitu basa lemah Al(OH)3 dan asam kuat H2SO4. Hal ini terkjadi dikarenakan
derajat disosiasinya sangat kecil yakni <1, sedangkan Al(OH)3 derajat
disosiasinya besar sehingga merupakan senyawa basa lemah. Maka dari itu jika
H2SO4 direaksikan dengan Al(OH)3 terbentuk senyawa Al2(SO4)3 yang memiliki
sifat asam. Sifat asam ini berasal dari asam sulfat yang mengalahkan sifat basa
dari Al(OH)3.

Percobaan 4

percobaan 4 bertujuan untuk mengetahui sifat amfoter dari alumunium. Pertama


dimasukkan larutan Al2(SO4)3 dengan konsentrasi 0,1 M (larutan tidak berwarna)
ke dalam tabung reaksi. Kemudian di tetesi larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes
menggunakan pipet tetes. Perlahan terbentuk endapan dan larutan berwarna putih.
Jumlah tetesan yaitu 10 tetes. Reaksi yang terjadi yaitu

Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)

Endapan putih terbentuk karena hasil reaksi antara Al2(SO4)3 dengan NaOH yakni
Al(OH)3. Ksp dari senyawa Al(OH)3 yakni Ksp = 2x10-32 mol4/L4 sehingga
senyawa tersebut sukar larut.Kemudian, ditambahkan lagi larutan NaOH 0,1M
tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi. Penambahan larutan NaOH ditambahkan
sampai endapan larut. jumlah tetesan NaOH yaitu 20 tetes, endapan tepat larut.
Reaksi yang terjadi yaitu

Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)

Endapan larut dikarenakan Al(OH)3 akan bereaksi dengan NaOH membentuk


produk baru yaitu Na[Al(OH)4] larutan tidak berwarna. Natrium
tetrahidroksialuminat yang terbentuk dari reaksi aluminium hidroksida dengan
NaOH merupakan larutan tak berwarna. Natrium tetrahidroksialuminat terbentuk
karena Al3+ dapat membentuk ion kompleks seperti AlX4-, sehingga Al(OH)3
dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk Al(OH)4-. Natrium
tetrahidroksialuminat merupakan senyawa yang bersifat basa. Keamfoteran yang
dimiliki aluminium maka dapat bereaksi dengan basa walaupun Al(OH)3
merupakan senyawa bersifat basa dan NaOH pun juga bersifat basa. Dalam reaksi
ini aluminium hidroksida bersifat sebagai asam karena Al(OH)3 lebih lemah
basanya daripada NaOH sehingga dapat bereaksi dengan larutan basa yaitu
NaOH.
Setelah endapan larut, ditambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes sampai
adanya endapan. Jumlah tetesan yaitu 15 tetes. Endapan ini merupakan endapan
Al(OH)3 . Al(OH)3 terbentuk kembali jika ditambah dengan HCl karena terjadi
reaksi asam basa kembali yakni antara natrium tetrahidroksialuminat yang bersifat
basa bereaksi dengan HCl yang bersifat asam. Ion Na+ dari natrium
tetrahidroksialuminat akan berikatan dengan Cl- dari HCl membentuk NaCl. Ion
tetrahidroksialuminat [Al(OH)4-]yang tidak stabil akan melepaskan OH- yang
akan berikatan dengan H+ dari HCl membentuk H2O. Ion tetrahidroksialuminat
[Al(OH)4-] yang kehilangan ion OH- akan membentuk Al(OH)3 yang berupa
endapan putih. Reaksi yang terjadi yaitu

Na[Al(OH)4] (aq) + HCl (aq) → Al(OH)3 (s) + H2O (l) + NaCl (aq)

Setelah itu, ditambahkan lagi larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes sampai endapan
yang terbentuk larut. Jumlah tetesan yaitu 25 tetes

Al(OH)3 (s) + 3 HCl (aq) → AlCl3 (aq) + 3 H2O (l)

Percobaan 5

Percobaan 5 bertujuan untuk mengetahui sifat dari senyawaan alumunium.


Pertama, dimasukkan larutan Al2(SO4)3 ke dalam tabung reaksi sebanyak 1mL.
larutan tersebut tidak berwarna. Kedua, ditambahkan 3 tetes larutan (NH4)2S.
larutan (NH4)2S tidak berwarna dan memiliki bau menyengat. Proses penambahan
larutan (NH4)2S dilakukan pada lemari asam karena baunya yang menyengat.
Reaksi yang terjadi yaitu

Al2(SO4)3 (aq) + (NH4)2S (aq) + 6 H2O (l) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2S (g) + 3
(NH4)2SO4 (aq)

Perubahan yang terjadi dari reaksi diatas yaitu larutan berwarna kuning dengan
adanya endapan kuning. Larutan yang dihasilkan memiliki bau yang menyengat.
Kemudian larutan pada tabung reaksi disaring menggunakan kertas saring
sehingga mendapatkan residu dan filtrate. Filtrate yang di dapat yaitu larutan
berwarna kuning dan residu yaitu berwarna kuning. Residu yang berada pada
kertas saring di cuci menggunakan air panas menggunakan pipet. Fungsi
pencucian yaitu untuk melarutkan (NH4)2SO4 sehingga hanya ada endapan
Al(OH)3. perubahan yang terjadi yaitu endapan berwarna putih. Residu yang telah
dicuci, dipindahkan pada tabung reaksi yang lain dan ditambahkan larutan NaOH
0,1M sebanyak 3 mL. perubahan yang terjadi yaitu larutan berwarna putih dan
endapan larut. Reaksi yang terjadi yaitu

Al(OH)3 (s) + NaOH (aq) → Na[Al(OH)4] (aq)


IX. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan judul pecobaan yaitu
“Alumunium” dapat disimpulkan bahwa alumunium memiliki sifat amfoter,
sangat reaktif, memiliki kelarutan yang tinggi dalam larutan basa, memiliki
senyawaan Al3(SO4)3 yang bersifat asam dan
Percobaan ke 5 belum
X. Jawabahn Pertanyaan

1. Terangkan sifat amfoter aluminium berdasarkan percobaan yang


anda lakukan!
Jawab:
Al(OH)3 merupakan basa yang sangat lemahsekaligusasam yang
sangat lemah karena sukar larut dalam air (Ksp =2x10-32 mol4/L4).
Karena Al(OH)3 dapat bersifat asam dan basa, maka disebut juga
sebagai zat amfoter. Sifat asam basa Al(OH)3 dapat disimak dari
reaksi asam basanya berikut:
Al(OH)3 (asam) +NaOH (basa)  NaAl(OH)4

Al(OH)3 (basa) + 3HCl (asam)  AlCl3 + 3H2O

2. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan-


percobaan tersebut!
Jawab:
Percobaan 1
2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O (l)  2NaAl(OH)4 (Aq) + 3H2 (g)
2Al (s) + 3HgCl2 (aq)  2AlCl3 (aq) + 3Hg (s)
Percobaan 2
Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O(l)  2NaAl(OH)4 (aq) + 3H2 (g)
2Al (s) + 2Na2CO3 (aq) + 7H2O(l)  2 NaAl (OH)4 (aq) + 3H2 (g) +
CO2 (g)
2Al (s) + 6HCl (aq)  2AlCl (aq) + 3H2 (g)
Percobaan 3
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) Al2(SO4)3 (aq)
Al3+ + 3 H2O (l) Al(OH)3 + 3H+
Percobaan 4
Al2(SO4)3 (aq) + 6NaOH (aq)  2Sl(OH)3 (s) + 3Na2SO4 (aq)
Al(OH)3 (s) + NaOH (aq)  NaAl(OH)4 (aq)
NaAl(OH)4 (aq) + HCl (aq)  Al(OH)3 (s) + H2O (l) + NaCl (aq)
Al(OH)3 (s) + 3HCl (aq)  2AlCl3 (aq) + 3H2O (l)
3. Jelaskan kegunaan aluminium!
Jawab:
a. Karena sifat alumunium yang ringan dan kuat membuatnya ideal
untuk digunakan dalam konstruksi badan pesawat. Yang sering
dipakai bukan merupakan alumunium murni tetapi paduan
alumunium yang disebut dengan duralium. Paduan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas alumunium sendiri.
b. Sifat Alumunium yang tahan korosi membuatnya menjadi bahan
favorit untuk minuman kaleng dan rangka atap rumah.
c. Alumunium banyak digunakan dalam alat masak sepeti kompor,
panci, dan sebagainya karena sifat konduktivitas panasnya yang
bagus.
d. Alumunium merupakan bahan kabel favorit karena bagus
konduktivitas dan punya kelebihan lebih ringan dari tembaga.
Akan tetapi harganya sedikit lebih mahal.
e. Alumunium punya reflektivitas tinggi. Karena sifat alumunium
tersebut maka alumunium sangat cocok untuk cermin, reflektor
pans dan cahaya, serta pakaian tahan api untuk pemadam
kebakaran.
XI. Daftar Pustaka

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia . Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.

Cobden, Roy. 1994. Aluminium: Physical Properties, Characteristics and


Alloys. European Aluminium Association (E-book online).
http://www.balcoindia.com. Diakses 9 April 2018.

Lee, J.D.. 1996. Concise Inorganic Chemistry 4th edition. London: Chapman &
Hall.
Ranawijaya, J. (1985). Ilmu Kimia 2. Jakarta: Depdikbud.

Sugiyarto, Kristian H. dan Retno D. Suyanti. 2008. Kimia Anorganik Logam.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro. Edisi V. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2016. Kimia anorganik Unsur-Unsur


Golongan Utama. Yogyakarta : Absolute Media

Wikipedia.2018. Aluminium. http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium. (diakses


pada 9 April 2018)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai