Pengertian
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat
terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dsb.
Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.
B. Proses produksi
Orang pertama yang berhasil memisahkan aluminium dari senyawanya adalah Orsted
pada tahun 1825 dengan cara mereduksi aluminium klorida, tetapi belum dalam keadaan
murni. Aluminium murni ditemukan oleh Wohler dalam bentuk serbuk berwarna abu-abu
pada tahun 1827 dengan memodifikasi proses Orsted.
Proses Bayer menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan tambang yang
mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida Al(OH)3. Aluminium
hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas 1000 oC sehingga terbentuk alumina
dan H2O yang menjadi uap air.
Proses Bayer
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat pengotor
terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki,
kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.
Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak larut. Pengotor-
pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya aluminium diendapkan
dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO2 dan pengenceran.
Proses Hall-Heroult
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida
dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit yang sekaligus
berfungsi sebagai katode. Selanjutnya elektrolisis dilakukan pada suhu 950 °C. Sebagai anode
digunakan batang grafit.
Setelah diperoleh Al2O3 murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan
Al2O3. Pada elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang
berfungsi untuk menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 °C),
campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 °C. Anode dan katodenya terbuat
dari grafit. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
C. Manfaat
Karena proses produksi aluminium menggunakan panas tinggi, maka pada dasarnya
logam aluminium menyimpan potensi kalor tersembunyi yang sangat besar. Kalor ini disebut
dengan istilah “kalor laten”, yang sewaktu-waktu bisa dilepaskan pada kondisi yang tepat.
Kalor laten ini bisa dimanfaatkan dalam proses pengolahan metalurgi mineral yang
menggunakan cara pyrometallurgy.
Reaksi antara aluminium dengan Fe2O3 dikenal dengan reaksi termit yang dihasilkan
panas untuk pengelasan baja.
E. Kesimpulan
Riset alumunium kedepannya harus bisa lebih dikembangkan lagi karena beberapa
kelebihan alumuium yang sudah disebutkan tadi bisa sangat berguna bagi dunia industri
ataupu otomotif.
gambar 1. Al2O3
B. Proses Produksi
Produksi besi atau baja adalah suatu proses dengan dua tahapan utama, kecuali produk
yang diinginkan adalah besi tuang. Tahap pertama adalah produksi besi kasar (pig iron) dalam
tanur tinggi. Cara lain, reduksi langsung. Tahap kedua, besi kasar diubah menjadi besi tempa
atau baja.
Proses pengolahan leburan bijih besi untuk membuat besi tempa dari besi kasar,
dengan ilustrasi di sebelah kanan menampilkan pria yang bekerja di tanur tinggi, dari
ensiklopedia Tiangong Kaiwu, diterbitkan pada 1637 oleh Song Yingxing.
Untuk beberapa fungsi terbatas seperti inti elektromagnet, besi murni diproduksi
dengan cara elektrolisis larutan fero sulfat.
Produksi besi industri dimulai dari bijih besi, biasanya hematit, dengan rumus Fe2O3,
dan magnetit, dengan rumus Fe3O4. Bijih ini direduksi menjadi logam dalam suatu
reaksi karbotermal, yaitu diberi perlakuan dengan karbon. Konversi ini biasa dilakukan dalam
tanur tinggi pada temperatur sekitar 2000 °C. Karbon dipasok dalam bentuk kokas. Process
ini juga mengandung fluks seperti limestone, yang digunakan untuk menghilangkan mineral
silika dalam bijih, yang dapat menyimbat tanur. Kokas dan gamping dimasukkan melalui
puncak tanur, ketika tengah terjadi ledakan hebat saat pemanasan udara, sekitar 4 ton per ton
besi,[59] yang dipompa ke dalam tanur melalui bagian bawah.
Fluks yang berguna untuk melelehkan ketakmurnian dalam bijih biasanya adalah batu
gamping (bahasa Inggris: limestone) (kalsium karbonat) dan dolomit (kalsium-magnesium
karbonat). Fluks khusus lainnya digunakan bergantung pada karakteristik bijih. Panas di
dalam tungku mengakibatkan fluks batu gamping terdekomposisi menjadi kalsium
oksida (dikenal juga sebagai tawas).
Slag meleleh karena panas tanur. Pada dasar tanur, lelehan slag mengapung di atas
lelehan besi yang lebih padat, dan tingkap di bagian samping tanur dibuka untuk mengalirkan
dan memisahkan besi dengan slag. Besi, ketika telah dingin, disebut besi kasar (pig iron),
sementara slag dapat digunakan sebagai bahan konstruksi jalan atau bahan pengaya tanah
yang miskin mineral untuk pertanian.[59]
Tumpukan pelet bijih besi yang akan digunakan dalam produksi baja.
Metode laboratorium
Besi logam secara umum diproduksi di laboratorium melalui dua metode. Pertama
adalah elektrolisis fero klorida pada katode besi. Metode kedua melibatkan reduksi besi
oksida dengan gas hidrogen pada temperatur sekitar 500 °C.
C. Manfaat
Metalurgi
Produksi besi 2009 (juta ton)
Australi
393,9 4.4 5.2
a
Korea
0,1 27.3 48.6
Selatan
Besi adalah logam yang paling banyak digunakan, mencakup 92% dari produksi
logam dunia.[n 1] Biayanya yang rendah dan kekuatannya yang tinggi membuatnya sangat
diperlukan dalam aplikasi teknik seperti pembangunan mesin dan peralatan
mesin, mobil, lambung kapal-kapal besar, dan komponen struktur bangunan. Karena besi
murni cukup lunak, hal ini paling sering dikombinasikan dengan unsur paduan untuk
membuat baja.
Besi tempa mengandung kurang dari 0,25% karbon, tetapi mengandung terak dalam
jumlah besar sehingga memberikan karakteristik berserat.[65] Ini adalah produk keras, dapat
ditempa, tetapi tidak mudah dilebur seperti pig iron. Ia juga mudah diasah Besi tempa
ditandai oleh adanya serat terak halus yang terperangkap dalam logam. Besi tempa lebih tahan
korosi daripada baja. Produk blacksmithing dan "besi tempa" tradisional dan telah hampir
sepenuhnya digantikan oleh baja ringan.
Baja ringan lebih mudah berkarat daripada besi tempa, tetapi lebih murah dan lebih
banyak tersedia. Baja karbon mengandung 2,0% karbon atau kurang,[66] ditambah
sedikit mangan, belerang, fosfor, dan silikon. Baja paduan mengandung bervariasi jumlah
karbon dan logam lain, seperti kromium, vanadium, molibdenum, nikel, wolfram, dan
sebagainya. Kandungan paduannya mendongkrak biaya, sehingga biasanya hanya digunakan
untuk keperluan khusus. Satu baja paduan umum, adalah baja nirkarat. Recent Perkembangan
terkini dalam metalurgi besi telah menghasilkan berbagai baja paduan mikro, yang disebut
juga baja 'HSLA' (singkatan dari bahasa Inggris: High Strength Low Alloy), mengandung
sedikit tambahan untuk menghasilkan kekuatan tinggi dan biasanya ketangguhan spektakuler
dengan biaya minimal.
Terlepas dari aplikasi tradisional, besi juga digunakan untuk perlindungan dari radiasi
pengion. Meskipun lebih ringan daripada bahan perlindungan tradisional lainnya, yaitu
timbal, ini jauh lebih kuat secara mekanis. Atenuasi radiasi sebagai fungsi energi ditunjukkan
dalam grafik.
Kerugian utama besi dan baja adalah bahwa besi murni, dan sebagian besar
paduannya, dapat membentuk karat jika tidak dilindungi. Pengecatan, galvanisasi, pasivasi,
pelapisan plastik dan pembiruan semua digunakan untuk melindungi besi dari karat dengan
menghalangi masuknya air dan oksigen atau dengan proteksi katodik.
Senyawa besi
Meskipun peran metalurgi dominan dalam hal jumlah, senyawa besi banyak
digunakan oleh baik industri maupun kegunaan lainnya. Katalis besi secara tradisional
digunakan dalam proses Haber-Bosch untuk produksi amonia dan proses Fischer-
Tropsch untuk konversi karbon monoksida menjadi hidrokarbon untuk bahan bakar dan
pelumas.[67] Serbuk besi dalam pelarut asam digunakan dalam reduksi Bechamp yaitu
reduksi nitrobenzena menjadi anilin.[68]
Besi(II) sulfat digunakan sebagai prekursor untuk senyawa besi lainnya. Ini juga
digunakan untuk mereduksi kromat dalam semen. Ini digunakan untuk memfortifikasi
makanan dan mengobati anemia defisiensi besi. Hal di atas adalah kegunaan
utamanya. Besi(III) sulfat digunakan dalam pengendapan partikel limbah dalam air
tangki. Besi(II) klorida digunakan sebagai pereduksi flokulator, dalam pembentukan
kompleks besi dan besi oksida magnetik, serta sebagai reduktor dalam sintesis organik.
E. Kesimpulan
Keberadaan besi yang melimpah ruah di bumi tentunya juga harus diiringi dengan
penelitian untuk menghasilkan produk dari bahan besi yang lebih bermanfaat. Sekarang pun,
penggunaan besi sudah tidak bisa dipisahkan dari manusia. Namun, kita masih bisa berinovasi
untuk menciptakan barang maupun bahan atau material baru yang berasal dari besi atau
mungkin denga campuran logam atau bahan lainnya.
A. Pengertian
B. Proses Produksi
Secara garis besar, pengolahan bijih timah menjadi logam timah terdiri dari operasi
konsentrasi/mineral dressing, dan ekstraksi yaitu peleburan atau smelting dan pemurnian atau
refining.
Tahap Konsentrasi
Bubuk SnO2
Tahap konsentrasi bijih timah merupakan operasi peningkatan kadar timah dengan
menggunakan peralatan seperti Jig Concentrator, palong dan meja goyang. Bijih timah yang
diolah memiliki kadar awal sekitar 30 sampai 65 persen Sn. Setelah melalui operasi
pemisahan, kadar timah minimum yang harus tercapai supaya dapat dipergunakan sebagai
umpan peleburan tahap pertama adalah sebesar 70 persen Sn.
Tahap Smelting
Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih timah pada temparatur
tinggi menjadi logam timah. Prinsip reduksi adalah melepas ikatan oksigen yang terdapat
mineral kasiterit. Reduktor yang digunakan sebagai pereduksi adalah gas CO. Reaksi yang
terjadi selama proses smelting adalah:
SnO + CO = Sn + CO2
Pada proses smelting akan terbentuk lelehan terak dan timah yang tidak saling larut.
Slag akan mengikat pengotor-pengotor yang terdapat di dalam konsentrat. Pengotor yang
paling banyak terdapat di dalam konsentrat timah adalah unsur Fe.
Proses smelting ini terdiri dari dua tahapan. Peleburan tahap pertama adalah peleburan
konsentrat timah yang menghasilkan timah kasar atau crude tin dan terak I (slag). Kadar timah
dalam terak I ini adalah sekitar 20 persen. Tahap ini juga dikenal dengan sebutan peleburan
konsentrat timah karena umpan yang dilebur adalah konsentrat bijih timah.
Terak I kemudian dilebur kembali di peleburan tahap kedua. Peleburan pada tahap dua
ini menghasilkan senyawa Fe-Sn yang disebut hardhead dan terak II dengan kadar Sn kurang
daripada satu persen. Hardhead menjadi bahan baku untuk peleburan tahap satu.
Tahap Refining
Crude tin dari proses peleburan tahap satu kemudian dibawa ke proses selanjutnya
yaitu proses pemurnian. Kandungan timah dalam crude tin adalah Sn >90 persen dan sisanya
adalah pengotor seperti As, Pb, Ag, Fe, Cu, dan Sb.
Pemurnian timah dari pengotornya dapat dilakukan dengan kettle refining, eutectic
refining, serta electrolytic refining. Pemilihan teknologi untuk proses pemurnian adalah
berdasarkan tingkat kemurnian logam timah yang diinginkan. Setelah melewati tahap refining
ini, kemurnian logam timah dapat mencapai 99,93 persen.
C. Manfaat
Manfaat timah sangat banyak sekali untuk berbagai bidang kehidupan manusia.
Namun jarang orang ketahui pemakaian timah sebenarnya sudah dimulai sejak 5000 tahun
yang lalu dalam bentuk kasiterit. Kasiterit diolah menjadi berbagai benda dengan penambahan
karbon melalui pembakaran. Sekarang pemakaian timah sudah berkembang pesat seiring
dengan kemajuan teknologi dan pengolahan sumber daya mineral.
Timah adalah mineral yang memiliki nomor atom 50 dengan simbol Sn. Masa atom timah
adalah 118,710 dengan kepadatan 7,287 gram/cm3. Timah termasuk logam yang sangat
lembut, berwarna putih dan bisa sangat lentur. Sifat timah terhadap proses oksidasi adalah
tidak mudah teroksidasi dan sangat tahan terhadap karat atau korosi.
Kelemahan timah hanya bisa terkena korosi ketika bertemu dengan air laut murni, air
yang mengandung asam dan larutan alkali. Timah memiliki warna putih namun akan berubah
menjadi abu-abu jika suhunya turun di bawah 13 derajat celcius. Karena timah memiliki sifat
yang sangat lembut maka timah tidak digunakan sebagai produk logam murni. Berikut ini
beberapa karakteristik timah yang bisa kita pelajari.
1. Timah menjadi logam yang sangat lemah, mudah dibentuk dan bisa mencair.
Hal inilah yang menyebabkan beberapa produk yang diolah dengan timah bisa mudah
dibentuk dan timah tidak dapat digunakan sebagai logam murni.
2. Timah memiliki sifat daktilitas yaitu mudah dirubah bentuknya ketika berada
dalam suhu kamar. Meksipun timah akan menjadi logam yang sedikit keras namun lentur.
Perubahan bentuk ini bisa terjadi pada suhu 54 derajat Fahrenheit.
3. Timah menjadi salah satu bahan konduktor listrik yang sangat baik karena bisa
dibentuk dengan mudah dengan bantuan solder dan pembentukan plat listrik.
Timah untuk Lapisan Produk Baja
Timah menjadi salah satu produk yang digunakan untuk melapisi baja. Produk yang
dihasilkan dari paduan baja dan timah digunakan untuk keperluan industri otomotif dan
listrik. Timah mampu membentuk baja menjadi logam yang lebih ringan dan sesuai untuk
keperluan pada industri tersebut. Timah bisa menjadi produk pelapis baja untuk beberapa
jenis produk lain seperti perlengkapan memasak, kendaraan, sepeda gunung, produk rumah
tangga dan beberapa produk lain. Timah membuat semua jenis logam bisa dirubah menjadi
berbagai perlengkapan karena mudah untuk dibentuk sesuai dengan ukuran.
Penambangan timah pada saat ini menjadi dagat menguntungkan berkat ditemukannya
mineral monasit dalam campuran timah saat ditambang. Diperkirakan penggunaan mineral ini
untuk industri berteknologi tinggi akan meluas dan Indonesia yang tentu akan di untungkan
dalam hal ini. Meskipun hasil samping dari penambangan timah ini belum mulai dijual, harga
jualya sudah ditawar sampai $230 per kg. Meski begitu pemerintah juga harus mencari cara
untuk meminimalisir kerusakan lingkungan dalam penambangan timah kedepannya
E. Kesimpulan
Timah menjadi sangat penting dalam perkembangan teknologi saat ini. Banyak logam-
logam yang digunakan manusia sehari-hari yang menggunakan campuran timah didalamnya
mulai dari baja yang dilapisi timah, komponen konstruksi rumah dan otomotif, bahkan
sampai kaleng makanan dan gigi palsu pun ada yang menggunakan campuran timah. Namun,
sampai saat ini masih menimbulkan efek samping bagi kesehatan mauppun bagi lingkungan.
Untuk itu, untuk kedepannya sebaiknya dilakukan riset untuk meminimalisir efek samping
dari penggunaan timah supaya manusia dapat mengambil manfaat lebih dari timah tanpa efek
samping yag merugikan baik bagi kita ataupun bagi lingkungan.