Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL MATERIAL TEKNIK ALUMINIUM

DOSEN PEMBIMBING : DWI WIJAYA, ST

DISUSUN OLEH : NAMA : SURIYADI ANWAR NIM : 10212010020

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANTAKUSUMA(UNTAMA) PANGKALAN BUN

Sejarah Aluminium Orang Yunani, Romawi, dan Cina kuno menggunakan tanah liat aluminium untuk membuat tembikar. Napoleon juga memiliki satu set peralatan makan yang terbuat dari aluminium untuk menjamu tamu-tamu terhormatnya. Pada tahun 1761, De Morveau mengusulkan nama alumine. Kemudian pada tahun 1808, Sir Humphry Davy berhasil menunjukkan eksistensi logam ini. Pada tahun 1825, seorang ahli fisika Denmark dan ahli kimia bernama Henry Christian Oersted, berhasil mensistesis aluminium murni. Oersted mereaksikan amalgam potasium dengan aluminium klorida anhidrat. Residu merkuri kemudian disuling untuk mendapatkan aluminium. Pada tahun 1827, Freidrich Wohler juga berhasil melakukan apa yang dicapai Oersted dengan metode yang berbeda. Mulai saat itu aluminium berhasil disintesis untuk tujuan komersial. Karena proses untuk mendapatkan aluminium murni masih amat sulit, pada saat itu aluminium lebih berharga dibanding emas. Aluminium terus menjadi logam yang sulit diperoleh hingga pada tahun 1886, dua ilmuwan muda, Charles Heroult dan Martin Hall mampu memperoleh aluminium dari aluminium oksida (alumina). Sejak saat itu aluminium mampu diproduski massal dengan harga terjangkau untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.

A. Pengertian Aluminium Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.

Gambar Aluminium, dipotong setelah dicetak dari tanur tanpa perlakuan fisik maupun termal.

Aluminium ialah salah satu unsur kimia dengan lambang AL dan nomor atom 13. Aluminium ialah logammulia paling berlimpah nomor tiga yang berjumlah sebesar8% d ari permukaan bumi. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat. Aluminium biasa terdapat pada aditif makanan, knalpot, rangka sepeda, peralatan makananan dan aksesoris lainnya. Aluminium digunakan dalam kabel bertegan gantinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat terbang. Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Karena sifat kereaktifannya maka Aluminium tidak ditemukan dialam dalam bentuk unsur melainkan dalam bentuk senyawa baik dalam bentuk oksida alumina maupun silikon. Bahan dasar pembuatan Aluminium adalah bauksit (biji Aluminium) yang kemudian diubah menjadi Alumina. Alumina inilah yang akan dielektrolisa membentuk Aluminium ingot. Biji Aluminium biasanya berupa senyawa oksida berupa Bayerit, Gibbsit atau hidrargilat (Al2O3.3H2O), bohmit dan diaspor yang tidak larut dalam air. Sumber lain dari bijih ( bauksit ( ) adalah, ( Nephelin (( ) ) ), Alunit ) ), Kaolin & Clay (

Aluminium merupakan unsur yang tergolong melimpah di kulit bumi. Mineral yang menjadi sumber komersial aluminium adalah bauksit. Bauksit mengandung aluminium dalam bentuk aluminium oksida ( ( ). Bauksit ) bersistem octa hedral terdiri dari 35-65% AL2 O3, 2-10% SiO2,

2-20% Fe2 O3, 1-3% TiO2 dan 10-30% air. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium tiggi, kadar Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Secara garis nesar komersial bauksit terdiri dalam tiga bentuk : 1. Pissolitic atau Oolitic. 2. Sponge Ora. 3. Amorphorus.

Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur dan pertamakali direduksi dengan logamoleh H.C.Oersted pada tahun 1825. Secara industri tahun 1886, Paul Heroulddi Prancis dan C.N.Malldi Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam Aluminium dari Alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfungsi. Sampai sekarang proses Hall Heroult masih dipakai untuk memproduksi Aluminium. Aluminium memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Ringan, Yaitu memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja atau tembaga. Berat jenisnya ringan hanya 2.7gr/cm3, sedangkan besi 8.1gr/cm32. 2) Kuat, Yaitu terutama bila dipadukan dengan logam lain. Paduan Al dengan logam lainnya menghadilkan logam yang kuat. 3) Reflektif, Dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus makanan, obat, rokok. 4) Konduktorpanas. Sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesinmesin / alat alat pemindah panas sehingga dapat memberikan penghematan energi. 5) Konduktorlistrik, Setiap satu kilograma luminium dapat menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika dibanding dengan tembaga. 6) Tahankorosi,

Sifatnya durable sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang dipengaruhi oleh unsurunsur seperti air, udara, suhu, dan unsurunsur kimia lainnya, baik diruang angakasa bahkan sampai kedasar laut. 7) Tak beracun, Sangat baik untuk penggunaan pada industry makanan, minuman dan obatobatan yaitu untuk petikemas dan pembungkus.

Aluminium murni atau aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90MPa, terlalu lunak untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain. Pada aluminium paduan Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon, magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970. Secaraumum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam logam. Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya. Kelemahan Aluminium. Kelemahan aluminium paduan adalah pada ketahanannya terhadap lelah (fatigue). Aluminium paduan tidak memiliki batas lelah yang dapat diperkirakan seperti baja, yang berarti failure akibat fatigue dapat muncul dengan tiba-tiba bahkan pada beban siklik yang kecil. Satu kelemahan yang dimiliki aluminium murni dan paduan adalah sulit memperkirakan secara visual kapan aluminium akan mulai melebur, karena aluminium tidak menunjukkan tanda visual seperti baja yang bercahaya kemerahan sebelum melebur.

B. Proses Pembuatan Aluminium. Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia berenergi tinggi dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain, proses ekstraksi aluminium dari batuannya memerlukan energi yang tinggi untuk mereduksi Al2O3. Proses reduksi ini tidak semudah mereduksi besi dengan menggunakan batu bara, karena aluminium merupakan reduktor yang lebih kuat dari karbon. Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang yang mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.

Gambar Proses Bayer

Proses Bayer menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan tambang yang mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida pada temperatur 175
o

C sehingga menghasilkan aluminium hidroksida, Al(OH)3.

Aluminium hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas 1000 oC sehingga terbentuk alumina dan H2O yang menjadi uap air. Setelah Alumina dihasilkan, alumina dibawa ke proses Hall-Heroult. Proses Hall-Heroult dimulai dengan melarutkan alumina dengan leelehan Na3AlF6, atau yang biasa disebut cryolite. Larutan lalu dielektrolisis dan akan mengakibatkan aluminium cair menempel pada anoda, sementara oksigen dari alumina akan teroksidasi bersama anoda yang terbuat dari karbon, membentuk karbon dioksida. Aluminium cair memiliki massa jenis yang lebih ringan dari pada larutan alumina, sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan mudah.

Elektrolisis aluminium dalam proses Hall-Heroult menghabiskan energi yang cukup banyak. Rata-rata konsumsi energi listrik dunia dalam

mengelektrolisis alumina adalah 15 kWh per kilogram aluminium yang dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40% biaya produksi aluminium di seluruh dunia.

Gambar Diagram Proses Hall-Heroult yang disederhanakan. Perhatikan letak katoda yang berada di dasar wadah, untuk mengantisipasi massa jenis aluminium cair yang lebih tinggi dibandingkan larutan cryolite-alumina

Aluminium daur ulang Salah satu keuntungan aluminium lainnya adalah, mampu didaur ulang tanpa mengalami sedikitpun kehilangan kualitas. Proses daur ulang tidak mengubah struktur aluminium, daur ulang terhadap aluminium dapat dilakukan berkali-kali (wasteonline.org). Mendaur ulang aluminium hanya mengkonsumsi energi sebesar 5% dari yang digunakan dalam memproduksi aluminium dari bahan tambang

(economist.com). Di Eropa, terutama negara Skandinavia, 95% aluminium yang beredar merupakan bahan hasil daur ulang. Proses daur ulang aluminium berawal

dari kegiatan meleburkan sampah aluminium. Hal ini akan menghasilkan endapan. Endapan ini dapat diekstraksi ulang untuk mendapatkan aluminium, dan limbah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal dan beton karena merupakan limbah yang berbahaya bagi alam.

C. Proses Penambangan. Aluminium merupakan logam berwarna putih keperakan dengan sifat ringan, kuat, namun mudah dibentuk. Nomor atom aluminium adalah 13 dan diwakili dengan simbol AL. Dalam kerak bumi, aluminium merupakan unsur paling berlimpah ke-3 setelah oksigen dan silikon. Aluminium merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik, bahkan lebih baik dari tembaga. Logam ini merupakan elemen yang sangat reaktif dan membentuk ikatan kimia yang kuat dengan oksigen. Aluminium akan membentuk lapisan sangat tipis oksida alminium ketika bereaksi dengan udara yang akan melindunginya dari karat.

Gambar bijih aluminium

1) Proses Penambangan Aluminium didapatkan dari bijih bauksit yang ditambah terlebih dahulu. Pada tahap awal dilakukan land clearing. Land clearing bertujuan untuk membersihkan tumbuhantumbuhan yang terdapat diatas permukaan endapan bijih bauksit. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovelloader yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dumptruck untuk diangkut keinstalansi pencucian. Bijih

bauksit

dari

tambang

dilakukan

pencucian

dimaksudkan

untuk

meningkatkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan bijih bauksit tersebut dari unsur lain yang tidak diinginkan, misal kuarsa, lempung dan pengotor lainnya. Partikel yang halusini dapat dibebaskan dari yang besar melalui pancaran air (waterjet) yang kemudian dibebaskan melalui penyaringan (screening). Disamping itu sekaligus melakukan proses pemecahan (sizereduction) dengan menggunakan jawcrusher. 2) Proses Pemurnian (Bayer Cycle) Setelah proses penambangan,

Bijihbauksit dimurnikan dengan menggunakan proses Bayer Cycle. Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu Smelter Grade Alumina (SGA) dan Chemical Grade Alumina (CGA). 90% pengolahan bijih bauksit didunia ini dilakukan untuk menghasilkan Smelter Grade Alumina yang bisa dilanjutkan untuk menghasilkan Almurni. D. Klasifikasi dan Penggolongan 1. Aluminium Murni Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain. 2. Aluminium Paduan Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon, magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970. Secara umum, penambahan logam paduan hingga

konsentrasi tertentu akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam logam. Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga

bagaimana proses perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya.

3. Paduan Aluminium-Silikon Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal granula silika.

Gambar 11. Fase paduan Al-Si, temperatur vs persentase paduan

4. Paduan Aluminium-Magnesium Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut.

Gambar Diagram fase Paduan Al-Mg, temperatur vs persentase Mg

5. Paduan Aluminium-Tembaga Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat, namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh.

Gambar Diagram Fase Al-Cu, temperatur vs persentase paduan

6. Paduan Aluminium-Mangan Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh. Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan aluminium.

Gambar Diagram fase Al-Mn, temperatur vs konsentrasi Mn

7. Paduan Aluminium-Seng Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan 5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan 1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan.

Gambar Diagram fase Al-Zn, temperatur vs persentase Zn

8. Paduan Aluminium-Lithium Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis dan peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan biaya keselamatan kerja. 9. Paduan Aluminium-Skandium Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi pada paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain yang lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama, yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG, dengan konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz, 2004).

10. Paduan Aluminium-Besi Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu "kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08% mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X, dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe.

11. Aluminium paduan cor Aluminium dapat dicor di cetakan pasir/tanah liat, cetakan besi, atau cetakan baja dengan diberi tekanan. Logam cor dapat lebih cepat mengeras jika dicor dengan cetakan logam, sehingga akan menghasilkan efek yang sama seperti efek quenching, yaitu memperkeras logam. Pengecoran dengan besi harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan intrusi besi ke dalam paduan, menyebabkan paduan memiliki komposisi yang tidak diinginkan. Proses pengecoran, selain harus terbebas dari pengotor pencetaknya, juga harus terbebas dari uap air. Aluminium, dalam temperatur tinggi, dapat bereaksi dengan uap air membentuk aluminium hidroksida dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada umumnya, dapat melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin dan menjadi padat, gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam logam, menyebabkan logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam semakin rapuh. Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak dilelehkan pada temperatur jauh di atas titik

lelehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi. Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah tembaga, silikon, dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu kemudahan dalam pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-Si memmberikan kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada temperatur tinggi, dan pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat yang penting dalam logam cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan bagian dari mesin. AlMg juga memberikan kekuatan, dan lebih baik dibandingkan Al-Si karena memiliki ketahanan yang lebih tinggi hingga logam mengalami deformasi plastis (elongasi). Namun konsentrasi lebih dari 10% dapat mengurangi kemudahan dalam pengecoran.

E. Sifat-Sifat Fisik Teknis Bahan Aluminium Table menunjukan sifat fisik aluminium ; Nama, Simbol, dan Nomor Sifat Fisik Wujud Massa jenis Massa jenis pada wujud cair Titik lebur Titik didih Kalor jenis (25 oC) Resistansi listrik (20 C) Konduktivitas termal (300 K) Pemuaian termal (25 oC) Modulus Young Modulus geser Poisson ratio Kekerasan skala Mohs Kekerasan skala Vickers
o

Aluminium, Al, 13

Padat 2,70 gram/cm3 2,375 gram/cm3 933,47 K, 660,32 oC, 1220,58 oF 2792 K, 2519 oC, 4566 oF 24,2 J/mol K 28.2 n m 237 W/m K 23.1 m/m K 70 Gpa 26 Gpa 0,35 2,75 167 Mpa

Kekerasan skala Brinnel Sifat Mekanik Aluminium

245 Mpa

Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut. Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium. Kekuatan tensil Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan. Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa (paduan 7075). Kekerasan Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell.

Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135. Ductility Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir tidak mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur dengan skala yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan. Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium murni.

F. Bentuk Struktur Mikro Aluminium

Gambar Struktur mikro alumina, bahan baku aluminium.

Gambar Struktur mikro dari aluminium murni

Gambar Struktur mikro dari paduan aluminium-silikon. Gambar (a) merupakan paduan Al-Si tanpa perlakuan khusus. Gambar (b) merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan termal. Gambar (c) adalah paduan Al-Si dengan perlakuan termal dan penempaan. Perhatikan bahwa semakin ke kanan, struktur mikro semakin baik.

Gambar 6.Struktur mikro Al-Si-Mg tanpa perlakuan termal

Gambar Struktur mikro dari paduan Al-Si-Mg setelah perlakuan termal

Gambar Struktur mikro dari Al-Cu

G. Contoh Aplikasi Aluminium adalah logam non-besi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Produksi global dunia pada tahun 2005 mencapai 31,9 juta ton, melebihi produksi semua logam non-besi lainnya (Hetherington et al, 2007). Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket. Aluminium juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni dapat memantulkan 92% cahaya. Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena terlalu lunak. Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92-99% aluminium). Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika

berhadapan dengan larutan alkali seperti air laut. Paduan aluminium-tembagalithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA. Uang logam juga terbuat dari aluminium yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit dicari apa bahan paduan uang pembuat uang logam berwarna putih keperakan ini, kemungkinan dirahasiakan untuk mencegah pemalsuan uang logam. Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan magnesium, silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor. Beberapa jenis roda gigi menggunakan paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu untuk mendapatkan tingkat kekerasan yang cukup dan memperpanjang usia benda akibat fatigue.

Gambar Uang logam, juga terbuat dari aluminium

Gambar Aluminium foil

Gambar Aluminium foam

Gambar Velg mobil, mengunakan paduan Al-Si, Al-Mg, atau Al-Si-Mg

Gambar Roda gigi menggunakan paduan Al-Cu

Gambar Pesawat terbang, dibuat dengan menggunakan paduan 7075, Al-Zn.

Glosarium

Age-hardening

Adalah teknik perlakuan termal untuk meningkatkan kekuatan tensil dari material yang dapat ditempa yang mengandalkan prinsip perubahan fase dalam respon suatu material terhadap temperatur.

Annealing

Adalah perlakuan termal yang mengubah struktur mikro dari suatu material yang menyebabkan perubahan sifat seperti kekuatan, kekerasan, dan ductility. Dalam logam, perlakuan ini dilakukan dengan memanaskan material hingga bercahaya.

Cryolite

Bahan yang digunakan sebagai pelarut alumina untuk proses elektrolisis. Susunan senyawanya adalah Na3AlF6.

Die casting

Proses membentuk logam cair di bawah tekanan menggunakan cetakan.

Ductility

Sifat mekanik yang digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh benda dapat dilakukan deformasi plastis hingga mengalami keretakkan.

Ekstrusi

Proses membuat benda dalam bentuk yang telah ditetapkan dengan mendorong material melalui die hingga terbentuk bentuk yang diinginkan.

Elektrolisis

Metode menggunakan arus listrik untuk memicu reaksi kimia non-spontan.

Elongasi

Seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan.

Failure

Hilangnya kemampuan suatu bahan dalam menahan beban atau bahkan beban dirinya sendiri.

Fatigue

Kerusakan material dan progresif yang terjadi akibat beban siklik yang diaplikasikanke suatubahan.

Ingot

Suatu material, umumnya logam, yang dicetak dalam bentuk yang siap dipakai untuk pemrosesan berikutnya.

Kekerasan

Berbagai sifat dari suatu material dalam wujud padat yang memberikannya resistansi terhadap berbagai perubahan bentuk ketika gaya diaplikasikan.

Kekuatan tensil

Adalah seberapa besar gaya per satuan luas yang diaplikasikan dalam uji tensil hingga benda uji mengalami necking.

Modulus geser

Rasio dari tegangan geser dan regangan geser ketika suatu bahan mengalami gaya paralel pada permukaan yang berlawanan dengan arah yang berlawanan.

Modulus young

Rasio dari tegangan dan regangan ketika suatu benda mengalami tekanan atau tarikan dalam satu arah.

Pasivation

Proses yang menjadikan suatu material bersifat pasif terhadap zat lainnya.

Perlakuan termal

Perlakuan yang menggunakan temperatur, dalam bentuk pendinginan atau pemanasan, umumnya hingga mendekati temperatur ekstrim, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, berupa meningkatnya kekuatan bahan atau melunakkan suatu bahan.

Poisson Ratio

Rasio kontraksi benda secara horisontal terhadap meregangnya benda seara vertikal ketika benda diregangkan

Quenching

Proses termal, yaitu mendinginkan dalam waktu cepat suatu material yang sedang berada dalam kondisi temperatur yang mendekati ekstrim.

Work-hardening

Penambahan kekuatan suatu logam dengan deformasi plastis.

REFERNSI

http://www.gudangmateri.com/pembuatan-sifat-dan-paduan-aluminium.html Ahmad, Zaki.2003. "The properties and application of scandium-reinforced aluminum". JOM

Anonim. Aluminium, dari [[http://webmineral.com/data/Aluminum.shtml]] diunduh pada tanggal 15 Desember 2009

Christoph Schmitz, Josef Domagala, Petra Haag.2006. Handbook of aluminium recycling: fundamentals, mechanical preparation, metallurgical processing, plant design. Vulkan-Verlag GmbH.

Dieter G. E.1988. Mechanical Metallurgy. McGraw-Hill. Emsley, John.2001. Nature's Building Blocks: An A-Z Guide to the Elements. Oxford, UK: Oxford University Press

Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A.1997. Chemistry of the Elements (2nd ed.), Oxford: Butterworth-Heinemann.

Guilbert, John M. and Carles F. Park.1986. The Geology of Ore Deposits. Freeman Polmear, I. J. 1995. Light Alloys: Metallurgy of the Light Metals. Arnold. Schwarz James A. Contescu Cristian I., Putyera Karol. 2004. Dekker encyclopdia of nanoscience and nanotechnology, Volume 3. CRC Press Surdia Tata, dan Saito Shinroku.1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT Dainippon Gitakarya Printing Venetski S. 1969. ""Silver" from clay".

Anda mungkin juga menyukai