DOSEN PEMBIMBING
Arianto Leman S, M.T
DISUSUN OLEH
Dyan Azizza Rahma
19503244030
1. Pengertian Aluminium
Alumunium merupakan unsur non ferrous yang paling banyak terdapat di bumi
yang merupakan logam ringan yang mempunyai sifat yang ringan, ketahanan korosi yang
baik serta hantaran listrik dan panas yang baik, mudah dibentuk baik melalui proses
pembentukan maupun permesinan, dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam.
Di alam, alumunium berupa oksida yang stabil sehingga tidak dapat direduksi dengan cara
seperti mereduksi logam lainnya. Pereduksian alumunium hanya dapat dilakukan dengan
cara elektrolisis. Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat
dengan penambahan Cu, Mg, Si. Mn, Zn, Ni, dan sebagainya, secara satu persatu atau
bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi,
ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah dan sebagainya.
Paduan aluminium dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu alumunium wronglt
alloy (lembaran) dan alumunium costing alloy (batang cor). Alumunium (99,99%)
memiliki berat jenis sebesar 2,7 g/cm3, densitas 2,685 kg/m3, dan titik leburnya pada suhu
6600C, alumunium memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dari baja. Sifat tahan
korosi alumunium diperoleh dari terbentuknya lapisan oksida alumunium dari permukaan
alumunium. Lapisan oksida ini melekat kuat dan rapat pada permukaan, serta stabil (tidak
bereaksi dengan lingkungan sekitarnya) sehingga melindungi bagian dalam.
Unsur- unsur paduan dalam almunium antara lain:
1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi
(pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium
yang paling optimal adalah antara 4-6%.
2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile.
3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi.
4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai ductility-
nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik.
5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas
untuk menaikkan kekerasannya.
6. Lithium (Li), ditambahkan untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya.
2. Sifat – Sifat Aluminium
Aluminium memiliki ketahanan terhadap korosi yang baik pada beberapa kondisi
lingkungan karena permukaan Aluminium mampu membentuk lapisan alumina (Al2O3)
bila bereaksi dengan oksigen. Struktur kristal yang dimiliki Aluminium adalah struktur
kristal FCC (Face Centered Cubic), sehingga Aluminium tetap ulet meskipun pada
temperatur yang sangat rendah.
Seperti logam murni lainnya, Aluminium memiliki kekuatan yang rendah dan tidak
dapat langsung diaplikasikan karena ketahanan deformasi dan patahnya kurang tinggi.
Oleh karena itu perlu adanya penambahan elemen lain ke dalam Aluminium. Sifat
Aluminium tergantung dari interaksi komposisi kimia dan struktur mikro yang
berkembang selama solidifikasi, perlakukan panas, dan proses deformasi (untuk produk
tempa). Selain sifat-sifat tersebut Aluminium mempunyai sifat-sifat yang sangat baik dan
bila dipadu dengan logam lain bisa mendapatkan sifat-sifat yang tidak bisa ditemui pada
logam lain. Adapun sifat-sifat dari aluminium antara lain : ringan, tahan korosi, penghantar
panas dan listrik yang baik. Sifat tahan korosi pada aluminium diperoleh karena
terbentuknya lapisan oksida aluminium pada permukaaan aluminium. Sifat mekanik dan
fisik aluminium dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2 berikut :
Tabel 2.1 menunjukkan sifat-sifat fisik Al dan Tabel 2.2 menunjukkan sifatsifat
mekaniknya. Ketahan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk
kemurnian 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam bertahun-tahun.
Hantaran listrik Al, kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga, tetapi masa jenisnya kira-
kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk memperluas penampangnya. Aluminium
juga dapat dipergunakan untuk kabel tenaga dan dalam berbagai bentuk umpamanya
sebagai lembaran tipis (foil).
Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode bayer dan hasil akhir
adalah alumina. Pertama-tama bauksit dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik
soda. Campuran tersebut kemudian dipompa ke tabung tekan dan kemudian dilakukan
pemanasan. Proses selanjutnya dilakukan penyaringan dan diikuti dengan proses
penyemaian untuk membentuk endapan alumina basah (hydrated alumina). Alumina
basah kemudian dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan cara
memanaskan sampai suhu 1200oC. Hasil akhir adalah partikel-partikel alumina
dengan rumus kimianya adalah Al2O3.
Memadukan aluminium dengan unsur lainnya merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki sifat aluminium tersebut. Paduan adalah kombinasi dua atau lebih jenis
logam, kombinasi ini dapat merupakan campuran dari dua struktur kristalin. Paduan dapat
disebut juga sebagai larutan padat dalam logam. Larutan padat mudah terbentuk bila
pelarut dan atom yang larut memiliki ukuran yang sama dan strukrur elektron yang serupa.
Larutan dalam logam utama tersebut memiliki batas kelarutan maksimum. Paduan yang
masih dalam batas kelarutan disebut dengan paduan logam fasa tunggal. Sedangkan
paduan yang melebihi batas kelarutan disebut dengan fasa ganda. Peningkatan kekuatan
dan kekerasan logam paduan disebabkan oleh adanya atom-atom yang larut yang
menghambat pergerakan dislokasi dalam kristal sewaktu deformasi plastik. Secara garis
besar paduan aluminium dibedakan menjadi dua jenis yaitu paduan aluminium tempa dan
aluminium cor. Untuk lebih jelasnya pengelompokan paduan aluminium ditunjukkan pada
Tabel 2.3 berikut:
Menurut Aluminium Association (AA) sistem di Amerika, penamaan paduan
aluminium:
a) Paduan cor (casting alloys) digunakan sistem penamaan empat angka. Angka
pertama menunjukkan kandungan utama paduannya. Dua angka selanjutnya
menunjukkan penandaan dari paduannya. Angka terakhir yang di pisahkan dengan
tanda desimal merupakan bentuk dari hasil pengecoran, misalnya casting (0) atau
ingot (1,2).
b) Paduan tempa (wrought alloys) menggunakan sistem penamaan empat angka juga
tetapi penamaannya berbeda dengan penamaan pada paduan jenis cor. Angka
pertama menyatakan kelompok paduan atau kandungan elemen spesifik paduan,
angka kedua menunjukkan perlakuan dari paduan asli atau batas kemurnian.
Sedangkan dua angka terakhir menunjukkan paduan aluminium atau kemurnian
aluminium. Dari dua kelompok paduan aluminium diatas dikelompokkan lagi
menjadi dua kelompok, yaitu: tidak dapat diperlaku-panaskan dan dapat diperlaku-
panaskan. Untuk paduan aluminium jenis cor yang dapat diperlaku-panaskan
meliputi seri 2xx.x, 3xx.x, 7xx.x, dan 8xx.x, yang tidak dapat diperlaku-panaskan
meliputi seri 1xx.x, 4xx.x, dan 5xx.x. Sedang aluminium jenis tempa yang tidak
dapat diperlaku-panaskan meliputi seri 1xxx, 3xxx, 4xxx, dan 5xxx, yang dapat
diperlaku-panaskan adalah seri 2xxx, 6xxx, 7xxx, dan 8xxx.
1. Jenis Al-murni teknik (seri 1xxx) Jenis paduan ini mempunyai kandungan minimal
aluminium 99,0% dengan besi dan silikon menjadi kotoran utama (elemen paduan).
Aluminium dalam seri ini memiliki kekuatan yang rendah tapi memiliki sifat tahan
korosi, konduksi panas dan konduksi listrik yang baik juga memiliki sifat mampu
las dan mampu potong yang bagus. Aluminium seri ini banyak digunakan untuk
sheet metal work.
2. Paduan Al-Cu (seri 2xxx) Elemen paduan utama pada seri ini adalah tembaga, tetapi
magnesium dan sejumlah kecil elemen lain juga ditambahkan kesebagian besar
paduan jenis ini. Jenis paduan Al-Cu adalah jenis yang dapat diperlaku-panaskan.
Dengan melalui pengerasan endap atau penyepuhan, sifat mekanikpaduan ini dapat
menyamai sifat dari baja lunak, tetapi daya tahan korosinya rendah bila
dibandingkan dengan jenis paduan yang lainnya. Sifat mampu lasnya juga kurang
baik, karena itu paduan jenis ini biasanya digunakan pada kontruksi keling dan
banyak sekali digunakan dalam kontruksi pesawat terbang seperti duralumin (2017)
dan super duralumin (2024). Al-Cu adalah kombinasi dari logam aluminium yang
mempunyai sifat ringan, tahan korosi, mudah dimesin, dengan tembaga yang
mempunyai sifat penghantar listrik yang baik, keuletan yang tinggi dan juga sifat
tahan korosi. Paduan Al-Cu dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu hypoeutectic,
eutectic dan hypereutectic. Gambar 2.1. menunjukkan paduan Al-Cu dengan
komposisi tembaga < 33% disebut hypoeutectic. Titik eutectic pada paduan Al-Cu
terdapat pada kandungan Cu sebesar 31,9 sampai 32,9%. Sedangkan kandungan
tembaga >33,0% disebut hypereutectic.
1. Pengertian Tembaga
Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54
merupakan unsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur
1.803°C dan titik didih 2.595°C. Dikenal sejak zaman prasejarah tembaga sangat langka
dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai senyawa
dan mineral. Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting
dalam bentuk kuningan, perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan
dalam pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat
dapur, dan industry. Senyawa tembaga juga digunakan dalam kimia analitik dan
penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan
biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakan unsur penting dalam darah
binatang berkulit keras.
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang
berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga
mudah diasingkan dari bijihnya.
A. Pengapungan (Flotasi)
B. Pemanggangan
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu
calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II)
silikat yang kemudian dapat dipisahkan.
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida
C. Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga
lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
D. Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak
murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan
elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis berlangsung
tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi
logam Cu.
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin
bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt
mengendap sebagai lumpur.
3. Paduan Tembaga
Uap air ini terjebak dan membentuk lubang-lubang dalam terutama dalam batas
butir yang mana membuat tembaga getas. Fenomena penggetasan yang
disebabkan oleh hydrogen ini yang disebut Hydrogen Embrittlement.
Macam-macam Brass:
file:///C:/Users/USER/Downloads/Material_Teknik_12._Aluminium_dan_Paduan.pdf
http://ferdymp.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://digilib.unila.ac.id/6189/16/16.%20BAB%202.pdf
http://eprints.undip.ac.id/41617/2/bab_1_ampe_3.pdf
http://mercubuana.ac.id/files/MaterialTeknik/16002_material_teknik_modul_12.pdf