Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHAN TEKNIK DASAR


ALUMINIUM DAN PADUANNYA &
TEMBAGA DAN PADUANNYA

DOSEN PEMBIMBING
Arianto Leman S, M.T

DISUSUN OLEH
Dyan Azizza Rahma
19503244030

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
ALUMINIUM DAN PADUANNYA

1. Pengertian Aluminium
Alumunium merupakan unsur non ferrous yang paling banyak terdapat di bumi
yang merupakan logam ringan yang mempunyai sifat yang ringan, ketahanan korosi yang
baik serta hantaran listrik dan panas yang baik, mudah dibentuk baik melalui proses
pembentukan maupun permesinan, dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam.
Di alam, alumunium berupa oksida yang stabil sehingga tidak dapat direduksi dengan cara
seperti mereduksi logam lainnya. Pereduksian alumunium hanya dapat dilakukan dengan
cara elektrolisis. Sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat
dengan penambahan Cu, Mg, Si. Mn, Zn, Ni, dan sebagainya, secara satu persatu atau
bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi,
ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah dan sebagainya.
Paduan aluminium dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu alumunium wronglt
alloy (lembaran) dan alumunium costing alloy (batang cor). Alumunium (99,99%)
memiliki berat jenis sebesar 2,7 g/cm3, densitas 2,685 kg/m3, dan titik leburnya pada suhu
6600C, alumunium memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dari baja. Sifat tahan
korosi alumunium diperoleh dari terbentuknya lapisan oksida alumunium dari permukaan
alumunium. Lapisan oksida ini melekat kuat dan rapat pada permukaan, serta stabil (tidak
bereaksi dengan lingkungan sekitarnya) sehingga melindungi bagian dalam.
Unsur- unsur paduan dalam almunium antara lain:
1. Copper (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan elongasi
(pertambahan panjang pangjangan saat ditarik). Kandungan Cu dalam alumunium
yang paling optimal adalah antara 4-6%.
2. Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile.
3. Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi.
4. Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan alumunium dan menurunkan nilai ductility-
nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik.
5. Silikon (Si), menyebabkan paduan alumunium tersebut bisa diperlakukan panas
untuk menaikkan kekerasannya.
6. Lithium (Li), ditambahkan untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya.
2. Sifat – Sifat Aluminium

Aluminium memiliki ketahanan terhadap korosi yang baik pada beberapa kondisi
lingkungan karena permukaan Aluminium mampu membentuk lapisan alumina (Al2O3)
bila bereaksi dengan oksigen. Struktur kristal yang dimiliki Aluminium adalah struktur
kristal FCC (Face Centered Cubic), sehingga Aluminium tetap ulet meskipun pada
temperatur yang sangat rendah.

Seperti logam murni lainnya, Aluminium memiliki kekuatan yang rendah dan tidak
dapat langsung diaplikasikan karena ketahanan deformasi dan patahnya kurang tinggi.
Oleh karena itu perlu adanya penambahan elemen lain ke dalam Aluminium. Sifat
Aluminium tergantung dari interaksi komposisi kimia dan struktur mikro yang
berkembang selama solidifikasi, perlakukan panas, dan proses deformasi (untuk produk
tempa). Selain sifat-sifat tersebut Aluminium mempunyai sifat-sifat yang sangat baik dan
bila dipadu dengan logam lain bisa mendapatkan sifat-sifat yang tidak bisa ditemui pada
logam lain. Adapun sifat-sifat dari aluminium antara lain : ringan, tahan korosi, penghantar
panas dan listrik yang baik. Sifat tahan korosi pada aluminium diperoleh karena
terbentuknya lapisan oksida aluminium pada permukaaan aluminium. Sifat mekanik dan
fisik aluminium dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2 berikut :
Tabel 2.1 menunjukkan sifat-sifat fisik Al dan Tabel 2.2 menunjukkan sifatsifat
mekaniknya. Ketahan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk
kemurnian 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam bertahun-tahun.
Hantaran listrik Al, kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga, tetapi masa jenisnya kira-
kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk memperluas penampangnya. Aluminium
juga dapat dipergunakan untuk kabel tenaga dan dalam berbagai bentuk umpamanya
sebagai lembaran tipis (foil).

3. Cara Pembuatan Aluminium


Ada beberapa proses yang dapat dilakukan untuk membuat alumunium murni dan
alumunium paduan, yaitu :
1. Proses Penambangan Alumunium
Alumunium ditambang dari biji bauksit yang banyak terdapat di permukaan
bumi. Bauksit yang ditambang untuk keperluan industry mempunyai kadar
alumunium40-60%. Setelah ditambang biji bauksit digiling dan dihancurkan secara
halus dan merata. Kemudian dilakukan proses pemanasan untuk mengurangi kadar air
yang ada. Selanjutnya bauksit mengalami proses pemurnian.
2. Proses Pemurnian Alumunium

Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode bayer dan hasil akhir
adalah alumina. Pertama-tama bauksit dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik
soda. Campuran tersebut kemudian dipompa ke tabung tekan dan kemudian dilakukan
pemanasan. Proses selanjutnya dilakukan penyaringan dan diikuti dengan proses
penyemaian untuk membentuk endapan alumina basah (hydrated alumina). Alumina
basah kemudian dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan cara
memanaskan sampai suhu 1200oC. Hasil akhir adalah partikel-partikel alumina
dengan rumus kimianya adalah Al2O3.

3. Proses Peleburan Alumunium


Alumina yang dihasilkan dari proses pemurnian masih mengandung oksigen
sehingga harus dilakukan proses selanjutnya yaitu peleburan. Peleburan alumina
dilakukan dengan proses reduksi elektrolitik. Proses peleburan ini memakai metode
Hall-Heroult. Alumina dilarutkan dalam larutan kimia yang disebut kriolit pada
sebuah tungku yang disebut pot.
Pot ini mempunyai dinding yang dibuat dari karbon. Bagian luar pot terbuat
dari baja. Aliran listrik diberikan melalui anoda dan katoda. Proses reduksi
memerlukan karbon yang diambil dari anoda. Pada proses ini dibutuhkan arus listrik
searah sebesar 50-150 kiloampere.
Arus listrik akan memgelektrolisa alumina menjadi alumunium dan oksigen
bereaksi membentuk senyawa CO2. Alumunium cair dari hasil elektrolisa akan turun
ke dasar pot dan selanjutnya dialirkan dengan prinsip siphon ke krusibel yang
kemudian diangkut menuju tungku-tungku pengatur(holding furnace).
Kebutuhan listrik yang dihabiskan untuk menghasilkan 1kg alumunium
berkisar sekitar 12-15 kWh. Satu kilogram alumunium dihasilkan dari 2kg alumina
dan 1/2 kg karbon. Reaksi pemurnian alumina menjadi alumunium adalah sebagai
berikut:
2Al2O3 + 3C → 4Al + 3CO2
4. Paduan Aluminium

Memadukan aluminium dengan unsur lainnya merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki sifat aluminium tersebut. Paduan adalah kombinasi dua atau lebih jenis
logam, kombinasi ini dapat merupakan campuran dari dua struktur kristalin. Paduan dapat
disebut juga sebagai larutan padat dalam logam. Larutan padat mudah terbentuk bila
pelarut dan atom yang larut memiliki ukuran yang sama dan strukrur elektron yang serupa.
Larutan dalam logam utama tersebut memiliki batas kelarutan maksimum. Paduan yang
masih dalam batas kelarutan disebut dengan paduan logam fasa tunggal. Sedangkan
paduan yang melebihi batas kelarutan disebut dengan fasa ganda. Peningkatan kekuatan
dan kekerasan logam paduan disebabkan oleh adanya atom-atom yang larut yang
menghambat pergerakan dislokasi dalam kristal sewaktu deformasi plastik. Secara garis
besar paduan aluminium dibedakan menjadi dua jenis yaitu paduan aluminium tempa dan
aluminium cor. Untuk lebih jelasnya pengelompokan paduan aluminium ditunjukkan pada
Tabel 2.3 berikut:
Menurut Aluminium Association (AA) sistem di Amerika, penamaan paduan
aluminium:

a) Paduan cor (casting alloys) digunakan sistem penamaan empat angka. Angka
pertama menunjukkan kandungan utama paduannya. Dua angka selanjutnya
menunjukkan penandaan dari paduannya. Angka terakhir yang di pisahkan dengan
tanda desimal merupakan bentuk dari hasil pengecoran, misalnya casting (0) atau
ingot (1,2).
b) Paduan tempa (wrought alloys) menggunakan sistem penamaan empat angka juga
tetapi penamaannya berbeda dengan penamaan pada paduan jenis cor. Angka
pertama menyatakan kelompok paduan atau kandungan elemen spesifik paduan,
angka kedua menunjukkan perlakuan dari paduan asli atau batas kemurnian.
Sedangkan dua angka terakhir menunjukkan paduan aluminium atau kemurnian
aluminium. Dari dua kelompok paduan aluminium diatas dikelompokkan lagi
menjadi dua kelompok, yaitu: tidak dapat diperlaku-panaskan dan dapat diperlaku-
panaskan. Untuk paduan aluminium jenis cor yang dapat diperlaku-panaskan
meliputi seri 2xx.x, 3xx.x, 7xx.x, dan 8xx.x, yang tidak dapat diperlaku-panaskan
meliputi seri 1xx.x, 4xx.x, dan 5xx.x. Sedang aluminium jenis tempa yang tidak
dapat diperlaku-panaskan meliputi seri 1xxx, 3xxx, 4xxx, dan 5xxx, yang dapat
diperlaku-panaskan adalah seri 2xxx, 6xxx, 7xxx, dan 8xxx.

Sifat-sifat umum pada paduan aluminium adalah:

1. Jenis Al-murni teknik (seri 1xxx) Jenis paduan ini mempunyai kandungan minimal
aluminium 99,0% dengan besi dan silikon menjadi kotoran utama (elemen paduan).
Aluminium dalam seri ini memiliki kekuatan yang rendah tapi memiliki sifat tahan
korosi, konduksi panas dan konduksi listrik yang baik juga memiliki sifat mampu
las dan mampu potong yang bagus. Aluminium seri ini banyak digunakan untuk
sheet metal work.
2. Paduan Al-Cu (seri 2xxx) Elemen paduan utama pada seri ini adalah tembaga, tetapi
magnesium dan sejumlah kecil elemen lain juga ditambahkan kesebagian besar
paduan jenis ini. Jenis paduan Al-Cu adalah jenis yang dapat diperlaku-panaskan.
Dengan melalui pengerasan endap atau penyepuhan, sifat mekanikpaduan ini dapat
menyamai sifat dari baja lunak, tetapi daya tahan korosinya rendah bila
dibandingkan dengan jenis paduan yang lainnya. Sifat mampu lasnya juga kurang
baik, karena itu paduan jenis ini biasanya digunakan pada kontruksi keling dan
banyak sekali digunakan dalam kontruksi pesawat terbang seperti duralumin (2017)
dan super duralumin (2024). Al-Cu adalah kombinasi dari logam aluminium yang
mempunyai sifat ringan, tahan korosi, mudah dimesin, dengan tembaga yang
mempunyai sifat penghantar listrik yang baik, keuletan yang tinggi dan juga sifat
tahan korosi. Paduan Al-Cu dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu hypoeutectic,
eutectic dan hypereutectic. Gambar 2.1. menunjukkan paduan Al-Cu dengan
komposisi tembaga < 33% disebut hypoeutectic. Titik eutectic pada paduan Al-Cu
terdapat pada kandungan Cu sebesar 31,9 sampai 32,9%. Sedangkan kandungan
tembaga >33,0% disebut hypereutectic.

Tembaga dalam paduan aluminium dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan,


kemampuan permesinan, dan juga meningkatkan konduktivitas termal. Tembaga
dapat mengurangi kemampuan coran suatu paduan dan meenurunkan ketahanan laju
panas seiring dengan ketahan paduan terhadap korosi.
3. Paduan jenis Al-Mn (seri 3xxx) Manganesee merupakan elemen paduan utama seri
ini. Paduan ini adalah jenis yang tidak dapat diperlaku-panaskan, sehingga penaikan
kekuatannya hanya dapat diusahakan melalui pengerjaan dingin pada proses
pembuatannya. Bila dibandingkan dengan jenis alumunium murni, paduan ini
mempunyai sifat yang sama dalam hal ketahanan terhadap korosi, mampu potong
dan sifat mampu lasnya, sedangkan dalam hal kekuatannya, jenis paduan ini jauh
lebih unggul.
4. Paduan jenis Al-Si (seri 4xxx) Paduan Al-Si termasuk jenis yang tidak dapat
diperlaku-panaskan. Jenis ini dalam keadaaan cair mempunyai sifat mampu alir yang
baik dan dalam proses pembekuannya hampir tidak terjadi retak. Karena sifat-
sifatnya, maka paduan jenis Al-Si banyak digunakan sebagai bahan atau logam las
dalam pengelasan paduan aluminium baik paduan cor atau tempa.
5. Paduan jenis Al-Mg (seri 5xxx) Magnesium merupakan paduan utama dari
komposisi sekitar 5%. Jenis ini mempunyai sifat yang baik dalam daya tahan korosi,
terutama korosi oleh air laut dan sifat mampu lasnya. Paduan ini juga digunakan
untuk sheet metal work, biasanya digunakan untuk komponen bus, truk, dan untuk
aplikasi kelautan.
6. Paduan jenis Al-Mg-Si (seri 6xxx) Elemen paduan seri 6xxx adalah magnesium dan
silicon. Paduan ini termasuk dalam jenis yang dapat diperlaku-panaskan dan
mempunyai sifat mampu potong dan daya tahan korosi yang cukup. Sifat yang
kurang baik dari paduan ini adalah terjadinya pelunakan pada daerah las sebagai
akibat dari panas pengelasan yang timbul. Paduan jenis ini banyak digunakan untuk
tujuan struktur rangka.
7. Paduan jenis Al-Zn (seri 7xxx) Paduan ini termasuk jenis yang dapat diperlaku-
panaskan. Biasanya ke dalam paduan pokok Al-Zn ditambahkan Mg, Cu dan Cr.
Kekuatan tarik yang dapat dicapai lebih dari 504 Mpa, sehingga paduan ini
dinamakan juga ultra duralumin yang sering digunakan untuk struktur rangka
pesawat. Berlawanan dengan kekuatan tariknya, sifat mampu las dan daya tahannya
terhadap korosi kurang menguntungkan. Akhir-akhir ini paduan Al-Zn-Mg mulai
banyak digunakan dalam kontruksi las, karena jenis ini mempunyai sifat mampu las
dan daya tahan korosi yang lebih baik daripada paduan dasar Al-Zn.
TEMBAGA DAN PADUANNYA

1. Pengertian Tembaga

Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54
merupakan unsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur
1.803°C dan titik didih 2.595°C. Dikenal sejak zaman prasejarah tembaga sangat langka
dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai senyawa
dan mineral. Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting
dalam bentuk kuningan, perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan
dalam pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat
dapur, dan industry. Senyawa tembaga juga digunakan dalam kimia analitik dan
penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan
biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakan unsur penting dalam darah
binatang berkulit keras.

Tembaga memiliki kekuatan tarik menengah dan dapat ditingkatkan dengan


memadu seng atau timah menjadi brass (kuningan) dan bronze (perunggu).
2. Proses Pengolahan Tembaga

Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang
berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga
mudah diasingkan dari bijihnya.

Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk


memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS2),
terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:

A. Pengapungan (Flotasi)

Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih


kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan
dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang kemudian
mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa
partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.

B. Pemanggangan

Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas


pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada
pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.

Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu
calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II)
silikat yang kemudian dapat dipisahkan.

Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida

C. Reduksi

Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)

Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g)

Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga
lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.

D. Elektrolisis

Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak
murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan
elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis berlangsung
tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi
logam Cu.

Katoda : Cu2+(aq) + 2e ―→ Cu(s)

Anoda : Cu(s) ―→ Cu2+(aq) + 2e

Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin
bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt
mengendap sebagai lumpur.

3. Paduan Tembaga

Tembaga dapat dibagi menjadi beberapa macam:

a. Tembaga murni (Unalloyed copper)


 Tembaga murni atau tembaga tak berpaduan merupakan suatu material teknik
yang penting karena memiliki konduktifitas listrik yang tinggi, sehingga banyak
digunakan di industri listrik.
 Tembaga Electrolytic tough-pitch (ETP) adalah tembaga yang tidak terlalu
mahal dan digunakan untuk memproduksi kawat, batang, plat dan plat tipis.
Tembaga ETP adalah tembaga yang telah dimurnikan kandungan besi
sulfidanya dalam dapur pemurnian.
 Tembaga ETP mengandung oksigen sekitar 0.04% dalam bentuk Cu2O saat
dicor. Oksigen bukan merupakan ketidakmurnian yang penting namun bila
dipanaskan di atas 400°C dalam atmosfir hydrogen maka hydrogen akan
menyusup ke tembaga bereaksi membentuk tembaga dan uap air.
Cu2O + H2 (larut dalam Cu) → 2Cu + H2O (uap)

Uap air ini terjebak dan membentuk lubang-lubang dalam terutama dalam batas
butir yang mana membuat tembaga getas. Fenomena penggetasan yang
disebabkan oleh hydrogen ini yang disebut Hydrogen Embrittlement.

Untuk menghindari hydrogen embrittlement yang disebabkan Cu2O, oksigen


dapat direaksikan dengan fospor untuk membentuk phosphor pentoksida (P2O5)
yang tidak membuat tembaga getas.

b. Brass (Tembaga Paduan Seng) Kuningan


 Brass mengandung tembaga yang dipadu dengan seng antara 5 ~ 40%.
 Penambagan timbal (Pb) antara 0.5 ~ 3% dapat memperbaiki kemampuan
dimesin.
 Kekuatan tarik tembaga yang telah dianil antara 234 ~374 MPa dan dapat
ditingkatkan kekuatannya dengan cara pengerjaan dingin semacam pengerolan
dingin.

Macam-macam Brass:

1. Paduan Cu - (5~20%) Zn, untuk material arsitektur, aksesoris baju, peralatan


rumah tangga.
2. Paduan Cu - (25~35%) Zn, disebut juga kuningan 7/3 dengan sifat mudah
dimesin dengan kekuatan yang memadai sehingga tepat digunakan untuk
komponen-komponen yang rumit.
3. Paduan Cu – (35~45%) Zn, disebut juga kuningan 6/4. Berharga lebih murah
dan banyak dikerjakan panas, dengan kekuatan yang tinggi. Banyak digunakan
untuk pengerjaan plat dan untuk peralatan mesin.
4. Paduan Cu–Zn–Sn (Naval Brass, kuningan perkapalan) yang mana kuningan
6/4 ditambahkan timah 0.5 ~ 1.5%. Namun bila kuningan 7/3 ditambah timah
sekitar 1% disebut Admiral Brass, kuningan laksamana. Memiliki ketahanan
korosi air laut yang tinggi. Banyak digunakan untuk kondenser air, komponen
kapal laut.
5. Kuningan kekuatan tinggi (Cu-Zn-Mn), merupakan kuningan 6/4 yang dipadu
dengan mangan 0.3 ~ 3% dan Al, Fe, Ni dan Sn di bawah 1% untuk
meningkatkan kekuatan dan memperbaiki daya tahan korosi. Mn dan Fe
melembutkan butiran logam sehingga kekuatan meningkat. Al dan Sn
meningkatkan daya tahan korosi dan daya tahan aus. Nikel juga menaikkan
kekuatan dan daya tahan aus.
c. Bronze (Tembaga Paduan Timah) Perunggu
Bronze / perunggu merupakan paduan tembaga yang kuat, keras dan memilik
daya tahan korosi yang tinggi.
 Merupakan paduan antara tembaga dan timah sekitar 1 ~ 10%.
 Memiliki kekuatan lebih tinggi daripada brass terutama pada kondisi setelah
dikerjakan dingin dan sifat tahan korosi.
 Membutuhkan biaya proses yang lebih mahal daripada brass.
 Penambahan timah hingga 16% ada paduan coran untuk bantalan kekuatan
tinggi dan roda gigi.
 Penambahan timbal (5 ~ 10%) untuk meningkatkan daya tahan aus pada
permukaan bantalan.
d. Paduan Tembaga Berilium
 Mengandung berilium (Be) antara 0.6 ~ 2% dengan penambahan kobalt 0.2
hingga 2.5%.
 Memiliki kemampuan diperlakukan panas, dikerjakan dingin hingga memiliki
kekuatan tarik sekitar 1463 MPa (tertinggi untuk jenis paduan tembaga).
 Banyak digunakan untuk peralatan yang membutuhkan kekerasan yang tinggi
dan tidak menimbulkan bunga api untuk industri kimia.
 Memiliki daya tahan korosi, sifat tahan lelah dan kekuatan yang sangat baik
sehingga digunakan untuk pegas, roda gigi, diafragma, katup.
 Kelemahannya pada harga yang mahal.

4. Klasifikasi tembaga paduan

Pengklasifikasian di US berdasarkan sistem klasifikasi oleh Copper Development


Association (CDA). C10100 hingga C79900 untuk tembaga paduan tempa sedangkan
C80000 hingga C99900 untuk tembaga paduan cor. Untuk klasifikasi berdasarkan JIS
hanya menggunakan 4 angka di belakang C dengan definisi yang hampir sama seperti
contoh C1100 sama dengan C11000.
Sumber :

file:///C:/Users/USER/Downloads/Material_Teknik_12._Aluminium_dan_Paduan.pdf

http://ferdymp.blogspot.com/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://digilib.unila.ac.id/6189/16/16.%20BAB%202.pdf

http://eprints.undip.ac.id/41617/2/bab_1_ampe_3.pdf

http://mercubuana.ac.id/files/MaterialTeknik/16002_material_teknik_modul_12.pdf

Anda mungkin juga menyukai