Kelompok 4
2) Roasting
Pemanggangan terdiri dari reaksi padat gas-padat, yang dapat mencakup oksidasi,
reduksi, klorinasi, sulfasi, dan pirokhlisrolisis.
3) Smelting
Peleburan melibatkan reaksi termal di mana setidaknya satu produk merupakan
fase cair. Peleburan biasanya terjadi pada suhu di atas titik leleh logam, namun
prosesnya sangat bervariasi sesuai dengan bijih yang terlibat dan hal-hal lain.
4) Refining
Penyulingan adalah pengangkatan kotoran dari bahan dengan proses termal. Ini
mencakup berbagai proses, yang melibatkan berbagai jenis tungku atau tanaman
lainnya. Istilah "penyulingan" juga bisa mengacu pada proses
elektrolitik tertentu. Dengan demikian, beberapa jenis penyulingan
pyrometallurgical disebut sebagai "pemurnian api".
SEJARAH NIKEL
Sejarah pertambangan nikel di Indonesia dimulai pada tahun 1901, ketika Kruyt,
seorang berkebangsaan Belanda, meneliti bijih besi di pegunungan Verbeek, Sulawesi.
Kemudian pada 1909, EC Abendanon, juga ahli geologi berkebangsaan Belanda,
menemukan bijih nikel di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Penemuan ini dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi pada tahun 1934 oleh
Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tole Maatschappij. Di Soroako, pada tahun
1937 seorang ahli geologi bernama Flat Elves melakukan studi mengenai keberadaan
nikel laterit. Pada tahun 1938 dilakukan pengiriman 150.000 ton bijih nikel
menggunakan kapal laut oleh OBM ke Jepang.
Namun baru 30 tahun kemudian, tahun 1968 diterbitkan Kontrak Karya (KK) untuk
penambangan nikel laterit kepada PT International Nickel Indonesia (INCO) dengan
area di beberapa bagian dari tiga provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara, termasuk Soroako dan Pomalaa. Setelah melalui
serangkaian kegiatan eksplorasi, studi kelayakan dan konstruksi, pada tahun 1978 PT
INCO memulai produksi komersial. Saat ini seluruh saham PT INCO sudah diambil alih
oleh perusahan pertambangan nikel dari Brasil dan berubah nama menjadi PT Vale
Indonesia.
JENIS - JENIS NIKEL
A. Nikel Literit
Secara mineralogi nikel laterite dapat dibagi dalam tiga kategori (Brand et al,1998).
1) Hydrous Silicate Deposits
Ore horizon pada lapisan saprolite (Mg - Ni silicate), kadar nikel antara 1,8% -
2,5%. Pada zona ini berkembang box-works, veining, relic structure, fracture dan
grain boundaries dan dapat terbentuk mineral yang kaya dengan nikel; Garnierite
(max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase limonite (Fe-Oxyhydroxide) dan terendapkan
bersama mineral silika hydrous atau mensubstitusi unsur Mg pada serpentinite yang
teralterasi (Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel laterit adalah produk pelapukan, tapi
dapat dikatakan juga bahwa proses meningkatkan supergene sangat penting dalam
pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan hydrous silicate ini.
2) Clay Silicate Deposits
Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut melalui air tanah, sisanya akan
bergabung dengan Fe, Ni, dan Al membentuk mineral lempung (clay minerals) seperti Ni-rich
Nontronite pada bagian tengah profil saprolite. Ni-rich serpentine juga dapat digantikan oleh
smectite atau kuarsa jika profil deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan air tanah.
Kadar nikel pada endapan ini lebih rendah dari endapan Hydrosilicate yakni sekitar 1,2%
(Brand et al,1998).
3) Oxide Deposits
Tipe terakhir adalah Oxide Deposit. Berdasarkan profil yang ditampilkan,
bagian bawah profil menunjukkan protolith dari jenis harzburgitic peridotite
(sebagian besar terdiri dari mineral jenis olivin, serpentine dan piroksen). Endapan
ini angat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Di atasnya
terbentuk saprolite dan mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete.
Kandungan nikel pada tipe Oxide deposit ini berasosiasi dengan goethite (FeOOH)
dan Mn-Oxide. Sebagai tambahan, nikel laterit sangat jarang atau sama sekali tidak
terbentuk pada batuan karbonat yang mengandung mineral talk.
No. Karakteristik Keterangan Umum
1. Nama Nikel
2. Lambang Ni
3. Nomor Atom 28
5. Golongan VIII B
6. Periode 4
7. Blok D
Fase Padat
1728K
Titik Lebur
(1455 °C, 2651 °F)
3186 K
Titik Didih
(2913 °C, 5275 °F)
Bau Odorless
Titik lebur -
Titik didih -
Bahaya