Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

PROSES PENGOLAHAN EMAS


MATA KULIAH : METALURGI
DOSEN PENGAMPU :
Hilda Alkatiri, ST., MT

DisusunOleh :
Nama  : ASSYIFA KURNIANDA
Kelas : A
Nim : 07381811018
Prodi : Pertambangan

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah
tentang ”Proses Pengolahan Emas Dengan “ ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Metalurgi.

Ucapan terimakasih pula saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini baik yang berupa materi maupun yang berupa gagasan
sehingga makalah ini dapat mencangkup semua pokok pembahasan. Khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita dalam memahami proses pengolahan emas dengan cara
amalgamasi dan bagaimana dampaknya bagi lingkungan dan kesehatan. Terimakasih

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................................5
A. Emas (Au)
B. Proses Pengolahan Emas
C. Dampak Proses Pengolahan Emas Dengan Metode
Amalgamasi BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................16
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dunia akan emas pada saat ini cukup meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi, kecerdasan masyarakat, dan pengalaman pengolahan bijih emas. Emas merupakan
salah satu sumber daya bahan galian (mineral) yang bersifat sekali ambil akan habis (non
renewable resources), dan tidak dapat diperbaharui atau dipulihkan kembali. Untuk itu
diperlukan pengelolaan yang yang tepat dan terencana, serta memperhatikan konservasi
mineral untuk generasi yang akan datang.
Penambangan dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah, dengan membuat
lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) atau berupa adit dan lubang bukaan
vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai jalan masuk ke dalam tambang. Penambangan
dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas, baik yang berkadar
rendah maupun yang berkadar tinggi.
Hasil penambangan bijih emas yang berkadar tinggi diolah dengan metode
amalgamasi, yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan
merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut sebagai gelundung (amalgamator). Amalgamator
selain berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga berperan dalam mereduksi ukuran
bijih emas dari yang berukuran kasar (<1 cm) hingga menjadi berbutir halus (80 - 200 mesh)
dengan media gerusberupa batangan besi. Amalgamator tersebut dapat diputar dengan tenaga
penggerak air sungai melalui kincir atau tenaga listrik (dinamo). Selanjutnya dilakukan
pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam (perpaduan logam emas/perak
dengan Hg) dari ampas (tailing). Amalgam yang diperoleh diproses melalui pembakaran
(penggebosan) untuk memperoleh perpaduan logam emas-perak (bullion). Selanjutnya
dilakukan pemisahan antara logam emas (Au) dari logam perak (Ag) dengan menggunakan
larutan perak nitrat.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil proses amalgamasi pada


“pertambangan rakyat” menimbulkan berbagai permasalahan. Di samping
terjadinya pemborosan sumber daya mineral, juga menimbulkan terjadinya degradasi
lingkungan. Terjadinya pemborosan sumber daya mineral karena banyak logam emas yang
terbuang bersama dengan ampas (tailing) yang tercermin oleh tingkat perolehan (recovery)
logam emas yang masih rendah (< 60 %), walaupun secara teoritis tingkat perolehan emas
dalam amalgamasi jarang melebihi 85 % (Sevruykov et al, 1960). Akibat penggunaan metode
amalgamasi cara langsung ini timbul permasalahan, yaitu perolehan emas yang
rendah dan kehilangan merkuri yang cukup tinggi. Kehilangan merkuri yang cukup tinggi ini
telah mencemari air.

B. Rumusan masalah
Bagaimana proses pengolahan emas?
Bagaimana pengolahan dan pengelolahan tailing?

C. Manfaat
Mengetahui proses pengolahan emas
Mengetahui pengolahan dan pengelolaan tailing

BAB II
PEMBAHASAN
A. Emas (Au)
Emas, logam yang berwarna kekuningan, yang namanya diambil dari bahasa inggris
kuno Geolu yang artinya kuning, symbol kimianya Au dari bahasa latin Aurum. Berat
jenisnya 19,32 g/cm3, titik bekunya 10640C dan titik didihnya 30810C. Sifatnya lembut dan
lunak sehingga mudah dibentuk.
Emas dan perak telah dikenal mulai dari kekuasaan Menes di Mesir 5000 tahun lalu
ketika telah digunakan sebagai alat pebayaran berbentuk butiran dan batangan. Juga
digunakan sebagai dekoratif dan perhiasan hingga sekarang. Prosesnya dimulai dengan
mencari partikel emas yang terlarut di laut hitam yang kemudian dilewatkan pada bulu domba
sehinga partikel emas ini tertangkap dan dikupulkan. Emas juga menjadi simbol kekayaan.
Raja Midas bahkan mengharapkan semua yang tersentuh oleh tangannya menjadi emas.
Pertambangan emas terbesar terpusat di sekitar Harz (jerman Timur) dan pegunungan
Alpen dengan proses amalgamasi dan distilasi (retorting) yang merupakan bagian dari teknik
metalurgi. Kemudian meledaknya harga emas di tahun 188-an membuat eksploitasi ini jadi
lebih marak dan aktivitas penambangan juga mulai menggunakan pemisahan emas dengan
pengotor menggunakan metode gravitas melalui pendulangan (panning) dan gelundung
(trommel). Kemudian selama era bonanza, teknologi menangkap emas sangat berkembang
dengan menggunakan potasium sianida (KCN) untuk membersihkan permukaan emas dari
merkuri dan tembaga dan sampai saat inipun masih digunakan.
Ternyata metode ini tidak dapat digunakan untuk mengolah partikel emas halus yang
terperangkap dalam mineral sulfida sampai tahun 1848 Platter memperkenalkan proses
pengolahan dengan klorine pada batu hasil peremukan agar menghasilkan emas klorida yang
dapat larut dalam air. Namun ini menyebabkan cutt of grade menajdi naik dan biaya makin
mahal. Salah stau solusi yang cukup riskan adalah dengan memanggang (roasting) pirit di
temperatur rendah dengan injeksi oksigen (Molesworth, 1891) yang selanjutnya diproses
dengan amalgamasi.

B. Proses Pengolahan Emas


Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metoda
pengolahan cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak tahun 1860 kegiatan
pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer dengan metoda pengolahan
emas cara sianidasi. Perkembangan selanjutnya teknologi pengolahan emas dengan cara
flotasi dilakukan pada tahun 1930. Dan tahun 1960 metoda pengolahan heap leaching yang
dasarnya seperti pengolahan sianidasi diterapkan untuk pengolahan bijih emas kadar rendah.

Teknologi proses pengolahan emas skala komersial yang umum digunakan terdiri dari
tahap :
1. Comminution / Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung
emas dengan tujuan untuk membebaskan (meliberasi) mineral emas dari mineral-mineral
lain yang terkandung dalam batuan induk.
 Refractory ore processing
 Crushing
 Milling
2. Concentration / separation
Setelah ukuran bijih diperkecil, proses selanjutnya dilakukan proses konsentrasi dengan
memisahkan mineral emas dari mineral pengotornya. Pada endapan emas aluvial, bijih
hasil penggalian langsung memasuki tahap ini tanpa tahap kominusi terlebih dahulu.
 Gravity separation
 Froth Flotation
3. Extraction
 Liquation
 Amalgamasi
 Sianidasi
4. Refinning / Pemurnian
Refining, yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui proses kimia agar diperoleh
tingkat kemurnian tinggi.
 Smelting
 Size Reduction
 Parting
 Aqua Regia

 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan emas dari logam atau mineral pengotor lain untuk
mendapatkan konsentrasi emas yang tinggi.
Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas
dengan merkuri ( Hg ). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas-perak dan merkuri
yang dikenal sebagai amalgam ( Au – Hg ). Merkuri akan membentuk amalgam dengan
semua logam kecuali besi dan platina.
Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada 1828, meskipun penggunaan
secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar 1895
eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan bahwa amalgam aman digunakan,
meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih diperdebatkannya.
Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah,
namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi sepenuhnya maupun
sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar dari 200 mesh ( 0.074 mm ) dan dalam
membentuk emas murni yang bebas ( free native gold ). Tiga bentuk utama dari amalgam
adalah AuHg2, Au2Hg and Au3Hg.
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan,
maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat
terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat
diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di
dalam retort sebagai logam.

Amalgamator

Amalgamasi adalah proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan
menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut gelundung (amalgamator).
Amalgamator selain berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga berperan dalam
mereduksi ukuran butir bijih dari yang kasar menjadi lebih halus. Hasil amalgamasi
selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam dari ampas
(tailing). Amalgam yang diperoleh diproses melalui pembakaran (penggebosan) untuk
memperoleh perpaduan logam emas-perak (bullion), selanjutnya dilakukan pemisahan antara
logam emas dan logam perak menggunakan larutan logam nitrat (Widodo, 2008).

 Metode amalgamasi
Metode ini ada dua, yaitu :
1. Secara langsung
Dalam metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, dan air
raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses, sehingga proses penghalusan
bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa atau merkuri terjadi secara bersamaan.
Metode ini kurang efektif, karena memerlukan air raksa atau merkuri yang banyak.
Merkuri yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil (flouring) (Peele, 1956
dalam Widodo,2008), sehingga daya ikat merkuri terhadap emas berkurang dan butir-
butir merkuri yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu dilakukan pendulangan
memisahkan ampas dengan amalgam. Hal inilah yang mengakibatkan pencemaran air
oleh merkuri.
2. Secara tidak langsung
Dalam metode ini pengolahannya terdiri dari tiga proses, yaitu:
a. Desliming, yaitu tahap menghilangkan partikel halus (slime) yang menempel pada
permukaan bijih emas yang akan digunakan sebagai umpan dalam pengolahan dengan
cara pencucian.
b. Grinding, yaitu tahap penghalusan ukuran/penggerusan bijih.
c. Amalgamasi

 Bahan dan alat


a. Bahan
Bahan percobaan yang digunakan adalah :
- 2 kelompok bijih emas berukuran < 1 cm, masing-masing berkadar rendah (8,4
gr/ton) dan berkadar tinggi (10,32 gr/ton)

Bahan proses amalgamasi


- merkuri (Hg)
- kapur tohor (CaO) untuk pengaturan pH
- borax
- soda abu
- Perak nitrat
b. Alat
- Gelundung (amalgamator) dengan tenaga penggerak kincir air
- Pendulang
- Retorting

 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan amalgamasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara langsung dan
cara tidak langsung dijelaskan sebagai berikut :
Prosedur cara langsung (X) :
Kondisi percobaan diatur sebagai berikut : berat bijih emas 20 kg, berat media giling 9,6 kg,
berat air raksa 150 gr, pH pulp 9 - 10, kecepatan putar tabung amalgamasi pada
penghalusan bijih adalah 55 rpm, dan rentang waktu amalgamasi 9 jam (dimana merkuri
dimasukkan bersama-sama proses penggerusan).

Prosedur cara tidak langsung (X2) :


Kondisi percobaan sama dengan kondisi cara langsung, perbedaannya cara tidak langsung
ini bahwa bijih emas tidak langsung dimasukkan ke amalgamator, tetapi dilakukan
pencucian bijih emas terlebih dahulu atau melalui dua tahap proses (Gambar 4).
Prosedur kerja :
Tahap pertama dilakukan penghalusan ukuran butir dalam amalgamator selama 7 jam,
kemudian baru tahap kedua, yaitu amalgamasi selama 2 jam. Pada tahap amalgamasi ini,
dilakukan pengurangan berat media giling 40-50 %, ditambahkan air untuk mendapatkan
persentase pulp (adonan) menjadi 30 - 40 %, dimasukkan merkuri dan dilakukan
pengecekan pH (9-10). Setelah persiapan pengolahan selesai, amalgamator diputar kembali
dengan kecepatan putar sekitar 40 rpm. Pengurangan berat media giling dan kecepatan
putar bertujuan agar proses yang terjadi hanya proses pengadukan (agitasi), bukan proses
penggerusan. Hasil amalgamasi baik cara langsung maupun tidak langsung sama - sama
berupa amalgam. Selanjutnya dengan menambahkan borax, soda abu, dan nitrat kemudian
dibakar dengan alat emposan (retort), didapatkan bullion. Pemisahan logam emas terhadap
perak dilakukan dengan menggunakan larutan air keras (asam nitrat) dan batang tembaga
sebagai elektroda, perak akan bereaksi dengan air keras, dan emas akan tertinggal.
Gambar 5. Geliuidung (amaJgamator) untuk prases pengolakcn bijih emas
{Foto diambil di Waluran. 20I0).

Gambzr 6. Pencucian adonan (pulp) haBiI pengolahan bij ih emas dengan metode
amalgamasi (Foto dtambil di Waluran, 20 IO).
C. Dampak Proses Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi

Proses pengolahan emas dengan metode amalgamasi ini merupakan salah satu
penyebab pencemaran merkuri. Pada proses amalgamasi emas, merkuri dapat terlepas ke
lingkungan dalam tahap pencucian dan penggarangan/pendulangan. Pada proses pencucian,
limbah yang umumnya masih mengandung merkuri dibuang langsung ke badan air. Hal ini
disebabkan merkuri tersebut tercampur tercampur/terpecah menjadi butiran-butiran halus
yang sifatnya sukar dipisahkan pada proses penggilingan yang dilakukan bersamaan dengan
proses amalgamasi, sehingga pada proses pencucian merkuri dalam ampas terbawa masuk ke
sungai. Didalam air, merkuri dapat berubah menjadi senyawa organik metil merkuri atau
fenil merkuri akibat proses dekomposisi oleh bakteri. Selanjutnya senyawa organik tersebut
akan terserap oleh jasad renik yang selanjutnya akan masuk dalam rantai makanan dan
akhirnya akan terjadi akumulasi dan biomagnifikasi dalam tubuh hewan air seperti ikan dan
kerang, yang akhirnya dapat masuk kedalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya.

Merkuri juga dapat masuk kedalam tubuh pada proses penggarangan. Pada proses
penggarangan amalgam yang berbentuk bullion emas akan terbentuk uap merkuri dengan
konsentrasi tinggi karena pada umumnya amalgam dibakar pada ruang terbuka. Uap merkuri
dapat terhisap dan di dalam tubuh uap tersebut akan terdifusi melalui paru-paru, yang
selanjutnya menyebar melalui darah dan diakumulasikan di ginjal, hati, dan otak yang
akhirnya dapat merusak sistem pusat saraf otak.

Jenis Merkuri dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan


Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan
terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada produk-
produk kosmetik dapat menyebabkan perubahan warna kulit yang akhirnya dapat
menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, iritasi kulit, hingga alergi, serta pemakaian
dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak secara permanen, ginjal, dan gangguan
perkembangan janin, bahkan pemakaian dalam jangka pendek dalam kadar tinggi bisa
menimbulkan muntah-muntah,diare, kerusakan paru-paru, dan merupakan zat karsinogenik
yang menyebabkan kanker.
Secara kimia merkuri terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Merkuri elemental
Merkuri elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar. Uap
merkuri ini dapat masuk ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah. Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke
aliran darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan
keluar tubuh tanpa mengakibatkan bahaya.
2. Merkuri inorganik
Merkuri inorganik dapat masuk dan terserap oleh paru-paru serta dapat menembus kulit
dan juga dapat terserap oleh lambung apabila tertelan. Banyak penyakit yang disebabkan
oleh merkuri inorganik ini bagi manusia diantaranya mengiritasi kulit, mata dan membran
mucus.
3. Merkuri organik
Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung.
Penggunaan merkuri dalam waktu lama menimbulkan dampak gangguan kesehatan
hingga kematian pada manusia dalam jumlah yang cukup besar. Persoalan merkuri perlu
penanganan tersendiri, tentu saja hal ini sebagai akibat dari pengelolaan dan pemanfaatan
yang tidak mengikuti prosedur. Pengaruh merkuri terhadap kesehatan manusia dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pengaruh terhadap fisiologis.
Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada sistem saluran pencernaan (SSP) dan ginjal
terutama akibat merkuri terakumulasi. Jangka waktu, intensitas dan jalur paparan serta
bentuk merkuri sangat berpengaruh terhadap sistem yang dipengaruhi. Organ utama
yang terkena pada paparan kronik oleh elemen merkuri dan organomerkuri adalah
SSP. Sedangkan garam merkuri akan berpengaruh terhadap kerusakan ginjal.
Keracunan akut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek terhadap sistem
pernafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh terhadap SSP, efek
terhadap sistem cardiovaskuler merupakan efek sekunder.

2. Pengaruh terhadap sistem syaraf.


Merkuri yang berpengaruh terhadap sistem syaraf merupakan akibat pemajanan uap
elemen merkuri dan metil merkuri karena senyawa ini mampu menembus blood brain
barrier dan dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga
mengakibatkan kelumpuhan permanen. Metilmerkuri yang masuk ke dalam
pencernaan akan memperlambat SSP yang mungkin tidak dirasakan pada pemajanan
setelah beberapa bulan sebagai gejala pertama sering tidak spesifik seperti malas,
pandangan kabur atau pendengaran hilang (ketulian).
3. Pengaruh terhadap ginjal.
Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang diakibatkan oleh masuknya garam
inorganik atau phenylmercury melalui SSP akan menyebabkan naiknya permeabilitas
epitel tubulus sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal).
Pajanan melalui uap merkuri atau garam merkuri melalui saluran pernafasan juga
mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi proteinuria atau nephrotik sindrom
dan tubular nekrosis akut.
4. Pengaruh terhadap pertumbuhan.
Terutama terhadap bayi dan ibu yang terpajan oleh metilmerkuri dari hasil studi
membuktikan ada kaitan yang signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan
gandum yang diberi fungisida, maka bayi yang dilahirkan mengalami gangguan
kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang,
microcephaly, cerebral palsy, ataxia, buta, dan gangguan menelan.

 Pengolahan dan Pengelolaan Tailing


Usaha pertambangan ini sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan
pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, pengolahan emas dengan metode amalgamasi
dimana merkuri digunakan sebagai media untuk mengikat merkuri. Mengingat sifat merkuri
yang berbahaya, maka penyebarannya perlu diawasi agar penanggulangannya dapat
dilakukan sedini mungkin secara terarah.
Untuk menekan jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan emas
perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan
upaya pendekatan melalui penanganan tailing yang berwawasan lingkungan sekaligus
peningkatan efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan emas.
Untuk penanganan limbah (tailing) penambangan rakyat dapat diusahakan dengan :
1. Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum
dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk
penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi.
Menurut Droste (1994) dalam Taviv (2010), dari rangkaian proses tersebut dapat
menurunkan kadar merkuri sebesar 20 – 90 %.
2. Pada proses pemanasan/pemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan
menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari
pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin
(Taviv, 2010).
3. Menggunakan bioabsorber. Secara teknisdapat dilakukan dengan membuat
embung/waduk kecil sebelum pembuangan akhir (badan air). Embung tersebut harus
dijadikan sebagai muara buangan air limbah pertambangan rakyat sehingga
terkonsentrasi pada satu tempat. Pada embung tersebut ditumbuhkan eceng gondok
yang akan mengadsorpsi logam berat yang terlarut didalamnya. Sebagai pengolahan
akhir sebelum dibuang ke pembuangan air dapat digunakan saringan karbon aktif
untuk mengadsorbsi kandungan sisa yang belum dapat diikat/di absorbsi oleh eceng
gondok (Bilad, 2009).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pengolahan emas dengan cara amalgamasi dapat dilakukan dengan 2 metode
yaitu : secara langsung dan secara tidak langsung.
Secara langsung metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air,
dan air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses, sehingga proses
penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa atau merkuri terjadi secara
bersamaan sedangkan Secara tidak langsung dalam metode ini pengolahannya terdiri dari tiga
proses, yaitu:
- Desliming, yaitu tahap menghilangkan partikel halus (slime) yang menempel pada
permukaan bijih emas yang akan digunakan sebagai umpan dalam pengolahan dengan
cara pencucian.
- Grinding, yaitu tahap penghalusan ukuran/penggerusan bijih.
- Amalgamasi

Sangat banyak dampak negatif yang diakibatkan merkuri dari proses amalgamasi .
Penggunaan merkuri pada penambangan emas tidak hanya merugikan kepada pekerja
tambang tersebut, namun juga berdampak kepada alam dan masyarakat sekitar
penambanggan.

B. Saran

Perlu adanya pengelolahan seluruh limbah (tailing) yang baik dalam mengatasi
buangan-buangan dalam proses pengolahan emas seperti merkuri yang sangat berbahaya bagi
kesehatan sehingga pencemaran-pencemaran yang diakibatkan oleh hasil buangan ini dapat
diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, T., Sudarsono, B., dan Zakiyadin, 2006, Sosialisasi Hasil Pemantauan
Pencemaran Air Raksa Dari Pengolahan Emas Di Waluran Tahun 2006, Dinas
Pertambangan dan Energi, Kabupaten Sukabumi, 23 Agustus 2006

Widodo. 2008. Pengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas Dan
Kehilangan Merkuri. Jurnal Riset Geologi Dan Pertambangan Jilid 18 No.1 ( 2008)
47-53

Widodo dan Aminuddin. 2011. Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode
Amalgamasi Tidak Langsung (Studi Kasus: Pertambangan Rakyat Desa Waluran,
Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi) . Buletin Geologi Tata Lingkungan
(Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

Widodo, 2008. Pencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas
di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi.
http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/jurnal20080303.pdf
diakses tanggal 10 Maret 2016

http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/emas/ (diakses tanggal 10 maret 2016)


http://id.wikipedia.org/wiki/Emas (diakses tanggal 10 maret 2016)
http://www.scribd.com/search?query=pengolahan+emas (diakses tanggal 10 maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai