Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH
PENGOLAHAN MINERAL BIJIH
TEKNIK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH EMAS DAN
TEMBAGA

OLEH KELOMPOK 1:

LADY MVP PALANDU F 121 20 015


HERIANTO PONGBUNTU F 121 19 038
AGUNG WIJAYA F 121 19 073
ALRIZKI SUARDI F 121 20 061
DODDY DARMANSYAH F 121 20 112

PALU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas matakuliah
Pengolahan Mineral Bijih berupa makalah tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhu tugas
pada matakuliah Pengolahan Mineral Bijih. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing


dalam perkuliahan yang telah dilakukan. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang membantu memberikan saran hingga
terselesaikannya makalah ini.

Kemudian penulis menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis
butuhkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Emas merupakan logam mulia yang memiliki nilai sangat besar dan digunakan
baik untuk investasi maupun sebagai perhiasan. Emas diucapkan sebagai logam
mulia karena merupakan bahan logam terbaik yang digunakan untuk perhiasan
dan karya seni bernilai tinggi. Selain itu, emas juga dianggap sebagai salah satu
investasi terbaik karena karakteristiknya yang tahan terhadap inflasi dan
guncangan ekonomi. Emas merupakan logam mulia yang sangat penting dengan
sifat tahan korosi sehingga dapat digunakan sebagai cadangan yang strategis.
Mineral emas dapat dijumpai dalam bentuk primer dan sekunder. Pengolahan
emas umumnya dapat dilakukan dengan dua metode pengolahan, yaitu dengan
cara amalgamasi dan sianidasi.

Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang (u) dan nomor atom 34. Lambangnya berasal dari bahasa latin (uprum)
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur
ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak,
dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga adalah unsur logam
pertama yang diekstrak dari mineral, dan seperti halnya timah putih telah
digunakan oleh manusia sejak zaman perunggu. Seiring dengan perjalanan waktu
dan perkembangan teknologi, penggunaan tembaga terus mengalami
peningkatan. Eksplorasi intensif untuk mendapatkan cebakan tembaga masih
berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi kebutuhan industri,dan
karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik sehingga
tembagadigunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi tembaga untuk
bahan bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan baku
pembuatan pipa,ventilasi, dan logam lembaran.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana proses pengolahan mineral bijih emas dan tembaga dari raw
material bijih kemudian diolah atau diekstrasi hingga ke pemurnian geometalurgi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui proses pengolahan mineral bijih emas dan tembaga dari
raw material bijih kemudian diolah atau diekstrasi hingga ke pemurnian
geometalurgi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bijih Emas
Bijih emas merujuk pada batuan atau endapan yang mengandung konsentrasi
emas yang cukup untuk diekstraksi secara ekonomis. Bijih emas dapat terbentuk
melalui berbagai proses, termasuk endapan epitermal, endapan mesotermal,
endapan placer, dan endapan skarn. Emas juga dapat ditemukan dalam beberapa
mineral seperti emas murni, silvanit, kalaverit, krenerit, nagyagit, elektrum, dan
uytenbogaardtit. Proses penambangan dan pengolahan bijih emas melibatkan
langkah-langkah ekstraksi, penghancuran, penggilingan, pemisahan emas dari
mineral lain, pemurnian, dan peleburan. Bijih emas juga memiliki ciri-ciri khas
yang dapat diidentifikasi, seperti kilauan kuning yang merupakan ciri khas emas
mentah. Selain itu, bijih emas juga dapat ditemukan dalam berbagai lingkungan
alam, dan pengambilan emas dari bijihnya dapat dilakukan melalui berbagai
metode, termasuk amalgamasi dan penggunaan larutan kompleks sulfida atau
klorida.

2.1.1 Proses Pemurnian Bijih Emas


1. Hidrometalurgi
Hidrometalurgi adalah metode pemurnian yang memanfaatkan pelarutan
reaksi kimia. Secara umum hidrometalurgi dilaksanakan melalui 3 tahapan,
yaitu pelindian, pemekatan, dan pengambilan. Tahapan pelindian dilakukan
dengan cara melarutkan batuan asal pada larutan yang telah diberi pereaksi
kimia. Ini mengakibatkan terpisahnya logam yang diinginkan dari mineral-
mineral pengotor. Tahapan pemekatan bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi logam mulia tersebut. Proses terakhir yaitu pengambilan
(recovery) menghasilkan mineral logam yang sebelumnya telah melalui dua
proses.
2. Pirometalurgi
Pirometalurgi adalah proses pemurnian dengan memanfaatkan suhu tinggi
melalui pembakaran. Terdapat 5 tahapan dalam metode pirometalurgi, antara
lain sebagai berikut:
 Pengeringan, yakni menghilangkan kelembaban batuan dengan
memanfaatkan titik didih berkisar 120 derajat celcius.
 Pemanggangan, yakni memanaskan batuan dan ditambahkan beberapa
bahan kimia.
 Kalsinasi adalah proses dekomposisi dari panas batuan asal menggunakan
tungku (furnace).
 Peleburan, memanfaatkan suhu tinggi untuk membuat batuan asal meleleh.
 Pemurnian, yakni memisahkan material pengotor yang tidak diinginkan.
2.1.2 Pengolahan Bijih Besi
Pengelolaan emas dapat menggunakan dua metode, yaitu metode
amalgamasi dan sianidasi :
a. Amalgamasi adalah metode ekstraksi dengan membuat amalgam emas
merkuri. Tahapan pertama pada metode amalgamsi adalah penghancuran
batuan yang mengandung emas menjadi debu emas,kemudian debu emas
tersebut ditambahkan dengan merkuri.
b. Sianidasi adalah metode ekstraksi emas yang prosesnya dilakukan dengan
menggunakan larutan sianida (Munandar, dkk., 2018). Keuntungandari
menggunakan pelarut sianida adalah persen ekstraksi tinggi, kemudahan
dalam pengontrolan, investasinya murah, instalasi yang mudah, dan prosesnya
efektif. Sedangkan kekurangannya adalah kinetika reaksinya lambat dan
berpotensi merusak lingkungan.
c. Teknologi Pelindian (Leaching) Sianidasi Salah satu proses pengolahan
emas nonmerkuri adalah proses sianidasi yang banyak dilakukan oleh para
penambang emas skala kecil. Dimana bijih emas dipecah kemudian
dihaluskan sampai 200 mesh dengan menggunakan ballmill sampai homogen.
Batuan yang telah homogen kemudian dilakukan sianidasi dengan pemberian
udara dan pengadukan di dalam tangki selama 48 jam sambil mengatur
kondisi pH antara 10,5 – 11 menggunakan kapur.Jika pH lebih kecil dari
angka 10 maka gas HCN yang terbentuk akan semakin banyak akibat
hidrolisis ion sianida dengan air yang ditunjukkan reaksi: CN– + H2O →
HCN + OH– (1) Sedangkan gas HCN tidak mempunyai kemampuan untuk
melarutkan emas (Au) sehingga hasil rekoveri emas akan turun. Sama halnya
jika pH lebih besar dari angka 11, recovery emas akan turun yang
kemungkinan diakibatkan oleh terbentuknya peroksida H2O2 yang juga dapat
menurunkan recovery Au. Proses sianidasi menggunakan larutan garam
natrium sianida NaCN 1% dan dilakukan pada temperatur ruang. Pelarut
NaCN merupakan pelarut yang paling sering digunakan karena mampu
melarutkan emas lebih baik dengan pelarut lainnya (Sayifuddin dan Suprapto,
2010). Adapun proses pengolahanemas menggunakan sianidasi adalah sebaga
berikut:
 Kominusi
Proses pengecilan ukuran dilakukan dengan beberapa peralatan,
diantaranya: Jaw Crusher : hasil keluaran ukuran 1 cm – 10 mm Roller
Crusher : hasil keluaran ukuran 1 mm Ball Mill : hasil keluaran ukuran 75
mikron atau 200 mesh
 Pelindian
Dari hasil proses kominusi berupa, kemudian dilanjutkan dengan
mensirkulasi lumpur (pulp) ke dalam reaktor dan penambahan air, kapur
garam sianida dan oksigen. Penambahan oksigen dapat meningkatkan
efektivitas sianida dalam mengekstraksi biji emas sebesar 80%. Oksigen akan
mengoksidasi logam emas dari unsur netral menjadi bermuatan positif agar
dapat berikatan dengan sianida membentuk kompleks sianida Au(CN)2
(Sayifuddin dan Suprapto, 2010). Pada proses sianida, pastikan pH slurry pada
level 10,5 – 11 untuk mencegah terbentuknya gas HCN yan sangat berbahaya.
Waktu proses reaksi yang dibutuhkan adalah sekitar 48 jam. Tingkat pelarutan
emas dipengaruhi oleh kekuatan difusi sianida dan oksigen, dan perlakuan-
perlakuan sebelum sianidasi. Sebagian kecil emas akan larut sesuai dengan
persamaan Elsner: 4Au + 8CN– + O2 + 2H2O → 4Au(CN)2 + 4OH– (2)
 Adsorpsi
Setelah 48 jam, ditambahkan karbon aktif, dan dilanjutkan proses
pengadukan dan penambahan oksigen selama 12 – 24 jam. Proses adsorpsi ini
merupakan proses awal dari recovery. Ada beberapa jenis adsorban (bahan
penyerap logam emas dan perak yang telah larut) yang bisa digunakan yaitu
karbon aktif, zeolit, ataupun resin. Adsorban yang sering digunakan dalam
industri pertambangan emas adalah karbon aktif. Faktorfaktor yang harus
diperhatikan dalam memilih karbon aktif adalah Hardness/attrition resistant
(kekerasan) Aktivitas Kapasitas total emas yang diserap Bentuk dan distribusi
ukuran karbon Persentase Abu Berat jenis ruah karbon (Bulk Density)
Kandungan Air kristal (moisture) Luas permukaan %-Karbon Tetraklorida
(CCl4) %-w/wt Penyerapan benzene Dari sifat-sifat karbon aktif di atas, yang
paling penting adalah Hardness / attrition resistant dan Aktivitas.
 Pembakaran
Setelah 60 – 72 jam, karbon aktif disaringdan dipisahkan dari lumpur.
Karbon aktif yang yang tersaring kemudian dicuci dan dilanjutkan proses
pembakaran. Pembakaran dilakukan sampai semua karbon aktif berubah
menjadi bubuk (debu) campuran emas.
 Peleburan
Bubuk (debu) campuran emas selanjutnya dilakukan proses peleburan
dengan penambahan boraks dan membutuhkan temperatur 1100oC.
Penambahan boraks bertujuan untuk meningkatkan slag (pengotor) agar encer
sehingga mudah untuk dilakukan pemisahan serta untuk menurunkan
temperatur dari cake (bahan yang dibakar). Hasil pemisahan dengan boraks
akan didapat berupa bullion yang mengandung emas, perak dan tembaga.
 Destruksi Sianida
Cyanide destruction unit atau cyanide detox merupakan salah satu unit
pengolahan limbahyang digunakan untuk menghancurkan kandungan
sianida dalam limbah yang dihasilkan dari pabrik ataupun dari tambang.
Dengan dilakukannya penurunan bahkan penghilangan kadar sianida
dalam limbah maka secara langsung limbah tersebut sudah memiliki nilai
ambang batas lingkungan (NABL) dan bisa langsung dibuang
kelingkungan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan. Tailing dengan
kandungan sianida yang tinggi kemudian di destruksi dengan penambahan
sodium meta bi suphate (SMBS) dan copper sulphate (CuSO4). Prinsip
pengolahan limbah sianida adalah merubah ion CN– (20 ppm) menjadi
Cyanate (OCN–), dengan baku mutu<0,5 ppm. Tailing yang telah
dihilangkan konsentrasi sianida, dimasukkan ke dalam proses penampung
untuk dilakukan proses sedimentasi (pengendapan) secara gravitasi
sehingga cairan dan padatan dapat terpisah.
d. Teknologi Pelindian (Leaching) Tiourea
Salah satu proses pengolahan emas non merkuri adalah proses leaching
tiourea. Bijih dipecah dengan menggunakan Jaw Cusher kemudian
dihaluskan sampai 200 mesh dengan Ball mill sampai homogen. Bijih
akan dilakukan proses leaching dengan menggunakan tiourea. Tiourea
digunakan sebagai alternatif pengganti sianida, terutama pada batuan
berjenis primer, dan sulfida rendah. Tiourea secara relatif tidak beracun
dan aman bagi lingkungan. Tingkat pelarutan menggunakan tiourea sangat
cepat, jauh lebih cepat dibanding pelarutan sianida. Selain itu, level
kelarutan tembaga dalam larutan tiourea lebih rendah dibanding proses
sianida. Tingkat kelarutan mineral refraktori lebih buruk bagi tiourea
dibandingkan sianida, karena Arsenik dan antimon sulfida tidak larut pada
pH 1 – 2. Oleh karena itu batuan berkadar belerang tinggi memiliki
masalah jika dilarutkan dalam tiourea, kecuali jika menggunakan proses
oksidasi sebelum proses leaching dilakukan. Tiourea CSN(NH2)2
merupakan senyawa organik yang mudah larut didalam larutan asam
dalam bentuk molekul yang stabil. Emas larut dalam larutan tiourea asam
untuk membentuk kompleks stabil, Dalam reaksi tiourea, Fe digunakan
sebagai agen pengoksidasi, sedangkan proses sianida menggunakan
oksigen dari udara, terlarut dalam larutan leach. Sebagian Fe yang
dibutuhkan saat ini ada didalam bijih. Dalam kasus bijih yang sangat
teroksidasi, pada ion Fe akan dibebaskan, dan kemudian penambahan
oksidan dapat dikurangi. Sistem kerja reaktor tiourea adalah dengan
mensirkulasi lumpur dengan larutan tiourea dalam reaktor dengan
penambahan larutan H2SO4 dan FeSO4. Bila hanya menggunakan tiourea
sebagai pelarut tidak dapat melarutkan emas, sedangkan penggunaan
H2SO4 hanya bisa melarutkan emas dalam jumlah sedikit. Oleh karena
itu, proses pelarutan emas dapat berjalan dengan penambahan campuran
tiourea dan H2SO4 (Potgieter, dkk,2004). Penambahan H2SO4 bertujuan
untuk membuat campuran memiliki pH = 1, karena proses leaching
dilakukan pada pH 1 – 2 (Ficeriova, 2007). Ion H+ berperan dalam
pembentukkan kompleks Au-tiourea. Penambahan larutan FeSO4
bertujuan untuk mengoksidasi tiourea menjadi formamidin disulfida / FDS
(H2N-CNH-S-S-CNH-NH2). FDS berfungsi sebagai fasilitator
pembentukan kompleks emas dengan reaksi sebagai berikut:
2CS(NH2)2 + 2Fe3+ ↔ C2S2(NH)2(NH2)2 + 2Fe2+ + 2H+ (3)
Reaksi pelarutan emas dengan tiourea sebagai berikut:
Au + 2CS(NH2)2 + Fe3+ ↔ Au[CS(NH2)2]2+ + Fe2+ (4).
Kemudian effluentnya dilanjutkan dengan proses pemisahan yaitu
adsorpsi. Adsorban yang digunakan dalam industri pertambangan emas
adalah karbon aktif atau resin. Kemudian Emas yang terserap di karbon
aktif dilakukan proses pembakaran dan selanjutnya dilebur dengan
temperature 1000 – 1200oC dengan penambahan reagent berupa boraks
(Na2B4O7.10H2O). Penambahan boraks bertujuan untuk mengikat slag
(Terak) agar encer sehingga mudah untuk dilakukan tapping serta untu
menurunkan titik leleh dari cake. Tailing yang dihasilkan dari reaktor akan
dilakukan proses thickening yaitu proses yang dilakukan untuk
mengurangi volume lumpur sekaligus meningkatkan konsentrasi padatan
di dalam lumpur. Metode thickening yang cukup terkenal adalah gravity
thickening. Sesuai dengan namanya, dalam proses ini terjadi pemanfaatan
gaya gravitasi (pengendapan) untuk memisahkan air dari dalam
sludge.Tahapan/Proses : Prosedur pada metode ektraksi emas secara
hidrometalurgi terdiriatas 4 langkah, yaitu (Ariyanti & Syaifuddin, 2020):
 Homogenisasi Batuan Mineral Homogenisasi adalah proses penghalusan
batuan yang dilakukandengan memecahkan batuan mineral menggunakan
ball mill, sehinggadiperoleh batuan halus berukuran 75 mesh, yang
kemudian dicampurhingga homogen. Penghalusan batuan mineral
bertujuan untukmembebaskan mineral Au yang terjebak pada tiap bagian
sampel batuan.
 Pengujian Kadar Au Batuan Mineral Proses selanjutnya adalah pengujian
kadar Au batuan mineral.Sampel batuan dalam bentuk lumpur yang
berukuran 75 mesh diambilsebanyak 100 gr, kemudian dikeringkan untuk
menghilangkankandungan airnya. Kandungan mineral yang terdapat di
dalam endapanyang telah kering tersebut dianalisis menggunakan
instrumen XRF Minimal 14.
 Proses Sianidasi Batuan yang telah dihaluskan akan dilarutkan dengan
NaCN (proses sianidasi) dan pemberian aerasi (preleaching) selama 3 jam
sertawaktu kontak leaching selama 24 jamjam.
 Pengujian Kadar Logam Au Yang Terekstrak Hasil endapan dianalisis
menggunakan instrumen X-Rayfluorescence (XRF) Minipal 14
PANalytical. Kandungan Au yangdianalisis ini adalah Au yang
terkestraksi dari batuan mineral melaluiproses sianidas
2.2 Bijih Tembaga

Tembaga adalah salah satu logam yang sangat penting dan berperan
besar dalam sejarah manusia dan termasuk logam yang pertama kali
ditambang. Tembaga sudah digunakan sejak 10.000 tahun yang lalu.
Sebuah kalung tembaga yang ditemukan di Irak diperkirakan dibuat pada
masa 9500 SM.
Tembaga (Cuprum) memperoleh namanya dari bahasa Latin, Cyprium,
yang berasal dari nama pulau Siprus di mana ia pertama kali dihasilkan.
Cyprium kemudian disingkat menjadi Cuprum. Tembaga berperan besar
dalam peradaban manusia terutama pada Zaman Perunggu (3000-1000
SM). Pada masa tersebut tembaga dipadukan dengan timah menjadi
perunggu. Perunggu kemudian diolah menjadi berbagai macam peralatan,
senjata, koin, instrumen musik dan perhiasan.
Di dalam tabel periodik unsur, temabaga memiliki lambang Cu dan
nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum. Tembaga
merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini
memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan
lunak, dengan permukaan Tembaga terdapat di bumi dalam bentuk
tembaga native atau mineral misalnya berbentuk tembaga sulfida
kalkopirit dan kalkosit, tembaga karbonat azurit dan malasit dan mineral
tembaga(I) oksida kuprit.
Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami, seperti yang
ditemukan dalam mineral-mineral seperti cuprite, malachite, azurite,
chalcopyrite, dan bornite. Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan
di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Deposit tembaga dapat
diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu antara lain deposit porfiri, urat, dan
replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif
pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta
deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik. Pembentukan endapan magmatic dapat berupa proses
hidrotermal atau metasomatisme. Bijih-bijih tembaga yang penting adalah
bersifat sulfida, oxida, dan karbonat. Yang dimana tembaga diambil
dengan cara smelting, leaching, dan elektrolisis.
2.2.1 Bahan Yang Digunakan
Adapaun bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi mineral bijih
pada tembaga di pt smalting gresik antara lain yaitu :

1. Bijih Tembaga: Bahan mentah utama dalam proses ekstraksi


tembaga adalah bijih tembaga. Bijih ini dapat berasal dari tambang
tembaga dan mengandung konsentrasi tembaga yang berbeda-beda.
2. Peleburan (Smelting): Proses peleburan adalah tahap awal dalam
pemurnian tembaga. Ini melibatkan pemanasan bijih tembaga bersama
dengan bahan lain, seperti batu kapur, untuk meleburkan bijih dan
memisahkan tembaga dari material lainnya.
3. Batu Kapur : Batu kapur digunakan sebagai flux dalam proses peleburan
tembaga. Ini membantu menghilangkan material yang tidak diinginkan dan
meningkatkan kemurnian tembaga yang dihasilkan.
4. Besi dan Silika (Iron and Silica): Bahan tambahan seperti serbuk besi dan
serbuk silika dapat digunakan untuk membantu menghilangkan impuritas dari
bijih tembaga.
5. Bahan Bakar: Untuk menyediakan energi yang diperlukan untuk peleburan,
bahan bakar seperti batu bara atau kokas digunakan dalam proses peleburan
tembaga.
6. Air: Air digunakan dalam berbagai tahap proses, termasuk pencucian bijih,
pelarutan tembaga, dan dalam proses flotasi.
7. Elektrolit (jika proses elektrolisis digunakan): Dalam beberapa kasus,
seperti proses elektrolisis, elektrolit seperti larutan asam sulfuric atau tembaga
sulfat dapat digunakan untuk memisahkan tembaga dari unsur-unsur lainnya.
8. Bahan Kimia Pengolahan: Bahan kimia tertentu, seperti reagen
pengapungan, digunakan untuk mengolah bijih tembaga sebelum proses
peleburan untuk meningkatkan pemisahan tembaga dari mineral-mineral
non-tembaga.

2.2.2 Metode Yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam esktraksi mineral bijih pada tembaga


di pt. smalting gresik adalah Pirometalurgy dan Electrometalurgy. Di mana
proses pirometalurgy adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar
panas. Inti dari proses ini adalah pengolahan tembaga dengan melalui suatu
proses yang bertujuan untuk mengubah pengotors enyawa Sulfida menjadi
Oksida atau disebut dengan proses Roasting CuFeS2 + 9O2 menjadi 2Cu2S +
2Fe2O3 + 6SO2 Pada persamaan kimia diatas menunjukan bahwa proses
Roasting bertujuan untuk mengubah Besi Sulfida menjadi Besi Oksida
sedangkan Tembaga tetap Sulfida. Diubahnya besi sulfida menjadi besi oksida
adalah agar pada proses selanjutnya yaitu smelting atau peleburan, tembaga
sulfida akanmencair meninggalkan besi oksida yang bertitik cair lebih tinggi dan
akan ditinggalkan sebagai terak pengotor, sedangkan tembaga yang telah
mencair akan turun kebawah karena berat jenis tembaga yang lebih tinggi dari
besi oksida. Sedangkan proses ektrometalurgi pemrosesan logam dengan
menggunakan energi listrik. Ini melibatkan penggunaan listrik dalam berbagai
proses untuk memisahkan, memurnikan, atau mengolah logam dari bijih atau
bahan mentah lainnya. Di mana aspek yang digunakan adalah elektrolisis yang
merupakan salah satu metode utama dalam elektrometalurgi. Dalam proses
elektrolisis, logam ditempatkan dalam larutan elektrolit atau schmelz (cairan
elektrolit) dan kemudian arus listrik dikenakan melalui elektroda. Ini
memungkinkan pemisahan ion logam dari elektrolit dan penyerapan mereka pada
elektroda yang sesuai.

2.2.3 Tahapan Pengolahan


Tahapan pengolahan ekstraksi mineral bijih pada tembaga dimulai dari
beberapa tahapan antara lain yaitu:

 Proses liberasi (peremukan)


Proses ini biasanya dilakukan di wilayah eksploitasi bijih tembaga atau
tambang itu sendiri. Pabrik pengolahan yang akan menghasilkan
konsentrat tembaga dari bijih yang ditambang melalui pemisahan
mineral berharga dari pengotornya (proses konsentrasi). Langkah-
langkah utamanya adalah penghancuran (crushing),penggerusan
(grinding/milling). pengapungan (flotasi), dan pengeringan (drying).
Penghancuran dan penggerusan mengubah bongkah bijih menjadi
berukuran halus. Penghalusan ukuran butir berfungsi untuk membebaskan
butiran (liberasi) yang mengandung tembaga dan emas, serta untuk
proses pemisahan dan menyiapkan ukuran yang sesuai dengan proses
selanjutnya (konsentrasi dan ekstraksi). Proses crushing (peremukan)
ada berbagai type yang kita kenal saat ini diantaranya gyratory dan jaw
crusher, selanjutnya dilakukan penggerusan/ penghalusan biasanya
sampai 75 mikronmeter/200 mesh menggunakan ball mill (bola besi)
 Proses Flotasi (Pengapungan)
Dimana bijih atau ore yang sudah halus diolah selanjutnya melalui
proses flotasi, yaitu untuk menghasilkan konsentrat tembaga.
Permukaan mineral yang bersifat hydrophobic atau aerophilic
(menolak air) dipisahkan dengan yang bersifat hydrophilic atau
aerophobic (menerima air). Pada proses pengapungan (flotasi), bubur
konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil
gilingan) dicampur dengan reagen, kemudian dimasukkan ke dalam
rangkaian tangki pengaduk yang disebut sel flotasi, secara bersamaan
dipompakan udara ke dalam slurry tersebut.
Gambar flotasi (Pengapungan)
Reagen yang digunakan berupa kapur, pembuih (frother) dan kolektor. Kapur
berfungsi untuk mengatur pH. Pembuih membentuk gelembung stabil yang
tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung mengapung ke permukaan sel
flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel
mineral sulfida logam berharga, sehingga menjadikan permukaan tersebut
bersifat menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfida tersebut menempel
pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang
mengapung di permukaan. Buih bermuatan mineral berharga tersebut yang
menyerupai buih deterjen berkilap metalik akan meluap dari bibir atas mesin
flotasi dan masuk ke dalam palung (launders) sebagai tempat pengumpulan
mineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut
adalah konsentrat. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% solid). Selanjutnya
konsentrat dikeringkan sampai kandungan airnya tinggal 9%.
 Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal
dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).
2.2.4 Tahapan Pirometalurgy
Adapaun tahapan dari ekstraksi pirometalurgy sebagai berikut :
 Pemanggangan (Roasting)
Pemanggangan biasanya dilakukan setelah proses pengapungan (flotasi) dan
dewatering. Konsentrat kemudian dipanggang dalam udara terbatas pada suhu
dibawah titik lelehnya untuk menghilangkan air yang mungkin masih ada pada
saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida. Campuran
yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS.
Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi (II) oksida menjadi suatu
sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya
sebagai berikut : FeO(s) + SiO2→ FeSiO3. Tembaga(I) sulfida yang diperoleh
pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung sedikit
besi (II) sulfida.
 Peleburan (Smelting)
Konsentrat bijih yang sudah melalui pemanggangan kemudian dilebur
dalam alat yang digunakan pada proses ini adalah Smelting Furnace di
mana konsentrat dimasukan kedalam tanur-S melalui pipa-pipa vertikal
dan dioksidasi dengan udara yang diperkaya oksigen untuk menghasilkan
leburan matte dan terak. Campuran matte dan terak mengalir dari tanur-S
menuju tanur - Cl melalui launder

Gambar. proses peleburan


Kemudian di lanjutkan dengan proses Slag cleaning furnace atau tungku
pembersih terak (tanur-Cl) di mana tanur-Cl dipanaskan oleh dua set
elektroda dengan konfigurasi delta (2100 & 1500 kVA). Matte dipisahkan dari
terak melalui perbedaan berat jenis. Terak yang overflow digranulasi dengan
air lalu dijual ke industri semen, sedangkan leburan matte (Cu 68%) secara
konstan mengalir ketanur-C melalui launder (pencucian). Setelah itu masuk ke
proses Converting furnace (mengubah tungku) di mana matte dan tambahan
batu kapur direaksikan dengan udara yang diperkaya oksigen untuk
menghasilkan cairan tembaga yang dikenal dengan istilah tembaga blister dan
juga dipisakan dari terak melaui perbedaan berat jenis. Terak (Cu 14%)
ditumpakan lagi ke tanur-S dan tembaga blister dialirkan ke tanur anoda.
Tembaga blister dari tanur-C dialirkan ke salah satu tanur-anoda dengan
menggunakan system pemindahan launder. reaksi oksidasi dan reaksi reduksi
terjadi di dalam tanur ini untuk menghasilkan tembaga yang siap dicetak.

2.2.5 Tahapan Electrometalurgy


Proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik (electrometallurgy)
mempunyai prinsip seperti pada eloktrolisis di mana pada proses pemurnian
menggunkan tahapan atau Proses ISA (Instrumentation, Systems, and
Automation), teknologi ISA digunakan di pabrik pemurnian untuk proses
pemurnian tembaga secara elektrolisis. Dengan menggabungkan katoda stainless
steel yang dapat digunakan berulang kali dan mesin pengupas, teknologi ini
memungkinkan penataan katoda yang akurat dan otomatis dalam penanganan
elktrolit.

Gambar. proses pemurniaan menggunakan metode elektrolisis

di mana tahapan dalam pemurnian tembaga tersebut melalui beberapa tahapan


diantaranya yaitu :

1. Anoda-anoda tembaga diletakan dalam satu sel diantara plat baja tahan
karat yang direndam dalam cairan elektrolit.
2. Plat katoda dikeluarkan dari sel untuk masa panen pertama setelah satu
minggu menyimpan (65 kg katoda X 2 lembar) dan masa panen kedua setelah
12 hari (102 kg katoda x 2 lembar).
3. Plat-plat tembaga dicuci dan dikupas di msin pencuci dan pengupas
katoda.
4. Anoda yang tersisa dikembalikan ke pabrik peleburan untuk didaur ulang.
5. Hasil katoda tembaga ditimbang dan diikat secara otomatis untuk siap
dikapalkan.

Adapaun produk yang di hasilkan setelah melalui tahapan tahapan dan


proses proses pengolahan tembaga berupa katoda tembaga yang di
aplikasikan sebagai kawat, kabel, tabung selain itu ada juga terak tembaga
yang di aplikasikan sebagai semen, beton.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bijih emas merujuk pada batuan atau endapan yang mengandung konsentrasi
emas yang cukup untuk diekstraksi secara ekonomis. Bijih emas dapat terbentuk
melalui berbagai proses, termasuk endapan epitermal, endapan mesotermal,
endapan placer, dan endapan skarn. Emas juga dapat ditemukan dalam beberapa
mineral seperti emas murni, silvanit, kalaverit, krenerit, nagyagit, elektrum, dan
uytenbogaardtit. Proses penambangan dan pengolahan bijih emas melibatkan
langkah-langkah ekstraksi, penghancuran, penggilingan, pemisahan emas dari
mineral lain, pemurnian, dan peleburan. Bijih emas juga memiliki ciri-ciri khas
yang dapat diidentifikasi, seperti kilauan kuning yang merupakan ciri khas emas
mentah.

Proses ekstraksi pengolahan mineral bijih pada tembaga terbagi atas beberapa
bagian yang di lanjutkan dengan metode yang di pakai dalam mengektraksi
tembaga pada pt smalting gresik memakai dua metode yaitu Pirometalurgy dan
Electrometalurgy. Dan tahapan tahapan dalam melakukan ekstraksi mineral bijih
pada tembaga yaitu proses liberasi, proses flotasi, proses pengeringan dan produk
yang dihasilkan dari pt pt smalting gresik ini berupa katoda tembaga yang di
aplikasikan sebagai kawat, kabel, tabung selain itu ada juga terak tembaga yang di
aplikasikan sebagai semen, beton

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Davies,D.J and Delmann,L.A., Metallurgical Metallurgical processes processes
and Sar and Production Production Technology,Pitman Publishing Ltd.,1985.
Sukandarrumidi, 2009.Geologi mineral logam. Gadjahmada University Press,
Yogyakarta
Sukamto, untung, dyah probowati, dan anton sudiyanto. 2015. proses
pengolahan dan pemurnian bijih tembaga dengan cara konvensional
Azadi, M. R., Karrech, A., Elchalakani, M., & Attar, M., 2019,
Microfluidic Study ofSustainable Gold Leaching Using Glycine Solution,
Hydrometallurgy, 185(1), 186-193.
Badriyah, L., 2016, Penentuan Jumlah Oksidator pada Proses Isolasi
Emas dari BatuanMenggunakan Larutan Thiourea, Skripsi Program Studi Kimia
Universitas Jember,Jember

Anda mungkin juga menyukai