Disusun oleh :
1.4 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Untuk mengetahui proses penambangan PT. Timah dengan menggunakan metode
penambangan bawah air.
1.4.2 Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan di metode penambagan bawah air.
1.4.3 Untuk mengetahui dampak saja yang bisa timbul dari metode penambangan bawah air
yang dilakukan oleh PT. Timah.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam kegiatan ini yaitu :
1.5.1 Bagi Perusahaan
1.5.1.1 Digunakan sebagai bahan evaluasi bagi PT. Timah dalam kegiatan penambangan.
1.5.1.2 Digunakan sebagai sarana memperkenalkan PT. Timah dalam ramah Pendidikan
salah satunya Jurusan Teknik Sipil Program Studi D3 Teknologi Pertambangan
Politeknik Negeri Malang.
1.5.1.3 Merupakan wujud nyata bagi PT. Timah dalam Corporate Social Respontibility yaitu
mengembangkan atau berpartisipasi dalam bidang Pendidikan.
1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.5.2.1 Menjalin hubungan yang baik antara Politeknik Negeri Malang dengan PT. Timah.
1.5.2.2 Meningkatkan kualitas dan mutu mahasiswa atau mahasiswinya terutama dalam
bidang Pertambangan.
1.5.2.3 Menjadi sumber referensi mahasiswa atau mahasiswi lain dalam mengerjakan
proposal, laporan kerja praktik, dan tugas akhir ataupun skripsi.
1.5.3 Bagi Mahasiswa
1.5.3.1 Memahami kegiatan – kegiatan yang dilakukan saat di dunia kerja khususnya di PT.
Timah.
1.5.3.2 Menambah bekal dan pengalaman serta wawasan mahasiswa tentang dunia
Pertambangan khususnya di PT. Timah.
1.5.3.3 Dapat meningkatkan hardskill dan softskill di dunia kerja yang sebelumnya didapat
di bangku perkuliahan. Yang diharapkan untuk menyiapkan fisik dan mental saat
terjun ke dunia kerja.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Timah putih (Sn) merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, berat jenis 7,3, juga bersifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Logam
timah putih bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah didapat dari mineral kasiterit
yang terbentuk sebagai oksida, tidak mudah teroksidasi, sehingga tahan karat.
Indonesia sebagai produsen timah terbesar di dunia, mengalami pasang surut dalam
penambangan timah. PT. Timah sebagai produsen timah terbesar, di awal 90-an
merestrukturisasi dengan mengurangi jumlah karyawan dan membebaskan sebagian dari
area pertambangan berlisensi. Namun, dengan kenaikan harga timah di pasr dunia
belakangan tahun terakhir dan sumber daya timah masih di alam, wilayah penambangan
timah yang sebelumnya sebagian ditutup telah ditambang kembali oleh pelaku usaha
pertambangan timah putih ataupun masyarakat.
Penambangan timah putih telah berlangsung selama kurang lebih 200 tahun, yaitu sejak
zaman pendudukan Belanda. Setelah kemerdekaan, konsensi tetap dimiliki oleh PT.
Timah dan PT. Koba Tin, yang beroperasi terutama di Pulau Karimun, Kundur, Singkep,
belitung dan Bangka, penambangan dilakukan baik di darat maupun di lepas pantai.
Prosepek penambangan timah masih sangat menjanjikan. Pertambangan oleh penduduk
setempat dengan peralatan sederhana marak dilakukan di wilayah pulau-pulau penghasil
timah tersebut.
Penggunaan timah sebagai paduan logam dimuali sejak 3.500 tahun SM, sebagai logam
murni yang telah digunakan sejak 600 SM. Kebutuhan timah putih di dunia per tahun
adalah 360.000 ton. Logam timah putih mempunyai sifat mengkilap, mudah dibentuk dan
dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi oleh udara sehingga tahan terhadap
karat. Kegunaan timah antara lain, untuk pelapisan logam lain dengan tujuan anti karat,
bahan solder, bahan kerajinan untuk souvenir, bahan paduan logam, serta casing
handphone. Selain itu, timah juga digunakan dalam industri farmasi, kaca, agrokimia,
pelindung kayu dan isolator.
Timah adalah logam yang ramah lingkungan, penggunaannya dalam pengalengan tidak
berbahaya bagi kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah untuk
pelapisan/perlindungan, dan paduan logam dengan logam lain, seperti timbal dan seng.
Konsumsi timah putih di dunia untuk pelat menyerap sekitar 34%, dan untuk solder 31%.
Penambangan timah putih pada tahun dilakukam dengan beberapa cara yaitu dengan
semprot, menambang dengan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk
penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas
pantai. PT. Timah menggunakan kapal keruk unruk melakukan penambangan cebakan
timah aluvial lepas pantai. Kapal keruk digunakan untuk penambangan cebakan timah
aluvial lepas pantai yang berada di kedalaman sekitar 15-50 meter. Penambangan
menggunakan metode semprot dilakukan pada endapan timah aluvial darat yang
sebarannya tidak luas serta relatif dangkal. Penambangan juga dilakukan dengan cara
shovel/excavator untuk menambang cebakan timah putih tipe residu, yang merupakan
tanah lapukan bijih primer, yang berada di lereng daerah perbukitan.
Pada masyarakat umum penambangan menggunakan cara semprot. Sedangkan, pada
penambangan yang dilakukan oleh satu atau dua orang menggunakan peralatan
sederhana, yaitu sekop, saringan dan dulang, dan ada beberapa penambamng masyarakat
di lepas pantai menggunakan alat pompa hisap dan perahu. Kebanyakan penambangan
dilakukan di wilayah bekas tambang. Tailing yang dianggap tidak memiliki nilai
ekonomis diolah kembali untuk diambil kandungan timah putihnya.
Pasir timah yang berada di alam masih tercampur dengan mineral-mineral lainnya.
Pemisahan timah secara fisik menggunakan gravitasi dengan bentuk mineral kasiterit.
Pada proses pemisahan menggunakan sluice box, spiral, dan meja goyang. Pemisahan
dengan cara separator magnetik dilakukan untuk mineral yang bersifat magnetik dan
bukan magnetik. Sedangkan dengan cara separator tegangan tingi dilakukan untuk
mineral yang bersifat konduktor dan bukan konduktor.
Pusat Pencucian Biji Timah (Washing Plant) adalah proses untuk meningkatkan kadar
bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah. Agar memenuhi persyaratan perleburan
bijih timah harus melalui proses tersebut untuk meningkatkan kadar (Sn) dari 20-30%
(Sn) menjadi 72% (Sn). Untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas
dengan kadar (Sn) yang tinggi serta pengotor (impurities) yang rendah bijih timah harus
melalui proses peningkatakan kadar biji timah, baik yang berasal dari lepas pantai
ataupun dari darat.
Pemisahan konsentrat menghasilkan kasiterit untuk dilebur dan memperoleh
mineralmineral ikutan. Zirkon, monasit, ilmenit, dan xenotim, serta mineral-mineral
lainnya adalah produk sampingan dari hasil pemisahan secara fisik yang mempunyai nilai
ekonomis. Pada kegiatan pertambangan di PT. Timah dan PT. Koba Tin, menyimpan
mineral ikutan yang belum dimanfaatkan pada stock pile.
Konsentrat yang didapat dari pemisahan yang mempunyai kadar (Sn) 72%, dilebur pada
smelter timah putih. Biji timah yang sudah dipekatkan selanjutnya dipanggang sampai
arsen dan beleranhg dipisahkan dalam bentuk oksida-oksida yang mudah menguap.
Selanjutnya, biji timah yang sudah dimurnikan direkdusi bersama karbon. Dan timah cair
yang sudah terkumpul di dasar tanur dialirkan ke dalam cetakan untuk mendapat timah
batangan.
Proses peleburan adalah proses meleburnya biji timah menjadi logam timah. Proses
pemurnian dengan alat pemurnian yang disebut crystallizer membuat logam timah
memiliki kualitas yang lebih tinggi. Produk yang diperoleh yaitu, logam timah dalam
bentuk batangan dengan berat 16-26 kg. Selain dalam bentuk batangan, produk yang
dihasilkan juga bisa dibentuk sesuai permintaan konsumen serta memiliki merek dagang
yang terdaftar di London Metal Exchhange (LME).
Timah telah lama menjadi sumber daya alam utama di Pulau Bangka Belitung. Jumlah biji
timah yang terkandung di daerah ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan banyaknya
jumlah timah di daerah lain di Indonesia. Bahkan secara global, prosuksi timah di Indonesia
sangat mempengaruhi harga pasar dunia. Dalam sejarah penambangan timah banyak terjadi
perkembangan yang sangat penting. Proses penambangan timah banyak terjadi
perkembangan timah menjadi lebih efisien dan efektif berkat kemajuan teknologi
penambangan. Sejak dulu, teknik penambangan timah yang terjadi di Bangka Belitung
tercatat dengan berbagai teknik. Proses ekstraksi timah melibatkan beberapa tahapan yang
dilakukan secara cermat, yaitu oleh PT. Timah disebut Penambangan Timah Terpadu.
Eksplorasi adalah kegiatan penelitian dan analisis yang sistematis serta bertujuan untuk
menentukan cadangan bijih timah. Dalam operasionalnya kegiatan eksplorasi melibatkan
beberapa komponen, seperti pemetaan surveyor aland, lubang bor kecil, pengambilan sampel
timah dengan pemboran tanah, dan laboratorium analitik. Eksplorasi menentukan kemajuan
suatu proses penambangan timah.
Didalam proses penambangan timah dikenal dua jenis penambangan di Bangka Belitung,
yaitu penambangan lepas pantai dan penambangan timah darat. Penambangan lepas pantai,
perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi didaerah lepas pantai
(off shore). Sedangkan pada penambangan timah darat proses penambangan timah aluvial
menggunakan pompa semprot (grvel pump).
Timah diproses dari bijih timah yang diperoleh dari batuan atau mineral timah (kasiterit
(SnO2)). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang
terbilang rumit, adapun proses pengolahan mineral timah, yatitu:
• Washing/pencucian.
• pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis.
• Pengolahan tailing.
• Proses pengeringan.
• Klasifikasi.
• Pemisahan mineral ikutan.
• Proses pre-smelting.
• Proses peleburan/smelting.
• Proses pemurnian/refining.
• Pencetakan.
Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk mempenuhi pasar luar
negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor
logam timah, yaitu Jepang, Korea, Taiwan, Cina, Singapura, Inggris, Belanda, Perancis,
Spanyol, Italia, Amerika, Kanada.
Dengan menerapkan good mining practice, PT. Timah mengacu pada pedoman praktik
pertambangan yang baik dan secara efektif dan efisien melaksanakan tanggung jawab
reklamasi lahan pascatambang. Biasanya kegiatan penambangan hanya dilakukan di enam
lokasi yang mendapat izin eksploitasi dari perusahaan dan di kawasan non-hutan lindung. PT.
Timah juga telah mengembangkan konsep penghijauan industri dengan memilih pohon-
pohon produktif seperti pohon karfet yang berkualitas untuk ditanam masyarakat, dan
diharapkan dengan konsep Hutan Tanaman Industri (HTI) masyarakat lebih tertarik untuk
melakukan pemeliharaan dengan dukungan penyediaan pupuk dan peralatan lainnya dari PT.
Timah. Tanaman yang tumbuh dalam proses permudaan merupakan tanaman tingkat tinggi
yang dapat dinikmati dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, yaitu 26 tahun setelah
tanam.
2.3 Tinjauan Tentang Metode Penambangan Bawah Air (Under Water Mining)
Penambangan bawah laut (under water mining) merupakan proses pengambilan mineral
yang relatif baru terjadi di bawah dasar laut. Penambangan laut biasanya terletak di sekitar
area nodul polimetalik atau lubang hidrotermal yang aktif dan punah sekitar 1.4003.700
meter di bawah permukaan. Ventilasi laut menghasilkan endapan sulfida, yang didalamnya
mengandung logam mulia misalnya, perak, emas, tembaga, mangan, kobalt, dan seng.
Ditambang menggunakan pompa hidrolik atau sistem ember yang membawa bijih ke
permukaan untuk diproses. Sama halnya dengan semua operasi penambangan, penambangan
laut dalam dapat menimbulkan pertanyaan tentang potensi dampak lingkungan di daerah
sekitarnya. Kelompok lingkungan seperti Greenpeace berpendapat bahwa penambangan
bawah laut tidak boelh diizinkan pada sebagian besar lautan dunia karena berpotensi merusak
ekosistem bawah laut.
Penambangan bawah laut (under water mining) merupakan suatu metode penambangan
yang kegiatan penambangannya dilakukan di bawah permukaan air atau endapan mineral
berharga yang berada di bawah permukaan air. Tergantung pada jenis peralatan yang
digunakan itu dibagi menjadi empat kategori, yaitu menggunakan kapal keruk laut dalam (>
50 meter), menggunakan kapal keruk hidrolik, menggunakan kapal keruk dengan jaring tarik
(drag net), menggunakan kapal isap laut dalan.
Bahan baku ditemukan dalam berbagai bentuk pada dasar laut, kebanyakan dalam
konsentrasi yang lebih tinggi dari tambang yang ada di darat.
1. Metode tambang untuk air dangkal: bucket dredging, suction dredging, grab dreging,
mobile platform.
2. Metode tambang untuk bawah laut: system hydraulic, system continous line bucket
(CLB), system modular/shuttle mining.
Karena penambangan bawah laut merupakan bidang yang relatif baru, konsekuensi penug
dari operasi penambangan skala besar tidak diketahui. Tetapi, beberapa peneliti mengatakan
mereka percaya bahwa menghilangkan bagian dari bawah laut akan menyebabkan gangguan
lapisan bentik, meningkatkan toksisitas kolam air dan sedimentasi gumpalan lumpur. Selain
dampak langsung dari penambangan di daerah tersebut, sejumlah peneliti dan aktivis
lingkunagan telah menyatakan keprihatinannya bahwa kebocoran, tumpahan, dan korosi
dapat mengubah komposisi kimia di lokasi penambangan.
Dari efek penambangan bawah laut, gumpalan sedimen cenderung memiliki dampak yang
besar. Bulu tercipta karena tailing dari penambangan dilepaskan ke laut, menciptakan awan
partikel yang mengambang di air. Ada dua jenis bulu, yaitu bulu tertutup dan bulu
permukaan. Bulu tertutup terjadi ketika tailing dipompa ke area tambang. Partikel yang
meningkatkan kekeruhan dan menyumbat filter pakan yang dipakai oleh organisme bentik.
Bulu-bulu yang ada di permukaan mengakibatkan permasalahan yang serius, tergantung
ukuran partikel dan aliran air yang membuat bulu bisa menyebar di wilayah yang luas. Bulu
dapat mempengaruhi zooplankton dan penetrasi cahaya, sehingga mempengaruhi jaring-
jaring makanan di daerah tersebut.
Ada banyak potensi masalah lingkungan yang terkait dengan eksploitasi sumber daya laut.
Dampak yang paling signifikan kemungkinan akan datang dari tambang pengerukan dasar
untuk menemukan berbagai jenis mineral laut. Selama penambangan kapal keruk menggali
jauh ke bawah laut, menghancurkan habitat hewan dan membunuh ikan dan invertebrata.
Efek ini juga berlaku untuk kapal keruk di pelabuhan dan alur yang digunakan untuk menjaga
jalur laut tetap bersih untuk lalu lintas maritim. Memperbaiki kerusakan jenis ini hampir tidak
mungkin karena sifat tambang bawah iar. Jika suatu daerah menjadi sarana lautan intens
penambangan lantai, kemungkinan besar masyarakat yang tinggal disekitar pantai dapat
musnah.
Masalah lain yang berhubungan dengan penambangan bawah laut adalah gumpalan sedimen.
Setelah sedimen kembali ke bawah laut itu dapat membuat air keruh dan mengurangi jumlah
cahaya yang tersedia untuk organisme laut berfotosintesis. Sedimen juga dapat mengirimkan
logam berat yang larut dalam air yang terakumulasi dalam rantai makanan yang membuat
rugi hewan laut.
Ketika lahan mineral menjadi semakin langka popularitas penambangan bawah laut
meningkat. Meskipun sebagian besar mineral laut masih tidak dapat diakses, kemajuan
teknologi terus menunjukkan bahwa manusia akan segera dapat mengekstraksi sumber daya
tambahan dari bawah laut. Dari sudut pandang konservasi laut, kita harus memastikan bahwa
pembangunan tersebut tidak merugikan kehidupan biota lut yang bergantung pada ekosistem
laut yang bersih dan sehat untuk keberlangsungan hidup.
Selain itu, produk lain yang diproduksi adalah batubara ( s/d 2013).
PT. Timah memasarkan produk utama logam timah ke pasar global melalui Bursa
Timah Indonesia, yakni Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Pangsa pasar
timah Perseroan di pasar Indonesia diperkirakan sekitar 40%. Pengguna timah adalah
industri elektronik di negara Eropa, Amerika dan Afrika.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Irwandi. 2016. Geoteknik Tambang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Suprapto, Sabtanto Joko. 2010. Potensi, Prospek, dan Pengusahaan Timah Putih di
Indonesia. Makalah Ilmiah Tidak Diterbitkan. Tersedia secara online juga di
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul, diakses pada 16 Desember 2021
PT. Timah. 2014. Profil PT. Timah, diakses dari https://timah.com/, diakses pada 16
Desember 2021
Assadat, Julian. 2018. Tambang Bawah Air (Under Water Mine), diakses dari
https://www.scribd.com/document/378097395/Tugas-2-Tambang-Bawah-Air-Under-
Water-Mine, pada 17 Desember 2021