GENESA MINERAL
TIMAH SEKUNDER
Oleh
M Anugrah Firdaus
NIM: 22118015
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bijih Timah Primer ...................................................................................... 3
2.2 Interaksi Tetchnostratigrafi di Asia Tenggara ............................................. 5
2.3 Penampang Semenanjung Malay – Thailand .............................................. 5
2.4 Siklus Sedimentasi ....................................................................................... 7
2.5 Zona Pengendapan Mineral Berat ............................................................... 7
2.6 Tipe Timah Sekunder .................................................................................. 8
2.7 Distribusi Timah di Pulau Bangka ............................................................... 11
2.8 Distribusi Timah di Pulau Belitung ............................................................. 11
2.9 Alat Resistivity Marine ................................................................................ 13
2.10 Streamer Resistivity Marine 8 Saluran Konfigurasi Dipole-Dipole ............ 13
2.11 Contoh Peta Lintasan Resistivity Marine..................................................... 14
2.12 Bor Bangka .................................................................................................. 15
2.13 Ponton Tipe Tahiti ....................................................................................... 15
2.14 Penambangan Manual .................................................................................. 16
2.15 Hydraulicking .............................................................................................. 17
2.16 Kapal Keruk ................................................................................................. 17
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bukti tingginya potensi timah di Asia Tenggara yaitu terdapat
banyak industri yang memproduksi timah di daerah Malaysia, Thailand dan
Indonesia. Mulai dari industri perseorangan sampai industry yang dikelola oleh
pemerintah. Namun produksi dan eksport timah dari negara-negara tersebut mulai
menurun, hal ini disebabkan karena beberapa alasan salah satunya berkaitan
dengan sosial dan ekonomi. Peningkatan upah kerja disertai menurun nya harga
timah internasional menjadi factor utama menurnunya produksi dan eksport timah
di Asia Tenggara. Sulit untuk diprediksi apakah hal ini merupakan trend
permanen atau mungkin negara Asia tenggara akan menjadi negara yang lebih
kompetitif sehingga produksi timah akan naik kembali.
Indonesia terletak pada dua blok yang merupakan bagian dari sabuk timah
Asia Tenggara, yaitu blok sibumasu dan blok East Malaya. Sehingga Indonesia
memiliki potensi timah yang cukup besar. Tipe endapan timah yang terdapat di
Indonesia terdiri dari endapan primer dan sekunder. Letak Indonesia yang dilewati
oleh khatulistiwa membuat Indonesia memiliki potensi timah sekunder yang
melimpah. Hal ini disebabkan karena daerah yang dilewati jalur khatulistiwa
memiliki iklim tropis sehingga membuat proses pelapukan terjadi sangat intensif.
2
1.3.2 Tujuan
a. Mengetahui proses pembentukan timah sekunder
b. Mengetahui proses pembentukan dan sebaran timah sekunder di Pulau
Bangka dan Belitung
c. Mengetahui metode eksplorasi dan cara penambangan yang dilakukan
untuk jenis endapan timah sekunder
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Timah
Timah menjadi salah satu mineral yang ekonomis dan potensial di dunia
karena memiliki manfaat yang sangat melimpah. Timah merupakan logam
berwarna putih keperakan memiliki sifat yang lentur dan tahan terhadap korosi
(tidak mudah teroksidasi) sehingga memungkinkan timah digunakan sebagai
bahan pelapis logam lainnya seperti timbal, seng, dan baja. Atom timah memiliki
50 elektron dan 50 proton dengan 4 elektron valensi di kulit terluar. Dibawah suhu
13,2oC timah tidak memiliki sifat logam sama sekali.
Di alam timah tidak ditemukan dalam unsur bebas, tetapi diperoleh dalam
dari senyawanya. Mineral bijih timah yang sampai saat ini dipercaya ekonomis
adalah cassiterite dan tinstone. Cassiterite (SnO2) adalah mineral oksida timah
yang memiliki kandungan sekitar 78%. Selain itu, bijih timah lainnya yang luput
dari perhatian adalah stanite (Cu2FeSnS4) yang merupakan kompleks mineral
sulfide antara tembaga – besi – timah – belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14).
Gambar 2. 1
Bijih Timah Primer
Dalam batuan beku, unsur timah hadir dengan jumlah yang termasuk
langka namun tidak jarang yaitu 0,001%. Kelimpahan di dunia sama besarnya
dengan unsur nikel, kobalt, cerium dan tembaga atau sama dengan kelimpahan
4
nitrogen dunia. Dalam kosmos terdapat 1,33 atom timah per 1 x 106 atom silicon
yang sama dengan kelimpahan ruthenium, niobium, platinum atau neodyum.
Timah terbentuk sebagai logam asli namun sebagian besar terdapat sebagai
oksida stannic dan SnO2 pada cassiterite yang merupakan mineral timah
signifikan yang komersial. Timah dapat diperoleh dari cassiterite melalui reduksi
dengan kokas pada tungku peleburan. Sampai saat ini di Indonesia, sumber utama
penghasil timah diperoleh dari tipe endaan sekunder (alluvial) yang memiliki
kandungan timah rata-rata 0,01%.
Indonesia terletak pada daerah tumbukan tiga lempng bumi, yaitu lempeng
Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasific. Hal ini menyebabkan
Indonesia menjadi negara yang memiliki kerangka tektonik cukup rumit dengan
kondisi daerah yang dinamis dan menjadi zona potensi pengendapan berbagai
jenis mineral logam yang komersial. Berdasarkan proses geologi, tektonik dan
fase mineralisasinya, secara sederhana pada bagian ujung Barat dan sepanjang
busur Sunda – Banda terdapat beberapa periode mineralisasi, yaitu :
a. Mineralisasi logam pada periode Karbon Akhir – Trias Akhir
b. MIneralisasi logam pada periode Trias Tengah – Kapur Akhir
c. Mineralisasi logam pada periode Kapur Awal – Miosen Tengah
d. Mineralisasi logam pada periode Miosen Tengah – Pliosen
e. Mineral logam berumur Kwarter
Pada proses pembentukan timah di Indonesia terjadi pada perode Trias
Tengah – Kapur Akhir. Pada periode ini, proses mienralisasi kasiterit terjadi pada
batuan sedimen dan volkanik periode Akhir Mesozoik yang diintrusi oleh batuan
plutonik sehingga terjadi proses pegmatitic, kontka metasomatic, alterasi
hidrotermal sehingga terbentuk konsentrasi logam timah yang berasosiasi dengan
logam tanah jarang di pulau-pulau timah. Pembentukan timah pada Sabuk Timah
Asia Tenggara ini sangat khas dikarenakan pembentukan kasiterit umumnya
berasosiasi dengan xenotime, scheelite, monasi dan columbite.
Di Sabuk Timah Asia Tenggara terdapat lima daerah tektonostratigraphi
yang kemudian bertambah satu sama lain pada masa Paleozoikum dan
5
Mesozoikum. Sabuk Timah Asia Tenggara terletak diantara blok Sibumasu dan
Blok Malaya Timur. Sedangkan blok lainnya adalah Indocina, Cina Selatan dan
Kalimantan Baratdaya.
Gambar 2. 2
Interaksi Tecthnostratigrafi di Asia Tenggara
Gambar 2. 3
Penampang Semenanjung Malaya – Thailand Menunjukan Tatanan Tektonik di Permian
Akhir, Akhir Trias, Akhir Trias – Awal Jurassic dan Cretaceous Akhir - Pliosen
6
Gambar 2. 4
Siklus Sedimentasi
Gambar 2. 6
Tipe Timah Sekunder
9
Pada tahap ini mineral yang telah lapuk diangkut dan diendapkan sehigga
membentuk endapan alluvial yang biasa diketemukan pada kedalaman kurang dari
30 m. Endapan alluvial tersebut meliputi:
1) Mincan, adalah endapan timah yang berada diantara dua over burden dan
membuat seolah-olah orebody ini melayang.
2) Kaksa, adalah endapan bijih timah yang langsung berada diatas batuan
dasar (granit).
Pada tahap ini material yang diangkut dan diendapkan mengalami proses
pengendapan kembali akibat perubahan muka air laut selama masa Pleistosen,
sehingga membenuk Modern Placer Deposite yang meliputi antara lain :
1) Alluvial Deposite, adalah endapan yang telah mengalami transportasi yang
relatif jauh, baik yang disebabkan oleh air hujan maupun oleh aliran sungai
yang kemudian diendapkan didaerah lembah sungai. Ciri dari bentuknya
,mempunyai butiran yang halus dan membulat.
2) Beach Deposite, adalah endapan hasil pelapukan yang diangkut oleh air
hujan dan aliran air sungai, lalu diendapkan dipantai dengan bantuan
ombak laut.
Lapisan endapan kaksa ini biasanya terdapat pada lembah - lembah sungai
purba, dimana merupakan hasil erosi pada granit. Tipe-tipe endapan timah kaksa
antara lain:
1) Endapan Kaksa Dangkal, yaitu dengan kedalaman maksimal 5 meter,
ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 3 meter dan ketebalan lapisan
timah 2 meter.
2) Endapan Kaksa Agak Dalam, yaitu dengan kedalaman 3 – 13 meter,
ketebalan lapisan tanah penutup sekitar 10 meter dan ketebalan lapisan
timah 3 meter.
3) Endapan Kaksa Dalam, yaitu dengan ketebalan 10 – 20 meter, ketebalan
lapisan tanah penutup sekitar 15 meter dan ketebalan lapisan timah 5
meter.
10
Bangka, sebaliknya endapan primer yang tersisa di Belitung masih dalam jumlah
yang cukup besar.
Sebaran konsentrasi timah baik secara vertical maupun lateral sangat
dipengaruhi oleh transgresi air laut, antara lain karena proses glasiasi pada kala
Pleistocene yang diperkirakan terayun dari 100 m dpl pada saat sekarang. Pada
dasarnya proses pembentukan timah alluvial yang terjadi di darat dengan timah
alluvial yang kini terendapakan di laut adalah sama.
Gambar 2. 7
Distribusi Timah di Pulau Bangka
Gambar 2. 8
Distribusi Timah di Pulau Belitung
12
Gambar 2. 9
Alat Resistivity Marine
Gambar 2. 10
Streamer Resistivity Marine 8 Saluran dengan Konfigurasi Dipole-Dipole
Gambar 2. 11
Contoh Peta Lintasan Resistivity Marine
b. Drilling
Kegiatan pengeboran timah sekunder dapat dilakukan pada dua lokasi
(onshore dan offshore) tergantung letak endapan yang menjadi target.
• Onshore drilling
Kegiatan onshore drilling dapat dilakukan menggunakan alat
bangka bor. Bor tumbuk jenis ini digunakan untuk pengambilan
sample material lepas hingga mencapai kedalaman 30 – 35 meter.
Sistem pemboran dilakukan secara kering atau dengan kata lain
tidak menggunakan fluida pemboran. Kegiatan pemboran
dilakukan oleh 4 – 5 orang, yang memiliki tugas yaitu memutar
15
Gambar 2. 12
Bor Bangka
• Offshore drilling
Offshore drilling dilakukan untuk endapan timah lepas pantai.
Pemboran ini dilakukan salah satunya dengan menggunakan alat
bor ponton tipe Tahiti. Ponton ini memiliki empat buah penampung
berbentuk silinder dan keempat silinder tersebut dihubungkan
dengan balok-balok besi. Ponton ini mempunya dua deck yang
digunakan untuk pekerja dan penempatan alat-alat bor. Alat ini
dioperasikan pada daerah lepas pantai yang memiliki kedalaman
air 5 – 15 meter dengan kedalaman pemboran mencapai 35 meter.
Gambar 2. 13
Ponton Tipe Tahiti
16
Gambar 2. 14
Penambangan Manual
b. Hydraulicking
Endapan alluvial ditambang dengan pompa semprot (gravel
pump/monitor). Jika dilihat dari udara, penambangan timah darat selalu
menimbulkan gorongan air dalam jumlah besar seperti danau dan tampak
berlubang-lubang besar. Hal ini terjadi karena pola sebaran timah yang
terendapkan pada sungai-sungai purba (paleoriver). Pola kerja
penambangan semprot ini sangat bergantung pada pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya air yang sangat besar. Sehingga bekas
penambangan akan menyisakan genangan air dalam jumlah besar.
Produksi penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar
tertentu.
17
Gambar 2. 15
Hydraulicking
c. Dredging
Pada kegiatan penambangan lepas pantai, perusahaan dapat
mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah
lepas pantai/offshore. Selanjutnya hasil produksi diproses di instalasi
pencucian lalu diangkut dengan kapal tongkang menuju ke tempat
pengolahan selanjutnya.
Gambar 2. 16
Kapal Keruk
18
BAB III
KESIMPULAN
Schwart, M.O, et al. 2004. “The Southeast Asian Tin Belt”. Elsevier Science.
Bundesanstalt fur Geowissenschaften und Rohstoffe. Germany.
iii