Anda di halaman 1dari 85

PETROGENESA GRANIT ANGGI BERDASARKAN ANALISIS

GEOKIMIA PADA DISTRIK MOMIWAREN, KABUPATEN


MANOKWARI SELATAN, PROVINSI PAPUA BARAT.

SKRIPSI

PALVIN ALDRIN WAILOLA


201669009

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021
PETROGENESA GRANIT ANGGI BERDASARKAN ANALISIS
GEOKIMIA PADA DISTRIK MOMIWAREN, KABUPATEN
MANOKWARI SELATAN, PROVINSI PAPUA BARAT.

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Geologi dari
Universitas Papua

PALVIN ALDRIN WAILOLA


201669009

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Petrogenesa Granit Anggi Berdasarkan Analisis


Geokimia Pada Distrik Momiwaren, Kabupaten
ManokwariSelatan, Provinsi Papua Barat.
Nama : Palvin Aldrin Wailola

Nim : 201669009

Jurusan : Teknik Geologi

Program Studi :S1 Teknik Geologi

Telah dibaca, dikoreksi, dan disetujui untuk diajukan pada Seminar Skripsi pada
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Universitas Papua.

Disetujui

Pembimbing I
Erick Arung Patandianan, ST., M.Eng. ( )

Pembimbing II
Hermina Haluk, ST., M.Eng. ( )

Diketahui,

Dekan Fakultas Ketua Jurusan


Teknik Pertambangan dan Perminyakan Teknik Geologi

Ir. Endra Gunawan, MP Erick Arung Patandianan, S.T.,M.Eng

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Nama : Palvin Aldrin Wailola

Program Studi :S1 Teknik Geologi

Judul Skripsi : Petrogenesa Granit Anggi Berdasarkan Analisis


Geokimia Pada Distrik Momiwaren, Kabupaten
Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Papua. Semua sumber yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya


akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Papua kepada saya.

Manokwari, 02 Oktober 2021

Palvin Aldrin Wailola


NIM 201769011

iii
ABSTRAK

Palvin Aldrin Wailola. Program Studi S1 Teknik Geologi. Petrogenesa Granit


Anggi Berdasarkan Analisis Geokimia Pada Distrik Momiwaren, Kabupaten
Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat. Dibimbing oleh Erick Patandianan ST.,
M.Eng. dan Hermina Haluk ST., M.Eng.

Granit Anggi merupakan salah satu batuan plutonik yang terdapat dalam
rangkaian pegunungan sejajar utara kepala burung, yang muncul di permukaan
dan berasal dari kumpulan granit yang menyusup selama massa Trias awal (250
juta tahun lalu) dan mengintrusi naik ke permukaan pada saat Miosen akhir (5.3
juta tahun lalu) oleh aktivitas Sesar Ransiki (Atmawinata dkk, 1998), hal ini
merupakan suatu objek yang cukup menarik untuk dipelajari, salah satunya
mengenai petrogenesa dari Granit Anggi berdasarkan analisis geokimia. Dari hasil
analisis data geokimia unsur utama, diketahui bahwa tipe batuan beku pada daerah
penelitian termasuk kedalam tipe-S, indeks pembekuan magma andesitik-dasitik,
jenis magma kalk-alkali, serta lingkunga tektonik yang berada pada zona tabrakan
benua (Continental Collision).

Kata kunci : petrogenesa, Granit Anggi, geokimia.

iv
ABSTRACT

Palvin Aldrin Wailola. Geological Engineering S1 Study Program. Petrogenesa


Granite Anggi Based on Geochemical Analysis in Momiwaren District, South
Manokwari Regency, West Papua Province. Supervised by Erick Patandianan
ST., M.Eng. and Hermina Haluk ST., M.Eng.

Anggi Granite is one of the plutonic rocks found in a bird's head northerly
parallel mountain range. It appears to the surface and comes from the cluster of
granite that are infiltrated during the early Triassic (250 million years ago) and
intruded up to the surface during the late Miocene (5.3 million years ago) by
Ransiki Fault activities (Atmawinata et al. 1998), and this thing is an interesting
object to learn; one of them is about petrogenesis from Anggi Granite according
to geochemistry analysis. The results of main element geochemistry data analysis
show that the type of igneous rock in the research area is included as the type-S,
andesitic-dacitic magma crystallization index, type of calc-alkaline magma, and
tectonic environment which in the zone of continental collision.

Keywords : petrogenesis, Anggi granite, geochemistry.

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, walaupun dengan waktu yang agak
terlambat untuk dapat menyelesaiakannya. Segala hambatan dan tantangan yang
ada dapat diatasi karena bantuan Tuhan dan dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang sebesar- besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat dan penyertaan-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini.

2. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu menjadi support system dalam
memberikan semangat, motivasi serta doa restu demi keberhasilan saya.

3. Bapak Restu Tandirerung, S.T., M.Eng dan seluruh Dosen Geologi


kelas Sorong yang telah membimbing, membina serta membentuk saya
selama masa perkuliahan di Kampus II Unipa Sorong.

4. Bapak Erick Patandian, ST., M.Eng dan Ibu Hermina Haluk, ST.,
M.Eng yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan
dalam penyusanan skripsi ini.

5. Untuk beberapa orang yang tidak bisa saya sebutkan, terimakasih


karena selalu ada dan temani saya selama masa perkuliahan saya.

6. Teman-teman Geologi 2016 yang selalu menjadi teman, sahabat bahkan


saudara dalam situasi apapun. Semangat menuju gelar ST kiranya selalu
kompak dalam segala hal.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Petrogenesa Granit
Anggi Berdasarkan Analisis Geokimia Pada Distrik Momiwaren, Kabupaten
Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Geologi dari Universitas Papua telah diselesaikan
dengan baik.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada selaku dosen pembimbing I Bapak


Erick Arung Patandianan, S.T., M.Eng.dan Ibu Hermina Haluk, S.T., M.T. selaku
dosen pembimbing II yang telah membantu dan memberi saran. Selain itu Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memaparkan latar belakang, masalah yang akan
dibahas, tujuan dan manfaat penelitian, serta hasil dan pembahasan yang
kemudian akan disimpulkan. Akhir kata, semoga dapat berguna bagi semua
pembaca serta memberi manfaat terhadap bidang pendidikan, khususnya ilmu
geologi, terimakasih.

Manokwari, 02 Oktober 2021

Palvin Aldrin Wailola


Nim 201669009

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis, Palvin Aldrin Wailola dilahirkan di Manokwari,


Provinsi Papua Barat pada tanggal 10 bulan November tahun
1998, anak pertama dari dua bersaudara putra pasangan
Bapak A.Wailola dan Ibu P.Sahusilawane. Penulis menganut
agama Kristen Protestan dan saat ini bertempat tinggal di Jl.
Serma Suandi Sanggeng (Komp. SMK Kehutanan),
Kelurahan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 05 Sanggeng Manokwari pada
tahun 2010, pendidikan menengah di SMP Negeri 3 Manokwari pada tahun 2013,
dan kemudian di SMA Negeri 1 Manokwari pada tahun 2016. Pada tahun 2016,
penulis mendaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua. Penulis pernah mengikuti
beberapa organisasi seperti organisasi tingkat jurusan di HMTG “MEBI” dengan
jabatan sebagai Ketua Divisi Usaha Dana dari tahun 2018-2019, organisasi tingkat
fakultas di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dengan jabatan sebagai Anggota
Divisi Sosial dari tahun 2018-2019.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................

HALAMAN TUJUAN ............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................. ii

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................ iii

ABSTRAK ............................................................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xv

I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
1.2 MASALAH PENELITIAN ................................................................................ 2
1.3 BATASAN MASALAH..................................................................................... 2
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN........................................................ 3
1.4.1 Tujuan .......................................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat ........................................................................................................ 3
1.5 HIPOTESIS ....................................................................................................... 3

II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL ............................................................................ 4


2.1 Fisiografi Regional ............................................................................................. 4
2.2 Stratigrafi Regional ............................................................................................ 6
2.3 Struktur Dan Ketektonikan Regional................................................................... 10

III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 12


3.1 Peneliti Terdahulu .............................................................................................. 12
3.2 Dasar Teori ........................................................................................................ 12

ix
3.2.1 Batuan Beku ................................................................................................ 12
3.2.2 Pemerian Batuan Beku ................................................................................. 17
3.2.3 Batuan Granit ............................................................................................... 21

IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................... 33
4.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian ............................................................................. 33
4.1.1 Waktu Penelitian........................................................................................... 33
4.1.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 33
4.2 Alat dan Bahan ................................................................................................... 34
4.2.1 Alat .............................................................................................................. 34
4.2.2 Bahan ........................................................................................................... 35
4.3 Prosedur Penelitian............................................................................................. 35
4.4 Variabel Pengamatan .......................................................................................... 37
4.5 Pengolahan Dan Analisis Data ............................................................................ 37

V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............................................................... 40


5.1 Hasil Pengambilan Data Lapangan ..................................................................... 40
5.2 Hasil Analisis Petrografi .................................................................................... 40
5.3 Hasil Analisis Geokimia .................................................................................... 43

VI PENUTUP ................................................................................................................... 48
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 48
6.2 Saran ................................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

LAMPIRAN ...........................................................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komposisi Representatif Utama Dari Jenis Granit ................................................ 27

Tabel 3.2 Klasifikasi Batuan Granit Berdasarkan Posisi Tektonik ....................................... 30

Tabel 4.1 Waktu Penelitian ................................................................................................. 33

Tabel 4.2 Variabel Pengamatan ........................................................................................... 37

Tabel 4.3 Perbandingan Kandungan Unsur-Unsur Oksida Pada Tepi Benua Dan Busur
Kepulauan .......................................................................................................................... 39

Tabel 5.1 Hasil Analisis Geokimia Unsur Utama Daerah Penelitian .................................... 44

Tabel 5.2 Perbandingan Kandungan Unsur Oksida Pada Tepi Benua Dan Busur kepulauan .. 47

Tabel 5.3 Klasifikasi Batuan Granit Daerah Penelitian Berdasarkan Posisi Tektonik ........... 48

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fisografi Regional Lembar Ransiki ...................................................................... 5

Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Lembar Ransiki...................................................................... 7

Gambar 2.3 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian............................................................... 9

Gambar 2.4 Mandala Struktur Regional Lembar Ransiki .......................................................... 11

Gambar 3.1 Bentuk-Bentuk Intrusi Pada Batuan Beku .............................................................. 14

Gambar 3.2 Klasifikasi Batuan Beku Plutonik .......................................................................... 17

Gambar 3.3 Klasifikasi Mode Batuan Plutonik ......................................................................... 23

Gambar 3.4 Mineralogi Batuan Granit ...................................................................................... 24

Gambar 3.5 Klasifikasi Normatif.............................................................................................. 25

Gambar 3.6 Klasifikasi Dengan Domain Tipe I Dan S Yang Ditumpangkan ............................. 26

Gambar 3.7 Diskriminasi Antara Granit Tipe S Dan I ............................................................... 28

Gambar 3.8 Diagram TAS: Basa Total (Na2O + K2O) Versus Silika (Sio2) Dalam% Berat ...... 29

Gambar 3.9 Peta Yang Menunjukkan Pluton Granit Di Sepanjang Pantai Barat Amerika
Utara ...................................................................................................................................... 32

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian .................................................................................................. 34

Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian ........................................................................................ 36

Gambar 4.3 Klasifikasi Dengan Domain Tipe I dan S ............................................................... 38

Gambar 4.4 Seri Magma Dari Batuan Beku .............................................................................. 39

Gambar 5.1 Kenampakan Mineral Pada Sayatan Contoh Batuan GS 1 ..................................... 41

Gambar 5.2 Kenampakan Mineral Pada Sayatan Contoh Batuan GS 2 ..................................... 41

Gambar 5.3 Kenampakan Mineral Pada Sayatan Contoh Batuan GS 4 ..................................... 42

Gambar 5.4 Hasil Ploting Pada Klasifikasi Batuan Beku Plutonik (IUGS, 1973) ...................... 43

Gambar 5.5 Hasil Plot Daerah Penelitian Dengan Dominan Tipe I dan S ................................. 45

Gambar 5.6 Hasil Plot Seri Magma Daerah Peneltian Dari Batuan Beku .................................. 47

xii
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Singkatan Nama Pemakaian Pertama


Kali pada Halaman

Dkk Dan kawan-kawan 1


XRF X-Ray Fluorescene 2
SiO₂ Silikon Dioksida 4
S Supracrustal 4
M Meter 4
Km Kilometer 4
TiO₂ Titanium Dioksida 15
Al₂O₃ Aluminium Oksida 15
Fe₂O₃ Ferioksida 15
FeO Besi Oksida 15
MnO Mangan Oksida 15
MgO Magnesium Oksida 15
CaO Kalsium Oksida 15
Na₂O Natrium Oksida 15
K₂O Kalium Oksida 15
P₂O₅ Fosfor Pentoksida 15
H₂O Air 15
IUGS International Union of Geological Sciences 16
Mm Milimeter 19
REE Rare Earth Element 21
Q Kuarsa 21
A Alkali Feldspar 21
P Plagioklas 21
K Kalium 22
Na Natriun 22
Ca Kalsium 22
Fe Besi 22
Mg Magnesium 22
A Al₂O₃ (Aluminium Oksida) 24
C CaO (Kalsium Oksida) 24
N Na₂O (Natrium Oksida) 24
K K₂O (Kalium Oksida) 24
I Infracrustal 25
Ma Masehi 34
BT Bujur Timur 36
LS Lintang Selatan 36
HCL Hydro Chloric Acid 37
HVS Hount Vrij Schrift (Jenis Kertas) 37

xiii
Simbol Nama Pemakaian Pertama
Kali pada Halaman

- Hingga atau Pengurangan 3


̊ Derajat 3
> Lebih besar 4
% Persen 4
² Persegi 12
+ Pertambahan 22
/ Pembagian 22
< Lebih Kecil 24
∞ Tak Terdefinisi 24
= Sama Dengan 24
³ Kubik 33
‘ Menit 36
“ Detik 36
± Kurang Lebih 36

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Lepas 1 Peta Topografi Daerah Penelitian.................................................................

Lampiran Lepas 2 Peta Titik Pengambilan Sampel Daerah Penelitian .......................................

Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan ...................................

Lampiran 4 Hasil Sayatan Tipis Batuan Secara Mikroskopis .....................................................

Lampiran 5 Hasil Analisis Unsur Utama Kimia Batuan ............................................................

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrogenesa adalah suatu ilmu yang mempelajari proses pembentukan


suatu batuan tertentu, dari asal-usul atau sumber, proses-proses yang
menyebabkan batuan itu terbentuk dan daerah pembekuanya. Petrogenesa batuan
beku adalah segala hal yang berkaitan dengan proses pembentukan batuan beku
seperti mekanisme pembekuan magma, lama pembekuanya, tempat pembekuanya
dan sifat magma (Blatt dkk,2006).

Di antara Salawati dan Manokwari terdapat rangkaian pegunungan sejajar


dengan pantai utara dari kepala burung dengan arah barat-timur.Rangkaian
pegunungan ini terbagi menjadi dua oleh sebuah depresi memanjang yaitu bagian
utara dan bagian selatan.Pada depresi ini terdapat lembah-lembah dan daratan-
daratan. Rangkaian pegunungan bagian utara terdiri dari batuan vulkanis Neogen
dan Kuarter yang diduga vulkan pada jalur ini masih aktif, sedangkan rangkaian
pegunungan bagian selatan terdiri dari sedimen- sedimen Tersier bawah dan Pra-
Tersier yang terlipat kuat (Sriyono, 2018).

Granit Anggi merupakan salah satu batuan plutonik yang terdapat dalam
rangkaian pegunungan sejajar utara kepala burung, dan merupakan objek yang
cukup menarik untuk dipelajari.Granit Anggi yang muncul di permukaan berasal
dari kumpulan granit yang menyusup selama massa Trias awal (250 juta tahun
lalu) dan mengintrusi naik ke permukaan pada saat Miosen akhir (5.3 juta tahun
lalu) oleh aktivitas Sesar Ransiki (Atmawinata dkk, 1998).

Secara administratif Granit Anggi terletak pada Distrik Neney dan Distrik
Momiwaren yang berbatasan di bagian selatan Danau Anggi Gita, barat Ransiki,
dan utara Sungai Waren Besar, yang termasuk dalam lembar Ransiki, Granit
Anggi merupakan tubuh batuan beku plutonik yang terbentuk pada umur Trias
(250 juta tahun lalu) termasuk dalam kelompok batuan granitoid terdiri atas

1
granodiorit, diorit, granit, dan monzonit dengan mineral utama sebagai penyusun
yaitu biotit, muskovit, garnet dan andesin (Atmawinata dkk, 1998).

Pada penelitian ini akan dibahas mengenai petrogenesa dari Granit Anggi
yeng terletak pada Distrik Momiwaren, Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi
Papua Barat berdasarkan analisis geokimia menggunakan metode XRF (X-Ray
Fluorescene). Tujuan dari analisis geokimia ini adalah untuk menentukan
komposisi kandungan kimia guna mengetahui tipe batuan beku, indeks
pembekuan magma, jenis magma serta lingkunga tektonik.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas


dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana komposisi mineral dan geokimia dari Granit Anggi pada


daerah penelitian ?
2. Bagaimana petrogenesa dari pembentukan Granit Anggi pada daerah
penelitian berdasarkan analisis geokimia ?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka batasan masalah dalam penelitian


ini dibatasi oleh :

1. Pengambilan sampel batuan menggunakan metode hand specimen pada


singkapan batuan yang berada di permukaan.
2. Penelitian hanya pada formasi Granit Anggi, serta petrogenesa granit
Anggi berdasarkan analisis geokimia dengan menggunakan metode XRF
(X-Ray Fluorescene).

2
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui komposisi mineral dan geokimia yang terkandung pada


Granit Anggi di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui petrogenesa dari Granit Anggi berdasarkan analisis
geokimia berupa penentuan komposisi kandungan mineral, tipe batuan
beku, indeks pembekuan magma, jenis magma, serta lingkungan tektonik.

1.4.2 Manfaat

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai data basekepada pemerintah dan penelitian lebih lanjut mengenai


Granit Anggi.
2. Untuk mengetahui petrogenesa dari Granit Anggi berdasarkan analisis
geokimia.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan studi referensi dan penelitian terdahulu, penulis memperoleh


hipotesis sebagai berikut :

1. Granit Anggi kemungkinan besar memiliki kandungan SiO₂ > 62%


termasuk kedalam jenis batuan beku asam (Williams, 1973).
2. Berdasarkan regional Lembar Ransiki (Atmawinata dkk, 1998), Granit
Anggi termasuk kedalam tipe-S.

3
BAB II
TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional

Ransiki mengangkangi legih utama berarah barat-baratlaut yang


melintangi Kepala Burung. Separuh Lembar yang utama ditempati oleh medan
bergunung penuh tonjolan yang di selatan dibatasi oleh kuesta mencolok yang
miring ke selatan (kuesta Kepala Burung bagian tengah), hingga 2300m di atas
muka laut, yang berkembang pada batugamping dan batupasir yang resisten. Jauh
ke selatan medannya berbukit, yang berkisar dari bentangan bertonjolan dengan
morfologi landai rata dan punggungan homoklin berongak rapat sampai topografi
terasak dan menggelombang.Ke arah baratdaya, daerah yang berbukit itu berubah
menjadi dataran aluvium Sungai Wiriagar dan Sungai Tembuni.

Garis pantai Teluk Cendrawasih yang berbatasan dengan Pegunungan


Arfak, terbentuk dari haluan berbatu yang berselingan dan kipas aluvium kaki-
burung yang terbentuk oleh sungai teranyam.Di selatan Teluk Mawi, pegunungan
pantai yang berarah utara dan terutama tersusun dari batugamping berakhir
dengan tiba-tiba di pantai terjal, dan secara struktur mengendalikan lekukan dan
haluan yang menonjol.

Paparan pantai, dari garis pantai sampai isobat 200 m, umumnya sempit,
dengan lebar kira-kira sampai 5 km, tetapi beberapa tonjolan yang tegas
menganjur ke Teluk Cendrawasih terdapat di timur Tanjung Oransbari dan muara
Sungai Ransiki. Pulau Wairundi terletak di ujung tenggara sebuah dangkalan
memanjang.

Daerah lembar mencakup sebelas satuan fisiografi ; Pegunungan Arfak,


Danau antargunung Anggi, Bentangan Pegunungan Kepala Burung bagian tengah,
Pegunungan Imskin-Kaputih, Kuesta Kepala Burung bagian tengah, Perbukitan di
selatan, Kras, Pegunungan Misumna dan pegunungan pantai, undak-undak,
terumbu koral terangkat, dan dataran dan daerah rata aluvium dan litoral.

4
Fisiografi pada daerah penelitian termasuk dalam Pegunungan bagian
tengah Kepala Burung.Topografi itu dicirikan oleh punggungan pendek-
pendekatau bukit bulat telur sampai membundar dan pegunungan yang berlereng
curam lurus, cembung landai, dan puncak yang luas atau membundar dengan
puncak yang hampir bersesuaian. Ketinggian rata-rata berangsur-angsur menurun
dari lebih 1600 m di atas muka laut sekitar Sungai Warjori sampai sekitar 800 m
di barat, makin jauh di timur pegunungan itu lebih kasar dengan puncak
menjulang sekitar 2800 m di atas muka laut. Daerah ini tersalirkan oleh sungai
berkerapatan sedang baik ke utara maupun ke selatan, umumnya sungai di sini
mempunyai aliran yang berkelok-kelok rumit, setempat tatasalirnya dikendalikan
oleh struktur, yang mengakibatkan aliran lurus, misalnya di hulu Sungai Rawoera
bagian timur dan hulu Sungai Warjori dan Sungai Momi.

DaerahPenelitian

Gambar 2.1 Fisografi Regional Lembar Ransiki (dimodifikasi dari Fisiografi Regional Lembar
Ransiki, Irian Jaya. Atmawinata dkk, 1998).

5
2.2 Stratigrafi Regional

Ransiki mempunyai lima mandala geologi utama, yaitu Bongkah (Blok)


Kemum, Bongkah (Blok) Arfak, Ranah (Mintabat) Leher Burung (Lajur Lipatan
Lengguru), Cekungan Bintuni dan Sistem Sesar Ransiki. Mandala geologi pada
daerah penelitian termasuk dalam Bongkah (Blok) Kemum dan Lajur Lipatan
Lengguru.

Blok Kemum terbentuk sebagai batuan dasar dengan umur Silur-Devon,


yang tertindih dengan ketakselarasan sudut oleh runtunan tak sinambung batuan
endapan anjungan yang berumur Paleozoikum Atas sampai Tersier Akhir.
Formasi Kemum (SDk) yang telah terlipat, termalihkan, dan diterobos oleh granit
yang berumur Karbon dan Prem Atas sampai Trias, masing-masing Granit
Warjori (Cw) dan Granit Anggi (Ra). Batuan tertua di Ranah Leher Burung (Lajur
Lipatan Lengguru) adalah bagian dari Komplek Mawi (PKm), satuan yang
mencakup beberapa jenis endapan yang tercampur secara tektonik dengan
ketiadaan fosil. Ranah Leher Burung ini terbentuk pada Perem-Tersier Akhir.

6
Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Lembar Ransiki (Atmawinata dkk, 1998).

Pada daerah penelitian terdapat empat satuan stratigrafi yaitu :

1. Formasi Kemum (SDk) : terdiri dari sedimen malih derajat rendah,


batusabak (beberapa filit), serpih sabakan, argilit dan batulanau berselipan
secara teratur dengan batupasir dan setempat konglomerat, langka sisipan
batugamping terhablur ulang. Sedimen malih derajat menengah sampai
tinggi, batusabak, filit, kuarsit, sekis, dan genes dengan sedikit batu kapur-

7
silikat. Langka batuan gunungapi malih, dasit malih dan andesit malih.
Granitoid (termasuk dalam Granit Anggi) berhubungan dengan batuan
malihan derajat menengah sampai tinggi, tubuh kecil pejal dan granitoid,
granit, tonalit, diorite dan pegmatit. Tebal lebih kurang 2500 m, terdapat di
bagian utara lembar di barat Sungai Prafi dan Sungai Ransiki. Berumur
Silur – Devon,alas tak tersingkap, tertindih takselaraskan bersudut oleh
Fm. Aimau, Fm. Tipuma dan beberapa satuan Tersier – Kuarter, diterobos
oleh Granit Warjori dan Granit Anggi, bersentuhan dengan sesar dengan
Batuan Gunungapi Arfak, bancuh di Sistem Sesar Ransiki. Berasal dari
daerah sumber yang tersusun terutama oleh silika-klastik termalihkan
derajat rendah dan granit yang mungkin berumur Pracambrium (Pieters
dkk, 1989).
2. Komplek Mawi (PKm) : terdiri dari serpih, argilit, batulanau dan batupasir
nekabahan. Berwarna kemerahan dan coklat keunguan, kelabu dan putih.
Berlapis tipis sampai menengah, biasanya dengan perarian sejajar dan
menggelombang dan berurat kuarsa batupasir. Terpilah buruk sampai
sedang, kerataan menyudut tanggung sampai membundar tanggung dari
kuarsa, sedimen malih derajat sangat rendah, rijang, mika dan mineral
tambahan yang biasanya terhablur ulang (akibat malihan derajat sangat
rendah).
3. Granit Anggi (Ra) : terdiri dari granit dan setempat diorit kuarsa, aplit dan
pegmatit. Granit berbutir sedang lebih kurang seragam, mengandung biotit
dan atau muskovit, umumnya pejal tetapi juga terdaunkan atau terluruskan
dekat tepinya disebabkan oleh barisan biotit yang agak sejajar dan butiran
kuarsa. Terdapat di selatan Danau Gita, di timur bagian tengah, blok sesar
di Sistem Sesar Ransiki. Berumur Prem Akhir – Trias, takselaras
menerobos dan bersentuhan sesar dengan Fm. Kemum, bersentuhan sesar
dengan Batuan Gunungapi Arfak dan Fm. Wai, tertindih oleh Fm. Wai dan
Fm. Befoor. Granitoid termasuk dalam granit tipe-S.
4. Formasi Befoor (TQb) : terdiri dari batupasir nekabahan, batupasir
kerikilan, konglomerat kerikil sampai kerakal, batulumpur, batunapal, dan
sedikit batugamping dan batuan gunungapi. Tebal lebih dari 800 m,

8
terdapat di bagian timur Pegunungan Arfak dan barat hilir Sungai Ransiki.
Berumur Pliosen – Plistosen, tidak selaras di atas Fm. Kemum, Granit
Anggi, dan Batuan Gunungapi Arfak, disebandingkan dengan Fm.
Menyambo dan Fm. Manokwari. Fosil foraminifera, koral, ganggang,
peleispoda dan gastropoda. Terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan
estuarine berdekatan dengan daerah bertimbulan kasar dari Batuan
Gunungapi Arfak dan Fm. Kemum.
5. Endapan alluvium dan litoral (Qa) : terdiri dari lumpur, pasir dan kerikil,
gambut dan sisa tumbuhan. Tebal lebih dari 30 m, terdapat di pantai
bagian timur dan setempat sepanjang sungai utama. Berumur Kuarter,
tidak selaras di atas satuan yang lebih tua. Terbentuk pada lingkungan
fluvial dan litoral (estuary, delta kecil, pesisir).

Gambar 2.3 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (di modifikasi dari Peta Geologi Lembar
Ransiki, Irian Jaya. Atmawinata dkk, 1998).

9
2.3 Struktur Dan Ketektonikan Regional
Struktur pada daerah penelitian termasuk ke dalam Bongkah Kemum,
yang tersingkap di bagian baratlaut dan tengah utara daerah lembar.Di timur
berbatasan dengan Sistem Sesar Ransiki, dan di selatan berbatasan dengan
Cekungan Bintuni.Sedimen malih Formasi Kemum umumnya miring sedang
hingga terjal dan teriuk menjadi lipatan hingga isoklin yang disertai
denganpembelahan bidang sumbu.Di tempat yang diamati, ukuran lipatan itu
mulai dari beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Pada jarak beberapa
kilometer dari Sistem Sesar Sorong dan Ransiki, arah perlapisan dan perdaunan
utama yang menonjol di barat Sungai Warjori adalah kearah utara dan makin ke
timur, pada arah baratlaut. Setempat berkembang belahan lipatan
sekunder.Periukan itu disertai oleh pemalihan (dynamothermal metamorphisme)
sewilayah derajat-rendah hingga ke lajur biotit, dan setelah itu tertimpa oleh tahap
pemalihan tekanan rendah dan atau pemalihan suhu tinggi.Derajat malihan pada
jalur ini bertambah kearah timur dari batusabak dan filit berbiotit melalui filit dan
sekis berbiotit, andalusit sampai sekis berandalusit, silimanit, dan jarang genes
bermuskovit, granit menggenes dan batuan menggranit sampai mendiorit
terdaunkan.
Di sepanjang sentuhan terobosan dengan batuan dalam berupa Granit
Anggi dan Granit Warjori yang masuk setelah tahap periukan dan pemalihan
sewilayah, atau boleh jadi secara bersama-sama dengan tahap kedua pemalihan.
Urat granit, aplit dan pegmatite mengikuti lapisan yang terlipat dan
memotongnya. Sentuhannya dengan batuan terobosan yang lebih besar umumnya
tak selaras, batuan tubuh terobosan yang lebih besar umumnya sebagian
terhablurkan kembali.Batuan Formasi Kemum terpotong oleh banyak retakan
yang miring sedang hingga tegak, terutama di bagian utara sampai baratlaut dan
timurlaut.Kebanyakan retakan itu terbentuk selama pengangkatan di Kepala
Burung bagian utara selama Pliosen dan Kuarter. Pada arah Sistem Sesar Sorong
dan Ransiki sedimen malih dan granit berangsur-angsur makin banyak
retakannya, terabak, terubah, terhablurkan kembali dan setempat termilonitkan.
Arah struktur utamanya sejajar dengan struktur Sesar, rabakan dan retakan yang

10
membentukpatahan yang rumit, dan sesar berbalik, sesar naik, sesar turun dan
sesar geser-jurus telah dipetakan.

DaerahPenelitian

Gambar 2.4Mandala Struktur Regional Lembar Ransiki (Atmawinata dkk, 1998).

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Peneliti Terdahulu


Lokasi daerah penelitian dan sekitarnya secara regional telah diteliti oleh
peneliti terdahulu ;Atmawinata dkk (1998), yang meneliti dan membuat Peta
Regional Lembar Ransiki Irian Jaya. Sedangkan penelitian terdahulu mengenai
petrogenesa yang berkaitan dengan proposal penelitian ini antara lain sebagai
berikut :
1. Jumiko Nompi Sarira (2014), melakukan penelitian mengenai ;
Petrogenesa Dan Potensi Mineralisasi Pada Granit Anggi, Kabupaten
Manokwari, Provinsi Papua Barat.
2. Fardo Saway (2020), melakukan penelitian mengenai ; Studi Petrogenesa
Granit Anggi Berdasarkan Analisis Petrografi Distrik Nenei, Kabupaten
Manokwari Selatan, Propinsi Papua Barat.

3.2 Dasar Teori

3.2.1 Batuan Beku

Batuan beku, merupakan hasil pembekuan magma.Magma sendiri


merupakan senyawa silikat, berbentuk cair, pijar, panas, dan berada dalam dapur
magma.Cairan magma tersebut bersifat dinamis, selalu bergerak dan mengalir ke
semua tempat di dalam litosfer melalui retakan-retakan atau patahan geologi.
Apabila magma telah mencai titik kristalinitasnya maka magma tersebut akan
mengkristal membentuk kumpulan mineral tertentu yang disebut sebagai batuan
beku atau sering disebut Igneous rock (Sukandarrumidi dkk, 2018).

Klasifikasi atau penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga hal
utama, yaitu berdasarkan tempat genesa batuan, berdasarkan senyawa kimia yang
terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.

1. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Tempat Genesanya

12
Klasifikasi ini merupakan penggolongan awal sebelum dilakukannya
penggolongan batuan lebih lanjut. Penggolongan tersebut adalah sebagai
berikut :
A. Batuan Beku Intrusi
Batuan ini terbentuk di bawah permukaan bumi, sering disebut
batuan beku dalam atau batuan plutonik. Batuan jenis ini proses
pembentukannya sangat lambat, yaitu sampai jutaan tahun. Keadaan ini
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dengan bentuk yang
sempurna, menjadi tubuh batuan beku intrusi.Tubuh batuan beku sendiri
mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat beragam, tergantung pada
kondisi magma dan batuan yang ada disekitarnya.
Berdasarkan kedudukannya terhadap batuan yang diterobos,
struktur tubuh batuan beku intrusi dapat digolongkan menjadi struktur
diskordan dan struktur konkordan. Disebut diskordan apabila tubuh batuan
beku memotong batuan sekelilingnya, bentuk-bentuk tubuh batuan beku
yang diskordan adalah sebagai berikut :
1) Batholith, yaitu tubuh batuan beku yang memiliki ukuran sangat
besar, sekitar > 100 km² dan membeku pada kedalaman dan dasar
dari tubuh batholith terkadang tidak diketahui.
2) Stock, kenampakannya seperti batholith tetapi bentuknya tidak
beraturan dan dimensinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan
batholith, penyebaran umumnya tidak lebih dari 10 km². Stock
merupakan penyerta suatu batholith atau merupakan bagian atas
dari batholith.
3) Dike, mempunyai dimensi yang kecil bila dibandingkan dengan
batholth dan bentuk umumnya tabular.
4) Apophyse, merupakan cabang dari dike dan pada umumnya
berbentuk tabular. Apabila batuan yang diterobos tererosi,
permukaannya tampak melingkar dengan luas beberapa meter
persegi.
5) Volcanic neck, sering disebut pipa gunung api di bawah kawah,
yang mengalirkan magma ke daerah kepundan. Apabila batuan

13
yang menutupi sekitarnya tererosi, maka bentuk batuan beku
kurang lebih silindris, dan tampaknya menonjol dari topografi di
sekitarnya.
Bentuk batuan beku yang letaknya kurang lebih sejajar dengan lapisan
batuan di sekitarnya, disebut konkordan. Bentuk-bentuk tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Sill, merupakan intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar
dengan perlapisan batuan yang diterobosnya. Pada umumnya
berbentuk tabular dengan sisinya yang sejajar.
2) Lakholith, hamper serupa dengan sill hanya pada sisi atas bagian
yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas membentuk
suatu kubah yang landai, sedang bagian bawahnya mirip dengan
sill.
3) Lopholith, hamper serupa dengan lakholithhanya saja bagian atas
dan bawahnya berbentuk cekung.

Gambar 3.1 Bentuk-Bentuk Intrusi Pada Batuan Beku (Flint dan


Skinner, 1977)

B. Batuan Beku Ekstrusi


Batuan yang mengalami proses pembekuannya berlangsung di
permukaan bumi. Batuan jenis ini mengalami proses pembentukan yang
cepat, sehingga kristal-kristal yang terbentuk mempunyai ukuran relatif

14
kecil. Batuan beku ekstrusi memiliki berbagai struktur yang memberi
petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuannya, struktur
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Masif (Massif) ; Struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan
yang terlihat seragam.
2) Kekar Berlembar (Sheeting Joint) ; Struktur batuan beku yang
terlihat sebagai lapisan.
3) Kekar Tiang (Collumnar Joint) ; Struktur yang memperlihatkan
batuan terpisah polygonal seperti batang pensil.
4) Lava Bantal (Pillow Lava) ; Struktur yang menyerupai bantal yang
bergumpal-gumpal.
5) Vesikuler (Vesicular) ; Struktur yang memperlihatkan adanya
lubang-lubang pada permukaan batuan beku. Lubang ini terbentuk
sebagai akibat pelepasan gas pada saat pembekuan magma.
6) Skoria (Scoria) ; Struktur yang kenampakannya seperti pada
struktur vesikuler, namun kedudukan lubang-lubang posisinya acak
(tak teratur). Struktur ini umumnya dijumpai pada batuapung
(pumice).
7) Amigdaloidal (Amygdaloidal) ; Merupakan struktur vesikuler yang
kemudian terisi oleh mineral lain, biasanya kalsit, kuarsa atau
zeolit.
8) Konkoidal (Concoidal) ; Struktur berbentuk setengah lingkaran
pada permukaan batuan yang berbutir halus, misalnya pada
obsidian.
9) Struktur Aliran (Flow) ; Struktur yang memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral yang bentuknya memanjang pada arah
tertentu akibat proses aliran magma.

2. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia


Salah satu klasifikasi batuan beku secara kimia adalah dari
senyawa oksidanya, seperti SiO₂, TiO₂, AlO₂, Fe₂O₃, FeO, MnO, MgO,
CaO, Na₂O, K₂O, P₂O₅ dan H₂O. Dalam analisis kimia batuan beku

15
diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang
sama dengan magma sebagai pembentuknya. Berdasarkan komposisi
senyawa silikat pembentukannya, magma dibagi menjadi empat jenis,
yaitu :
A. Magma Asam (Acid Magma) ; Apabila magma membeku menghasilkan
batuan beku yang bersifat asam, yang untuk selanjutnya dikenal sebagai
batuan beku asam.
B. Magma Tengahan (Intermediate Magma) ; Apabila magma membeku
menghasilkan batuan beku yang bersifat tengahan (intermediate) yang
untuk selanjutnya dikenal sebagai batuan beku intermediate.
C. Magma Basa (Basic Magma) ; Apabila magma membeku menghasilkan
batuan beku yang bersifat basa, yang untuk selanjutnya dikenal sebagai
batuan beku basa.
D. Magma Ultra Basa (Ultra Basic Magma) ; Apabila magma membeku
menghasilkan batuan beku yang bersifat ultra basa, yang untuk selanjutnya
dikenal sebagai batuan beku ultra basa.

3. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineral


Klasifikasi ini sangat umum digunakan karena relatif mudah dan
sederhana serta dapat dilihat langsung dengan dengan mata (megaskopis).
Klasifikasi ini didasarkan pada susunan mineral yang dipadukan dengan
tekstur. Berikut adalah klasifikasi Batuan Beku Plutonik (IUGS, 1973)
yang ditampilkan pada (gambar 3.2) dibawah ini.

16
Gambar 3.2 Klasifikasi Batuan Beku Plutonik (IUGS, 1973).

3.2.2 Pemerian Batuan Beku

1. Warna
A. Warna Segar ; Merupakan warna batuan beku yang batuannya belum
terkena proses erosi dan belum mengalami pelapukan. Biasanya warna
segar batuan beku dilihat pada bagian dalam dari batuan beku itu sendiri.
B. Warna Lapuk ; Merupakan warna batuan beku yang batuannya telah
terkena proses erosi dan mengalami pelapukan. Biasanya warna lapuk
batuan beku dilihat pada bagian luar batuan yang telah terlapukan.

2. Struktur
Struktur batuan beku yang dapat dilakukan pemerian di lapangan
adalah struktur yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan

17
bumi ataupun batuan beku yang telah tersingkap di permukaan. Struktur
tersebut di antaranya sebagai berikut :
A. Masif (Massif) ; Struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang
terlihat seragam.
B. Kekar Berlembar (Sheeting Joint) ; Struktur batuan beku yang terlihat
sebagai lapisan.
C. Kekar Tiang (Collumnar Joint) ; Struktur yang memperlihatkan batuan
terpisah polygonal seperti batang pensil.
D. Lava Bantal (Pillow Lava) ; Struktur yang menyerupai bantal yang
bergumpal-gumpal.
E. Vesikuler (Vesicular) ; Struktur yang memperlihatkan adanya lubang-
lubang pada permukaan batuan beku. Lubang ini terbentuk sebagai akibat
pelepasan gas pada saat pembekuan magma.
F. Skoria (Scoria) ; Struktur yang kenampakannya seperti pada struktur
vesikuler, namun kedudukan lubang-lubang posisinya acak (tak teratur).
Struktur ini umumnya dijumpai pada batuapung (pumice).
G. Amigdaloidal (Amygdaloidal) ; Merupakan struktur vesikuler yang
kemudian terisi oleh mineral lain, biasanya kalsit, kuarsa atau zeolit.
H. Konkoidal (Concoidal) ; Struktur berbentuk setengah lingkaran pada
permukaan batuan yang berbutir halus, misalnya pada obsidian.
I. Struktur Aliran (Flow) ; Struktur yang memperlihatkan adanya penjajaran
mineral-mineral yang bentuknya memanjang pada arah tertentu akibat
proses aliran magma.

3. Tekstur
Tekstur merupakan hasil rangkaian dari suatu batuan pada waktu
sebelum dan sesudah kristalisasi berikut ini merupakan tekstur yang umum
pada batuan beku pengertian tekstur pada batuan beku mengacu pada
kenampakan butir-butir mineral yang ada didalamnya, meliputi tingkat
kristalisasi, ukuran butir dan bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar
butir jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan

18
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatan.
A. Kristalinitas
Kristalinitas, merupakan derajat kristalisasi suatu batuan beku pada
saat terbentuknya.Kristalinitas dapat menunjukan berapa banyak mineral
yang berbentuk Kristal dan juga merefleksikan kecepatan pembekuan
magma. Dalam pembentukannya dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi,
yaitu :
1) Holokristalin ; Merupakan batuan beku dimana semuanya
tersusun oleh Kristal.
2) Hipokristalin ; Merupakan apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
3) Holohyalin ; Merupakan batuan beku yang semuanya tersusun
dari massa gelas.
B. Granularitas
Granularitas, diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Dikenal ada dua kelompok besar ukuran butir, yaitu :
1) Fanerik ; Apabila masing-masing kristal dari mineral
penyusunnya mudah dibedakan satu sama lain dengan mata
telanjang (secara megaskopis). Kristal fanerik dibedakan
menjadi beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :
a) Halus, apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
b) Sedang, apabila ukuran diameter butir 1-5 mm.
c) Kasar, apabila ukuran diameter butir 5-30 mm.
d) Sangat Kasar, apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
2) Afanitik ; Besar ukuran Kristal dari kelompok ini tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang (megaskopis), sehingga untuk
studi lebih lanjut diperlukan bantuan mikroskop. Dalam analisis
mikroskopis, dibedakan sebagai berikut :

19
a) Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku
bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran
butiran sekitar 0,1-0,01 mm.
b) Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku
terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan
mikroskop ukuran butir berkisar antara 0,01-0,002 mm.
c) Amorf atau hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3) Porfiritik ;Batuan yang kristalnya sebagian dapat dibedakan
dengan mata telanjang dan sebagian kristalnya tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa, hingga hanya bisa dilihat dengan
batuan mikroskop.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu Kristal dalam batuan, jadi
bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua
dimensi (dalam bentuk sayatan tipis), batuan dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu :
1) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari
bidang kristal.
2) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak
terlihat lagi.
3) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu :
1) Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama
panjang.
2) Tabular,apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjanng dari
satu dimensi lainya.
3) Prismatik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari
satu dimensi lainya.
4) Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
D. Hubungan Antarkristal

20
Hubungan antarkristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai
hubungan antarkristal dari mineral yang satu dengan mineral lainnya
dalam suatu batuan. Hubungan antarkristal dibedakan menjadi :
1) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar.
2) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai
pembentukan batuan tidak sama besar mineral yang besar
disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar.

4. Komposisi Mineral

Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal usulnya,maka pada batuan


beku terdapat mineral utama (essential minerals), mineral tambahan
(accessory minerals), dan mineral sekunder (secondary minerals) yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Essential Minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari


pembekuan magma, dalam jumlah berlimpah sehingga
kehadiranya sangat menentukan nama batuan beku.
2) Accessory Minerals, adalah juga mineral yang terbentuk pada
saat pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit
sehingga kehadiranya tidak mempengaruhi penamaan batuan.
3) Secondary Minerals, mineral ubahan dari mineral primer
sebagai akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil
metamorfisme.

3.2.3 Batuan Granit

1. Pengertian Granit

Granit adalah batuan kristalmasif yang berasal dari pendinginan


magma di kedalaman dengan proses yang cukup lama. Granit memiliki
kristal berukuran milimeter hingga sentimeter, yang biasanya berwarna

21
putih hingga abu-abu yang mencerminkan komposisi kimianya, yaitu kaya
silika. Komposisi mineral pada dasarnya tersusun dari kuarsa, alkali
feldspar, plagioklas dan jarang mika putih untuk mineral berwarna terang,
serta biotit dan terkadang amphibole, klinopyroksen atau ortopiroksen
untuk mineral berwarna gelap. Mineral lain terjadi dalam jumlah kecil,
oleh karena itu disebut 'aksesori' termasuk turmalin, garnet, apatit, zirkon,
monasit, ilmenit,magnetit, topas, dan terkadang unsur tanah jarang (REE)
dan mineral bijih logam (Nédélec dan Bouchez, 2014).

2. Klasifikasi Granit

Diagram mode QAP Streckeisen memberikan klasifikasi sederhana


berdasarkan persentase mineral berwarna terang.Granit terdiri dari 20-60%
kuarsa (Q) serta proporsi variabel alkali feldspar (A) dan plagioklas
(P).Dalam diagram QAP, alkali feldspar (A) secara alami mengacu pada
feldspar potasik (ortoklas) tetapi juga feldspar sodik (feldspar alkali
perthitic dan albit). Proporsi relatif (A dan P) membantu untuk
menentukan empat jenisgranit yang berbeda. Dari kiri ke kanan (A ke P)
pada (gambar 3.3)adalah: (1) granit alkali-feldspar, di mana feldspar K-
Na dominan, (2) granit, (3) granodiorit, dan(4) tonalit di mana plagioklas
dominan.Dari (A ke P) batuan berwarna gelap, mencerminkan
peningkatankandungan mineral gelap (biotit, amfibol, piroksen) seiring
dengan peningkatan konsentrasi Fe + Mg (gambar 3.4).Pada saat yang
sama, plagioklas menjadi lebih mengandung kapur, yaitu lebih dekat ke
anortit (dengan meningkatnya rasio Ca / Ca + Na).

22
Gambar 3.3 Klasifikasi Mode Batuan Plutonik (Nédélec dan Bouchez dalamStreckeisen, 1976).
Ket :pada kolom warna putih = domain granitoid atau granit.

Klasifikasi ini berdasarkan proporsi kuarsa-alkali feldspar dan plagioklas,


untuk menggunakan klasifikasi ini kita harus mengetahui komposisi mode
batuan.Ini dapat ditentukan secara tepat dari bagian sayatan tipis yang diamati di
bawah mikroskop terpolarisasi.

23
Gambar 3.4 Mineralogi Batuan Granit(Nédélec dan Bouchez dalamStreckeisen, 1976).

Secara sederhana, mode batuan dilakukan dengan menggunakan


perangkat penghitung titik dengan menghubungkan titik Q, A atau P,
sedangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih komplit dapat
menggunakan analis gambar dibawah mikroskop polarisasi berupa sayatan
tipis batuan. Namun analisis kimia mungkin jauh lebih mudah dan tepat
diperoleh (setidak untuk mengetahui elemen utama batuan), hubungan
antara mode granit dan persentase oksidanya (% berat) dapat ditetapkan
melalui perhitungan komposisi mineraloginya, yang disebut ‘norma’. Data
normative yang sesuai kemudian dapat diplot ke dalam diagram normative
Streckeisen dan Lemaître (1979), lihat (gambar 3.5)yang menyajikan
subdivisi yang sama seperti dalam plot mode QAP Streckeisen.

24
Gambar 3.5 Klasifikasi Normatif (Nédélec dan Bouchez dalam Streckeisen dan Le
Maître, 1979).

Untuk lebih memahami keanekaragaman geokimia granit,


klasifikasi paling sederhana dan paling bermanfaat didasarkan pada
saturasi di alumina, melalui perhitunganrasio molar A / CNK (Al2O3 /
CaO + Na2O + K2O) dan A / NK (Al2O3 / Na2O + K2O) dari persentase
berat dalam oksida yang diperoleh dengan analisis kimia (Shand, 1943).
Namun, A dari A / CNK berbeda dari A pada diagram QAP. A / CNK
sama dengan 1 untuk haplogranites, batuan (virtual) yang secara eksklusif
terdiri dari kuarsa dan feldspar (ortoklas dan / atau albit). Pengenalan
mineral yang memiliki kandungan Al berbeda akan mengubah nilai A /
CNK dari batuan secara keseluruhan. Misalnya penambahan hornblende
(A / CNK = 0.7) akan menurunkan rasio ini (A / CNK <1), sedangkan
introduksi garnet (A / CNK = ∞) atau mineral kaya Al lainnya (misalnya
muskovit) akan meningkat (A / CNK> 1). Atas dasar tersebut (gambar
3.6), granit peraluminus dicirikan oleh A / CNK> 1.

Untuk granit metaluminus (A / CNK<1), perbedaan tambahan


dibuat sesuai dengan nilai A / NK, antara granit metaluminous, juga
disebut granit kalkali alkali (A / NK> 1), dan granit peralkalin (A / NK
<1). Pendekatan terakhir memberikan tidak lebih dari klasifikasi granit

25
sebagai fungsi dari mineral utamanya,atau komposisi unsur kimia utama.
Tidak ada implikasi genetik mengenai sumber (asal), atau mekanisme
ekstraksi yang dapat diturunkan dari klasifikasi ini, meskipungranit yang
berasal dari peleburan pelites diketahui bersifat peraluminous.Makna
genetik telah diberikan oleh huruf S dan I yang pertama kali diperkenalkan
oleh Chappell dan White (1974) untuk menandakan sumber granit. S
singkatan dari 'supracrustal', menunjukkan pelelehan parsial dari
metasediments, dan I untuk 'infracrustal' atau 'beku', menunjukkan
pelelehan parsial dari protolit beku. Secara kimiawi, granit tipe-S kira-kira
setara dengan granit peraluminous dari Shand, dan granit tipe-I setara
dengan granit metaluminous dan Al-poor, A / CNK = 1.1 menjadi batas
antara kedua kelompok ini (gambar 3.6).

Gambar 3.6 Klasifikasi Dengan Domain Tipe I Dan S Yang Ditumpangkan (Nédélec dan
Bouchez dalam Shand, 1943).

Untuk bahan kimia rata-rata dari komposisi granit tipe I dan S


dapat dilihat pada (tabel 3.1) di bawah ini

26
Tabel 3.1 Komposisi Representatif Utama Dari Jenis Granit(Nédélec dan Bouchez
dalamWhalen dkk, 1987).

3. Mineralogi Granit

Granit biasanya mengandung mineral kuarsa, feldspar dan


biotit.Namun terkadang kehadiran mineral aluminus tambahan harus
disebutkan karena mineral tersebut berpartisipasi dalam menentukan tanda
kimiawi batuan. Misalnya, granityang mengandung biotit dan muskovit,
atau granit yang hanya mengandung muskovit, dan / atau kordierit, garnet,
turmalin atau aluminosilikat (andalusite atau sillimanite), termasuk dalam
granit tipe-S (Clarke, 1981). Sebaliknya, granit tipe-I dicirikan oleh adanya
mineral feromagnesia yang mengandung kalsium seperti hornblende,
klinopiroksen (augit atau diopsit) atau epidot (asalkan magmatis, yaitu
berasal dari lelehan magma).

27
Gambar 3.7 Diskriminasi Antara Granit Tipe S Dan I sebagai fungsi dari kandungannya
dalam fosfor.apatite(kalsium fosfat), mineral aksesori umum, lebih larut dalam magma
peraluminous (tipe-S) daripada magma metaluminous (tipe-I), (Nédélec dan Bouchez
dalamChappell, 1999).

Oksida besi (ilmenit dan magnetit) adalah aksesori yang


mengungkapkan fugacity oksigen yang menjadi ciri magma. Telah lama
diketahui bahwa ada dua kategori granit: satu granit ilmenit dan granit
magnetit dengan sedikit perwakilan di antaranya, tipe-S selalu termasuk
dalam kategori pertama, yang mencerminkan pembentukan dari
metasedimen pelitik yang kurang lebih terkait dengan bahan organik,
sehingga menjelaskan kondisi yang berkurang selama peleburan parsial.
Ishara (1997) menyatakan bahwa, magnetit series merupakan granitoid
yang mengalami oksidasi, sumber magma berasal dari mantel bagian atas,
mengandung magnetit yang yang melimpah, sedangkan ilmenit series
merupakan batuan granitoid yang mengalami reduksi, sumber magma
berasal dari mantel bagian dalam.

4. Indeks Pembekuan Magma

Untuk mengetahui indeks pembekuan magma dapat di lakukan


perhitungan secara matematis sebagai berikut:

28
Hutchiison, (1973) memberikan batas-batas indeks pembekuan
magma sebagai berikut :

A. Nilai IP 0 – 9, magma memberikan sifat andesitik – dasitik.


B. Nilai IP 10 – 19 magma memberikan sifat andesitik.
C. Nilai IP 20 – 29 magma bersifat andesitik – basaltik.
D. Nilai IP 30 – 40 magma bersifat basaltik.

5. Konsep Deret Magmatik

Batuan plutonik seringkali membentuk asosiasi yang muncul


secara kontemporer dan kogenetik di lapangan. Beberapa diagram
sederhana membantu mengidentifikasi jenis utama asosiasi, juga disebut
'deret magmatik'. Mereka ditafsirkan sebagai hasil dari evolusi magma
induk yang mengalami peningkatan derajat diferensiasi
magmatik.Diagram TAS (alkali total dengansilika: Na2O + K2O = SiO2)
yang dibuat oleh Kuno (1966) telah digunakan untuk membedakan antara
deret alkali dan subalkalin, keseluruhan deret kemudian dibagi lagi
menjadi tiga deret: high calk-alkali , calk - alkalin dan tholeiitik.

Gambar 3.8 Diagram TAS: Basa Total (Na2O + K2O) Versus Silika (Sio2) Dalam%
Berat (Kuno, 1966).

29
6. Klasifikasi Granit Berdasarkan Posisi Tektoniknya

Menurut Pitcher (1983, 1993) dan Barbarin (1990), dalam Winter


(2001) mengklasifikasikan granit berdasarkan posisi tektoniknya, hal itu
dilihat dari komposisi geokimia dan bahan sum ber utama batuan, yang
dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Klasifikasi Batuan Granit Berdasarkan Posisi Tektonik (Winter, 2001)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa batuan granit terbentuk kedalam
beberapa posisi tektonik. Secara umum dikelompokan menjadi Orogenik,
Transisi dan Anorogenik. Orogenik adalah pembentukan yang dilakukan
sebagian oleh proses tektonik (subduksi) karena tekanan kompresif,
dimana lempeng benua naik secara paksa keatas lempeng samudera.
Anorogenik mengacu pada magmatisme di dalam lapisan mantel bumi
atau pada zona pemekaran lempeng (rifting). Sedangkan Transisi terjadi
setelah proses orogenik berlangsung.

Tektonik batuan beku granit termasuk kedalam seri magma kalk -


alkali. Girod (1978), dalam Hanang Samudra (1988) membagi dua

30
lingkungan tektonik untuk kalk alkli ; busur kepulauan (ocenic island arc)
dan busur benua (orogenic continental).

A. Granitoid di Busur Kepulauan (oceanic island arc)

Granitoid Busur Kepulauan terjadi kerena proses kerak samudra


menunjam ke bawah mantel bumi (subduksi). Sifat kerak dan ketebalan
busur kepulauan berubah seiring waktu, komposisi magma busur juga
berubah seiring bertambahnya umur busur. Biasanya, di subduksi oleh
samudra-samudra berumur muda, dengan magma yang bersifat arc-
tholeiitik. Semakin bertambah waktu biasanya akan menjadi lebih potasik
(dan akhirnya semakin felsic) ketika kerak busur menjadi lebih tebal.
Dalam hal ini, magma busur kepulauan bersifat kalk-alkali, komposisi
yang dianggap khas dari proses subduksi. Granitiod ini sebagian besar
merupakan produk dari pelelehan parsial baji mantel di atas kerak
samudra, dimana pencairan disebabkan oleh masuknya cairan hidro yang
berasal dari kerak benua.

B. Granitoid di Tepi Benua (orogenic continental)

Busur Benua merupakan hasil dari dua tahap yang terjadi pada
potongan mantel bumi, tahap pertama melibatkan sumber mantel dan
menghasilkan magma basaltik (seperti yang terjadi pada busur kepulauan).
Magma berkumpul di dasar kerak yang kurang padat dimana beberapa
proses dapat terjadi, termasuk asimilasi dan pemadatan lapisan bawah
kerak. Peleburan parsial berikutnya dari bagian bawah kerak dapat terjadi
akibat panas yang dibawah ke atas oleh magma tonalitik yang cukup
ringan untuk naik ke tingkat dangkal dimana fraksinasi lebih lanjut dan
pemadatan terjadi. Ini adalah ciri khas dari granit tipe-I, karena bagian
bawah kerak berasal dari batuan beku. Kompleksitas kimia dan struktur
kerak berkontribusi pada tahap asimilasi (misalnya dengan pelapisan
metasedimen), maka dengan demikian akan granit menghasilkan tipe-S.
Continental Collision (zona tabrakan benua) akan mengakibatkan
proses magmatisme yang intens, sehingga terjadi penambahan pada bagian

31
bawah kerak benua dan daya apung yang menyebabkan subduksi menjadi
dangkal dan akhirnya berhenti.
Contoh pada Cordillera Amerika Utara dan Andes menampilkan
singkapan granit yang indah dari zaman Meso-hingga Kenozoikum karena
adanya banyak zona subduksi aktif di sepanjang batas barat Amerika Utara
dan Selatan. Granitoid ini membentuk beberapa pluton yang disusun
sebagai batholith memanjang, sejajar dengan pantai barat.
Batholith Sierra Nevada di California (gambar 3.9) terdiri dari
ratusan pluton yang volume rata-rata adalah 30 km3 dan yang usianya
berkisar dari Trias hingga Kapur.Batholith ini terkait dengan subduksi
lempeng Farallon yang sekarang telah menghilang.

Gambar 3.9 Peta Yang Menunjukkan Pluton Granit Di Sepanjang Pantai Barat Amerika
Utara (Nédélec dan Bouchez, 2014)

32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.1.1 Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian dimulai dari bulan September 2020 sampai


dengan April 2021 yang terlampir pada (tabel 4.1) sebagai berikut :

Tabel 4.1 Waktu Penelitian (Penulis, 2020)

4.1.2 Lokasi Penelitian

Secara administratif lokasi penelitian berada pada Distrik Momiwaren,


Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat dengan letak geografis
berada pada koordinat 134°03’00” - 134°07’00” BT dan 1°33’00” - 1°37’00” LS.
Lokasi penelitin dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat maupun

33
roda dua dengan waktu ± 2 jam perjalan dari Kampus Utama Universitas Papua,
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.

Gambar 4.1 Peta Topografi DaerahPenelitian (Penulis, 2020)

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. GPS (Global Positioning System)


2. Palu geologi
3. Kompas geologi
4. Kaca pembesar (loupe)
5. Pita ukur (rol meter)
6. Papan data (clipboard)
7. Kamera
8. Laptop
9. Perlengkapan camping
10. Senter

34
11. Jas Hujan

4.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Alat tulis menulis (ATK)


2. Buku catatan lapangan
3. Kantong sampel
4. Larutan HCL
5. Kertas HVS A4 80gsm
6. Kertas HVS A3
7. Peta topografi daerah penelitian (skala 1 :25.000)
8. Peta geologi regional daerah penelitian (skala 1 : 25.000)
9. Peta geologi regional lembar Ransiki (skala 1 : 250.000)

4.3 Prosedur Penelitian

1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk menambah referensi bagi penulis
mengenai permasalahan yang akan dibahas serta penentuan metode yang
tepat dalam penelitian ini. Studi literatur yang dilakukan oleh penulis
berupa peta geologi regional lembar Ransiki, data peneliti terdahulu serta
jurnal ataupun buku yang berkaitan mengenai petrogenesa batuan beku.
2. Pengambilan Data
Pengambilan sampel batuan (Granit Anggi) dan sedimen sungai
untuk dilakukan analisis petrografi dan geokimia batuan.
3. Pengolahan dan Analisis Data
Data berupa hasil analisis petrografi dan geokimia batuan yang
selanjutnya akan diolah untuk mengetahui komposisi mineral, tipe batuan
beku, indeks pembekuan magma, jenis magma dan lingkungan tektonik.
4. Penyusunan Laporan Akhir
Penyusunan laporan akhir merupakan tahap akhir dari hasil
penelitian ini, dimana penulis akan menyusun seluruh rangkaian kegiatan

35
dari awal hingga akhir menjadi 1 (satu) laporan berupa skripsi yang akan
disajikan dalam bentuk Hard Copy maupun Soft Copy.

Studi Literatur

Batuan Beku Petrogenesa Granit

Hipotesis

Penyususna Proposal Skripsi

Seminar Pra-Skripsi

Obsevasi / Pengambilan Data Lapangan

Pengolahan & Analisis Data

Petrografi XRF (X-Ray Fluorescene)

Komposisi Mineral Komposisi Geokimia Batuan

- Tipe Batuan Beku


- Indeks Pembekuan Magma
- Jenis Magma
- Lingkungan Tektonik

Penyusunan Skripsi / Laporan Akhir

Seminar Skripsi

Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian (Penulis, 2020)

36
4.4 Variabel Pengamatan

Dalam penelitian ini penyusun membuat beberapa variabel pengamatan


yang disusun dalam tabel seperti berikut :

Tabel 4.2 Variabel Pengamatan (Penulis, 2020)

No Variabel Pengamatan Aspek–Aspek Dalam Pengamatan

1 Petrografi Komposisi Mineral.

Komposisi Geokimia untuk menentukan :


Tipe batuan beku, Indeks pembekuan
2 XRF (X-Ray Fluorescene)
Magma, Jenis Magma, dan Lingkungan
Tektonik.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Penulis akan melakukan analisis petrografi dan XRF (X-Ray Fluorescene),


analisis petrografi dilakukan guna mengetahui komposisi mineral batuan
sedangkan analisis XRF (X-Ray Fluorescene) dilakukan guna mengetahui
komposisi geokimia batuan.

Kemudian untuk komposisi geokimia, akan dilakukan beberapa klasifikasi


sebagai berikut ;
1. Tipe batuan beku (Sand, 1943), dimana melalui perhitunganrasio molar A /
CNK (Al2O3 / CaO + Na2O + K2O) dan A / NK (Al2O3 / Na2O + K2O)
dari persentase berat dalam oksida yang diperoleh dengan analisis kimia
(Shand, 1943).

37
Gambar 4.3 Klasifikasi Dengan Domain Tipe I dan S (Shand, 1943).

2. Indeks pembekuan magma (Hutchison, 1973), di lakukan perhitungan


secara matematis sebagai berikut :

Hutchiison, (1973) memberikan batas-batas indeks pembekuan magma


sebagai berikut :
A. Nilai IP 0 – 9, magma memberikan sifat andesitik – dasitik.
B. Nilai IP 10 – 19 magma memberikan sifat andesitik.
C. Nilai IP 20 – 29 magma bersifat andesitik – basaltik.
D. Nilai IP 30 – 40 magma bersifat basaltik.

3. Jenis magma (Kuno, 1966) di dasarkan pada perbandingan antara Oksida


Alkali Total (K2O + Na2O) dengan Silika (SiO2).

38
Gambar 4.4 Seri Magma Dari Batuan Beku (Kuno 1966)

4. Berdasarkan Lingkungan Tektonik di ketahui bahwa batuan


beku granit termasuk kedalamseri magma kalk - alkali. Girod (1978, dalam
Hanang Samudra, 1988 ) membagi dua lingkungan tektonik untuk
kalk alkli ; busur kepulauan (oceanic island arc) dan tepi benua (orogenic
continental). Miyashiro (1972) memberikan kriteria tertentu untuk
membedakan kedua lingkungan tersebut.

Tabel 4.3 Perbandingan Kandungan Unsur-Unsur


Oksida Pada Tepi Benua Dan Busur Kepulauan (Miyashiro, 1974)

Unsur Berat % Tepi Benua Busur Kepulauan


TiO 2
0,4 – 1,5 0,1 – 1,3
Na2O 2,5 – 5,5 2,5 – 5,5
K2O 0,2 – 3,5 0,1 – 2,5
P2O5 0,1 – 0,9 0,01 – 0,5

Sebagai perbandingan yang menunjukan bahwa terdapat beberapa sumber


untuk batuan granit, telah dirangkum dalam (tabel 3.2) yang merupakan
tabel klasifikasi Lingkungan tektonik dari granitoid berdasarkan (Winter,
2001).

39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengambilan Data Lapangan

Hasil pengambilan data lapangan yang dilakukan 25 Mei sampai 18 Juni


2021, penulis melakukan pengamatan dan pengambilan sampel terhadap empat
singkapan batuan granit segar, tiga singkapan batuan granit lapuk dan empat
sedimen sungai yang dapat dilihat pada peta titik pengambilan sampel
(lampiran 2) yang kemudian dideskripsi secara megaskopis dilapangan yang
terlampir pada (lampiran 3).

Hasil pengambilan sampel lapangan kemudian dilakukan analisis


petrografi dan XRF (X-Ray Fluorescene), dimana tiga sampel granit segar
dilakukan analisis petrografi, sedangkan untuk analisis XRF (X-Ray Fluorescene)
dilakukan pada dua sampel granit segar, dua sampel granit lapuk dan dua sampel
sedimen sungai.

5.2 Hasil Analisis Petrografi

Dari tiga sampel batuan granit segar (GS1, GS2 dan GS4) yang disayat
tipis kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop polarisasi
dengan perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x, dan diketahui memiliki
komposisi mineral penyusun batuan sebagai berikut:

1. Sanidin (Sn) 50%

Pengamatan pada PPL tidak berwarna, bentuk mineral subhedral


berukuran 0,10-0,52 mm (C4-C7, A1-A5 dan F2-H2), hadir sebagai masa
dasar, tidak ada belahan, tidak mempunyai kembar, relief rendah, bias
rangkap lemah (orde 1).

40
Nikol Sejajar Nikol Silang

Sn

Sn
Sn

Gambar 5.1 Kenampakan Mineral Pada Sayatan Contoh Batuan GS 1.

2. Kuarsa (Qz) 30%

Pengamatan pada PPL tidak berwarna, bentuk mineral anhedral berukuran


0,20-0,54 mm (B4-B5, C8 dan D6), tidak ada belahan, tidak mempunyai
kembar, relief rendah, bias rangkap lemah orde 1.

Nikol Sejajar Nikol Silang

Qz
Qz

Qz

Gambar 5.2 Kenampakan Mineral Pada Sayatan Contoh Batuan GS 2.

41
3. Muskovit (Ms) 10%

Pengamantan pada PPL tidak berwarna sedangkan pada XPL berwarna


hijau ,hadir sebagai berukuran 0,04-0,08 mm. Bias rangkap tinggi orde 2,
pleokroik, pemadaman parallel (D8-E8 dan F6).

4. Biotit (Bt) 10%

Pengamatan pada PPL tidak berwarna, sedangkan pada XPL berwarna


kecoklatan (orde 3 hingga 4) bentuk anhedral, hadir sebagai fenokris
berukuran 0.05-0.15 mm (H2-H3).

Nikol Sejajar Nikol Silang

Bt

Ms

Ms

Gambar 5.3 Kenampakan Mineral Pada Sayatan Contoh Batuan GS 2.

Berdasarkan komposisi susunan mineral dengan menggunakan klasifikasi


IUGS, (1972) komposisi mineral pada sampel batuan terdiri dari mineral sanidin
(50%), kuarsa (30%), muskovit (10%) dan biotit (10%) merupakan batuan Granit
yang dapat dilihat pada diagram ploting dibawah ini.

42
Gambar 5.4 Hasil Ploting ( ) Pada Klasifikasi Batuan Beku Plutonik (IUGS, 1973).

Berdasarkan komposisi kandungan mineral granit pada daerah penelitian


termasuk kedalam granit tipe-S (Clarke, 1981). Hal ini terbukti dari hasil analisis
mineral contoh batuan (GS 1, GS 2 dan GS 4), mineral kuarsa dominan hadir
sebagai masa dasar dan kehadiran mineral aluminus berupa muskovit dan biotit.
Tipe-S termasuk dalam kategori ilmenit yang mencerminkan pembentukan dari
metasedimen pelitik, sehingga menjelaskan kondisi yang berkurang selama
peleburan parsial. Ishara, (1997) menyatakan bahwa ilmenit seri merupakan
batuan granitoid yang mengalami reduksi, serta sumber magma berasal dari
mantel bagian dalam.

5.3 Hasil Analisis Geokimia

Untuk mengetahui informasi lebih jauh mengenai batuan granit daerah


penelitian, maka telah dilakukan analisis geokimia terhadap enam sampel (S1, S3,
GL2, GL3, GS2 dan GS4) yang menghasilkan data geokimia unsur utama pada
(tabel 5.1) sebagai berikut :

43
Tabel 5.1 Hasil Analisis Geokimia Unsur Utama Daerah Penelitian
Unsur (%berat) S1 S3 GL2 GL3 GS2 GS4
%SiO2 81,85 81,35 78,60 75,43 78,38 75,37
%AI2O3 9,84 10,47 13,56 14,01 13,17 13,95
%Fe2O3 0,45 0,43 0,67 1,32 1,11 1,49
%FeO 0,32 0,30 0,47 0,93 0,78 1,04
%K2O 5,60 5,59 3,89 5,23 4,07 5,27
%Na2O 1,59 1,26 2,09 1,77 2,29 1,78
%CaO 0,21 0,17 0,11 1,05 0,23 1,27
%MgO 0,11 0,12 <0,01 0,13 <0,01 0,13
%TIO2 0,02 0,04 <0,01 0,13 <0,01 0,14
%P2O5 <0,01 <0,01 <0,01 0,019 <0,01 0,026

1. Penentuan Tipe Batuan Beku

Tipe batuan beku menurut (Shand, 1943), dimana melalui


perhitungan rasio molar A/CNK (AI2O3 / CaO + Na2O + K2O) dan A/NK
(AI2O3 / Na2O + K2O) dari persentase berat yang diperoleh dengan analisis
geokimia unsur utama.

A. S1 : > A/CNK = 9,84 / (0,21 + 1,59 + 5,60) = 1,32


> A/NK = 9,84 / (1,59 + 5,60) = 1,36

B. S3 : > A/CNK = 10,47 / (0,17 + 1,26 + 5,59) = 1,49


> A/NK = 10,47 / (1,26 + 5,59) = 1,52

C. GL2 : > A/CNK = 13,56 / (0,11 + 2,09 + 3,89) = 2,22


> A/NK = 13,56 / (2,09 + 3,89) = 2,26
D. GL3 : > A/CNK = 14,01 / (1,05 + 1,77 + 5,23) = 1,74
> A/NK = 14,01 / (1,77 + 5,23) = 2,00

5. GS2 : > A/CNK = 13,17 / (0,23 + 2,29 + 4,07) = 1,99


> A/NK = 13,17 / (2,29 + 4,07) = 2,07

F. GS4 : > A/CNK = 13,95 / (1,27 + 1,78 + 5,27) = 1,67


> A/NK = 13,95 / (1,78 + 5,27) = 1,97

44
Gambar 5.5 Hasil Plot Daerah Penelitian Dengan Dominan Tipe I dan S (Shand, 1943)

Pada diagram diatas, terlihat nilai-nilai perhitungan rasio molar


A/CNK (AI2O3 / CaO + Na2O + K2O) dan A/NK (AI2O3 / Na2O + K2O) dari
persentase berat yang diperoleh termasuk kedalam batuan beku tipe-S
(peraluminous granite).

2. Penentuan Indeks Pembekuan Magma

Untuk mengetahui indeks pembekuan magma, dapat dilakukan


perhitungan secara matematis sebagai berikut :

Hutchiison, (1973) memberikan batas-batas indeks pembekuan magma


sebagai berikut :
1). Nilai IP 0 – 9, magma memberikan sifat andesitik – dasitik.
2). Nilai IP 10 – 19 magma memberikan sifat andesitik.
3). Nilai IP 20 – 29 magma bersifat andesitik – basaltik.
4). Nilai IP 30 – 40 magma bersifat basaltik.

Perhitungan penentuan indeks pembekuan magma daerah penelitian :

A. S1 = (100 x 0,11) / (0,11 + 0,32 + 0,45 + 1,59 + 5,60) = 1,36

45
B. S3 = (100 x 0,12) / (0,12 + 0,30 + 0,43 + 1,26 + 5, 59) = 1,55

C. GL2 = (100 x 0,01) / (0,01 + 0,47 + 0,67 + 2,09 + 3,89) = 0,14

D. GL3 = (100 x 0,13) / (0,13 + 0,93 + 1,32 + 1,77 + 5,23) = 1,38

E. GS2 = (100 x 0,01) / (0,01 + 0,78 + 1,11 + 2,29 + 4,07) = 0,12

F. GS4 = (100 x 0,13) / (0,13 + 1,04 + 1,49 + 1,78 + 5,27) = 1,33

Dari perhitungan diatas memperlihatkan nilai indeks pembekuan magma


berkisar (0,12 – 1,55), maka magma pembentukan batuan granit pada
daerah penelitian bersifat andesitik – dasitik.

3. Penentuan Indeks Jenis Magma

Penentuan jenis magma asal menurut Kuno, (1966) didasarkan


pada perbandingan antara (K2O + Na2O) dengan Silika (SiO2) dari
persentase berat yang diperoleh dengan analisis geokimia unsur utama
sebagai berikut.

A. S1 > (K2O + Na2O) = 5,60 + 1,59 = 7,19


> (SiO2) = 81,85

B. S3 > (K2O + Na2O) = 5,59 + 1,26 = 6,85


> (SiO2) = 81,35

C. GL2 > (K2O + Na2O) = 3,89 + 2,09 = 5,98


> (SiO2) = 78,60

D. GL3 > (K2O + Na2O) = 5,23 + 1,77 = 7


> (SiO2) = 75,43

E. GS2 > (K2O + Na2O) = 4,07 + 2,29 = 6,36


> (SiO2) = 78,38

F. GS4 > (K2O + Na2O) = 5,27 + 1,78 = 7,05


> (SiO2) = 75,37

46
Gambar 5.6 Hasil Plot Seri Magma Daerah Peneltian Dari Batuan Beku (Kuno 1966)

Pada diagram diatas menunjukan bahwa dari keenam sampel


tersebut termasuk kedalam seri magma calk-alkaline.

4. Lingkungan Tektonik

Lingkungan Tektonik menurut Jakes dan White (1972) diketahui


bahwa batuan beku granit termasuk kedalam seri magma kalk - alkali.
Girod (1978, dalam Hanang Samudra, 1988 ) membagi dua lingkungan
tektonik untuk kalk alkli ; busur kepulauan (oceanic island arc) dan tepi
benua (continental collision). Miyashiro (1974) memberikan kriteria
tertentu untuk membedakan kedua lingkungan tersebut.

Tabel 5.2 Perbandingan kandungan unsure oksida pada tepi benua dan busur
kepulauan menurut (Miyashiro, 1974)

Unsur Berat % Tepi Benua Busur Kepulauan Daerah Penelitian


TiO 2
0,4 – 1,5 0,1 – 1,3 <0,01 – 0,14
Na2O 2,5 – 5,5 2,5 – 5,5 1,26 – 2,29
K2O 0,2 – 3,5 0,1 – 2,5 3,89 – 5,60
P2O5 0,1 – 0,9 0,01 – 0,5 <0,01 – 0,26

47
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Miyashiro, (1974)
secara umum lingkungan tektonik daerah penelitian termasuk kedalam tepi
benua. Sebagai perbandingan yang lebih rinci berdasarkan Pitcher (1983,
1993) dan Barbarin (1990), dalam Winter (2001), lingkungan tektonik
pada daerah penelitian termasuk kedalam zona tabrakan benua (continental
collision). Hal ini berdasarkan tipe batuan beku pada daerah penelitian
yang termasuk kedalam tipe-S dan jenis magma yang berupa kalk-alkalin,
serta kehadiran mineral tambahan berupa muskovit dan biotit.

Tabel 5.3 Klasifikasi Batuan Granit Daerah Penelitian ( ) Berdasarkan Posisi Tektonik
(Winter, 2001)

48
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis petrografi dan geokimia batuan granit pada daerah
penelitian, diketahui bahwa petrogenesa Granit Anggi pada Distrik Momiwaren,
Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat sebagi berikut :

1. Berdasarkan komposisi mineral yang terkandung pada tiga contoh


batuan yang telah disayat tipis dan dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop polarisasi, diketahui memiliki komposisi mineral berupa
sanidin (50%), kuarsa (30%), muskovit (10%) dan biotit (10%).
Kehadiran mineral aluminus berupa muskovit dan biotit
mencerminkan pembentukan dari metasedimen pelitik, sehingga
menjelaskan kondisi yang berkurang selama peleburan parsial dan
termasuk dalam kategori ilmenit yang merupakan ciri khas dari batuan
beku tipe-S.
2. Berdasarkan komposisi geokimia unsur utama pada batuan Granit
Anggi, diketahui bahwa tipe batuan termasuk dalam tipe-S. Hal ini
diperoleh dari perhitungan rasio molar A/CNK ( AI2O3 / CaO + Na2O +
K2O) dan A/NK ( AI2O3 / Na2O + K2O) dari persentase berat yang
diperoleh (Shand, 1943).
3. Indeks pembekuan magma dilakukan perhitungan secara matematis
berdasarkan komposisi geokimia unsur utama batuan. Dari perhitungan
tersebut memperlihatkan nilai indeks pembekuan magma berkisar
(0,12 – 1,55), maka magma pembentukan batuan granit pada daerah
penelitian bersifat andesitik – dasitik.
4. Penentuan jenis magma asal menurut Kuno, (1966) didasarkan pada
perbandingan antara (K2O + Na2O) dengan Silika (SiO2) dari persentase
berat yang diperoleh dengan analisis geokimia unsur utama, sehingga
dari perhitungan tersebut menghasilkan jenis magma calk-alkaline
pada daerah penelitian.

49
5. Lingkungan tektonik berdasrakan Perbandingan kandungan unsure
oksida pada tepi benua dan busur kepulauan menurut (Miyashiro,
1974), daerah penelitian termasuk kedalam tepi benua. Dan sebagai
perbandingan yang lebih rinci berdasarkan Pitcher (1983, 1993) dan
Barbarin (1990), dalam Winter (2001), lingkungan tektonik pada
daerah penelitian termasuk kedalam zona tabrakan benua (continental
collision). Hal ini berdasarkan tipe batuan beku pada daerah penelitian
yang termasuk kedalam tipe-S dan jenis magma yang berupa kalk-
alkalin, serta kehadiran mineral tambahan berupa muskovit dan biotit.

6.2 Saran

Semoga hasil penelitian ini dapat dikembangan lebih lanjut untuk


mengetahui potensi mineralisasi maupun potensi mineral bijih yang bernilai
ekonomis, guna menunjang pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Manokwari
Selatan, Provinsi Papua Barat.

50
DAFTAR PUSTAKA

Atmawinata, S., dkk. 1989. Peta Geologi Lembar Ransiki, Irian Jaya. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Jakes, P., and White, A.J.R. 1972.Major and Trace Element Abundances in
Volcanic Rocks of Orogenic Areas.Geological Society of America
Bulletin.

Kurniadi, A.S., dkk. n.d. Geologi dan Petrogenesa Batuan Beku Diorit Daerah
Bero Dan Sekitarnya Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri Jawa
Tengah.Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Pakuan.

Laisa, R., dkk. n.d. Geologi Daerah Pasirsuren Dan Sekitarnya Kecamatan
Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat Dan
Petrogenesa Batuan Beku Dasit Daerah Langkapeang, Kecamatan
Cihara, Kabupaten Lebak, Banten. Jurusan Teknik Geologi Fakultas
Teknik Universitas Pakuan.

Nédélec, A., and Bouchez, J.L. 2014.Granites Petrology, Structure, Geological


Setting, and Metallogeny.Oxford University Press. New York.

Sapiie, B. 2011.GL 3011 Prinsip Dasar Geologi Struktur.ITB Press. Bandung.

Sarira, J.N. 2014.Petrogenesa Dan Potensi Mineralisasi Pada Granit Anggi,


Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Tesis Fakultas Geologi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Saway, F. 2020. Studi Petrogenesa Granit Anggi Berdasarkan Analisis


Petrografi Pada Distrik Nenei Kabupaten Manokwari Selatan
Provinsi Papua Barat. Skripsi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua.Manokwari.

Sriyono. 2018. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Penerbit Ombak.


Yogyakarta.
Sukandarrumidi., dkk. 2017. Belajar Petrologi Secara Mandiri. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.

Treman, I.W. 2014. Geomorfologi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Wilson, M. 2007. Igneous Petrogenesis a Global Tectonic Approach.


Department Of Earth Sciences, University Of Leeds. Dordrecht.

Winter, J.D. 2001. An introduction to igneous and metamorphic petrology.


Department of Geology Whitman College. New Jersey.
LAMPIRAN
Lampiran Lepas 1 Peta Topografi Daerah Penelitian

Lampiran Lepas 2 Peta Titik Pengambilan Sampel Daerah Penelitian

Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : GS 1 Koordinat

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2021 S : 1º 34’ 49,5”

Waktu : 13.47 WIT E : 134º 03’ 39,4”

Cuaca : Cerah Elevasi : 386 Mdpl

Lokasi : Kampung Nijs, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 17° dan Arah Singkapan Barat laut ke Tenggara.

Warna : Putih Kecoklatan

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Subhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (60%), Kuarsa (25%), Biotit (15%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : GS 2 Koordinat

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Mei 2021 S : 1º 35’ 40,7”

Waktu : 11.00 WIT E : 134º 04’ 51,5”

Cuaca : Mendung Elevasi : 184 Mdpl

Lokasi : Kampung Waren, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 144° dan Arah Singkapan Tenggara ke Barat laut.

Warna : Abu-abu

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Subhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (50%), Kuarsa (35%), Biotit (15%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

LP : GS 3 Koordinat

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Mei 2021 S : 1º 33’ 49,0”

Waktu : 09.01 WIT E : 134º 05’ 34,7”

Cuaca : Cerah Elevasi : 86Mdpl

Lokasi : Kampung Siwi, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar : Arahfoto N 71° dan Arah Singkapan Utara ke Selatan.

Warna :Putih kecoklatan

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Euhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (45%), Kuarsa (35%), Biotit (20%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : GS 4 Koordinat

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Mei 2021 S : 1º 33’ 23,4”

Waktu : 15.16 WIT E : 134º 04’ 01,0”

Cuaca : Cerah Elevasi : 275 Mdpl

Lokasi : Kampung Siwi, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 250° dan Arah Singkapan Tenggara ke Barat laut.

Warna : Putih abu-abu

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Euhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (45%), Kuarsa (35%), Biotit (20%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : GL 1 Koordinat

Hari/Tanggal : Kamis 17, Juni 2021 S : 1º 35’ 51,9”

Waktu : 13.33 WIT E : 134º 03’ 51,7”

Cuaca : Cerah Elevasi : 175 Mdpl

Lokasi : Kampung Nijs, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 214° dan Arah Singkapan Barat daya ke Timur laut.

Warna : Putih Kecoklatan

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Subhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (60%), Kuarsa (25%), Biotit (15%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : GL 2 Koordinat

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Juni 2021 S : 1º 35’ 47,1”

Waktu : 15.33 WIT E : 134º 04’ 41,9”

Cuaca : Cerah Elevasi : 136 Mdpl

Lokasi : Kampung Waren, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 88° dan Arah Singkapan Timur laut ke Barat Daya.

Warna : Putih Kecoklatan

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Subhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (50%), Kuarsa (35%), Biotit (15%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : GL 3 Koordinat

Hari/Tanggal : Jumat, 18 Juni 2021 S : 1º 34’ 26,9”

Waktu : 12.43 WIT E : 134º 05’ 12,4”

Cuaca : Cerah Elevasi : 126 Mdpl

Lokasi : Kampung Siwi, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 344° dan Arah Singkapan Timur laut ke Barat daya.

Warna : Putih Kecoklatan

Struktur : Masif

Tekstur

 Kristalinitas : Holokristalin

 Granularitas : Faneritik

 Bentuk kristal : Subhedral

 Hubungan antar kristal : Equigranular.

Komposisi : Mineral Alkali feldspar (60%), Kuarsa (25%), Biotit (15%)

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam

Nama Batuan : Granit (Travis,1955)


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : Stream 1 Koordinat

Hari/Tanggal : Kamis, 27 Mei 2021 S : 1º 33’ 33,5”

Waktu : 13.08 WIT E : 134º 04’ 44,5”

Cuaca : Cerah Elevasi : 192 Mdpl

Lokasi : Kampung Siwi, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 250°.


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : Stream 2 Koordinat

Hari/Tanggal : Jumat, 28 Mei 2021 S : 1º 34’ 45,7”

Waktu : 10.21 WIT E : 134º 06’ 08,9”

Cuaca : Cerah Elevasi : 75 Mdpl

Lokasi : Kampung Siwi, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 312°.


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : Stream 3 Koordinat

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Mei 2021 S : 1º 36’ 03,5”

Waktu : 15.02 WIT E : 134º 05’ 36,9”

Cuaca : Cerah Elevasi : 54 Mdpl

Lokasi : Kampung Waren, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 320°.


Lampiran 3 Lembar Deskripsi Sampel Secara Megaskopis Di Lapangan (Lanjutan)

Lokasi Pengamatan : Stream 4 Koordinat

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2021 S : 1º 35’ 25,6”

Waktu : 10.12 WIT E : 134º 03’ 54,6”

Cuaca : Cerah Elevasi : 227 Mdpl

Lokasi : Kampung Nijs, Distrik Momiwaren.

Keterangan Gambar :Arah foto N 36°.


Lampiran 4 Hasil Sayatan Tipis Batuan Secara Mikroskopis

KODE SAMPEL: GS 1 JENIS BATUAN : Batuan Beku


NAMA BATUAN : Granit (IUGS, 1973)
NIKOL SEJAJAR NIKOL SILANG

KODE SAMPEL: GS 2 JENIS BATUAN: Batuan Beku


NAMA BATUAN: Granit (IUGS, 1973)
NIKOL SEJAJAR NIKOL SILANG
Lampiran 4 Hasil Sayatan Tipis Batuan Secara Mikroskopis (Lanjutan)

KODE SAMPEL: GS 4 JENIS BATUAN : Batuan Beku


NAMA BATUAN: Granit (IUGS, 1973)
NIKOL SEJAJAR NIKOL SILANG
Lampiran 5 Hasil Analisis Unsur Utama Kimia Batuan
Lampiran 5 Hasil Analisis Unsur Utama Kimia Batuan (Lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai