2023
ii
Menyetujui,
Dr. Ir. Kaharuddin MS, M. T Dr. Ulva Ria Irfan, S.T., M.T
NIP. 19560421 198609 1 001 NIP. 19700606 199412 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN
Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan orang lain dan bahwa Pemetaan Geologi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri.
Semua informasi yang ditulis dalam skripsi yang berasal dari penulis lain telah
diberi penghargaan, yakni dengan mengutip sumber dan tahun penerbitannya.
Oleh karena itu semua tulisan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab penulis. Apabila ada pihak manapun yang merasa ada kesamaan judul dan
atau hasil temuan dalam skripsi ini, maka penulis siap untuk diklarifikasi dan
mempertanggungjawabkan segala resiko.
Segala data dan informasi yang diperoleh selama proses pembuatan skripsi, yang
akan dipublikasi oleh Penulis di masa depan harus mendapat persetujuan dari
Dosen Pembimbing.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan isi skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Yang Menyatakan
ABSTRAK
MOH. FACHRI RAMADHAN Geologi Daerah Labokeo Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dibimbing oleh
Dr. Ir. Kaharuddin MS, M.T. dan Dr. Ulva Ria Irfan, S.T, M.T
ABSTRACT
MOH. FACHRI RAMADHAN. Geology of the Labokeo Region, Laeya
District, South Konawe Regency, Southeast Sulawesi supervised by Dr. Ir.
Kaharuddin MS, M.T. and Dr. Ulva Ria Irfan, S.T. M.T
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pemetaan
geologi yang berjudul Geologi Daerah Labokeo Kecamatan Laeya Kabupaten
Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian ini di antaranya:
1. Bapak Dr. Ir. Kaharuddin MS, M. T, sebagai dosen pembimbing kami yang
telah sabar dalam memberikan arahan dan masukan baik dalam proses
pengambilan dan pengolahan data, serta penulisan laporan. Semoga Allah
lancarkan dan mudahkan urusan – urusan Bapak yang akan datang.
2. Ibu Dr. Ulva Ria Irfan, S.T., M.T, sebagai dosen pembimbing kami yang
telah sabar dalam memberikan arahan dan masukan baik dalam proses
pengambilan dan pengolahan data, serta penulisan laporan. Semoga Allah
lancarkan dan mudahkan urusan – urusan Bapak yang akan datang.
3. Bapak Dr. Eng. Hendra Pachri, S.T., M.Eng. sebagai Ketua Departemen
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Semoga Allah
lancarkan dan mudahkan urusan – urusan Bapak yang akan datang.
4. Bapak Ibu Dosen Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan ilmunya selama saya menempuh
pendidikan perkuliahan. Semoga Allah lancarkan dan mudahkan urusan –
urusan Bapak dan Ibu yang akan datang.
5. Kepada Para Tenaga Pendidik dan Staf Teknik Geologi yang selalu
membantu kami di Departemen Teknik Geologi.
6. Kepada Ayah dan Mama yang senantiasa mengiringi do’a kepada penulis
demi dapat menjadi orang yang membanggakan bagi keluarga.
7. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa mengiringi do’a kepada penulis
agar dilancarkan dan dimudahkan urusan-urusannya.
vii
8. Saudara Turibius Wahyu, Sri Harianti Anugerah, Ayu Padilla, Juan, Reza,
Yasri dan Wildan yang telah membantu selama pengambilan data
dilapangan serta telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
pengerjaan laporan ini.
9. Teman-teman pondok afnan, nandi, indri, fany, diva, dan aliyah yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam pengerjaan laporan ini.
10. Saudara Farhan, Achmad Rivai Jamal dan Rendra yang telah membantu
selama pengerjaan laporan serta telah memberikan dukungan kepada penulis
dalam pengerjaan laporan ini.
11. Teman-teman Jaeger (Teknik Geologi Angkatan 2019) yang selalu menjadi
penyemangat penulis dalam pengerjaan laporan.
12. Kakak-kakak dan adik-adik di Himpunan Mahasiswa Geologi Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin yang selalu menjadi teman diskusi penulis
dalam bidang apapun.
Semua rekan yang telah membantu penulis sampai detik ini dan belum
sempat tersebutkan. Terima kasih untuk uluran tangan dan kerendahan hati yang
kalian miliki. BarokAllahu Fiikum Penulis menyadari bahwa laporan pemetaan
geologi ini masih memiliki banyak kekurangan karena hanya Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang Maha Sempurna sesuai dengan sifat-sifat-Nya, oleh karenanya saran
dan masukan sangat diharapkan oleh penulis demi perbaikan laporan pemetaan
geologi ini. Akhir kata, semoga laporan pemetaan geologi ini dapat memberikan
manfaat baik dalam penambahan wawasan dan dapat dijadikan referensi pembaca
dalam kegiatan penelitian selanjutnya serta tentunya berkah dan bernilai ibadah di
sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Gowa, Maret 2024
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PEMETAAN GEOLOGI..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMETAAN GEOLOGI............................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI SIMBOL...................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan...................................................................................1
1.3. Batasan Masalah........................................................................................1
1.4. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah........................................................1
1.5. Metode dan Tahapan Penelitian.................................................................2
1.5.1. Tahapan Pendahuluan........................................................................2
1.5.2. Tahapan Penelitian Lapangan............................................................3
1.5.3. Tahapan Pengolahan Data..................................................................4
1.5.4. Tahapan Penyusunan Laporan...........................................................4
1.6. Alat dan Bahan..........................................................................................5
1.7. Peneliti Terdahulu......................................................................................6
BAB II GEOMORFOLOGI.................................................................................... 7
2.1. Geomorfologi Regional.............................................................................7
2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian...............................................................8
2.2.1. Satuan Geomorfologi.........................................................................9
2.2.2. Sungai...............................................................................................22
2.2.3. Stadia Daerah...................................................................................29
BAB III STRATIGRAFI........................................................................................32
3.1. Stratigrafi Regional.................................................................................32
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Tunjuk Daerah Penelitian...............................................................1
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian..........................................................................5
Gambar 3. Kenampakan morfologi daerah penelitian berdasarkan data Digital
Elevation Model (DEM).....................................................................9
Gambar 4. Kenampakan satuan geomorfologi perbukitan rendah denudasional
sebelah Timur Tenggara Wolasi difoto pada stasiun 78 dengan arah
foto relatif N290°E...........................................................................12
Gambar 5. Kenampakan pelapukan organis pada stasiun 72 dengan arah foto N
132oE.................................................................................................13
Gambar 6. Kenampakan pelapukan fisika pada stasiun 74 dengan arah foto N
356oE.................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Kenampakan residual soil pada litologi batupasir dengan arah foto N
108˚E.................................................................................................13
Gambar 8. Kenampakan Rill erosion dengan arah foto N44oE.............................15
Gambar 9. Kenampakan Flash Erosion pada anak Sungai Daerah Aoma dengan
arah foto N191oE...............................Error! Bookmark not defined.
Gambar 10. Kenampakan mass wasting pada berupa debris slide dengan arah foto
N103oE..............................................................................................16
Gambar 11. Kenampakan point bar pada anak sungai di daerah Aoma arah foto
relatif N49°E.....................................................................................16
Gambar 12. Tataguna lahan perkebunan pada Satuan Geomorfologi Perbukitan
Rendah Denudasional. Foto diambil pada ST. 79 relatif berarah
N260˚E..............................................................................................17
Gambar 13. Kenampakkan satuan geomorfologi perbukitan denudasional sebelah
Barat Daya Wolasi difoto pada stasiun 13 dengan arah foto relatif
N52°E................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 14. Kenampakan pelapukan organis pada stasiun 50 dengan arah foto
N27oE................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 15. Kenampakan pelapukan mekanis pada stasiun 12 dengan arah foto
N126oE..............................................Error! Bookmark not defined.
xi
Gambar 16. Kenampakan residual soil pada stasiun 42 dengan arah foto N335˚E
...........................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 17. Kenampakan Rill erosion dengan arah foto N315oE.................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 18. Kenampakan Gully erosion dengan arah foto N13oE................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 19. Kenampakan Flash erosion dijumpai pada stasiun 55 dengan arah foto
N240oE..............................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 20. Kenampakan point bar pada anak sungai di daerah Amoito stasiun 12
dengan arah foto relatif berarah N148°E........Error! Bookmark not
defined.
Gambar 21. Kenampakkan satuan geomorfologi perbukitan struktural sebelah
Barat Daya Wolasi difoto pada stasiun 13 dengan arah foto relatif
N52°E................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 22. Kenampakkan bentuk Lembah U pada satuan geomorfologi
perbukitan struktural difoto pada stasiun 22 dengan arah foto relatif
N47°E................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 23. Kenampakan lipatan sinklin dan air terjun pada stasiun 35 litologi
filit, dengan arah foto N48° E............Error! Bookmark not defined.
Gambar 24. Kenampakan slicken line dan gauge pada stasiun 36 litologi filit
dengan arah foto N73°E....................Error! Bookmark not defined.
Gambar 25. Kenampakan rill erosion dengan arah foto N286°E Error! Bookmark
not defined.
Gambar 26. Kenampakan pelapukan organis pada stasiun 41 dengan arah foto
N99oE................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 27. Kenampakan sungai episodik pada anak Sungai Daerah Amoito
dengan arah foto relatif berarah N310oE..........................................24
Gambar 28. Kenampakan sungai episodik pada anak Sungai Daerah Mata Wolasi
dengan arah foto relatif berarah N35oE............................................24
Gambar 29. Kenampakan sungai periodik pada anak Sungai Daerah Aoma dengan
arah foto relatif berarah N186oE.......................................................25
xii
Gambar 30. Kenampakan sungai periodik pada anak Sungai Daerah Amoito
dengan arah foto relatif berarah N186oE........Error! Bookmark not
defined.
Gambar 31. Peta Pola Aliran Daerah Penelitian....................................................26
Gambar 32. Tipe genetik konsekuen pada litologi Filit. dengan arah foto N129oE.
Tipe genetik sungai konsekuenTipe genetik sungai obsekuen.........27
Gambar 33. Tipe genetik obsekuen pada litologi batulempung karbonat dengan
arah foto N356oE. Tipe genetik sungai obsekuen..Error! Bookmark
not defined.
Gambar 34. Tipe genetik subsekuen pada litologi filit dengan arah foto N333oE.
Tipe genetik sungai subsekuen..........Error! Bookmark not defined.
Gambar 35. Kenampakan anak sungai Daerah Mata Wolasi dengan penampang
sungai berbentuk “V” pada stasiun 68, dengan arah foto N11oE......28
Gambar 36. Kenampakan anak sungai Daerah Mata Wolasi dengan penampang
sungai berbentuk “U” pada stasiun 40, dengan arah foto N326oE.
...........................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 37. Kenampakan air terjun Daerah Mata Wolasi pada stasiun 36, dengan
arah foto N36oE.................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 38. Kenampakan anak sungai Daerah Amoito dengan penampang sungai
berbentuk “U” pada stasiun 12, dengan arah foto N148oE..............29
Gambar 39. Kenampakan anak sungai Daerah Aoma dengan penampang sungai
berbentuk “U” pada stasiun 12, dengan arah foto N148oE.......Error!
Bookmark not defined.
Gambar 40. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian Lembar Kolaka
(Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido (1993))..............................32
Gambar 41. Kenampakan singkapan Filit di Daerah Mata Wolasi. Foto diambil
pada ST.66 dengan arah N162˚E......................................................35
Gambar 42. Kenampakan mikroskopis Filit pada stasiun 66, dengan komposisi
mineral Kuarsa (Qz), Muskovit (Ms), Serisit (Ser), Mineral lempung
(ML), dan Opaq (Opq)......................................................................36
xiii
Gambar 43. Kenampakan mikroskopis Filit pada stasiun 35, dengan komposisi
mineral Kuarsa (Qz), Muskovit (Ms), Serisit (Ser), Mineral lempung
(ML), dan Opaq (Opq)......................Error! Bookmark not defined.
Gambar 44. Kenampakan singkapan batupasir pada stasiun 43, dengan arah foto
N337oE..............................................................................................43
Gambar 45. Kenampakan mikroskopis litologi batupasir pada stasiun 43, dengan
komposisi material Lithic fragments (LF), Kuarsa (Qz), Serisit (Ser).
..........................................................................................................44
Gambar 46. Kenampakan singkapan konglomerat pada stasiun 46, dengan arah
foto N252oE.......................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 47. Kenampakan mikroskopis kuarsit sebagai fragmen konglomerat pada
stasiun 46 dengan komposisi material Kuarsa (Qz).................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 48. Kenampakan mikroskopis batupasir sebagai matriks konglomerat
pada stasiun 46 dengan komposisi material Lithic fragments (LF)
dan Kuarsa (Qz)................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 49. Kenampakan singkapan batulanau pada stasiun 35, dengan arah foto
N91oE................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 50. Kenampakan mikroskopis batulanau pada stasiun 35 dengan
komposisi mineral Muskovit (Ms), Serisit (Ser), dan Kuarsa (Qz).
...........................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 51. Kenampakan singkapan batugamping terumbu pada stasiun 31,
dengan arah foto N343oE..................Error! Bookmark not defined.
Gambar 52. Kenampakan mikroskopis batugamping pada stasiun 31 dengan
komposisi material Skeletal Grain (SG), Kalsit (Cal), Kuarsa (Qz),
dan Mud (Ml)....................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 53. Kenampakan singkapan batugamping pada stasiun 6, dengan arah
foto N300oE.......................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 54. Kenampakan mikroskopis batugamping pada stasiun 6 dengan
komposisi material Skeletal Grain (SG), Kalsit (Cal), Kuarsa (Qz),
dan Mud (Ml)....................................Error! Bookmark not defined.
xiv
defined.
Gambar 69. Kenampakan shear joint pada stasiun 59 litologi filit dengan arah foto
N216˚E..............................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 70. Kenampakan shear joint pada stasiun 14 litologi filit dengan arah foto
N154˚E..............................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 71. Hasil analisis kekar pada stasiun 59...Error! Bookmark not defined.
Gambar 72. Hasil analisis kekar pada stasiun 14...Error! Bookmark not defined.
Gambar 73. Kenampakan slicken line dan gouge pada stasiun 36 dengan arah foto
N730E................................................................................................58
Gambar 74. Hasil plotting data fault slip menurut Rickard (1972) menunjukkan
sesar naik Left Reverse Slip Fault.....Error! Bookmark not defined.
Gambar 75. Kenampakan recumbent fold pada stasiun 23 litologi filit, dengan
arah foto N2990E...............................Error! Bookmark not defined.
Gambar 76. Kenampakan air terjun pada stasiun 36 litologi filit dengan arah foto
N36oE................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 77. Pelurusan topografi pada DEM yang menunjukkan perubahan model
topografi dan pergeseran pada daerah penelitian. .Error! Bookmark
not defined.
Gambar 78. Hasil analisis tegasan menggunakan diagram Triangular State
(Frolich, 1992) menghasilkan Sesar Geser.....Error! Bookmark not
defined.
Gambar 79. Mekanisme terjadinya sesar, berdasarkan sistem Reidel, modifikasi
dari Teori Harding (1974) dalam McClay (1987).............................59
Gambar 80. Mekanisme pembentukan struktur geologi sesar naik Wolasi
menunjukkan gaya kompresi yang berarah baratlaut – menenggara 60
Gambar 81. Mekanisme pembentukan struktur geologi sesar geser Wolasi
menunjukkan gaya kompresi yang berarah timurlaut – baratdaya.
...........................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 82. Kenampakan bahan galian sirtu pada stasiun 53 di Daerah Sidaharja
dengan arah pengambilan foto N168°E............................................65
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan genetik pada sistem ITC
(Van Zuidam, 1985)...............................................................................10
Tabel 2. Deskripsi satuan geomorfologi daerah penelitian....................................30
Tabel 3. Penentuan umur satuan batugamping berdasarkan fosil foraminifera
planktonik pada Zonasi Blow (1969) dalam Postuma (1971).......Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. Tabel penentuan lingkungan pengendapan menurut Marcell K
Boudagher-Fadel (2008) menunjukkan lingkungan pengendapan pada
forereef shelf .........................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 5. Kolom stratigrafi Daerah Penelitian.........................................................50
Tabel 6. Tabel Klasifikasi lipatan berdasarkan interlimb angle (Fluety, 1964 dalam
Ragan, 2009)..........................................Error! Bookmark not defined.
xvii
% Persen
> Lebih dari
± Kurang lebih
// - Nikol Nikol Sejajar
X – Nikol Nikol Silang
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Petrografi Daerah Penelitian
A. Deskripsi Petrografi Satuan Filit..................................................96
B. Deskripsi Petrografi Satuan Batupasir
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi sehingga dalam
penerapan secara langsung di lapangan, yang tercakup dalam konsep pemetaan geologi.
Pemetaan geologi merupakan metode pengambilan data lapangan yaitu informasi geologi
lapangan yang mencakup litologi, geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologi daerah
penelitian sehingga pada hasil akhir penelitian informasi-informasi tersebut dapat dikemat
menjadi suatu peta geologi. Sulawesi merupakan sebulah pulau di Indonesia dengan
kepulauan di sekitarnya yang memiliki daerah tektonik yang sangat kompleks sehingga
menghasilkan fisiografi yang unik yang menyerupai huruf “K”. Sulawesi yang memiliki
stratigrafi dan struktur geologi yang rumit serta komposisi batuan yang beragam merupakan
hasil dari konvergensi aktif tiga lempeng yang dipertemukan dimana lempeng tersebut adalah
Lempeng Eurasia, Pasifik-Filipina, dan India-Australia.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian geologi yang meliputi studi
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi bahan galian sehingga
menyajikan informasi-informasi geologi secara detail melalui pemetaan geologi dengan skala
1 : 25.000. Daerah penelitian berada pada Daerah Laeya, Kecamatan Laeya, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Meskipun dengan cakupan luasan daerah yang
relatif lebih sempit tetapi diharapkan dapat menyajikan informasi geologi dan potensi geologi
yang lebih spesifik memenuhi kebutuhan data-data geologi daerah yang bersangkutan,
terutama untuk pengembangan daerah setempat
1
1
Batasan masalah yang akan diuraikan pada laporan pemetaan geologi ini
meliputi aspek geologi yang terpetakan pada skala 1 : 25.000. Aspek-aspek
geologi tersebut antara lain aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan
aspek bahan galian pada daerah penelitian.
1
2
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi empat tahapan, yaitu;
persiapan, penelitian lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan.
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
BAB II
GEOMORFOLOGI
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
Gambar 5. Kenampakan Pelapukan Organis pada stasiun 72 dengan arah foto N 196oS.
2,2 m
Gambar 6. Kenampakan Residual Soil pada litologi Batupasir dengan arah foto
N 103˚ E
Proses geomorfologi yang bekerja pada satuan geomorfologi ini
terbentuk dari gaya eksogen berupa pelapukan dan erosi. Jenis erosi yang
berkembang pada daerah penelitian berupa erosi alur (rill erosion) dan flash
erosion. Rill Erosion yaitu erosi pada permukaan tanah yang disebabkan oleh
14
15
curah hujan yang tinggi dan mengalir di atas permukaan. Aliran hujan yang
tertahan akan mengikis tanah dan batuan pada satuan ini, sehingga membentuk
Rill Erosion. Rill Erosion adalah erosi yang berbentuk alur yang tidak lebih dari
satu meter dan belum mengalami pelebaran. Hal ini biasanya disebabkan oleh
aliran-aliran air dimusim hujan yang didukung dengan kondisi topografi dan soil
pada daerah tersebut (Gambar 8).
Pada satuan ini juga dijumpai Gully Erosion pada daerah Labokeo.
Erosi Parit atau Gully Erosion terjadi dari pengembangan erosi lembar (sheet
erosion) konsentrasi aliran yang cepat merupakan energi yang kuat untuk
mengerus lapisan tanah yang di awali dari sobekan linier (linear broken layer).
15
16
16
17
Gambar 9. Kenampakan Mass Wasting pada berupa Debris Slide dengan arah foto N
268o E
17
18
Gambar 10. Kenampakan Transported Soil pada anak sungai di daerah Labokeo arah
foto relatif N 49 °E.
Gambar 11. Tata Guna Lahan perkebunan pada Satuan Geomorfologi Perbukitan
Rendah Denudasional. Foto diambil pada ST. 45 relatif berarah N86˚E
Satuan ini menempati sekitar 6,85 km³ atau sekitar 23% dari luas
keseluruhan daerah penelitian. Penyebaran satuan geomorfologi ini pada daearah
penelitian mencakup bagian tengah peta atau pada daerah Batuputih sampai
Latowu khusunya sepanjang Salo Batuputih serta bagian barat dari peta.
18
19
Gambar 12. Kenampakan Point Bar pada Satuan Geomorfologi Fluvial. Foto ini
diambil pada ST-65 relatif berarah N 295° E
Berdasarkan pendekatan morfometri, satuan morfologi ini memiliki sudut
lereng sebesar 0 –2 % dengan beda tinggi <5 meter sehingga berdasarkan
klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (Van
Zuidam, 1985 dalam Bermana, 2006) dapat digolongkan dalam relief datar.
Berdasarkan pendekatan morfografi yaitu melalui pengamatan secara
langsung di lapangan, daerah ini memiliki kenampakan topografi yang datar.
Berdasarkan pendekatan morfogenesa satuan bentangalam ini terbentuk akibat
proses sedimentasi dan erosi yang bekerja dari sungai atau proses fluvial
sehingga dimasukkan dalam bentang alam Fluvial. Pada satuan ini dijumpai
dataran banjir (Gambar 49)
19
20
Gambar 13. Morfologi Datar pada Sungai Rara’a. Foto ini diambil pada ST-54
dengan relatif arah foto N 93̊ E
Adapun material penyusun pada satuan pedataran Fluvial ini terdiri dari
material lepas (unconsolidate) yang berukuran pasir sangat halus sampai
lempung (Gambar 53).
20
21
Proses sedimentasi yang ada pada satuan ini dapat dijumpai di daerah
aliran sungai Labokeo dimana terlihat material lepas yang berukuran pasir
sangat halus hingga lempung terbawa oleh aliran air sungai dan terendapkan di
pinggir aliran sungai (Gambar 56).
Proses transportasi material sedimen pada sungai Labokeo
memperlihatkan bahwa semakin jauh proses transportasi menghasilkan material
sedimen yang jauh lebih halus. Hal ini dibuktikan dengan tidak dijumapai
material berukuran pasir sampai lampung pada muara sungai, melainkan
material berukuran pasir sampai lempung (Gambar 59). Proses perpindahan
material yang disebabkan oleh aliran sungai juga mempengaruhi bentuk dari
media aliran sungai yang membentuk kelokan sungai (meander)
21
22
Gambar 15. Kelokan Sungai (Meander) pada Satuan Geomorfologi Fluvial di Sungai
Labokeo dengan arah foto N 357° E
22
23
Gambar 16. Dataran Banjir pada Satuan Geomorfologi Fluvial Sungai Rara‘a
dengan arah foto N 75˚ E
2.2.2. Sungai
23
24
24
25
Gambar 17. Kenampakan Sungai Permanen pada anak Sungai Daerah Labokeo dengan
arah foto relatif berarah N 73oE
Gambar 18. Kenampakan sungai permanen pada anak Sungai Daerah Laeya dengan
arah foto relatif berarah N 35o E
25
26
Gambar 19. Kenampakan sungai permanen pada anak Sungai Daerah Rara’a dengan
arah foto relatif berarah N 70o E
26
27
27
28
Gambar 21. Litologi Batupasir Karbonatan yang memiliki arah penyebaran searah
dengan aliran sungai. Dengan arah foto N 193 oE. Tipe Genetik Sungai Konsekuen
28
29
meander belt, sedikit dijumpai singkapan akibat ditutupi oleh endapan soil, tidak
dijumpai air terjun.
Sungai stadia tua tidak memiliki perbedaan yang spesifik dengan stadia
sungai dewasa, yaitu peningkatan erosi dan sedimentasi.
Pada daerah penelitian, pada sungai Daerah Labokeo memberikan
kenampakan profil melintang Lembah berbentuk ”U”. Berdasarkan kenampakan
tersebut maka vertikal dominan bekerja pada Sungai di daerah penelitian. Pada
umumnya proses erosi vertikal memiliki arus sungai kuat dengan gradient sungai
yang cukup curam. dinding lembahnya memiliki slope yang curam akibat
rendahnya tingkat pelapukan yang terjadi, dijumpai air terjun pada sungai ini.
Gambar 22. Kenampakan anak sungai Daerah Labokeo dengan penampang sungai
berbentuk “U” pada stasiun 15, dengan arah foto N 11o E.
29
30
Gambar 23. Kenampakan anak sungai Daerah Laeya dengan penampang sungai
berbentuk “U” pada stasiun 12, dengan arah foto N 148° E
30
31
31
32
Satuan Geomorfologi
Aspek Geomorfologi
Fluvial Pedataran
Luas Wilayah (km °) (…%)
Beda Tinggi
Relief
Bentuk Puncak - Berbukit
Morfometri Bentuk Lembah - U
Bentuk Lereng -
Jenis Pelapukan
Tingkat Pelapukan Tinggi Tinggi
Jenis Transported Soil Residual Soil
Tebal
Soil
Warna Cokelat dan Abu- Cokelat
Abu
Morfoganesa Jenis Erosi
Gerakan Tanah - Debris Slide
Pengendapan Point Bar Material dan Soil
Tipe Genetik Konsekuen Konsekuen
Jenis
Profil U U
Sungai
Pola Aliran Paralel Paralel
Stadia Dewasa Menjelang Tua
Batupasir, Batugamping,
Litologi - Batulempung Karbonatan
dan Serpentinit
Pemukiman,
Tata Guna Lahan Persawahan dan Pemukiman dan IUP
Tambak
Struktur Geologi - Lipatan dan Breksi Sesar
Stadia Daerah Dewasa menjelang Tua
Tabel 2. Deskripsi Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian
32
33
BAB III
STRATIGRAFI
Gambar 24. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian Lembar Kolaka (Simanjuntak,
T.O., Surono dan Sukido (1993))
33
34
yang ditandai oleh kemiringan perlapisan batuan hingga 80 o dan adanya puncak
antiklin yang memanjang utara barat daya tenggara. Umur dari formasi ini
diperkirakan Trias.
Formasi Langkowala (Tml): Terdiri atas konglomerat, batupasir, serpih
dan setempat kalkarenit. Terdiri atas konglomerat, batupasir, serpih dan setempat
kalkarenit. Konglomerat mempunyai fragmen beragam yang umumnya berasal
dari kuarsa dan kuarsit, dan selebihnya berupa batu pasir malih, sekis dan
ultrabasa. Ukuran fragmen berkisar berkisar 2 cm sampai sampai 15 cm,
setempat terutama dibagian bawah sampai 25 cm. Bentuk fragmen membulat –
membulat baik, dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi oleh
kontak struktur dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian
bawah batuan sedimen Formasi Boepinang (Tmpb). Hasil penanggalan umur
menunjukkan bahwa batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah.
Formasi Boepinang (Tmpb): Terdiri atas lempung pasiran, napal pasiran
dan batupasir. Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisan relatif kecil
yaitu < 15o yang dijumpai membentuk antiklin dengan sumbu antiklin berarah
barat daya – timur laut. Umur formasi ini diperkirakan Pliosen dan terendapkan
pada lingkungan laut dangkal (neritik).
Kompleks Ultramafik (Ku): Terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit,
serpentinit, gabbro, basal, dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan
setempat rodingit. Satuan ini diperkirakan berumur Kapur.
34
35
2. Satuan Batupasir
3. Satuan Aluvial
35
36
Gambar 25. Kenampakan singkapan Serpentinit di Daerah Toribulu foto diambil pada
ST.70 dengan arah N 342˚ E
36
37
Srp Srp
//-Nikol X-Nikol
Gambar 26. Kenampakan mikroskopis Serpentinit pada stasiun 70, dengan komposisi
mineral Serpentin (Srp)
37
38
38
39
39
40
bereaksi dan struktur berlapis. Berdasarkan atas ciri litologi tersebut, batuan
ini dinamakan Batupasir Karbonatan.
Cal
Qz Qz
Opq Ms Ms
Opq
//-Nikol X-Nikol
Gambar 28. Kenampakan Mikroskopis Batulempung Karbonatan pada Stasiun 8 dengan
komposisi material Kalsit (Cal), Kuarsa (Qz), Muskovit (Ms) dan Mineral Opaq (Opq).
B. Batupasir Silikaan
40
41
41
42
Lf
Lf Qz
//-Nikol X-Nikol
Gambar 26. Kenampakan mikroskopis Batupasir Silikaan pada stasiun 19, dengan
komposisi lithic fragment (35%) dan mineral kuarsa (65%)
42
43
43
44
sebagian pada tenggara daerah penelitian. Satuan ini meliputi Daerah Labokeo,
Sungai Labokeo, Sungai Laeya dan Sungai Rara’a. Penentuan ketebalan satuan
ini berdasarkan pada perhitungan ketebalan pada penampang geologi A-B yang
berarah utara baratlaut – baratdaya dengan mengukur batas bawah dan batas atas
lapisan pada penampang geologi, sehingga diperoleh ketebalan satuan batupasir
sekitar 1.325 meter.
44
45
45
46
46
47
hubungan satuan batupasir dengan satuan batuan yang lebih tua (satuan
batupasir) adalah selaras yang ditandai dengan tidak adanya selang waktu
pengendapan.
47
48
48
49
BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
49
50
50
51
51
52
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan
yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsur
garis atau bidang dari bahan tersebut (Ragan, 1973).
Sementara itu, (Hobbs, et al., 1973) menyatakan bahwa lipatan adalah
lengkungan yang dihasilkan oleh proses deformasi dari suatu permukaan
batuan yang relatif datar. Lipatan dapat merupakan pelengkungan lemah yang
luas, bisa lebih dari ratusan kilometer sampai yang sangat kecil yang berskala
mikroskopis. Lipatan sangat mudah dilihat pada batuan yang berlapis dan
merupakan hasil deformasi ductile akibat kompresi dan shear stress (Handal,
2018).
Gambar 40. Kenampakan Lipatan Homoklin dijumpai pada litologi Batupasir Stasiun
20 dengan arah foto N 142o E
52
53
Menurut Van der Pluijm (2004), sesar adalah setiap permukaan atau
zona di Bumi yang mengalami slip yang terukur (shear displacement).
Sedangkan menurut Asikin (1979), sesar atau fault merupakan rekahan pada
batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara
bagian yang saling berhadapan, dengan arah yang sejajar dengan bidang
patahan.
53
54
lapangan serta pada peta topografi dapat dikenali seperti dengan adanya
pelurusan sungai, kelokan sungai yang sangat tajam, dan perbandingan
kerapatan kontur yang mencolok. Sedangkan pengamatan singkapan di
lapangan dapat dikenali berupa breksi sesar, zona hancuran, perubahan
kedudukan batuan, pergeseran batas litologi, kontak litologi yang berbeda
umur dan genetiknya.
Berdasarkan hasil analisa terhadap data lapangan berupa data primer
ataupun data sekunder serta korelasi terhadap tektonik regional maka sesar
yang bekerja pada daerah penelitian berupa sesar naik dan sesar geser. Untuk
mempermudah pembahasan maka sesar ini diberi nama belakang berdasarkan
nama geografis daerah yang dilalui sesar tersebut.
Keterdapatan sesar pada suatu daerah ditandai dengan terdapatnya
gejala– gejala sesar yang terdapat pada daerah tersebut. Gejala ini berupa
gejala primer dan gejala sekunder. Gejala primer merupakan bukti
keterdapatan sesar pada suatu daerah, dimana terbentuk oleh pengaruh
langsung dari sesar itu sendiri. Sedangkan gejala sekunder merupakan
indikasi terdapatnya sesar pada suatu daerah, akan tetapi bukan terbentuk dari
pengaruh langsung dari sesar tersebut.
Gambar 41. Hasil Plotting Data Fault Slip menurut Rickard (1972) menunjukkan sesar
naik Left Reverse Slip Fault
54
55
55
56
Gambar 42. Kenampakan Slicken Line dan Serpentinit pada Stasiun 32 dengan arah
foto 730E
56
57
σ3
1
σ
EXTENSION
R2
FAULTS THRUST
P FAULTS
R1
R1
FOLDS
THRUST
P
FAULTS
R2 EXTENSION FAULTS
σ1
σ3
Gambar 43. Mekanisme terjadinya sesar, berdasarkan sistem
Reidel, modifikasi dari Teori Harding (1974) dalam Mc Clay
(1987).
57
58
Wolasi. Dalam teori riedel disebut dengan synthetic faults. Dalam teori riedel
synthetic faults adalah sesar yang berarah kurang lebih 37 o dari arah tegasan
utama maksimum (σ 1) yang berkembang setelah Major Fault (Gambar 81).
Penentuan umur struktur geologi daerah penelitian ditentukan secara
relatif melalui pendekatan umur satuan batuan termuda yang dilewati dan
hubungan struktur lokal daerah penelitian terhadap struktur geologi regional.
Pada sesar periode pertama pada satuan filit yang terlalih tempatkan
diintpretasikan terbetuk pada Post Miosen Awal sebagai sesar periode
pertama.
Pada sesar periode kedua, sesar geser yang bekerja pada daerah
penelitian diinterpretasikan terbentuk melalui pendekatan umur satuan batuan
termuda yang dilewati yaitu satuan batupasir yang berumur Miosen Awal-
Miosen Tengah. Sehingga diinterpretasikan umur sesar pada periode kedua
adalah Post Miosen Tengah.
58
59
BAB V
SEJARAH GEOLOGI
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada kala Oligosen Akhir,
terjadi proses metamorfisme yang menyebabkan proses pemalihan batuan
yang sudah ada pada daerah tersebut menjadi batuan filit sehingga
membentuk satuan filit pada kerak benua. Proses pembentukan satuan ini
berakhir pada kala Miosen Awal.
Selanjutnya pada kala Miosen Awal pada lingkungan pengendapan
transisi kemudian terjadi pengendapan material yang kaya akan silika
berukuran lanau - bongkah. Material tersebut selanjutnya mengalami litifikasi
membentuk satuan batupasir. Sebelum berakhirnya proses pengendapan
satuan batupasir, berangsur-angsur terjadi kenaikan muka air laut/transgresi
sehingga lingkungan pengendapannya berubah menjadi lingkungan
pengendapan laut dangkal. Pengendapan diperkirakan berakhir pada kala
Miosen Tengah.
Kemudian pada kala setelah Miosen Awal terjadi aktivitas tektonik
dengan arah gaya kompresi yang bekerja yaitu dengan arah umum, tegasan
maksimumnya (σ1) relatif berarah baratlaut - menenggara. Gaya kompresi
yang bekerja secara terus - menerus terhadap batuan menyebabkan
pergeseran atau patah sehingga terjadi sesar naik Wolasi. Sesar ini kemudian
mengalihtempatkan satuan filit.
Setelah terjadi proses pengendapan satuan batuan, terjadi aktivitas
tektonik dengan arah gaya kompresi yang bekerja yaitu dengan arah umum
tegasan maksimumnya (σ1) relatif berarah timulaut - baratdaya. Gaya
kompresi yang bekerja secara terus – menerus terhadap batuan menyebabkan
batuan mengalami pergeseran sehingga terbentuk sesar geser Wolasi yang
bersifat dekstral melewati satuan filit dan satuan batupasir. Umur dari
pembentukan sesar ini yaitu setelah Miosen Tengah.
Kemudian pada kala Miosen Akhir pada lingkungan pengendapan laut
dangkal terjadi pengendapan material karbonat berukuran pasir sedang –
lempung yang kaya organisme. Organisme ini menyisakan cangkang –
59
60
60
61
BAB VI
BAHAN GALIAN
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat
potensial mencakup di dalamnya adalah segala jenis sumber daya alam yang
dapat memberikan manfaat bagi seluruh rakyat. Secara singkat, didefinisikan
sebagai bahan yang dijumpai di alam baik berupa unsur kimia, mineral, bijih
ataupun segala macam batuan. Dalam pengertian termasuk bahan yang
berbentuk padat misalnya emas; perak; batugamping; lempung; dan lain-lain,
berbentuk cair misalnya minyak bumi; yodium; dan lain-lain, maupun yang
berbentuk gas misalnya gas alam (Sukandarrumidi, 1999).
Penggolongan bahan galian diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 96 tahun 2021, Bab I Pasal 2 tentang Ketentuan
Umum. Dalam Pasal 2 tersebut, pembahasan dibagi menjadi 3 ayat, yaitu;
1. Pertambangan Mineral dan Batubara dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
golongan sebagai berikut:
a. Mineral radioaktif meliputi uranium, torium, dan bahan galian
radioaktif lainnya.
b. Mineral logam meliputi aluminium, antimoni, arsenik, basnasit,
bauksit, berilium, bijih besi, bismut, cadrnium, cesium, emas,
galena, galium, germanium. hafnium, indium, iridium, khrom,
kcbai, kromit, litium, logam tanah jarang, magnesium, mangan,
molibdenum, monasit, nikel, niobium, osmium, pasir besi,
palladium, perak, platina, rhodium, ruthenium, selenium, seng,
senodm, sinabar, stroniurn, tantalum, telurium, tembaga, timah,
titanium, vanadium, wolfram, dan zirkonium.
c. Mineral bukan logam meliputi asbes, barit, belerang, bentonit,
bromium, dolomit, feldspar, fluorit, fluorspar, fosfat, garam batu,
gipsum, gratlt, halit, ilmenit, kalsit, kaolin, kriolit, kapur padam,
kuarsit, kuarsa, magnesit, mika, oker, perlit, pirofilit, rijang, rutil,
talk, tawas, rvolasfonit, yarosit, yodiurn , zeolit, dan zirkon.
61
62
62
63
Keberadaan bahan galian pada daerah penelitian tidak terlepas dari jenis
litologi penyusunnya serta aktivitas geologi yang berlangsung di daerah
penelitian. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses pembentukan,
penyebaran, jumlah atau volume serta mutu bahan galian tersebut.
Bahan galian yang dijumpai di daerah penelitian berupa bahan galian
pasir. Sirtu merupakan singkatan pasir dan batu, hal ini dipertimbangakan
untuk digunakan karena sirtu mempunyai komposisi mineralogi dan ukuran
yang beragam. Sirtu merupakan material campuran dari beberapa ukuran
mulai dari ukuran pasir sampai bongkah (Sukandarumidi, 1999).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) no.23 tahun 2010, bahan galian
ini termasuk dalam bahan galian batuan. Potensi bahan galian ini terdapat di
Daerah Sidaharja. Keterdapatan bahan galian ini dimanfaatkan oleh penduduk
setempat sebagai bahan pondasi bangunan dan timbunan. Bahan galian sirtu
dieksploitasi oleh masyarakat setempat dengan mengelola pertambangan sirtu
dalam skala kecil. Lokasinya cukup terjangkau oleh sarana transportasi.
Gambar 45. Kenampakan Bahan Galian Sirtu pada stasiun 38 di Daerah Ambesea
dengan arah pengambilan foto N 103° E
63
64
Bahan galian ini merupakan bahan galian yang terbentuk oleh aktivitas
magmatisme dan tersingkap dengan baik di daerah Toribulu yang pada peta
geomorfologi menempati satuan geomorfologi pedataran denudasional.
64
65
Gambar 47. Kenampakan Bahan Galian Nikel Laterit pada Stasiun 71 di Daerah
Toribulu dengan arah pengambilan foto N 185 °E
Sebaran bahan galian tanah laterit pada daerah penelitian termasuk dalam
satuan peridotit Sebaran bahan galian nikel ini cukup luas pada daerah penelitian
yakni dapat dijumpai di sekitar lereng Osu Watu–watu. Daerah penelitian
termasuk ke dalam area IUP PT. ST Nickel Resources dan PT. Sulemandara
Konawe yang masih termasuk wilayah tambang aktif sampai sekarang. Adanya
nikel laterit di 67 daerah penelitian berasal dari alterasi permukaan secara kimia
berupa laterisasi dari batuan ultrabasa yang tersebar sepanjang Osu Watu–watu.
BAB VII
65
66
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
66
67
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1979. Dasar-Dasar Geologi Struktur, Jurusan Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Bakosurtanal. 1991. Peta Rupa Bumi Lembar Ranomeeto nomor 2211-54,
Bogor: Cibinong.
Bakosurtanal. 1991. Peta Rupa Bumi Lembar Lapuko nomor 2211-63, Bogor:
Cibinong.
Bemmelen Van, R.W. 1949. The Geology of Indonesia. Martinus Nyhoff,
Netherland: The Haque.
Bermana, Ike. 2006. Klasifikasi Geomorfologi Untuk Pemetaan Geologi Yang
Telah Dibakukan. Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2,
Agustus 2006: 161-173. Laboratorium Geomorfologi dan Geologi foto,
Jurusan Geologi, FMIPA, UNPAD. Diakses 15 Juni 2022, dari Bulletin of
Scientific Contribution.
Billings, M. P. 1946. Structural Geology. New York: Prentice-Hall Inc,.
Billings, M. P. 1968. Structural Geology, Second edition, New Delhi :Prentice of
India Private Limited.
BouDagher, Marcelle K. 2008. Evolution and Geological Significance of Larger
Benthic Foraminifera. Amsterdam: Elsevier
Dunham, Robert J. 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depo
titional Textures. Classification of Carbonate Rocks – A Symposium, 108-
121.
Fleuty, M. J. 1964. The Description of Folds. Geologists’ Association, London.
Frohlich, Cliff. 1992. Triangle diagrams: ternary graphs to display similarity
and diversity of earthquake focal mechanisms. Physics Of The Earth And
Planetary Interiors, v. 75, hal 193-198.
Grabau, A.W., 1904. On The Classification of Sedimentary Rocks. American
Geologist, 33, 228-247
Hall, R., Wilson, M.E.J., 2000. Neogen Sutures in Eastern Indonesia. SE Asia
Reserach Group, Department of geology, Royal Halloway University of
London, Egham, Surrey TW20 0EX, UK. Journal of Asian Earth Sciences
18 (2000) 781-808
67
68
Hardanto, Handal. 2018. Pola Dan Tatanan Struktur Geologi Serta Evolusi
Tektonik Pada Daerah Sakakemang Dan Sekitarnya, Cekungan Sumatera
Selatan, Berdasarkan Data Permukaan. DKI Jakarta: Universitas Trisakti.
Hasria, dkk. 2022. Protolit Batuan Metamorf di Pegunungan Rumbia Kabupaten
Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology: An Introduction to the Study of
Landscape. New York: Mc Graw-Hill Bool company, Inc.
Masri, dkk. 2023. Studi Geologi Teknik dan Kestabilan Lereng di Ruas Jalan
Kendari-Andoolo, Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara. Kendari: Universitas Haluoleo.
McClay, K. R.., 1987. The Mapping of Geological Structures, University of
London, John Wiley & Sons Ltd, Chichester, England.
Nur Saputra Apriansyah, dkk. 2018. Penentuan Tingkat Kerentanan Tanah
Longsor di Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan menggunakan
Metode HVSR. Kendari: Universitas Haluoleo.
Noor, D. (2010). Geomorfologi Edisi Pertama. Bogor: Universitas Pakuan.
Pettijohn, F. J. 1975. Sedimentary Rock 3rd edition. NewYork: Harper and Row
Publisher.
Postuma, J.A., 1971. Manual of Planktonic Foraminifera. Amsterdam: Elsevier
Publishing Company.
Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara. Presiden Republik Indonesia. 2021. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan.
Ragan, D.M., 1973. Structure Geology An Introduction to Geometrical
Tecniques, Second Edition, Departement of Geology Arizona State
University.
Ragan, D.M., 2009. Structure Geology An Introduction to Geometrical
Tecniques, Fourth Edition, Departement of Geology Arizona State
University.
68
69
69
70
L
A
M
P
I
R
A
N
70
71
71
72
Litologi : Batugamping
No. Stasiun :6
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Nummulitidae
Genus : Assilina
Spesies : Assilina sp.
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 6
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Rotaliidae
Genus : Lockhartia
Spesies : Lockhartia haimei (davieS)
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 6
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Globorotaliidae
Genus : Globorotalia
Spesies : Globorotalia multicamerata
CUSHMAN and JARVI
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 6
Filum : Foraminifera
72
73
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Globigerinidae
Genus : Orbulina
Spesie : Orbulina suturalia
BRONNIMANN
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 6
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Nummulitidae
Genus : Cycloclypeus
Spesies : Katacycloclypeus annulatus
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 18
Filum : Foraminifera
Kelas : Monothalamea
Ordo : Astrorhizida
Family : Saccamminidae
Genus : Technitella
Spesies : Technitella thompsoni Heron-
Allen & Earland, 1909
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 18
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Globigerinidae
Genus : Sphaeroidinella
Spesies : Sphaeroidinella subdehiscens
(BLOW),
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 18
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Family : Amphisteginidae
Genus : Amphistegina
Spesies : Amphistegina sp. D’Orbigny
Litologi : Batugamping
No. Stasiun : 31
Filum : Foraminifera
Kelas : Globothalamea
Ordo : Textulariida
Family : Nodosinellidae
Genus : Nodosinella
Spesies : Nodosinella digitata H. B.
73
74
Brady
74