Anda di halaman 1dari 25

METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOL-DIPOL

UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH PATAHAN MANADO DI


KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

MAKALAH

DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS UTS MATA KULIAH


MITIGASI BENCANA ALAM

DI AJUKAN OLEH :
MUTMAINNA
R1A1 17 017

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
MAKALAH

METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOL-DIPOL


UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH PATAHAN MANADO DI
KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

Diajukan oleh:

MUTMAINNA
R1A117017
Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Laode Ikhsan Juarzan. S.Si., M.Sc Indrawati, S.Si., M.Si.


NIDN. 8851990019 NIP. 19751120 2001032 003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Geofisika

Erzam Sahaluddin, S.Si., M.si


NIP. 19700311199802 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yng telh
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Metode Geolistrik Konfigurasi Dipol-dipol Untuk Identifikasi Daerah Patahan
Manado Di Kecamatan Singkil Kota Manado” Untuk memenuhi tugas UTS mata
kuliah Mitigasi Bencana Alam yang merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam
program studi Teknik Geofisika Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian Universitas
Halu Oleo.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan proposal ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.
Laode Ikhsan Juarzan. S.Si., M.Sc selaku pembimbing I dan Ibu Indrawati, S.Si.,
M.Si selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, arahan dan
motivasi sehingga kesulitan bisa teratasi.
1. Bapak prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc selaku Rektor
Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Dr. Muliddin, S.Si., M.Si Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Erzam Salahuddin Hasan, S.Si., M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik
Geofisika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo.
4. Bapak dan Ibu dosen dalam lingkungan Jurusan Tknik Geofisika, atas bimbingan,
arahan serta ilmunya yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan
Teknik geofisika.
5. Seluruh Staff Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian yang selalu membantu dan
menyediakan fasilitas.
6. Sahabat-sahabatku THE BREAK.
7. Saudara-saudari Teknik geofisika Universitas Halu Oleo 2017.
8. Para alumni dan Senior Teknik Geofisika Universitas Halu Oleo.
9. Teman-teman angkatan 2018,2019.

iii
Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang membantu
penyusunan proposal ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga amal
ibadah, dan dorongan serta Do’a yang diberikan kepada penulis dengan tulus dan ikhlas
mendapatkan Rahmat dan Karunia dari Allah SWT.
Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari,4 Januari 2021

Penulis

iv
METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOL-DIPOL
UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH PATAHAN MANADO DI
KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

Mutmainna
R1A1 17 017

Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,


Universitas Halu Oleo
ina.mutmm@gmail.com

ABSTRAK
Evaluasi potensi bencana gempa bumi membutuhkan data daerah sumber gempa
yaitu daerah batas lempeng dan patahan-patahan aktif intra-lempengnya.
Hambatan utama dalam evaluasi bahaya gempa yang bersumber di darat adalah
keterbatasan data dari patahan aktif sebagai sumber gempa. Patahan Manado
merupakan salah satu patahan di Sulawesi Utara, patahan ini menurut peta geologi
melalui Kota Manado. Keberadaan patahan memerlukan identifikasi lebih lanjut
menggunakan survei geofisika bawah permukaan. Penelitian bertujuan
mengidentifikasi sifat Patahan Manado.Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan
Singkil yang merupakan wilayah yang dilalui Patahan Manado. Eksplorasi
dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi
dipol-dipol. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak Res2dinv, dan
dihasilkan tampang lintang resistivitas 2 dimensi bawah permukaan bumi. Patahan
Manado di identifikasi sebagai rekahan dengan nilai resistivitas 26 m. Pada
lintasan 1 rekahan terletak di posisi elektroda 1-14 pada posisi elektroda 1 ² 14,
yaitu pada meter ke 5 ² 70 dengan kedalaman 0 ² 20 m. Pada lintasan 2 rekahan
dijumpai pada elektroda 17 ² 22,5 yaitu pada posisi meter ke 85 ² 115 dengan
kedalaman 0 - 16 m.
Kata kunci: Patahan, Rekahan, Dipol-dipol.

v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Geologi Daerah Penelitian
B. Gempa Bumi
C. Metode Geolistrik

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Alat dan Bahan Penelitian
D. Prosedur Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Patahan Manado di Wilayah Sulawesi Utara
Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Sulawesi
Gambar 3. Tatanan Stratigrafi Untuk Lembar Manado
Gambar 4. Proses Gempa Tektonik
Gambar 5. Peta Lintasan Akuisisi Data Pada Lokasi Penelitian
Gambar 6. Tampang Lintasan Resistivitas Pada Lintasan 1

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam gempa bumi antara lain adalah karena akibat langsung dari
perekahan dan pergerakan dari patahan atau sesar yang terdapat di batas-batas
lempeng bumi. Indonesia adalah negara kepulauan yang berada di batas
pertemuan lempeng-lempeng besar dunia yaitu lempeng Eurasia di utara, Pasifik
di timur dan Astralia di selatan. Kondisi geografis di batas pertemuan lempeng
serta keberadaan patahan yang cukup banyak di wilayah Indonesia menyebabkan
indonesia adalah negara dengan ancaman bencana gempa yang tinggi.
Patahan adalah sumber gempa darat yang termasuk langka dipetakan.
Gempa yang bersumber di patahan akan memberikan dampak kerusakan yang
besar khususnya pada kawasan yang dilalui patahan. Bangunan dan konstruksi
yang didirikan persis di atas jalur patahan akan mendapat efek goncangan gempa
paling keras ketika gempa terjadi. Struktur geologi menunjukkan bahwa wilayah
utara pulau Sulawesi mempunyai beberapa patahan yaitu Patahan Gorontalo,
Patahan Amurang, Patahan Mongondow dan Patahan Manado.Patahan tersebut
merupakan sumber gempa yang sangat potensial terjadi di wilayah utara Sulawesi.
Patahan Manado yang melintasi wilayah Kotamadya Manado menurut Peta
Geologi lembar Manado (Gamabar 1) diperkirakan berada pada lokasi tepat di
bawah kota Manado-KetangSorengsong-Paslaten-Karegesan-Tontalete pada satu
garis lurus (Effendi dan Bawono, 1997).

1
Gambar 1. Patahan Manado di Wilayah Sulawesi Utara (Effendi dan
Bawono, 1997)

Karakteristik gempa bumi antara lain adalah akibat gempa dapat


menimbulkan bencana, berpotensi terulang kembali, belum dapat diprediksi, tidak
dapat dicegah tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat dikurangi. Faktor-faktor
yang mengakibatkan kerusakan akibat gempa bumi adalah kekuatan gempa,
kedalaman sumber gempa, jarak hiposentrum gempa, lama getaran gempa,
kondisi tanah setempat dan konstruksi bangunan (www.Bmkg.co.id, 2012).
Perambatan gelombang gempa bumi dipengaruhi oleh jenis batuan yang menjadi
media perambatannya. Jenis batuan yang dilewati patahan Manado adalah batuan
gunung api breksi, tufa, tuf, alluvium, batu gamping, terumbu koral, pasir, lanau,
konglomerat dan lempung napalan.
Sebagian wilayah di Sulawesi Utara merupakan wilayah dengan potensi
gerakan tanah menengah-tinggi, terutama beberapa wilayah yang berada pada
jalur Patahan Manado seperti Airmadidi dan Mapanget (DESDM, 2008).
Natawidjaya, 2007 menyatakan bahwa untuk menentukan lokasi persis suatu
patahan aktif di permukaan, tidak cukup hanya dari bentang alam dan geologi
tetapi harus dibantu dengan survei geofisika bawah permukaan seperti dengan

2
metode : seismik refleksi resolusi tinggi, seismik refraksi, georadar, geolistrik dan
metode lainnya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaplikasian Metode Geolistrik Konfigurasi Dipol-dipol untuk
identifikasi daerah patahan Manado di Kecamatan Singkil Kota Manado?

C. Tujuan penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi daerah patahan Manado di Kecamatan Singkil Kota Manado
menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipol-dipol.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan referensi bagi pemerintah tentang daerah patahan
Manado.
2. Sebagai Sumber pustaka untuk penellitian-penelitian selanjutnya yang relevan
dengan penelitian ini.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geologi Daerah Penelitian

Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Sulawesi

4
1. Geomorfologi
Kondisi geomorfologi daerah pada lembar Manado memperlihatkan bentuk
ketidakaturan permukaan bumi berupa perbukitan datar, perbukitan miring,
hingga pegunungan. Kondisi relief perbukitan hingga pegunungan tersyata tajam
membentang dari bagian baratdaya hingga timurlaut. Daerah pegunungan terdapat
pada daerah bagian baratdaya mencakup Gunung Usiusing dan Gunung Lumedon
dengan ketinggian rata-rata 1450 Mdpl. Kenampakan relief pegunungan juga
tersebar pada wilayah sekitar Gunungapi Soputan dengan ketinggian 1830 Mdpl
dan Gunungapi Lokon dengan ketinggian 1579 mdpl. Sedangkan untuk relief
perbukitan tersebar dari bagian baratdaya hingga selatan regional Lembar
Manado. Morfologi yang ditunjukkan pada satuan perbukitan miring
memperlihatkan undak-undak perbukitan yang memanjang yang menunjukkan
daerah ini dipengaruhi total oleh aktifitas vulkanik gunungapi. Kondisi aliran
permukaan sangat dipengaruhi oleh litologi penyusun daerah. Danau Tondano
merupakan salah satu contoh muara dari siklus hidrologi permukaan yang terdapat
di bagian baratdaya.

2. Stratigrafi Regional
Berikut tatanan stratigrafi untuk lembar Manado:
a. Qal Aluvium terdiri atas bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lumpur.
b. Qs Endapan Danau dan Sungai terdiri atas pasir, lanau, konglomerat dan
lempung napalan. Perselingan lapisan pasir lepas dan lanau, lapisan
berangsur, setempat silang silur. Konglomerat tersusun atas batuan kasar
menyudut tanggung. Lempung napalan berwarna hitam mengandung
moluska di daerah Kayuragi. Satuan ini membentuk undak dengan
permukaan menggelombang.
c. Ql Batugamping Terumbu Coral satuan ini kebanyakan terdapat diantara
pasang naik dan pasang surut. Di barat kampong Amurang dan di Pulau
Siladen batuan ini sedikit terangkat (Koperberg, 1928).
d. Qv Batuan Gunungapi Muda terdiri atas Lava, bomb, lapilli dan abu.
Membentuk gunung api strato muda antara lain Gunung Soputan, Gunung
Mahawu, Gunung Lokon, Gunung Klabat dan Gunung Tongkoko. Lava
yang dihasilkan Gunung Soputan dan Gunung Lokon terutama
berkomposisi basal sedangkan Gunung Mahawu dan Gunung Tongkoko
berkomposisi andesit. Di kampung Tataaran dan kampung Kiawa terdapat

5
aliran Obsidian yang mungkin masing – masing berasal dari Gunung
Tompusu dan Gunung Lengkoan.
e. Qtv, Qtvl Tufa Tondano terdiri atas klastika kasar gunung api yang
terutama berkomposisi andesit, tersusun dari komponen menyudut hingga
menudut tanggung, dicirikan oleh banyak pecahan batuapung; batuapung
lapilli, breksi, ignimbrite sangat padat, berstruktur aliran. Satuan ini
terdapat disekitar danau Tondano di sebelah utara daerah Minahasa,
membentuk punggungan yang menggelombang rendah. Aliran lava
berkomposisi andesit trakit terdapat di daerah gunung Tanuwantik (Qtvl).
Tufa bersifat trakhit yang sangat lapuk, berwarna putih hingga
kelabukekuningan, terdapat di dekat kampung Popontelan dan di sungai
Sinengkeian. Di daerah pantai antara Paslaten dan Sondaken satuan ini
juga membentuk punggungan menggelombang rendah. Endapan
piroklastik ini diperkirakan berasal dari dan terjadi sebagai hasil letusan
hebat pada waktu pembentukan kaldera Tondano. (Gambar 3)

Gambar 3. Tatanan stratigrafi untuk lembar Manado (Koperberg, 1928).

B. Gempa Bumi
Gempabumi merupakan salah satu sumber yang dapat menimbulkan
terjadinya penjalaran gelombang seismik. Menurut Teori Elastic Rebound yang
dikemukakan oleh seismolog Amerika, Reid, gempabumi merupakan gejala alam

6
yang disebabkan oleh pelepasan energy regangan elastis batuan yang disebabkan
oleh akumulasi energi elastik dari peristiwa tekanan (stress) dan tarikan (strain)
pada kulit bumi yang terus-menerus sehingga menyebabkan daya dukung pada
batuan akan mencapai batas maksimum yang selanjutnya dilepaskan secara tiba-
tiba dalam bentuk gelombang elastik yang menjalar ke segala arah. Hoernes
(1878) dari Jerman mengklasifikasikan gempabumi berdasarkan sumber penyebab
terjadinya yaitu:
1. Gempabumi runtuhan (Collapse Earthquake) adalah gempabumi yang
disebabkan oleh runtuhnya lubang-lubang di dalam bumi, seperti gua,
tambang dan sebagainya.
2. Gempabumi vulkanik (Volcanic Earthquake) adalah gempabumi yang
berasal dari gerakan magma karena aktivitas gunungapi.
3. Gempabumi Tektonik (Tectonic Earthquake) adalah gempabumi yang
disebabkan oleh penyesaran karena perlipatan kerak bumi, pembentukan
pegunungan dan sebagainya yang secara umum berupa gerakan dalam
bumi padat. Gempa bumi tektonik ini merupakan yang signi_kan terjadi di
bumi secara menyeluruh (Wahyuni dkk, 2018).

Gempa bumi, terutama gerakan tanah yang kuat adalah contoh dari
pembebanan siklik yang tidak beraturan yang meliputi sebuah cakupan yang utuh
dari karakteristik dan regangan geser serta karakteristik perilaku tanah dalam
region. Konsekwensi pada tanah deposit seperti liquifaksi dan kegagalan lereng,
atau penurunan yang besar dalam kaitan dengan lahan densification, dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal pada bangunan didaerah itu. Dengan begitu,
didaerah seismic, kebutuhan akan analisis yang rasional dan perkiraan-perkiraan
objektif yang memiliki resiko harta dan kehidupan bukan hanya kebutuhan
akademis. Pertemuan dua lempengan mengalami subduksi yang menyebakan
terjadinya gempa tektonik. Empat golongan kerusakan utama akibat gempa
1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan
unsure utama penyebab keruntuhan struktur

7
2. Liquefaction – Kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat
pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral
dari pondasi. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang
berpotensi liquefaction dengan menghindari pembangunan diatasnya, atau cara
lain membuat fondasi dalam sehingga terhindar dari liquefaction
3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini pergerakan patahan akibat gempa.
Pergerakan dapat vertikal maupun horizontal.
4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa. Perlu
dihindari pembangunan diatas lereng atau dikaki dari lereng ( Ilyas, 2006)

Gambar 4. Proses Gempa Tektonik

C. Metode Geolistrik
Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari sifat
kelistrikan di bawah permukaan Bumi untuk menentukan keadaan di bawah
permukaan Bumi. Metode geolistrik memanfaatkan direct currents (DC) atau
alternating currents (AC) berfrekuensi rendah untuk menginvestigasi sifat
kelistrikan di bawah permukaan Bumi. Berdasarkan jenis sifat aliran listrik,
metode geolistrik terdiri dari metode resistivitas atau tahanan jenis, metode

8
Induced Polarization (IP), dan metode Self-Potential (SP). Metode resistivitas
digunakan untuk studi diskontinuitas horizontal dan vertikal dari sifat kelistrikan
di bawah permukaan dan deteksi tiga dimensi dari anomali konduktivitas listrik
Prinsip kerja metode tahanan jenis, yaitu berdasarkan hukum Ohm. Pada
pengukuran metode tahanan jenis digunakan empat elektroda, yaitu dua elektroda
arus dan dua elektroda potensial. Arus listrik diinjeksikan ke dalam Bumi melalui
elektroda-elektroda arus yang ditancapkan pada titik di permukaan tanah dan
kemudian diukur respon tegangannya melalui elektroda-elektroda potensial[2] .
Bumi dianalogikan sebagai hambatan, sehingga yang mempengaruhi resistansi
Bumi adalah resistivitas batuan. Hubungan beda tegangan yang terukur, arus yang
diinjeksikan, resistansi, serta resistivitas batuan, yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
V : beda tegangan yang terukur alat
I : kuat arus yang diinjeksikan
R : resistansi batuan
ρ : resistivitas batuan
L : panjang lintasan Bumi yang diukur
A : luas permukaan yang dilalui arus

9
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Singkil Kota Manado pada bulan Maret
2 September 2016. Data geolistrik diperoleh dengan menggunakan alat
multichannel and multielectrode resistivity and IP meter MAE X612EM.
penelitian dilaksanakan di kecamatan Singkil dengan dua lintasan pengukuran
dengan masing-masing lintasan terdiri dari 48 buah elektroda. Jarak kedua
lintasan 50 meter, lintasan 1 dengan spasi antar elektrode (a) 5 meter. Lintasan 2
diukur dengan menggunakan spasi antar elektroda 10 m. Hasil pengukuran
meliputi kuat arus (I), jarak spasi (a) dan resistivitas semu (°) serta data ketinggian
setiap elektroda yang diperoleh dari pengukuran menggunakan GPS. Data hasil
pengukuran diolah dengan menggunakan perangkat lunak Res2dinv, hasil olahan
berupa gambar tampang lintang resistivitas dalam bentuk 2 dimensi (2D). Sifat
patahan dapat dianalisis dan diperkirakan dari gambar tampang lintang pada
kedua lintasan tersebut.

Gambar 5. Peta Lintasan akuisisi data pada lokasi penelitian

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dilapangan.

10
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
1 dan 2
Tabel 1. Alat dan Bahan
Parameter Jumlah
Panjang Lintasan 50 m
Jumlah Elektroda 48 buah
Spasi antar Elektroda 5m
Res2Dinv

D. Prosedur Penelitian
Alur penelitian ini secara umum data hasil pengukuran diolah dengan
menggunakan perangkat lunak Res2dinv, hasil olahan berupa gambar tampang
lintang resistivitas dalam bentuk 2 dimensi (2D). Sifat patahan dapat dianalisis
dan diperkirakan dari gambar tampang lintang pada kedua lintasan tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

11
Gambar 6. Tampang lintang resistivitas pada Lintasan 1

Gambar 3 menunjukkan hasil olahan pada lintasan 1, bidang lemah yang


diindikasikan dengan resistivitas rendah dengan lemah ° î § òm terletak pada
posisi elektroda 1 ² 14. Posisi ini bertepatan dengan meter ke 5 ² 70, dan garis
lintasan 1 memotong garis Patahan Manado pada elektoroda 3 ² 4 atau meter ke 15
² 20. Dilihat dari sifat bidang lemah yang mempunyai bentuk tak beraturan,
bidang lemah ini menerus sampai permukaan dan tersusun oleh material yang
relatif lebih konduktif dari pada batuan disekitarnya maka diduga sebagai rekahan.
Rekahan mempunyai lebar 65 m, menempati ruang dari permukaan ( 0 m) sampai
kedalaman 20 m. Hasil ini mempunyai kemiripan dengan identifikasi yang
dilakukan oleh Helen dkk, 2015 pada lokasi yang sama yang melakukan
pendugaan dengan geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger, diidentifikasi
sebagai rekahan, ° < 20,9 òm, lebar 65 m, kedalaman sampai 28,7 m Lokasi
rekahan tepat pada garis Patahan Manado. Hasil olahan untuk lintasan 2
diperlihatkan pada Gambar 4.
Lintasan 2 memotong garis Patahan Manado pada antara elektroda 20 ² 21,
bersesuaian dengan meter ke 100 ² 105. Pada lokasi lintasan 2 diperoleh zona
lemah ° < 26 òm pada elektroda 17 ² 22,5, zona lemah pada lintasan 2 ini juga

12
diidentifikasi sebagai rekahan karena mempunyai sifat yang sama dengan zona
lemah pada lintasan 1. Rekahan mempunyai lebar 27,5 m, menempati ruang dari
permukaan sampai kedalaman 16 m. Rekahan menempati posisi tepat pada garis
Patahan Manado. Hasil ini juga mempunyai kemiripan dengan identifikasi yang
dilakukan oleh Frans dkk, 2015, yang melakukan pendugaan dengan geolistrik
konfigurasi Wenner-Schlumberger, Patahan Manado pada peta Geologi
diidentifikasi sebagai rekahan, ° < 20,9 òm, lebar 30 m, kedalaman sampai 19,8
m, dan lokasi rekahan tepat pada garis Patahan Manado.

V. PENUTUP

13
A. Kesimpulan
1. Identifikasi Patahan Manado di Kecamatan Singkil menggunakan metode
geolistrik resistivitas konfigurasi dipol-dipol, diperoleh bidang lemah (° < 26
òm) memotong perlapisan batuan dengan resistivitas yang lebih tinggi.
Bidang lemah diduga sebagai rekahan. 2.
2. Rekahan terletak pada garis Patahan ManadoPada lintasan 1 rekahan terletak
di posisi elektroda 1 ² 14, yaitu pada meter ke 5 ² 70 dengan kedalaman 0 ² 20
m. Pada lintasan 2 rekahan dijumpai pada elektroda 17 ² 22,5 yaitu pada
posisi meter ke 85 ² 115 dengan kedalaman 0 - 16 m.

B. Saran
1. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut lagi

DAFTAR PUSTAKA

14
Andriyani, S., Ari, H. R., Sutarno, Metode Geolistrik Imaging Dipole-Dipole digunakan
unruk Penelusuran Sistem Sungai Bawah Tanah pada Kawasan Kars di Pacitan,
Jawa Timur.Jurnal Ekosains Vol 2 No 1. Maret 2010
As’ari, 2009, Pemetaan Paleo-Morfologi Abad VIII di Kompleks Candi Prambanan
dengan Menggunakan Metode Geolistrik, Tesis, UGM Yogyakarta
BMKG, Gempa Bumi, http://www.bmkg.co.id, 2012 [25 Mei 2013]
Efffendi, A. C., Bawono, S. S., 1997, Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara, Edisi
ke-2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Frans, H. S., As’ari, Tamutuan, G. H. 2015. Identifikasi Patahan Manado dengan
menggunakan Metode Geolistrik Knfigurasi Wenner-Schlumberger di Kota
Manado. Jurnal Ilmiah Sains Vol 15 No 2 Oktober 2015 . Hal 142-148. Universitas
Sam Ratulangi. Manado.
Natawidjaya, D. H., Evaluasi Bahaya Patahan Aktif, Tsunami dan Goncangan Gempa,
Laboratorium Riset Bencana Alam Geoteknologi-LIPI

15
16
\

17

Anda mungkin juga menyukai