TEKNIK PELEDAKAN
STUDI KASUS
Disusun Oleh :
ACARA VII
STUDI KASUS
Disusun Oleh :
JEFFRY CANDRA SURANTA SEMBIRING
112200002
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar teknik peledakan beserta aplikasi
teknik peledakan dalam dunia pertambangan.
Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Raden Hariyanto, M.T., selaku Kepala Laboratorium Teknik
Peledakan TA. 2021/2022, Program Sarjana Program Studi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Singgih Saptono, M.T., sebagai dosen pengampu mata kuliah
Teknik Peledakan.
3. Rezky Aditya Langkadja dan Marcellinus Kevin Bagaskara , selaku
Asisten Laboratorium Teknik Peledakan dan Asisten Laboratorium
lainnya yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama
praktikum.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermandaat dan memberikan ilmu
bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.Akusisi Data
Berikut merupakan akusisi data yang digunakan untuk kajian geoteknik
Tabel 2.1 Koordinat WIUP
No.
Latitude Longitude
Titik
1 -7.839008549 110.1224047
2 -7.849477614 110.1223827
3 -7.849468957 110.1182426
4 -7.846950162 110.1182479
5 -7.846945415 110.1159851
6 -7.845312787 110.1159885
7 -7.845310143 110.1147307
8 -7.841873371 110.114738
9 -7.84187158 110.1138862
10 -7.838990728 110.1138923
2.2.Analisis Geoteknik
Analisis geoteknik bertujuan untuk mendapatkan factor keamanan dari
jentang yang timbur karna adany deformasi dari batuan,prinsip dasarnya
batuan pada suatu lereng akan selalu mencari titik kesetimbangan. Jika suatu
batuan sudah tidak dapat menahan pembebanan dari bobot batuan itu sendiri
maka akan terjadi runtuhan atau longsoran,maka dari itu perlu dilakukan
kajian geoteknik dalam suatu lereng tambang,berikut merupakan section
lereng yang akan dianalisis dan direkomendasi geometri dari lereng ini
sesuai dengan target produksi dan FK sesuai Kempen 1827/2018
Gambar 2.3 bentuk permukaan awal dan gambaran dari rekomendasi lereng setelah
peledakan
Dari hasil kajian geoteknik didapatkan rekomendasi untuk lereng yaitu crest 20 meter, toe
30 meter single slope 9 derajat, Overall Slope 6 derajat ,dengan hal ini didapatkan FK dari
lereng yaitu 2.663. Dimana dengan FK sedemikian sudah dapat dikatakan lereng ini aman.
Kasus Ini tidak di buat kritis mendekati Fk 1 dikarenakan batu andesit yang akan kita
tambang sudah memenuhi volume target per peledakan yaitu 18.000 Ton / 3 Hari dimana
dengan volume peledakan ini diperkirakan sudah memenuhi target produksi.Selain itu kita
juga memperhitungkan dari alat muat yang akan digunakan, apabila dengan keadaan
jenjang terlalu tinggi tidak banyak opsi alat yang dapat kita gunakan,setelah kajian
geoteknik dilakukan, alat muat dari Komatsu Pc Tipe apapun Bisa digunakan untuk
memuat material hasil pembongkaran karna jangkauan yang terbilang tidak dalam, namun
direkomendasikan untuk memilih Komatsu Pc 200 karena dianggap lebih murah dan
spesifikasi yang dimiliki sudah cukup untuk melakukan pemuatan di daerah yang telah
direkomendasikam
3.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada peledakan elektrik yaitu :
a. Circuit Tester
Gambar 3.1.
Circuit Tester
3.2. Perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan pada peledakan elektrik yaitu :
a. Dinamit / dodol
b. Detonator Listrik
c. Lead Wire
d. Leg Wire
e. Connecting Wire
Gambar 3.6.
Blasting Machine
4.1. Pengeboran
Kegiatan pengeboran perlu memperhatikan sistem tambang itu sendiri.
Sistem yang digunakan yaitu sistem tambang terbuka dengan metode quarry, yaitu
sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan bahan galian
industri. Dalam sistem tambang terbuka, pola pengobaran yang digunakan pada
studi kasus ini adalah pola persegi panjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi
dalam satu baris lebih besar dibanding burden. Pola ini digunakan karena lebih
mudah dalam menentukan titik yang akan dibor, karena spasi dan burden tidak
sama sehingga penempatan alat bor tidak membutuhkan waktu yang lama. Selain
itu, pengaturan waktu tunda pola bujur sangkar adalah V delay, sehingga hasil
peledakan terkumpul pada suatu tempat tertentu. Pola pengeboran rectangular
pattern dengan posisi lubang ledak vertical (tegak) agar pemborannya lebih mudah,
akurat dan waktu pemboran relative cepat.
Gambar 3.1.
Pola Pemboran Rectangular Pattern
Gambar 3.2.
Pola Peledakan Box Cut
Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang
dinginkan, maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan memperhatikan besaran-
besaran geometri peledakan. Adapun perhitungan geometri peledakan ini mengacu
pada rancangan menurut R. L. Ash (1967). Karena pada rancangan menururt R. L.
Ash hasil perhitungan dengan tersebut harus dicoba di lapangan untuk memperoleh
gambaran dan perubahan kearah geometri yang lebih mendekati kondisi
sesungguhnya. Percobaan di lapangan dilakukan dengan cara trial dan error sampai
diperoleh geometri peledakan optimal.
Tabel 3.1.
Hasil Rancangan Geometri Peledakan R.L. Ash
Geometri R. L. Ash
True Burden (Bc) 3,003 m
Spasi (S) 6,01 m
Stemming (T) 2,40 m
Subdrilling (J) 0,90 m
10 87.64% 12.36%
20 51.38% 48.62%
30 17.97% 82.03%
40 3.47% 96.53%
50 0.35% 99.65%
Gambar 3.8.
Grafik Distribusi Fragmentasi Batuan
Pada dasarnya untuk mengukur fly rock ada 2 cara yaitu Metode empirik
berdasar teori Richard dan Moore (2005), dan Ludborg (1981).dan metode analisis
dimensi didasarkan oleh teori Ebrahim Ghasemi (2012).untuk mengukur fly rock
sebenarnya hanya mengukur jarak lempar batuan yang terfragmentasi dari area
peledakan, untuk dari itu alat yang digunakan biasanya adalah GPS (Global
Positioning System), yaitu sistem navigasi berbasis satelit yang terdiri dari
setidaknya 24 satelit. Tujuannya ialah mengetahui radius lemparan batuan yang
terfragmentasi / untuk mengukur jarak lemparan maksimum fly rock.
Swedish Detonie Research Foundation (1975) mengemukakan teorinya
dalam menghitung jarak maksimum yang terjadi pada fragmentasi batuan pada
kondisi optimum. Hubungan antara jarak maksimum lemparan batuan dengan
specific charge diuraikan sebagai grafik berikut ini :
Tb = 0,1 x De2/3
Keterangan:
L max = Jarak Maks, m
Tb = Ukuran fragmentasi, m
De = Diameter lubang ledak, inch
3. Ground Vibration
Ground vibration merupakan pergerakan seismik pada tanah yang dihasilkan oleh
peledakan. Energi yang dihasilkan bahan peledak dimaksudkan untuk memecah
batuan, tetapi beberapa energi menyebar ke segala arah sebagai gelombang seismik
dengan frekuensi yang berbeda. Gerakan seismik ini adalah bentuk transportasi
energi melalui tanah yang menyebabkan kerusakan pada struktur terdekat ketika
melampaui ambang batas maksimum.
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elastis. Pada daerah
ini tegangan yang diterima mineral lebih kecil dan kuat tarik mineral sehingga
hanya menyebabkan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material maka
bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula setelah tidak ada tegangan
b. Delay interval
Delay interval yang terlalu dekat akan menghasilkan ledakan yang terlalu
berdekatan bahkan bisa terjadi secara serentak sehingga dapat berakibat
menimbulkan ground vibration yang besar.
c. Arah inisiasi
Arah inisiasi peledakan harus disesuaikan dengan arah face peledakan agar
energi peledakan dapat tersalurkan sesuai dengan volume batuan yang dibongkar.
d. Charge confinement
Merupakan kondisi dimana energi bahan peledak yang ketika diledakkan
mengalami suatu kurungan atau hambatan yang diperankan oleh burden dan spasi
lubang ledak, dimana harus disesuaikan tebal dan geometrinya agar sesuai dan tidak
ada energi yang hilang menjadi ground vibration.
Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan dengan cara
meledakkan sejumlah muatan bahan peledak tidak sebagai suatu seri dari muatan-
muatan yang lebih kecil. Getaran yang dihasilkan dari getaran tunda merupakan
kumpulan dari getaran-getaran kecil dan bukan satu getaran besar.
Mengingat belum adanya teori yang tepat dalam menentukan besarnya getaran
pada berbagai jarak dengan memperhitungkan sifat-sifat penting batuan, maka
salah satu jawaban yang dapat diambil adalah penyelesaian secara empiris, dengan
mengambil asumsi:
1) Massa batuan bersifat elastis, homogen, dan isotrop.
Tabel 5.2.1
Pengaruh Getaran Tanah terhadap Kerusakan berdasarkan Kecepatan Partikel
Kecepatan (inch/second) Kerusakan
< 2,8 No damage
4,3 Fine cracks
6,3 Cracking
9,1 Serious cracking
Kecepatan partikel dapat juga ditentukan dengan persamaan dari konya sebagai
berikut :
1 −1,6
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 = 100 (𝑑/𝑊 2 )
Keterangan :
v = kecepatan partikel (inch/s)
d = jarak dari pusat ledakan ke bangunan (ft)
w = berat isian bahan peledak per delay (lb)
Dari hasil perhitungan nilai PPV dengan SD didapatkan kesimpulan nilai PPV
sebesar <2,8, sehingga dampak bagi ground vibration tidak ada (no damage)
Table 5.2.3
Kelas dan Jenis Bangunan Peak Vektor Sum (RSNI)
Kelas Jenis Bangunan Peak Vector
Sum (mm/detik)
Bangunan kuno yang dilindungi UU benda cagar
1 2
budaya (UU no 6 tahun 2012).
Bangunan dengan pondasi pasangan batu dan
2 adukan saja termasuk bangunan dengan produksi 3
dari kayu dan lantainya diberi adukan semen
Bangunan dengan pondasi pasangan bata dan
3 5
adukan semen diikat dengan slope beton
Tabel 5.2.4
Baku Tingkat Getaran Peledakan pada Tambang Terbuka
Kelas Frekuensi PPV (mm/s)
0–5 2
1 5 – 20 3
20 – 100 5
0–5 3
2 5 – 20 5
20 – 100 7
0–5 5
3 5 – 20 7
20 – 100 12
0–5 7
4 5 – 20 12
20 – 100 20
0–5 12
5 5 – 20 24
20 – 100 40
Tabel 5.2.5
Tingkat Efek kerusakan berdasarkan PPV dan frekuensi Menurut Langefors and
Kihilstrom’s
Peak Particle Velocity
Sand, gravel, clay Moraine, slate, Granite, hard
Damage below water level; or soft limestone; limestone, diabase;
Effects c=1,000-1,500 c=2,000-3,000 c=4,500-6,000
m/sec m/sec m/sec
mm/sec in/sec mm/sec in/sec mm/sec in/sec
No noticeable
18 0.71 35 1.4 70 2.8
crack formation
Fine crack and
30 1.2 55 2.2 100 3.9
falling plaster
Crack
40 1.6 80 3.2 150 5.9
formation
Sonic Velocity
1000-1500 2000-3000 4500-6000
(mm/s)
18 35 70 None
30 55 80 Fine cracks
PPV (mm/s)
40 80 150 Cracking
80 115 225 Serious cracks
Tabel 5.2.7
Tingkat Efek kerusakan berdasarkan PPV dan frekuensi Menurut Australia
AS2187
Particle Velocity
(mm/s) Type of building or structure
Tabel 5.2.8
Tingkat Efek kerusakan berdasarkan PPV dan frekuensi Menurut Germany Din
4150 Standard
Maximum result Estimated maximum
Building Class particle velocity vertical particle velocity
Vr (mm/s) Vz (mm/s)
Other similary built in the
conventionl and normal 8 4.8-8
condition
Stall building and normal
30 18-30
condition
Tabel 5.2.9
Tingkat Efek kerusakan berdasarkan PPV dan frekuensi Menurut South Africa
Bereau of Standard
Maximum PPV
Status of Structure (mm/s)
Heavily reinforced concreate structure 120
Property owned by the concren performing blasting
operations, where min or plaster cracks are 84
acceptable
Strongly masonary walls not affected by public
concern 50
Commercial property in reasonable repair, where
public concern is not an important consideration 25
Private property, where public concern is an
important consideration and blasting conducted on a 10
reguler and frequent manner
4. Air Blast
Suara ledakan (Air Blast) adalah suara yang ditimbulkan oleh atau pada saat
terjadi ledakan. Air Blast tidak seperti yang didengarkan seperti biasa, tetapi
merupakan gelombang tekanan yang terjadi pada atmosfer yang terindikasikan oleh
frekuensi tinggi, frekuensi rendah bahkan yang tidak terdengar sekalipun.
1. Faktor yang mempengaruhi Air Blast
Faktor – faktor yang mempengaruhi air blast yaitu arah angin, kecepatan
angin dan temperatur. Apabila arah angin cenderung mengarah ke lokasi
pengukuran maka akan menghasilkan air blast lebih besar.
1. Arah Angin
Arah angin diukur dalam derajat searah jarum jam dari arah utara.
Akibatnya, angin yang bertiup dari utara memiliki arah angin 0° (360°); angin yang
bertiup dari timur memiliki arah angin 90°; angin bertiup dari selatan memiliki arah
angin 180°; dan angin yang bertiup dari barat memiliki arah angin 270°. Secara
umum, arah angin diukur dalam satuan dari 0° hingga 360°, tetapi dapat juga
dinyatakan dari -180° hingga 180°.
Condition dB psi
Dari hasil perhitungan nilai level suara didapat kan sebesar 153,78 db yang artinya
melebihi ambang batas (limit) sebesar 136 db untuk jarak aman 500 meter. Hal ini
perlu adanya penangulangan untuk mengurangi dampak dari peledakan secara
internal ataupun eksternal dari lubang ledak itu sendiri.
Alat ukur getaran tanah adalah seismograf atau sesinometer yang terdiri dari:
1 (satu) buah Standard Transducer yang didalamnya terdapat 3 (tiga) unit geophone
sensor yang dapat merekam gelombang transversal, longitudinal, dan vertikal dan
satu buah microphone untuk merekam suara ledakan. Cara kerja seismograf yaitu
ketika menerima getaran dari peledakan maka akan terbaca oleh geophone yang
dipasang berupa gelombang primer yang memiliki kecepatan rambat tinggi
kemudian gelombang sekunder yang memiliki kecepatan rendah.
1. Geometri Peledakan
Untuk melindungi bench di sekitar khususnya pada slope akhir diterapkan metode
presplitting yang dibuat satu row sepanjang bagian yang akan berhadapan dengan
bench pada lokasi peledakan. Geometri presplit ini dibuat dengan penyesuaian
lapangan serta mengingat biaya yang digunakan
2) Burden (B)
KBstd = high density dan hard rock = 30
KB = KBstd x AF1 x AF2 = 30 x 0,865 x 1,01 = 26,28
𝐾𝐵 𝑥 𝐷 26,28 𝑥 4,5
B = = = 9,85 𝑓𝑡 = 3,03 𝑚
12 12
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
8) Volume target produksi (V) =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖
34.000 𝑡𝑜𝑛
= = 13.709,6774 m3
2,8 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
𝑉
9) Panjang jenjang (P) =
𝑟𝑜𝑤 𝑥 𝐵 𝑥 𝐿
13.709,6774 m3
= = 46,526 m
9 𝑥 3,03 m x 10 𝑚
𝑃−2𝐵
10) Jumlah Lubang Ledak ={[ ] +1} +2 → (pola box cut)
𝑆
46,526−(2 𝑥 3,03)
={ [ ] +1} +2
6,01
7.653,63 𝑘𝑔
=
15.425,523 𝑚3
= 0,4961 kg/m3
x 𝑛
−[ ]
R= e Xc
10 2,33
−( )
R10 =𝑒 23,804 = 0,8405 = 87,64 %
20 2,33
−( )
R20 =𝑒 23,804 = 0,5138 = 51,38 %
30 2,33
−( )
R30 = 𝑒 23,804 = 0,1797 = 17,97 %
40 2,33
−( )
R40 =𝑒 23,804 = 0,0347 = 3,47 %
50 2,33
−( )
R50 =𝑒 23,804 = 0,0035 = 0,35 %
GRAFIK
Scraper
Surface Miner
0 20 40 60 80 100
Uniaxial Compressive Strength - MPa
___________________________________/______________
GRAFIK
0
0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Rippable
Marginal
Impossible
___________________________________/______________
GRAFIK
6
Sangat Besar
Peledakan / Peremuka n
Hidrolik + Penggaruan
dengan / face shovel
PERLU PELEDAKAN
Discontinuity Spacing Index, lf (m)
Ukuran Blok - Dimensi Maksimum ( BS 5930 : 1982 )
2
Besar
0,6
Sedang
0,2
Sukar Digali
( CAT 245 )
Kecil
0,1
0,06
Sangat Kecil
Mudah
Digali
0,02
0,1 0,3 1,0 3,0 10,0 30,0
___________________________________/______________
GRAFIK
EH
2
PELEDAKAN
PEMBONGKARAN
VH
0.6
Fracture Index - m
H PELEDAKAN
0.2 RETAKAN
M
0.06
PENGGARUAN
L
0.02
GALI BEBAS
VL
0.006
0.03 0.1 0.3
VL L M 1.0 H 3.0 VH
10
EH
___________________________________/______________