Disusun Oleh :
Mukhlis Maihendra Ismail (03071281823024)
Hengky Anjay Kurniawan (03071281823067)
Muhamad Taufiqurahman (03071281823017)
Muhammad Alqori B. (03071181823001)
Septiani Miftahul Jannah (03071181823072)
Page | 1
DAFTAR ISI
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 12
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air tanah merupakan air yang bergerak di dalam bumi yang menempati ruang butir atau
ruang pori-pori. Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti kebutuhan rumah
tangga, industri, dan pertanian. Airtanah merupakan salah satu sumber air terbaik untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, eksplorasi dan pemanfaatan airtanah
secara berkelanjutan merupakan salah satu solusi terhadap masalah kekeringan dan defisit air
yang terjadi di beberapa daerah.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui susunan lapisan bawah permukaan tanah,
sehingga dapat diketahui adanya lapisan pembawa air tanah atau akuifer yang ada di
Kulonprogo,Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan Geolistrik.
Page | 3
C. Rumusan Masalah
D. Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan lithologi
bawah permukaan di daerah Kulonprogo kabupaten Yogyakarta. Selain itu dapat
memberikan gambaran mengenai potensi akuifer air tanah yang ada di daerah
Kulonprogo kabupaten Yogyakarta.
2. Diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi dalam kemajuan di bidang pengembangan
dan pemanfaatan potensi air tanah di Indonesia. Khususnya menggunakan metode
geolistrik dalam melakukan kegiatan eksplorasi air tanah.
Page | 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Geologi regional pada Formasi Kebobutak diintrusi oleh batuan intrusi dangkal yang
berupa mikrodiorit, andesit dan dasit yang pada umumnya telah mengalami ubahan. Rahardjo
dkk., 1995 dan Rahardjo, dkk., 2012, menggambarkan batuan andesit berada di tengah-tengah
tubuh Formasi Kebobutak dan dasit hadir di dalam batuan andesit
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengolah data sekunder
lapangan berupa data geolistrik menggunakan software aplikasi pendukung dan mengkorelasikan
dengan peta geologi daerah telitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui susunan lapisan
bawah permukaan tanah, sehingga dapat diketahui adanya lapisan pembawa air tanah atau
akuifer yang ada di daerah Kulonprogo dengan menggunakan pendekatan Geolistrik.
Page | 5
Pendugaan geolistrik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan
tanah di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada kedalaman
tertentu. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa material yang berbeda akan
mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan
jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral. Beberapa penelitian yang terkait dengan
pendugaan geolistrik ini diantaranya : penyelidikan untuk mengetahui sebaran mineral batu bara
(Azhar, dkk., 2003) dan penyelidikan eksplorasi air bawah tanah (Ali M.N, dkk., 2003).
Pengukuran resitivitas suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah jarak elektrode
secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektrode kecil kemudian membesar secara gradual.
Jarak antar elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin
besar jarak elektrode maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki. Interpretasi data
resistivitas didasarkan pada asumsi bahwa bumi terdiri dari lapisan-lapisan tanah dengan
ketebalan tertentu dan mempunyai sifat kelistrikan homogen isotrop, dimana batas antar lapisan
dianggap horisontal.
Page | 6
BAB III
PEMBAHASAN
Secara geologi, batuan di lokasi penelitian didominasi oleh endapan vulkanik muda,
meliputi : tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal. Kelulusan tinggi hingga sedang.
Kelulusan tinggi terutama pada endapan lahar dan aliran lava vasikuler. Secara hidrogeologi,
akuifer di lokasi penelitian merupakan aliran melalui celah dan ruang antar butir. Akuifer
produktifnya bersifat produksi sedang dengan penyebaran yang luas. Akuifer dengan
keterusandan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam. Debit sumur umumnya kurang
dari 5 liter/detik.
Page | 7
didapatkan interpretasi kuantitatif yang menggambarkan kondisi atau lapisan batuan bawah
permukaan tanah di lokasi penelitian. Hasil interpretasi selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 1.
Dibawah ini merupakan hasil pengolahan data pada setiap titik sounding melalui software
IP2WIN yang diperoleh sebagai berikut:
a) Titik Sounding 1
(a) (b)
Gambar 1. (a) Grafik Resistivitas Titik 1; (b) Nilai Resistivitas Dan Kedalaman Titik 1.
b) Titik Sounding 2
(a) (b)
Gambar 2. (a) Grafik Resistivitas Titik 2; (b) Nilai Resistivitas Dan Kedalaman Titik 2.
Page | 8
c) Titik Sounding 3
(a) (b)
Gambar 3. (a) Grafik Resistivitas Titik 3; (b) Nilai Resistivitas Dan Kedalaman Titik 3.
d) Titik Sounding 4
(a) (b)
Gambar 4. (a) Grafik Resistivitas Titik 4; (b) Nilai Resistivitas Dan Kedalaman Titik 4.
e) Titik Sounding 5
(a) (b)
Gambar 5. (a) Grafik Resistivitas Titik 5; (b) Nilai Resistivitas Dan Kedalaman Titik 5.
Page | 9
f) Titik Sounding 6
(a) (b)
Gambar 6. (a) Grafik Resistivitas Titik 6; (b) Nilai Resistivitas Dan Kedalaman Titik 6.
Berikut ini merupakan hasil pengukuran geolistrik dari 6 titik sounding melalui inversi
IP2WIN.
(a)
(b)
Gambar 7.(a) Penampang Semu (Pseudo cross-section) Lintasan_1 dan (b) Penampang
Resistivitas (Resistivity cross-section) Lintasan_1.
Pada penampang resisitivitas ini dapat diduga beberapa jenis lapisan batuan dari hasil
gabungan enam (6) titik sounding pengukuran. Dalam penentuan lapisan bawah permukaan
pada penampang resistivitas, yaitu dengan cara menggolongkan jenis batuan yang sama dan
menentukan nilai resistivitas pada penampang resistivitas yaitu sebagai berikut:
Page | 10
Tabel 1 : Interpretasi pada 6 titik sounding dari penampang lintasan_1.
Nilai Keterangan
Kedalaman Konfigurasi
No. Tahanan Lapisan Batuan
(m) Warna
Jenis (Ωm)
1. 0,271 – 7,35 6,14 - 412 Dugaan batu pasir, Hitam-pink Titik 5
kerikil, kerikil
jenuh air, lempung
berpasir kering dan
batu gamping.
2. 0,294 – 1,1 0,142 – 16,1 Dugaan adanya Biru- hijau Titik 4
lapisan penutup
(soil) hingga pasir
atau kerikil jenuh
air.
3. 0,128 -12,2 0,348 - 1509 Dugaan asosiasi Hijau Titik 3, 2
antara lempung, dan 6
lanau dan lempung
berpasir, hingga
Lava.
4. 2,42 - 505 43,4 - 1216 Lava yang telah Kuning Titik 1
teralterasi hingga
Lava.
Dari hasil interpretasi diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar batuan
didominasi oleh lapisan yang memiliki nilai resistivitas atau tahanan jenis tinggi (diatas 500
Ωm). Lapisan tersebut tentunya kurang memiliki sifat sebagai lapisan pembawa air (akuifer).
Namun demikian, apabila akan dilakukan pengeboran air tanah sebaiknya di lakukan di titik
sounding 2 dan 4, dengan kedalaman pengeboran antara 0,294 sampai 12,2 meter, karena pada
titik ini didominasi oleh batuan sedimen pasiran yang kemungkinan dapat berperan sebagai
lapisan pembawa air (akuifer). Selaras dengan formasi batuan pada lokasi penelitian,
menumjukkan resistivitas batuan sesuai dengan data sounding dilihat dari peta geologi daerah
telitian (gambar 8).
Page | 11
Gambar 8. Peta geologi daerah Kulonprogo, D.I Yogyakarta
Dari data titik sumur waga dapat dibentuk model empiris sebaran permukaan air tanah
daerah penelitian (gambar 9).
Page | 12
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari pengolahan data resistivitas berupa 6 sumur sounding geolistrik dihasilkan penampang
semu dan penampang resistivitas yang menunjukkan daerah teliti memiliki sifat yang kurang
baik sebagai pengangkut dan penyimpan air tanah namun jika dilakukan pemboran lebih baik
pada sumur 2 dan 4. Tahap selanjutnya dari pengolahan data diatas didapatkan peta geologi dan
penampang geologi serta model empiris permukaan air tanah, daerah Kulonprogo dan sekitarnya.
Page | 13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.N., Za’ari, Supoyo, 2003. “Eksplorasi, eksploitasi Sumber Daya Mineral Air Bawah
Tanah : Studi Kasus Di Kawasan Industri Pasuruan Jawa Timur”. Proceedings of
Joint The 32 nd IAGI dan The 28 th HAGI Annual Convention and Exhibition.
Azhar, Handayani G., 2004. “Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk
Penentuan Tahanan Jenis Batubara“. Jurnal Natur Indonesia 6(2) hal 122-126,
ISSN1410- 9379. Bakorsurtanal, 1997. “Peta Rupa Bumi Skala 1:25.000”.
Bisri, Mohammad, 1991. “Aliran Air Tanah. Malang“, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Derana, T. I., 1981, “Perbandingan Interpretasi Geolistrik“, Aturan Wenner dan
Schlumberger, Skripsi, Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Jogjakarta
Hall, R. (1996) : Reconstructing Cenozoic SE Asia. In: Hall, R. and Blundell, D. J. (eds.),
Tectonic Evolution of Southeast Asia. Geological Society, Special Publication, 106,
152 – 184.
Hochstein, M.P., Browne, P.R.L. (2000), “Surface manifestations of geothermal systems with
volcanic heat sources” in: H. Sigurdsson (Ed.), Encyclopedia of Volcanoes,
Academic Press.
Suryaman. 1990. Survei Hidrogeologi dan Konservasi Airtanah Daerah Melolo – Waingapu dan
Sekitarnya, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Bandung: Direktorat Geologi Tata
Lingkungan
Page | 14