Anda di halaman 1dari 19

Penyelidikan hidrogeologi dengan menggunakan metoda tahanan

jenis geolistrik susunan elektroda schlumberger

DI : PT. supra matra abadi


Sumur II, PERUMAHAN AFDELING III, KEBUN TELUK PANJI
Desa perkebunan teluk panji, kECAMATAN kampung rakyat
KABUPATEN labuhanbatu selatan
PROVINSI SUMATERA UTARA

MEDAN 2022
Kata Pengantar

Penyelidikan hidrogeologi dengan metoda tahanan jenis / pendugaan


geolistrik susunan elektroda shlumberger merupakan suatu cara/metoda geofisika
dalam penentuan susunan satuan batuan bawah permukaan melalui sifat-sifat
kelistrikan batuan. Model penyelidikan ini dilakukan dengan jalan mengalirkan arus
listrik searah (Direct Current) kedalam bumi.

Data lapangan yang dihasilkan merupakan data semu dari sifat kelistrikan
batuan. Melalui pengolahan data akan diperoleh sifat fisik kelistrikan batuan vertikal
sebenarnya. Interpretasi data lapangan akan menggambarkan kondisi lapisan batuan
bawah permukaan secara vertikal.

Lingkup laporan bermuatan tentang kondisi geologi daerah penyelidikan,


Hidrogeologi, interpretasi geolistrik dan analisis pengolahan data serta Kesimpulan
dan Saran. Laporan ini merupakan suatu kajian ilmiah yang didasarkan pada kaidah-
kaidah keilmuan dan metoda kerja eksplorasi geofisika model Schlumberger.

Akhirnya kami berharap semoga hasil kegiatan ini dapat bermanfaat dan
terimakasih atas kepercayaan dan kerja samanya.

Medan, 19 April 2022

Tim Survey Geolistrik

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iii
Daftar Gambar .................................................................................................... iii
Lampiran .......................................................................................................... iii
BAB 1. Pendahuluan ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
1.3 Waktu Dan Lokasi Penyelidikan .............................................................. 2
1.4 Peralatan Penyelidikan ........................................................................... 2
1.5 Ruang Lingkup & Metodologi Penyelidikan............................................... 2
BAB 2. Geologi Umum Daerah Penyelidikan ................................................... 4
2.1 Morfologi ................................................................................................. 4
2.2 Stratigrafi ................................................................................................ 5
2.3 Struktur Geologi ...................................................................................... 5
BAB 3. Penyelidikan Cara Tahanan Jenis ........................................................ 6
3.1 Teori Dasar ............................................................................................. 6
3.2 Aliran Arus Listrik Pada Lapisan Bumi Medium Homogen isotropis ........ 8
3.3 Morfologi Daerah Penyelidikan................................................................. 8
3.4 Stratigrafi................................................................................................... 8
3.5 Struktur Geologi........................................................................................ 9
3.6 Hidrogeologi.............................................................................................. 9
3.6.1. Sikap Batuan Terhadap Air.............................................................. 9
3.6.2. Kondisi Air Tanah............................................................................ 9
BAB 4. Kesimpulan dan Saran.......................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
4.2 Saran ...................................................................................................... 11

ii
Daftar Tabel

Tabel 1. Klasifikasi Morfologi dan kemiringan Lereng (Van Zuidam, 1968)…… 4


Tabel 2. Stratigrafi Regional ( N.R. Cameron., dkk ( 1981))……………………. 5
Tabel 3.1 Hasil Penafsiran dan Korelasi Antara Geologi, Hidrogeologi
dan Pendugaan Geolistrik di Lokasi Penyelidikan .............................. 9

Daftar Peta

Peta Geologi Lembar Pematang Siantar 1:250.000

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Layout Lokasi Pendugaan Geolistrik ............................................... 3


Gambat 3.1 Konfigurasi Elektroda Schlumberger ............................................... 6
Gambar 3.2 Aliran Arus Tunggal Pada Medium Homogen Isotropis ................... 8

Lampiran-Lampiran

1. Lampiran Foto Kegiatan


2. Lampiran Kurva

iii
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

BAB PENDAHULUAN
1
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum proses terbentuknya air tanah dikarenakan peresapan air
permukaan kedalam tanah. Pada prosesnya material batuan penyusun lapisan tanah
dipengaruhi oleh bentuk atau ukuran butir, susunan butir, pemadatan dan sementasi.
Air permukaan yang telah mengalami peresapan kedalam tanah, akan bergerak bebas
mengisi pori – pori dan celah – celah dari butiran batuan tersebut.

Penyebaran air tanah tidak hanya terdeskripsikan secara vertical, untuk


mengetahui secara horizontal dapat diketahui melalui penyebaran formasi geologi yang
bertindak sebagai akuifer. Akuifer merupakan lapisan batuan yang dapat bertindak
sebagai pembawa air (permeable) yaitu batuan yang mempunyai susunan butiran
sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air. Sebaliknya lapisan kedap air
(Impermeable) atau akuiclud adalah batuan yang dapat menyimpan air tanah tetapi
tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti. Sedangkan lapisan batuan yang
tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air disebut akuifug. Kondisi lapisan akuifer
dipengaruhi oleh sifat batuan terutama tingkat porositas dan tingkat permeabilitas.

Kita ketahui bersama air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi
kehidupan manusia, baik untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, perternakan, dan juga
perindrustrian. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan perkembangan pembangu
nan, kebutuhan akan air juga semakin meningkat, sedangkan ketersediaanya sangat
terbatas.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka untuk mengetahui kondisi geologi dan


hidrogeologi perlu dilakukan suatu kajian studi dengan menggunakan suatu metoda
yang dapat mempelajari kondisi lapisan batuan, meliputi jenis dan sifat batuan serta
penyebaranya. Metoda yang digunakan disini ialah metoda pendugaan geolistrik.

TEAM GEOPHYSICS
1
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Pendugaan geolistrik bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
penyebaran lapisan batuan serta menginformasikan keberadaan lapisan batuan yang
berfungsi sebagai akuifer (lapisan pembawa air), dimana hasil pendugaan geolistrik ini
akan memberikan gambaran umum mengenai kondisi lapisan batuan dibawah
permukaan tanah seperti ketebalan, kedalaman, serta penyebaran lapisan batuan
sehingga nantinya akan membantu perencanaan dalam pembuatan sarana air bersih di
lokasi penyelidikan.

1.3. WAKTU DAN LOKASI PENYELIDIKAN


Pendugaan geolistrik dilaksanakan pada tanggal 19 April 2022 di lokasi,
PT. Supra Matra Abadi. Sumur II, Perumahan Afdeling III, Kebun Teluk Panji, Desa
Kebun Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
Provinsi Sumatera Utara.

1.4 PERALATAN PENYELIDIKAN


Adapun peralatan yang digunakan merupakan seperangkat alat geolistrik
buatan lokal yang terdiri dari :
• Resistivitimeter.
• 2 (dua) buah elektroda arus.
• 2 (dua) buah elektroda potensial.
• 2 (dua) buah kabel arus @ 300 meter.
• 2 (dua) buah kabel potensial @ 50 meter.
• 3 (tiga) buah palu
• GPS
• Accu
• Kalkulator dan alat – alat tulis.

1.5 RUANG LINGKUP & METODOLOGI PENYELIDIKAN

Ruang lingkup penyelidikan terbatas pada derah penyelidikan dan di sekitarnya,


penyelidikan itu sendiri didahului dengan penyelidikan Geologi dan Hidrogeologi yang
dilanjutkan dengan penyelidikan pendugaan geolistrik. Penyelidikan geologi dan
hidrogeologi akan menyajikan data tentang batuan dan perlapisan batuan pada daerah
permukaan (singkapan) sementara hidrogeologi akan menyajikan data tentang kondisi

TEAM GEOPHYSICS
2
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

keairan batuan sebagai lapisan pembawa air (akifer). Pendugaan geolistrik akan
menyajikan data lapangan berupa besaran tahanan jenis semu vertikal batuan dalam
satuan Ohm-meter.

Metodologi penyelidikan Geologi dan Hidrogeologi dengan melakukan kajian data


skunder dari peta geologi lembar Pematang Siantar Skala 1 : 250.000 yang dilanjutkan
dengan pengamatan lapangan pada daerah penyelidikan dengan mengkaji keadaan
geologi yang meliputi perlapisan batuan, struktur geologi serta sifat keairan batuan.

Pendugaan geolistrik dilakukan dengan model susunan elektroda schlumberger. Data


lapangan disajikan dalam bentuk kurva tahanan Jenis Semu vertikal batuan versus
kedalaman.

PETA LOKASI PENYELIDIKAN


Koordinat Sumur : 1°56'16.67"N 100°18'4.46"E

Gambar 1.1 Layout Lokasi Pendugaan Geolistrik


Keterangan :
Arah Pengukuran
Geolistrik

TEAM GEOPHYSICS
3
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

BAB GEOLOGI UMUM DAERAH


PENYELIDIKAN
2
Secara regional akan dibahas mengenai kondisi morfologi, stratigrafi dan struktur
geologi sebagai berikut :

2.1. MORFOLOGI

Bentuk morfologi umumnya dikontrol oleh proses erosi, struktur dan jenis litologi.
Menurut Van Zuidam (1968) morfologi suatu daerah dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemiringan lerengnya menjadi 7 satuan morfologi.

Tabel 1. Klasifikasi Morfologi dan Kemiringan Lereng (Van Zuidam, 1968)

Bentang Alam Sudut Lereng


(Morfologi) Proses
% ( …… )º

Dataran atau hampir datar 0–2 0–2 Denudasi kecil


Miring landai 2–7 2-4 Ada solifluction alur air dan
sheet wash
Miring 7 – 15 4–8 Erosi soil yang cukup
Agak Curam 15 – 30 8 – 16 berbahaya
Bahaya gerakantanah
Curam 30 – 70 16 – 35 terutama jenis creep
Sangat Curam 70 – 140 35 – 55 Denudasi kuat
Terjal > 140 > 55 Tak ada soil dan denudasi
kuat
Denudasi sangat kuat

TEAM GEOPHYSICS
4
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

2.2. STATIGRAFI

Secara umum, daerah penyelidikan berdasarkan Peta Geologi Lembar Pematang


Siantar Skala 1 : 250.000 yang disusun oleh N.R. Cameron., dkk (1981) dari muda
sampai tua dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 2).

Tabel 2. Stratigrafi Regional (N.R. Cameron., dkk (1981)).

No. SATUAN/ LITOLOGI UMUR KETEBALAN


FORMASI (METER)

1 Alluvium Muda (Qh) Pasir, kerikil, rawa bakau Holosen ± 30

2 Alluvium Tua (Qp) Kerikil, pasir, lempung Holosen - Plistosen ± 300

3 Tufa toba (Qvt) Tufa riodasit Plistosen - Pliosen ± 300 – 500

2.3. STRUKTUR GEOLOGI

Secara regional, struktur geologi regional berdasarkan peta geologi lembar


Pematang Siantar yang terdapat di daerah penyelidikan adalah patahan (sesar) dengan
arah relatip Tenggara – Barat Daya.

TEAM GEOPHYSICS
5
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

BAB PENYELIDIKAN CARA


TAHANAN JENIS
3

3.1 TEORI DASAR


Penyelidikan geolistrik dilakukan atas dasar sifat fisika batuan terhadap arus

listrik, dimana setiap jenis batuan yang berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis

yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya umur batuan,

kandungan elektrolit, kepadatan batuan, jumlah mineral yang dikandungnya, porositas,

permeabilitas dan lain sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas apabila arus listrik searah (Direct Current)

dialirkan ke dalam tanah melalui 2 (dua) elektroda arus A dan B, maka akan timbul

beda potensial antara kedua elektroda arus tersebut. Beda potensial ini kemudian

diukur oleh pesawat penerima (receiver) dalam satuan miliVolt.

Dalam penyelidikan geolistrik ini telah digunakan susunan elektroda dengan

menggunakan susunan aturan Schlumberger dimana kedua elektroda potensial MN

selalu ditempatkan diantara 2 buah elektroda arus (Gambar 3).

Sumber
arus
I

Potensiometer V

Electrode Arus
Electroda Permukaan
Electrode
Potensial Bumi
Arus M N B
A
M

Garis arus

Garis Ekipotensial

LK/IV/2002

Gambar 3.1 Konfigurasi Elektroda Schlumberger

TEAM GEOPHYSICS
6
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

Pada setiap pengukuran, elektroda arus AB selalu dipindahkan sesuai dengan

jarak yang telah ditentukan, sedangkan elektroda potensial MN hanya bisa dipindahkan

pada jarak-jarak tertentu dengan syarat bahwa jarak MN/2  1/5 jarak AB/2.

Oleh karena jarak elektroda selalu berubah pada setiap pengukuran, maka

Hukum Ohm yang digunakan sebagai dasar setiap penyelidikan geolistrik dalam

memperoleh harga tahanan jenis semu harus dikalikan dengan faktor jaraknya (K-

Factor). Sehingga rumus untuk memperoleh harga tahanan jenis semu dapat ditulis

sebagai berikut :

ρa=  AB 2 MN 2 V
[( ) −( ) ]
2( MN ) 2 2 I

dapat ditulis juga sebagai :

V
ρa = K .
I
dimana :

a = Tahanan jenis semu

K = Konstanta faktor geometrik,

(K = .{ (AB/2)2 - (MN/2)2 }/MN)

V = Beda potensial yang diukur (volt)

I = Besar arus yang digunakan (Ampere)

AB = Jarak elektroda arus AB (meter)

MN = Jarak elektroda potensial MN (meter)

TEAM GEOPHYSICS
7
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

3.2 ALIRAN ARUS LISTRIK PADA LAPISAN BUMI MEDIUM


HOMOGEN ISOTROPIS

Jika sebuah titik elektroda arus yang mengalir (C1) terletak pada permukaan
medium homogen isotropis, maka arus tersebut akan tersebar ke segala arah dengan
sama besar. Arus yang mengalir akan menimbulkan medan equipotensial dan medan
equipotensial tersebut memiliki jarak r (gambar 3.2) Karena harga konduktivitas udara
adalah nol, maka ketika arus mengalir di bawah permukaan maka akan menimbulkan
medan equipotensial berupa luas keliling setengah bola. Maka arus tunggal yang
mengalir pada permukaan medium homogen isotropis adalah:

I = −2r 2V ..................................................................(1)

C1 I
Permukaan Bumi

r
Equipotensial

Aliran Arus

Gambar 3.2 Aliran Arus Tunggal Pada Medium Homogen Isotropis

3.3. MORFOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN.

Morfologi daerah penyelidikan berupa pedataran dengan kemiringan 0º - 2º hal


tersebut terlihat pada garis kontur yang tidak rapat, daerah ini digunakan sebagai
lahan pemukiman masyarakat dan perkebunan, dengan batuan yang mendasari
berupa satuan batupasir dengan pasir berukuran butir sedang – kasar berwarna
abu abu kehitaman.

3.4. STRATIGRAFI.

Stratigrafi daerah penyelidikan yang dapat diamati di lapangan berupa satuan


batupasir dengan pasir berukuran butir sedang – kasar berwarna abu abu
kehitaman. Satuan ini terlihat menyebar di daerah penyelidikan.

TEAM GEOPHYSICS
8
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

3.5. STRUKTUR GEOLOGI.


Struktur geologi di daerah penyelidikan tidak dapat diketahui dengan pasti karena
tidak ditemukannya indikasi struktur.

3.6. HIDROGEOLOGI
3.6.1 Sikap Batuan Terhadap Air
Berdasarkan singkapan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan batuan
yang dominan berupa batupasir dengan pasir berukuran butir sedang –
kasar, berwarna abu abu kehitaman dan memiliki porositas yang cukup baik.
Untuk pemboran dalam diperkirakan akifer (lapisan pembawa air) berupa
batupasir dari Alluvium Tua (Qp).
3.6.2 Kondisi Air Tanah
Sumber air untuk kebutuhan sehari – hari di daerah ini umumnya
menggunakan air yang bersumber dari air PDAM, yang saat ini banyak
dikeluhkan masyarakat dikarenakan debit yang dialirkan sudah tidak
mencukupi lagi. Selain itu sebagian masyarakat memanfaatkan sumur bor
dangkal untuk memenuhi kebutuhan air sehari hari, kedalaman sumur 20 –
30 meter, Tinggi Kenaikan muka Air (TKA) 4 meter. Kondisi air kekuningan
dan berbau. Lapisan pembawa air (akifer) untuk sumur bor dalam, akifer
diperkirakan berupa batupasira dari Alluvium Tua (Qp),.

Tabel 3.1 Hasil Penafsiran dan korelasi antara geologi, hidrogeologi dan pendugaan
geolistrik di lokasi penyelidikan

Hasil Penafsiran
Titik
Lapisan Tahanan Perkiraan Litologi
Duga Kedalaman
Jenis
1 0.00 − 0.97 514 Tanah penutup
2 0.97 − 11.3 1439 Kerikil pasiran
3 11.3 − 48.3 145 Lempung pasiran
GL.2
4 48.3 − 140 44.1 Batupasir
5 140 − ~ 12.5 Batupasir

*)
Aluvium (Qh) = kerikil, pasir, lanau dan lempung;
**)
Alluvium Tua (Qp) = Tufa riodasit sebagian terlaskan;
***)
Satuan Tufa Toba (Qtv) = Tufa mengandung batu apung bersusun riodasit tidak
berlapis;

TEAM GEOPHYSICS
9
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

BAB KESIMPULAN & SARAN


4
Dari pengamatan lapangan dan hasil pengukuran geolistrik dapat disimpulkan dan
disarankan bahwa :

4.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka satuan morfologi daerah


penyelidikan berupa pedataran, yang digunakan sebagai lahan pemukiman
masyarakat dan perkebunan dengan batuan yang mendasari berupa
satuan batupasir lempungan, dengan pasir berukuran butir sedang berwarna
abu abu kecoklatan, vegetasi berupa semak bekas pembukaan lahan

2. Stratigrafi daerah penyelidikan yang dapat diamati di lapangan berupa


satuan batupasir lempungan dengan pasir berukuran butir sedang berwarna
abu abu kecoklatan Satuan ini terlihat menyebar di daerah penyelidikan;

3. Berdasarkan singkapan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan batuan


yang ada dominan berupa batupasir dengan pasir berukuran butir sedang,
berwarna abu abu kecoklatan dan memiliki porositas yang kurang baik
sampai cukup bagus. Untuk pemboran dalam diperkirakan akifer (lapisan
pembawa air) berupa batupasir dari Alluvium Tua (Qp);

4. Kedalaman tembus arus pada batuan bawah permukaan secara teori adalah
1/3 panjang rentang kabel dalam hal ini 600 meter. Jadi
kedalaman/ketebalan perlapisan batuan yang dapat diperhitungkan sebesar
1/3 X 600 meter = 200 meter;

5. Hasil pengukuran geolistrik pada 1 (satu) titik ukur, batuan yang bertindak
sebagai akifer dangkal maupun dalam atau dengan kata lain akifer dangkal
sampai dalam adalah :

TEAM GEOPHYSICS
10
Laporan Hasil Penyelidikan Geolistrik

Pada Titik ukur GL. II dari hasil pengukuran geolistrik terlihat bahwa batuan
bawah permukan yang dapat bertindak sebagai lapisan pembawa air/akifer.
Pada kedalaman 48.3 – ≥ 140 meter, tahanan jenis vertikal batuan
sebenarnya 44.1 dan 12.5 m adalah batuan dengan tingkat kesarangan air
yang kurang baik sampai cukup baik, fisik batuan kompak sampai kompak,
kesarangan air sangat rendah sampai rendah, akumulasi air melalui sistim
antar butir/pori, dapat bertindak sebagai akifer dangkal sampai dalam yang
produktif. Litologi Satuan Alluvium Tua (Qp);

4.2 SARAN

1. Pemboran pada lokasi yang telah direncanakan dilakukan sampai


kedalaman 60 meter dan kedalaman intruksi sumur 80 meter;
2. Untuk penentuan letak saringan, electric well logging sangat
disarankan, pengambilan sampel cutting dilakukan untuk setiap
kemajuan 1 (satu) meter pemboran

TEAM GEOPHYSICS
11
PETA GEOLOGI LEMBAR PEMATANG SIANTAR
N
OLEH CAMERON., N.R., DKK (1981)

Skala 1 : 250.000

Lokasi Penyelidikan

Lokasi penyelidikan Geolistrik


KETERANGAN :
Lampiran Poto Pengukuran Geolistrik

Foto Kegiatan Pengukuran Geolistrik PT. Supra Matra Abadi Perumahan Afdeling III
Hasil Pengolahan Data Titik Ukur Geolistrik II
Data Pengukuran Geolistrik II

NO MN/2 AB/2 V I k Rho Semu

1 0.5 1.5 1.733 76 6.28 0.143201

2 0.5 2.5 1.431 76 18.9 0.355867

3 0.5 4 0.652 76 49.5 0.424658

4 0.5 6 477 76 112 702.9474

5 0.5 8 190.5 74 200 514.8649

6 0.5 10 132 74 313 558.3243

7 0.5 12 88.2 76 452 524.5579

8 0.5 15 55.8 76 706 518.3526

9 5 15 23.6 76 62.8 19.50105

10 5 20 61.2 44 118 164.1273

11 5 25 28.7 46 189 117.9196

12 5 30 15.6 46 275 93.26087

13 5 40 14.3 46 495 153.8804

14 5 50 4.2 46 778 71.03478

s15 5 60 2.1 45 1120 52.26667

16 5 75 46.5 46 1760 1779.13

17 25 75 14.2 71 314 62.8

18 25 100 88.7 71 589 735.8352

19 25 125 7.1 71 943 94.3

20 25 150 5.1 71 1375 98.76761

21 25 175 9.8 71 1886 260.3211

22 25 200 7.8 71 2475 271.9014

23 25 250 6.8 71 3889 372.4676

24 25 300 4.6 71 2750 178.169

Anda mungkin juga menyukai