Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PENGUKURAN GEOLISTRIK

LOKASI

Rumah Sakit Pratama Kecamatan Reok

KABUPATEN MANGGARAI

TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI

BAB. I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Kegiatan
1.3. Waktu dan Lokasi Kegiatan
1.4. Metode yang digunakan
1.5. Peralatan yang digunakan

BAB.II GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI


2.1. Geologi Daerah Pengukuran geolistrik
2.2. Hidrogeologi Daerah Pengukuran geolistrik

BAB.III. PENYELIDIKAN CARA TAHANAN JENIS


3.1. Dasar Teori
3.2. Tabel Korelasi Tahanan Jenis

BAB.IV. HASIL PENAFSIRAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Penyelaras data geolistrik dengan data geologi
4.2. Hasil Interpretasi Lokasi Titik Survey Rumah Sakit Pratama Reok
4.3. Identifikasi Lapisan yang mengandung air

BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
5.3. Penutup

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketersediaan air bersih dalam jumlah dan mutu cukup baik khususnya

air yang bersumber dari air tanah sangat dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari atas air bersih demi mempertahankan kelangsungan

hidup manusia.

Air tanah terbentuk akibat peresapan atau infiltrasi air hujan diatas

permukaan bumi masuk, bergerak bebas mengikuti dan mengisi pori-pori,

celah dan rongga batuan dan tersimpan menjadi air tanah.

Kapasitas air tanah pada suatu perlapisan batuan tergantung kepada

kepadatan, umur batuan, susunan butir dan ukuran butir. Pemerataan dan

penyebaran air tanah dapat dideskripsikan secara vertical dan horizontal

sesuai dengan penyebaran formasi batuan yang mampu menyimpan dan

mengalirkan air atau yang disebut sebagai Akuifer.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang bersumber dari air tanah

maka dilakukan pengeboran air tanah dalam. Pengeboran dilakukan karena

letak keterdapatan air tanah yang berada dalam pori-pori batuan (akuifer) di
bawah permukaan tanah

Untuk mendapatkan keberhasilan dalam pengeboran, maka perlu

dilakukan perencanaan pengeboran, salah satu bagian dari tahapan


perencanaan adalah mencari tahu potensi atau keterdapatan akuifer air tanah

yang potensial (kuantitas dan kualitas air tanah) pada lokasi pengeboran.

Dalam pencarian potensi air tanahini metode yang digunakan adalah metode

pengukuran geolistrik. Pengukuran geolitrik pada dasarnya memanfaatkan

sifat kelistrikan pada suatu formasi batuan terhadap arus listrik yang
diijeksikan searah kedalam bumi melalui dua elektroda arus pada dua titik

dipermukaan bumi, karena pada dasarnya semua batuan memiliki sifat yang

3
berbeda dalam menghantarkan arus listrik tergantung pada beberapa faktor

seperti:

 Kerapatan batuan

 Porositas dan permeabilitas

 Bentuk dan ukuran pori

 Umur batuan

 Kandungan elektrolit.

1.2. Tujuan Kegiatan


Pengukuran geolistrik bertujuan untuk mendapatkan gambaran

mengenai penyebaran lapisan batuan yang menjadi akuifer, selain itu

pengukuran geolistrik akan memberikan gambaran susunan lapisan batuan

dibawah permukaan tanah seperti ketebalan, kedalaman, jenis batuan dan

penyebarannya sehingga nantinya akan membantu dalam perencanaan

pengeboran.

1.3. Waktu dan Lokasi Kegiatan

Pengukuran geolistrik ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23

Mei Tahun 2022 di kawasan perencanaan pembangunan Rumah Sakit

Pratama Reok Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai.

Untuk pengukuran geolistrik dilakukan sebanyak 2 (dua) titik


pengukuran yaitu:

1. GL. 1 Rumah Sakit Pratama

Titik Geolistrik 01 terletak pada areal dataran rendah dengan ketinggian ±

10 mdpl. Pada bagian utara merupakan persawahan dan perbukitan di

bagian selatan sampai barat. Secara geografis titik pengukuran berada

pada koordinat : 08°17'47.47" LS dan 120°27'42.75" BT.

4
2. GL. 2 Rumah Sakit Pratama

Titik Geolistrik 02 terletak ± 64 meter dari Titik Geolistrik 01 ke arah Barat

dengan ketinggian ± 9 mdpl. Secara geografis titik pengukuran berada

pada koordinat : 08°17'48.57" LS dan 120°27'40.64" BT.

Gambar 1. Lokasi Kegiatan Pengukuran Geolistrik Rumah Sakit Pratama Reok


Sumber: diolah dari Google Earth 2022

1.4. Metode Kegiatan


Dalam melakukan interpretasi dan menganalisa potensi air tanah di

daerah penyelidikan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Pra-lapangan

Dilakukan dengan cara mengevaluasi peta geologi dan peta-peta tematik

lainnya.

2. Tahap Pengukuran Geolistrik di lapangan

Dengan melakukan pengukuran geolistrik metode Resistivity untuk

mengetahui susunan batuan yang menjadi akuifer.

3. Tahap Pengolahan data dan Analisa data

Pengolahan data lapangan hasil pengukuran Geolistrik dengan software

Progress dan melakukan Analisa serta Interpretasi hasil.


4. Tahap pembuatan laporan akhir serta rekomendasi.

5
1.5. Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran geolistrik

adalah sebagaiberikut:

 Peralatan geolistrik: Resistivity Meter merek Naniura NRD

 Kabel arus masing- masing 250 meter

 Kabel potensial masing- masing 25 meter

 Elektroda arus yang terbuat dari stainless steel 2 buah

 Elektroda potensial yang terbuat dari tembaga 2 buah

 Battere/accu (standar aki kering 12 Volt ) 1 buah

 Palu 3 buah

 Global Positioning System (GPS) 1 buah

 Handy Talking (HT) 3 buah

 Alat tulis menulis.

 Format log resistivity dan

 Laptop atau komputer portable pengolah data dengan software Progress.

6
BAB.II
GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI

2.1 Karateristik Daerah Pengukuran Geolistrik


Daerah pengukuran geolistrik dilakukan di Kecamatan Reok

Kabupaten Manggarai yang berjarak ± 60 Kilometer ke arah Utara dari kota

Ruteng.

Lokasi pengukuran pada kawasan perencanaan Pembangunan Rumah

Sakit Pratama Reok termasuk dalam daerah dengan morfologi dataran

rendah yang dikelilingi dengan kompleks perbukitan di sebelah baratnya

(Gambar 3). Ketinggian titik pengukuran geolistrik di areal ini ± 10 mdpl.

Secara umum ditemukan adanya sumur bor dan sumur gali yang

berada di sekitar lokasi pengukuran geolistrik.

Gambar 2. Karateristik Daerah Pengukuran Geolistrik


Sumber: diolah dari Google Earth 2022

2.2 Geologi Daerah Pengukuran Geolistrik


Berdasarkan pada pengamatan lapangan dan referensi dari Peta

Geologi lembar Ruteng, Nusa Tenggara Timur (S.Koesoemadinata; N.

Noya,dan D. Kadarisman, 1994) satuan batuan penyusun atau litologi yang

terdapat di lokasi pengukuran geolistrik ini pada daerah dataran termasuk

7
dalam satuan batuan Alluvium (Qal) yang terdiri dari Kerikil dan Kerakal

Andesit, Dasit dan Basalt, Granit, Pasir dan Lumpur serta Lanau yang

terendapkan pada lingkungan sungai dan pantai. Sedangkan pada areal

perbukitan di selatannya termasuk dalam satuan Formasi Laka (Tmpl), yang

terdiri atas tufa berselingan dengan batupasir tufaan dan batupasir

gampingan. Tufa berwarna putih kehijauan, halus – kasar, menyudut –

membulat tanggung, padat. Batupasir tufaan berwarna putih kehijauan, halus

– kasar, menyudut – membulat tanggung, cukup padat. Tebal formasi ini

diperkirakan 750 – 1000 meter


Lokasi Pengukuran
Geolistrik di Reok

Peta 1. Peta Geologi Daerah Pengukuran Geolistrik


Sumber: S.Koesoemadinata; N. Noya,dan D. Kadarisman, 1994

8
2.3 Hidrogeologi daerah penyelidikan
Berdasarkan pada peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Flores Bagian

Barat oleh Soetrisno S dan data lapangan yang ada, batuan yang menjadi

akuifer air tanah ayng potensial adalah batu pasir lepas dalam satuan

Aluvium. Pada jenis batuan ini aliran air tanah mengikuti ruang antar butir

dengan produktifitas sedang, pada umumnya muka air tanahnya dangkal.

Lokasi Pengukuran
Geolistrik di Reok

Peta 2. Peta Hidrogeologi Daerah Pengukuran Geolistrik


Sumber: Soetrisno S

9
BAB III
PENYELIDIKAN CARA TAHANAN JENIS

3.1 Dasar Teori


Pekerjaan pengukuran geolistrik untuk mendeteksi kondisi bawah

permukaan tanah dengan metode menginjeksikan arus listrik kedalam bawah

permukaan untuk mendapatkan pantulan gelombangan listrik (tahanan jenis


dari media yang dilewati arus) dari bawah permukaan dengan intensitas yang
berbeda–beda tergantung pada jenis media dibawahnya.

Pada dasarnya metode tahanan jenis mengasumsikan bahwa semakin

mudah suatu batuan dilalui arus listrik, maka batuan tersebut mempunyai

porositas yang besar, semakin besar angka porositas batuan tersebut

semakin besar pula kemampuan batuan untuk meloloskan air. Sedangkan

angka porositas sendiri banyak dipengaruhi oleh proses pelarutan/pelapukan

oleh air.

Dalam melaksanakan pengukuran resistivity terdapat beberapa

metode yang disesuaikan dengan keadaan topografi dilapangan. Teknik

pengukuran geolistrik yang dipakai adalah sounding. Sounding adalah teknik

pengukuran geolistrik secara 1-D (Dimensi untuk mengetahui variasi


resistivitas batuan secara vertikal. Konfigurasi yang sering digunakan untuk

pengukuran sounding yaitu Konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi elektorda

yang dapat digunakan pada metode geolistrik adalah:


a. Konfigurasi elektroda Schulmberger

b. Konfigurasi elektroda Wener

c. Konfigurasi elektroda Sguar

d. Konfigurasi elektroda komulatif Mhorr

Konfigurasi elktroda yang digunakan dalam kegiatan ini adalah


konfigurasi elektroda Schulmberger, dimana susunan elektroda tersebut

adalah sebagai berikut:

10
I

r r

A (C1) M (P1) X N(P2) B(C2)


Permukaan tanah

Gambar 4. Konfigurasi elektroda Schulmberger


Ket.

A,B : Elektroda Arus

M,N : Elektroda Potensial

X : Penempatan Alat Ukur

r : Jarak Elektroda

Elektroda disusun pada garis lurus seperti pada gambar diatas, dimana

kedua elektroda arus/Current (A,B), elektroda potensial/Potential (M,N)


ditempatkan secara simetris dan pada jarak yang sama dari titik X. Syarat dari

konfigurasi elektroda ini adalah (M,N < 1/5 A,B) Jika arus dialirkan kedalam

bumi melalui elektroda arus sebesar (mA) akan menghasilkan beda potensial

(∆V) beda potensial ini akan terbaca pada alat ukur arus yang dialirkan tadi

akan mengalami resistensi sebesar (R), besarnya resistensi akan dipengaruhi

oleh jenis bahan atau batuan dan faktor geometri (K).

Resistensi (R) dapat dihitung dengan rumus :

∆V

R=

dimana :

R = Resistensi bahan (Ohm)

∆V = Beda potensial (Volt)


I = Kuat Arus (Ampere)

11
Sedangkan faktor geometri (K) dapat dihitung dengan rumus :

{ (AB)² - (MN)²}

K= -----------------------

2 (MN)

dimana:

K = Faktor Geometri

MN = Jarak bentangan elektroda potensial

AB = Jarak bentangan elektroda arus

 = 3,14

Selanjutnya tahanan jenis semu (ρa) dapat dihitung dengan rumus:

ρa = K . R

dimana :
ρa = Tahanan jenis semu (ohm-meter)

K = Faktor geometri

R = Resistensi bahan (ohm)

Data hasil perhitungan tersebut diatas diplot kedalam kertas log ganda

“Sounding resistivity” yang ditafsirkan lebih lanjut dengan metoda “ Matching”

tiga lapis atau “ two layer master curv ”, maka akan diperoleh tahanan jenis
bahan/batuan dan ketebalan dari lapisan batuan tersebut.Dalam tahap

operasional lapangan peta dasar yang dipergunakan adalah Peta Geologi

lembar Ruteng, Nusa Tenggara Timur (S.Koesoemadinata, N. Noya dan D.

Kadarisman, 1994) skala 1:250.000.

Data – data yang telah terkumpul baik dari studi awal, pengamatan

lapangan /pengukuran penyelidikan selanjutnya di evaluasi, dianalisa untuk

diperoleh informasi yaitu rumusan – rumusan mengenai komposisi secara

fisik.Pekerjaan evaluasi geologi mencakup aspek – aspek sebagai berikut :

12
Geomorfologi / Fisiografi,Stratigrafi,Hidrogeologi dan digabungkan dengan

hasil Analisis Geolistrik.

3.2 Tabel Korelasi Tahanan Jenis


Metode Resistivitas adalah metode geolistrik yang menyelidiki geologi

bawah permukaan berdasarkan perbedaan resistivitas.Setiap batuan

mempunyai nilai resistivitas yang berbeda-beda untuk itu hasil pengukuran

resistivitas dilapangan setelah dilakukan analisa dengan menggunakan

software progress, maka akan dikorelasikan dengan tabel tahanan jenis

sebagai referensi atau dasar interpretasi lapisan batuan sebagai lapisan

akuifer.

Tabel 1. Nilai Tahanan Jenis (Resistivitis) :

Tabel 2. Korelasi Tahanan Jenis

13
Sumber : Keller dan Frischnech 1966, Danielsdan Alberty 966, Telford et al, 1990 dalam loke 2004

14
BAB IV
HASIL PENAFSIRAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyelaras data Geolistrik dan Data Geologi


Pengukuran geolistrik menggunakan susunan electrode Schlumberger

untuk menduga keberadaan lapisan akuifer pada Rumah Sakit Pratama Reok

Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai dilakukan di 2 (dua) lokasi dengan

panjang bentangan kabel 175 meter kiri dan 175 meter kanan (titik 1) dan 200

meter kiri dan 200 meter kanan (titik 2) yaitu :

1) Pada Rumah Sakit Pratama Reok titik 1 pengukuran berada pada

koordinat : 08°17'48.57" LS dan 120°27'40.64" BT. (Foto 2&3)

Foto: 2, 3 Kegiatan pengukuran geolistrik di lokasi titik 1

Dari hasil interpretasi data lapangan, maka diperkirakan pengelompokan

berdasarkan kontras tahahan jenis batuan terhadap litologi dan hidrogeologi

setempat. Korelasi jenis batuan dengan tahanan jenisnya disesuaikan dengan

jenis batuan menurut Peta Geologi lembar Ruteng, Nusa Tenggara Timur

(S.Koesoemadinata dkk, 1994) adalah sebagai berikut:

15
Hasil Interpretasi Geolistrik;
Hasil Interpretasi GL. 1 Rumah Sakit Pratama
Lapisan Kedalaman Tahanan Jenis Litologi Hidrogeologi
(m) (Ohm-m)
1 0 -3 8.93 Top Soil Non-akuifer
2 3 - 10 13.82 – 20.68 Batu Pasir lepas, Tufa Akuifer air tanah
dan Napal Tufaan dangkal
3 10 - 18 6.11 Batu Lempung Non-akuifer
4 18 - 50 17.51 – 21.00 Batu Pasir lepas, Tufa Akuifer air tanah dalam
yang potensial
dan Napal Tufaan
5 >50 1.60 Batu lempung Non-akuifer

Dari hasil pengukuran lapangan dapat digambarkan kondisi litologi pada titik

ini adalah sebagai berikut:

 Lapisan paling atas adalah lapisan yang memperlihatkan nilai tahanan


jenis 8.93 ohm-m yang merupakan nilai tahanan jenis dari satuan lapisan
batuan atas berupa campuran dari material pasir dan lempung. Lapisan
ini ketebalannya sangat tipis ± berkisar 3 meter dihitung dari muka tanah.
 Lapisan kedua adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis
diantara 13.62 – 20.68 ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai Batu Pasir,
Tufa dan Napal Tufaan yang diindikasikan mengandung air tetapi tidak
potensial untuk diambil karena berada pada kedalaman ± 3 - 10 meter
dibawah lapisan pertama yang diindikasikan merupakan air tanah dangkal
 Lapisan Ketiga adalah lapisan yang memperlihatkan nilai tahanan jenis
6.11 ohm-m yang merupakan nilai tahanan jenis dari satuan batuan
lempung yang tidak mengandung air tanah atau non-akuifer.
 Lapisan keempat adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis
17.51 – 21.00 ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai batuan Batu Pasir,
Tufa dan Napal Tufaan, diindikasikan mengandung air tanah dalam (±
pada meter ke 18 – 50 meter) yang potensial untuk dilakukan pengambilan
air tanah karena ketebalan lapisannya ± 32 meter.
 Lapisan kelima adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis 1.60
ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai batuan lempung yang tidak
mengandung air tanah atau non-akuifer.

16
2) Kawasan perencanaan pembangunan Rumah Sakit Pratama Reok
dilakukan pengukuran geolistrik dengan panjang bentangan kabel 200
meter kiri dan 200 meter kanan (titik 2). Secara geografis titik 2
pengukuran berada pada koordinat : 08°17'47.47" LS dan 120°27'42.75"
BT. (Foto 3&4)

Foto: 3, 4 Kegiatan pengukuran geolistrik di lokasi titik 2

17
Hasil Interpretasi GL. 2 Rumah Sakit Pratama
Lapisan Kedalaman Tahanan Jenis Litologi Hidrogeologi
(m) (Ohm-m)
1 0 -3 0.52 -3.88 Top Soil Non-akuifer
2 3 - 18 12.56 – 13 62 Batu Pasir lepas, Tufa dan Akuifer air tanah
Napal Tufaan dangkal
3 18 -33 7.51 Lempung Non-akuifer
4 33 - 73 16.81 – 27.26 Batu Pasir lepas, Tufa dan Akuifer air tanah
yang potensial
Napal Tufaan
5 >73 2.02 –8.18 Batuan Lempung Non-akuifer

Dari hasil pengukuran lapangan dapat digambarkan kondisi litologi pada titik
ini adalah sebagai berikut:
 Lapisan paling atas adalah lapisan yang memperlihatkan nilai tahanan
jenis antara 0.52 – 3.18 ohm-m yang merupakan nilai tahanan jenis dari
satuan lapisan batuan atas berupa campuran dari material pasir dan
lempung. Lapisan ini ketebalannya sangat tipis ± berkisar 3 meter dihitung
dari muka tanah.
 Lapisan kedua adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis
diantara 12.56 – 13.62 ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai Batu Pasir
dan Tufa yang diindikasikan mengandung air tanah dangkal dengan tebal
lapisan ± 15 meter.
 Lapisan ketiga adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis 7.51
ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai batuan lempung yang tidak
mengandung air tanah atau non-akuifer. Ketebalan lapisan ini ± 15 meter
dibawah lapisan kedua.
 Lapisan keempat adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis
diantara 16.81 – 27.26 ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai Batu Pasir
dan Tufa yang diindikasikan mengandung air tanah dalam yang potensial
dengan tebal lapisan ± 40 meter.
 Lapisan kelima adalah lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis antar
2.02 - 8.18 ohm-m. Lapisan ini ditafsirkan sebagai batuan lempung yang
tidak mengandung air tanah atau non-akuifer.

18
4.2 Identifikasi lapisan yang membawa air
Pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilakukan dalam menentukan
lapisan-lapisan yang diduga dapat bertindak sebagai akuifer adalah sebagai
berikut:
1. Keadaan geologi, yaitu susunan batuan yang terdapat dilokasi pengukuran
geolistrik.
2. Ketentuan umum secara teoritas tentang sifat kelistrikan batuan (daya
hantar listrik) dan nilai resistivitas batuan.
3. Kualitas data yang diperoleh
Berdasarkan hasil pengolahan data geolistrik dikorelasikan dengan
data geologi dan table korelasi nilai tahanan jenis batuan, maka lapisan
batuan yang berada dibawah titik pengukuran geolistrik adalah lempung, batu
pasir, material hancuran beku andesit, tuffa dan tuffa pasiran. Merujuk kepada
table korelasi nilai tahanan jenis, batuan yang mengadung air tanah
mempunyai kisaran (range) nilai tahanan jenis berkisar antara 10 - 100 ohm-
meter

19
BAB.V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penafsiran dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pengukuran geolistrik dapat memberikan gambaran bawah permukaan
tanah tentang penyebaran lapisan baik tegak maupun mendatar.
2. Kondisi hidrologi didaerah penyelidikan termasuk dalam sistem akuifer
melalui ruang antar butir dengan kelulusan beragam. Muka air tanah
umumnya dangkal.
3. Secara geologi diarea pengukuran terdapat satuan lempung, batu pasir,
tuffa dan napal tufaan.
4. Pada tiitk pengukuran geolistrik di Rumah Sakit Pratama Reok terdapat
air tanah yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan bagi memenuhi
kebutuhan operasional Rumah Sakit.
5. Pengukuran geolistrik di Rumah Sakit Pratama Reok ini dilakukan
sebanyak 2 (dua) titik. Dari kedua titik pengukuran ini memiliki nilai pola
penyebaran tahanan jenis yang hamprr sama yang artinya di lokasi
keduanya tersusun oleh jenis batuan yang sama ( termasuk dalam satu
satuan batuan) dengan perkiraan potensi air tanah yang sama. Titik
Pengukuran Geo 2 merupakan titik yang direkomendasikan untuk
dilakukan pengeboran air tanah.

5.2.Saran
Dari hasil interpretasi data geolistrik, terdapat lapisan akuifer yang
cukup signifikan sebagai akuifer air tanah yang cukup potensial untuk disadap
(dalam arti kuantitas dan kualitas air tanah yang cukup stabil) khususnya
pada lokasi (Titik Geo 2 Rumah Sakit Pratama). Apabila ingin dilakukan
pengeboran disarankan untuk melakukan pengeboran eksplorasi untuk
mengetahui apakah ada potensi air tanah yang cukup potensial, setelah itu
baru dilakukan ekploitasi untuk pemenuhan kebutuhan air.

20
5.3 Penutup
Demikianlah laporan hasil kegiatan pengukuran geolistrik di Lokasi
Rumah Sakit Pratama Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai dibuat untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kupang, Mei 2022

Tim Survey Geolistrik

Ir. Johny D. Dahoklory, M.Eng

Lexy M. Damaledo, ST, MSc

Egbertus Ilman Tokan, ST

21
Lampiran

Hasil Analisis Data Geolistrik

22
Lapisan Akuifer
air tanah yang
Potensial

Lapisan Non-Akuifer/
Kedap air

23
Lapisan Akuifer air
tanah dangkal

Lapisan non-Akuifer

Lapisan Akuifer air


tanah dalam yang
potensial

Lapisan non-Akuifer

24

Anda mungkin juga menyukai