Anda di halaman 1dari 7

Pengawasan K3 Konstruksi

1. 1. Kelompok 1
2. 2. Nama Kelompok Ahmad Mujiburrohman Ade Okta Chasna Zahara M. Fariz Kurniawan
3. 3. A. Latar Belakang Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan/kegiatan membangun
sarana/prasarana. Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi,
karena pekerjaan tersebut dapat menimbulkan kecelakaan seperti tertimbun pada saat
penggalian, jatuh dari ketinggian, tertimpa material berat dan lain-lain. Oleh karena itu,
penerapan K3 yang baik dalam konstruksi sangat diperlukan dalam pekerjaan konstruksi,
karena apabila penerapan K3 dalam konstruksi sudah baik, maka resiko yang ditimbulkan
oleh pekerjaan konstruksi dapat diminimalisir.
4. 4. B. Dasar Hukum Tentang K3 Konstruksi 1. Keputusan Menteri PU No. 98/Kpts/1979
tentang Penggunaan Surat Izin Mengemudi Peralatan dan Buku Keselamatan Kerja di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. 2. Peraturan Menaker No. 01 tahun 1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan. 3. Peraturan
Menakertrans No. Per 01/Men/1990 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan. 4. SKB Menteri PU dan Menaker No. Kep 17/Men/1986104/Kpts/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.
5. 5. 5. Keputusan Menteri PU No. 195/Kpts/1989 tentang Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi di Lingkungan DepartemenPekerjaan
Umum. 6. Keputusan Menteri PU No. 01/In/M/1990 tentang Pelaksanaan Kampanye
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. 7.
Keputusan Menaker RI No. : Kep 196/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Pada Sektor Jasa Konstruksi. 8. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
384/Kpts/M/2004 tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi Bendungan.
6. 6. C. Kecelakaan Kerja Konstruksi Walaupun telah dikeluarkan banyak dasar hukum yang
mengatur tentang k3 konstruksi, namun angka kecelakaan pada pekerjaan konstruksi masih
saja terbilang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan laporan tahunan mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tahun 2002, yang diterbitkan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
menunjukkan bahwa sektor usaha bangunan atau konstruksi menduduki peringkat ke-4 yang
mempunyai kasus kecelakaan tertinggi (5,67%). Data tersebut diperoleh dari data
kecelakaan dari tahun 1995 sampai dengan 1999 dengan jumlah kecelakaan kerja 412.652
kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar dan pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar
kurang lebih Rp 329 Milyar lebih.
7. 7. Selanjutnya, berdasarkan laporan PT Jamsostek dari 2000 sampai 2008, angka
kecelakaan berfluktuasi. Secara umum angka cenderung naik turun, seperti pada tahun2000
terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002 terjadi 103.204 kasus,
tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418 kasus, tahun 2005 terjadi
99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus, tahun 2007 terjadi 83.714 kasus, dan hingga

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

data November 2008, kasus kecelakaan kerja tercatat 36.986 kasus atau turun sebesar
55,82 persen dari tahun 2007 (Anshori 2008).
8. Namun demikian, angka kecelakaan kerja di Indonesia ini masih cukup tinggi. Kecelakaan
kerja dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pekerja maupun bagi
pengusahanya (kontraktor). Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan
penderitaan baik merupakan kematian, luka/cedera berat maupun ringan, maupun
penderitaan bagi keluarga mereka bila pekerja meninggal dunia atau cacat. Sedangkan bagi
pengusaha, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya.
Pengetahuan mengenai kecelakaan kerja proyek konstruksi dapat dijadikan masukan bagi
langkah-langkah pencegahan dan bahwa kecelakaan kerja akan selalu menyebabkan
kerugian baik pada pekerja maupun kontraktor.
9. D. Sebab Kecelakaan Konstruksi Faktor Manusia Faktor ini seringkali disebut sebagai
faktor human error (kesalahan manusia). Faktor ini seringkali disebabkan oleh kurangnya
kesadaran pekerja akan keselamatan kerja.
10. Faktor Peralatan Kerja penggunaan peralatan kerja yang kurang baik serta kurang
amannya peralatan kerja yang dipakai dapat mengakibatkan kecelakaan kerja pada
pekerjaan konstruksi.
11. Lingkungan Kerja Tempat kerja yang tidak aman atau serta kondisi lingkungan pada
sekitar tempat kerja yang kurang kondusif pada pekerjaan konstruksi dapat mengakibatkan
kecelakaan pada pekerjaan konstruksi.
12. E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Konstruksi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi a. Pekerjaan penggalian 1. Ketentuan Umum: Stabilitas tanah harus diuji
dahulu sebelum dilakukan penggalian Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi
bawah tanah Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak
bisa maka prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi Tanah harus
dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain Lokasi penggalian harus diperiksa
secara teliti setelah pekerjaan terputus melebihi 1 hari, setelah setiap peledakan, ada
longsoran, ada kerusakan pada konstruksi penyangga dan hujan lebat. Dilarang bekerja di
tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
13. Harus ada konstruksi penyangga yang cukup Ada penerangan yang cukup Galian
bebas dari air Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri Tidak ada yang diizinkan masuk
ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas Pengujian gas harus dilengkapi dengan
sabuk pengaman, tali penyelamat dan alat-alat pernapasan Ventilasi mekanis harus
disediakan Tindakan pencegahan harus diambil untuk melindungi runtuhnya galian
14. 2. Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian : Tepi penggalian atau saluran harus
dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45 derajat Penggalian diatas 1,2 m harus
dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas
bangunan atau suatu struktur. Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari
pinggir galian Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam galian
Tersedia penerangan yang cukup Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang
prosedur penggalian Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

berlangsung Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air
dsb Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa gas
15. b. Pekerjaan Pondasi 1. Ketentuan Umum: Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar
yang kuat, diberi tali atau rantai penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat
jaringan listrik Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca Saluran
uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya Untuk mencegah bahaya,
mesin pemancang sebaiknya diberi tali atau rantai penguat Mesin pemancang tidak boleh
diletakkan di dekat aliran listrik Kerekan pada mesin pancang harus sesuai dengan
persyaratan
16. Bila 2 buah mesin pemancang digunakan bersamaan, maka jarak antara mesin-mesin
tersebut tidak boleh kurang dari kaki-kaki terpanjangnya. Fasilitas untuk mencapai lantai
kerja, seperti tangga dan roda penggerak harus memenuhi persyaratan. Bila pemancangan
dilakukan pada bidang miring maka harus diberi penyeimbang yang sesuai dan
penyeimbang tersebut harus terlindung dari kemungkinan tergelincir. Sambungan pipa
harus diikat dengan tali atau rantai Pipa uap atau udara pada palu pancang harus terikat
kuat pada palu pancang. Saluran uap dan udara harus dapat dikendalikan dengan mudah
melalui klep-klep penutup.
17. Roda penggerak mesin pancang harus diberi pengaman untuk mencegah seseorang
terjerembab di dalamnya. Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah
terbaliknya mesin pancang. Tindakan pencegahan harus diambil agar alat pemukul
pancang tidak meleset dari tiang pancang. Jika diperlukan, tiang-tiang pancang yang
panjang dan turap besi yang berat harus diamankan.
18. c. Pengerjaan Beton 1. Ketentuan Umum Konstruksi beton bertulang yang berat untuk
kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus didasarkan pada gambar rencana Selama
pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan pembangunan, termasuk
data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya
19. d. Pekerjaan Konstruksi Baja 1. Ketentuan umum Penjaminan keselamatan pekerja
dengan penyediaan dan pemakaian tangga, gang, peralatan kerja tetap, pelataran kerja, tali
pengaman dan sabuk pengaman serta jaring pengaman. Kerangka baja yang sedang
dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya. Pekerjaan konstruksi baja tidak boleh
dikerjakan ketika terjadi angin kencang atau terdapat keadaan licin. Untuk mencegah
bahaya, bagian-bagian konstruksi baja sebaiknya dilengkapi dengan pengaman.
20. Sewaktu pekerjaan konstruksi baja, daerah di bawahnya harus dipagari atau dijaga.
Untuk menaikkan atau menurunkan bahian-bagian konstruksi baja harus memakai peralatan
yang memenuhi syarat(memadai). Bagian konstruksi baja tidak boleh ditarik dengan paksa
sewaktu diangkat agar tidak menimbulkan bahaya. Bagian-bagian konstruksi baja tidak
boleh diperlemah penampangnya.
21. Keselamatan dan Kesehatan Kerja SARANA BANGUNAN a. Perancah 1. Peraturan
Umum Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan
secara aman dalam ketinggian Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas
yang ahli. b. Pelataran Tempat Kerja 1. Peraturan Umum Semua perancah harus dilengkapi
dengan platform untuk bekerja Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari
sisi dinding bangunan Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan

22.

23.

24.

25.

26.
27.

28.

29.

sedikitnya selebar 1,8 meter. Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman
pakai berukuran tebal min 2,5 cm dan lebar min 15 cm
22. Harus benar-benar berkonstruksi kuat. Pelataran tempat kerja tidak boleh ditunjang
dengan bahan-bahan yang tidak semestinya, seperti batu bata, pipa dan lainnya. Pelataran
tempat kerja boleh digunakan jika sudah teruji aman. Pelataran harus cukup lebar dan tidak
terhalang apapun dan lebarnya minimal 60 cm. Setiap pelataran untuk bekerja harus
dipasang minimal 1 meter di bawah tiang penyangga. Pelataran tempat bekerja di atas 2 m
dari tanah harus dipasangi papan yang rapat. Papan untuk pelataran bekerja harus
menonjol keluar dari tempat tumpuan maksimal sejarak 4 kali tebalnya papan. Papan untuk
bekerja diusahakan tidak boleh berlapis-lapis, atau harus menggunakan hubungan siku-siku
untuk mencegah terjadinya pergeseran pada papan. Papan lantai harus memiliki tebal yang
sama.
23. F. Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan 1.Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek
Konstruksi Bangunan Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib
dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk. 2.Akte Pengawasan Ketenagakerjaan
Proyek Konstruksi Bangunan a)Pengertian Akte pengawasan terdiri dari data pelaksana
konstruksi/pengawas-perencana konstruksi, data teknis proyek, berita acara pemeriksaan,
kartu pemeriksaan dan lembaran pemeriksaan.
24. b)Batasan Tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu proyek 6 bulan
atau lebih harus diterbitkan akte ini dan akte harus diserahkan Pelaksana Konstruksi kepada
Pemberi Tugas/Pemilik setelah proyek selesai. c) Pengesahan Akte 1.Setelah meneliti wajib
lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan. 2.Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh
pengawas spesialis K3 konstruksi. 3.Menerbitkan akte pengawasan. 4.Melakukan
pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.
25. G. Perancah Perancah adalah pelataran kerja atau platform yang dibuat sementara dan
digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan kerja. Jenis-jenis
perancah: Perancah frame Perancah kayu bulat Perancah pipa Perancah tiang
tunggal dengan lantai kerja menggunakan plat Perancah tiang tunggal dengan bracket
Perancah bergerak Perancah kuda-kuda Perancah persegi
26. Perancah gantung Perancah tupang sudut Perancah mekanik Perancah Frame
Perancah kuda-kuda
27. 1. Syarat-syarat bahan perancah Dalam membuat perancah harus digunakan bahan
yang baik. Kayu yang akan digunakan harus berurat lurus, padat, tidak ada mata kayu yang
besar, kering, tidak membusuk, tidak ada lubang ulat dan kerusakan lain yang dapat
membahayakan. Tali baja yang telah terkena asam atau atau bahan kimia, karat, tidak
boleh digunakan. Tali serat tidak dapat digunakan. Papan harus tahan retak atau pecah.
28. Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup. Paku besi yang getas (cast
iron) tidak boleh digunakan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah
harus disimpan dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya. Pengikat untuk
perancah kayu harus berupa baut besi dengan ukuran yang memadai, cincin penutup,
sekrup dan lain-lain pengaman yang dibutuhkan.
29. 2. Syarat-syarat bahan perancah Perancah harus dihitung dengan safety factor 4 x
beban maksimum. Perancah harus diberi tangga untuk berjalan dan fasilitas pengaman

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

lainnya. Perancah tidak boleh terlalu tinggi di atas angkur yang tertinggi. Perancah harus
terikat kuat ke segala arah (x,y,z) dan stabil sampai perancah dilepas. Pondasi perancah
harus kuat dan stabil. Batu bata, pipa, bahan lain yang rusak tidak boleh dipakai untuk
penahan perancah. Bila diperlukan, perancah dilengkapi dengan safety net atau sejenis
untuk menghindari benda yang terjatuh. Paku harus tertanam penuh, tidak boleh separuh
dan kemudian dibengkokkan.
30. Yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja perancah: 1. Pemeriksaan dan
pengujian Merupakan proses periksa dan uji secara sistematis terhadap keadaan fisik dari
suatu objek konstruksi bangunan perancah, yang bertujuan untuk menilai kelayakan kondisi
perancah. 2. Pengesahan Setiap perancah yang digunakan harus memiliki pengesahan
penggunaan perancah dari Kantor Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota/Kabupaten
setempat, tetapi sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian: Pemeriksaan
pertama Terdiri dari pemeriksaan dokumen teknik dan pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan berkala
31. H. Plambing/Pemipaan Plambing merupakan salah satu komponen terpenting dalam
sebuah konstruksi. Plambing sendiri memiliki peran yang sangat penting pada setiap
bangunan karena plambing sendiri memiliki fungsi sebagai: penyediaan air bersih ke
tempat-tempat yang dikehendaki. membuang air kotor tanpa mencemarkan bagian-bagian
lain.
32. 1. Jenis-jenis plambing Plambing air bersih Plambing air bersih adalah sebuah sistem
pemipaan yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih baik untuk keperluan minum,
mandi, mencuci dan lain-lain. Sistem plambing air bersih sistem langsung
33. Instalasi Plambing Air Bersih 1.Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah denah
Plumbing serta Diagram Isometri dimana dapat diketahui jalur-jalur instalasi pipa itu
diletakkan. 2.Pemasangan pipa dilaksanakan setelah pemasangan bata dan sebelum
pekerjaan plesteran dan acian, hal ini bertujuan untuk menghindari keretakan dinding. (Untuk
instalasi dalam bangunan). 3.Untuk pemasangan di luar bangunan seperti pipa saluran air
hujan dikerjakan setelah pekerjaan plesteran diselesaikan. 4.Pipa yang melewati plat dak
atau balok atau kolom beton harus dipasang sparing atau pemipaan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan pengecoran. 5.Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan
plug/dop yang tidak mudah lepas (menghindari kotoran/adukan masuk sehingga terjadi
penyumbatan).
34. 6.Hindari belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran. 7.Posisi pipa pada kamar mandi
harus disesuaikan dengan saniter. 8.Rencana instalasi air bersih diletakkan pada
perempatan nat keramik / as keramik, simetris dengan luas keramik. 9.Setelah instalasi
terpasang segera diadakan test tekanan pipa : - Untuk pipa Gip maximum 10 Bar - Untuk
pipa PVC maximum 6 Bar
35. Plambing air kotor Plambing air kotor adalah sistem pembuangan yang yang berfungsi
untuk membuang sisa-sisa air kotor dari wastafel, urinal, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia dari alat pembuangan lainnya ( black water ). Sistem
plambing air kotor
36. Instalasi Plambing Air Kotor 1.Hal yang perlu diketahui : Denah instalasi dan diagram
isometris pipa air kotor serta jalur pembuangan. 2.Hindari /jangan terlalu banyak

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

percabangan. 3.Sambungan harus betul-betul rapat. 4.Untuk air bekas (mandi/cuci) harus
dibuat Manhole untuk kontrol pembersihan (bak kontrol) pada tempat-tempat tertentu.
5.Untuk lubang saluran pembuang harus diberi saringan. 6.Sparing harus melebihi rencana
peil lantai beton & tebal beton. ( diatas plat = 25 cm, dibawah plat = 15 cm ), bagian atas
supaya ditekuk atau digepengkan / ditutup dengan cara dipanaskan.
37. 7. Posisi sparing harus sesuai dengan tipe saniter (jika saniter telah ditentukan). 8. Jika
saniter belum ditentukan , dipakai sistem Block Out. 9. Sparing Clean out harus dipasang
bersamaan dengan sparing closet (bila ada), di mana letak sparing clean out berada di
samping atau dekat dengan sparing closet, fungsinya adalah untuk pembersihan apabila
closet terjadi penyumbatan. 10. Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak
percabangan dengan saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya untuk mengurangi
tekanan udara pada pipa pada saat closet di gelontor dengan air. 11. Floor drain supaya
diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan kurasan bak.
38. Plambing air hujan Plambing air hujan merupakan sistem pembuangan yang berfungsi
untuk mengalirkan air hujan keluar. Plambing air hujan memiliki sistem tersendiri. Walaupun
plambing air hujan termasuk plambing pembuangan, namun plambing air hujan tidak boleh
bercampur dengan plambing pembuangan air kotor karena akan terjadi penyumbatan
apabila plambing air hujan bercampur dengan air kotor.
39. Instalasi Plambing Air Hujan 1.Pipa diletakkan persis dibawah lobang talang yang telah
diberi torong talang. 2.Pipa saluran air hujan dapat dipasang menempel di dinding luar
dengan mengguna klem atau dapat ditanam di dinding bila berukuran < 2 ". 3.Bila saluran
pembuangan air hujan berupa saluran tertutup, maka harus dibuat bak kontrol pada
pertemuan pipa air hujan dengan saluran pembuang. 4.Bila terdapat sambungan, arah
shock harus sebelah atas, dan penyambungannya harus benar-benar kuat.
40. 2. Pemeriksaan dan pengujian Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa
penyalur, tangki, hydrostos, alat-alat perlengkapan dan pengaman. 3. Pengesahan Sebelum
instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan pengesahan penggunaan
kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum dikeluarkan pengesahan, harus
dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.
41. I. Penanganan Bahan Ada beberapa jenis untuk menangani bahan baik dalam
mengangkut, mengangkat, memindahkan maupun menyimpan bahan. Penanganan bahan
dapat berjalan dengan aman dan selamat jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku, termasuk juga cara penyimpanannya. Cara menyimpan atau menempatkan material
tersebut harus disesuaikan dengan jenis material dan tanda-tanda khusus yang diperlukan
harus dipasang.
42. J. Peralatan Bangunan 1.Lift barang Lift barang adalah alat angkat dan angkut yang di
khususkan untuk transportasi barang. Manusia di larang menaiki lift ini. Jenis lift ini banyak
di gunakan di dunia industri. Lift jenis ini memiliki ukuran kabin yang lebih luas untuk media
angkut barang. Tingkat keamanan yang di miliki lift barang tidak setinggi lift passanger.
43. 2.Lift orang Di gunakan untuk mengangkut penumpang(orang). Lift jenis ini paling
banyak di gunakan di perkantoran , mall, apartemen apartemen dan gedung gedung publik.
tingkat keamanannya sangat tinggi karena menyangkut keselamatan manusia.

44. 44. 3.Instalansi listrik Instalasi listrik adalah suatu rangkaian yang menghasilkan sebuah
aliran listrik, bisa berupa sebuah lampu ataupun sebuah sumber listrik. Instalasi listrik terdiri
dari sebuah saklar yang menghubungkan pada sebuah titik lampu, ataupun stopkontak.
45. 45. 4.Instalansi penyalur petir Instalasi penyalur petir adalah susunan sarana penyalur petir
yang terdiri dari penerima, penghantar penurunan, elektroda bumi dan perlengkapan lainnya
yang merupakan satu kesatuan dan berfungsi menyalurkan muatan petir ke tanah.
46. 46. 5.Instalansi tata udara Instalasi tata udara adalah susunan alat/instalasi yang berfungsi
untuk mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai pada ruangan sehingga udara
menjadi lebih segar.

Anda mungkin juga menyukai