Anda di halaman 1dari 28

Laporan Akhir

Pengukuran Geolistrik

KAMPUNG CIBENTAR

Pasir Impun Atas


Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat

Bandung, September 2018

CV. PURNAMA TEKNIK


Laporan Geolistrik

KATA PENGANTAR

Bersama ini kami sampaikan laporan hasil pengukuran geolistrik di


lokasi Kampung Cibentar, Pasir impun atas, Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa - Barat.

Laporan ini berisikan gambaran pekerjaan, metode dan hasil pengukuran


Geolistrik beserta analisa dan kesimpulannya serta hasil – hasil survey
yang telah dilakukan.

Demikian laporan ini kami sampaikan, semoga dapat dimanfaatkan oleh


pihak yang berkepentingan, atas perhatian dan kerjasamanya yang baik
kami ucapkan terima kasih.

Bandung, September 2018

CV. PURNAMA TEKNIK


Laporan Geolistrik

DAPTAR ISI

HALAMAN

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 UMUM 1
1.2 LOKASI PROYEK DAN WAKTU PENYELIDIKAN 2
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 2
1.4 METODAPENYELIDIKAN 2
1.5 TAHAPAN PENYELIDIKAN 2
BAB II 4
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI 4
II.1 PENCAPAIAN LOKASI 4
II.2 KONDISI GEOLOGI 4
II.3 KONDISI HIDROGEOLOGI 5
BAB III 8
PELAKSANAAN INVENTARISASI DATA 8
III.1 KEGIATAN PERSIAPAN 8
III.2 KEGIATAN SURVEY LAPANGAN 8
III.3 ANALISA TEKNIS 11
BAB IV 13
PEMBAHASAN 13
IV.1 AIR BAWAH TANAH 13
BAB V 17
KESIMPULAN DAN SARAN – SARAN 17
V.1 KESIMPULAN 17
V.2 SARAN – SARAN 17

DAPTAR GAMBAR
GAMBAR 1 AREAL LOKASI PENGUKURAN GEOLISTRIK 6
GAMBAR 2 PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL KOTA BANDUNG
DAN SEKITARNYA 7
GAMBAR 3 PENAMPANG TEGAK TAHANAN JENIS 15
Laporan Geolistrik

DAPTAR TABEL
Tabel 1. hasil penaf siran dan korelasi antara Geologi, Hidrogeologi
dan Pendugaan geolistrik 16

LAMPIRAN
Lampiran I. Hasil Interpretasi Komputer
Lampiran II. Foto pengambilan data dilokasi penyelidikan
Laporan Geolistrik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku untuk pertanian maupun air
minum di wilayah yang air permukaannya kurang, maka air tanah merupakan
alternatif yang sangat diandalkan. Keberadaan air tanah sangatlah spesifik dan
tidak menyebar merata, tergantung kepada keadaan geologi bawah tanah (lapisan
pembawa air atau lapisan kedap air). Untuk mengetahui keberadaan air tanah
tersebut perlu dilakukan penyelidikan geologi tanah tersebut.

Dari hasil pemboran dan pengembangan air tanah untuk pemenuhan air bersih
yang telah dilaksanakan di beberapa tempat yang tersebar di wilayah Kabupaten
Bandung dapat dilihat bahwa tanggapan masyarakat sangat baik yang terbukti
dari tindak lanjut masyarakat berupa pemakaian, pengoperasian, pemeliharaan
dan pemanfaatannya.

Untuk menduga ada tidaknya potensi air tanah banyak cara yang dapat
dilakukan, seperti studi peta hidrogeologi dan penyelidikan langsung di lapangan.
Salah satu cara penyelidikan langsung di lapangan yang paling mudah tapi cukup
efektif untuk penelitian potensi air tanah adalah dengan cara geolisrik, yaitu
pendugaan tahanan jenis batuan di bawah permukaan tanah dengan alat
resistivity meter.

Penyelidikan geolistrik dilakukan sebagai penelitian pendahuluan untuk


memperoleh informasi data di bawah permukaan tanah yang menyangkut
struktur geologinya, informasi yang diperoleh dari penyelidikan geolistrik ini
akan sangat membantu di dalam menentukan langkah untuk pelaksanaan
pemboran selanjutnya.

Pendugaan struktur geologi ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke


bawah permukaan, kemudian menganalisa tahanan listrik yang berbeda-beda
tergantung dari kwalitas batuan, derajat kepadatan dan kondisi kelembaban
tanah. Jadi jika arus listriknya dialirkan di dalam tanah dan gradien tekanan
listriknya diukur diatas permukaan tanah maka kondisi lapisan-lapisan
dibawahnya dapat diperkirakan.

1
Laporan Geolistrik

1.2 LOKASI PROYEK DAN WAKTU PENYELIDIKAN

Untuk kegiatan inventarisasi mencakup lokasi Kampung Cibentar, Pasir impun


atas, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa - Barat.

Pendugaan geolistrik ini menghasilkan 1 ( satu ) titik duga yang ditempatkan


disekitar lokasi rencana pembuatan sumur bor ( lihat gbr.1 hal.6 )

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 10 September 2018.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pekerjaan ini adalah melakuan penyelidikan hidrogelogi bawah tanah.


Dan tujuan pekerjaan ini adalah Untuk inventarisasi air bawah tanah,
mengetahui kedalaman dan letak lapisan yang mengandung /pembawa air
(akuifer) serta untuk mengetahui sifat-sifat lapisan pembawa tersebut, sehingga
dapat ditafsirkan keadaan/potensi air tanah di daerah tersebut dan peta sebaran
airtanah.

Selain itu studi potensi sumber daya air ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi, menginventarisasi dan mengevaluasi data-data air (airtanah) di
lapangan, seperti : topografi/geomorfologi (bentang alam), dan mata air yang
berada di daerah tersebut.

1.4 METODA PENYELIDIKAN


Studi potensi Sumber Daya Air ini dilakukan dua tahap; yang pertama adalah
dengan menelaah data sekunder berupa peta geologi, peta hidrogeologi, peta rupa
bumi dan laporan-laporan hasil penyelidikan terdahulu sebagai acuan dalam
melakukan interpretasi dan analisis kondisi geologi dan hidrogeologi daerah studi.
Cara yang kedua adalah Pendugaan Geolistrik dengan metoda resistivity mapping
atau sounding untuk mengetahui lapisan pembawa air (“Akuifer”) dan
menentukan lokasi rencana titik bor secara tepat agar mendapatkan hasil yang
tepat guna.

1.5 TAHAPAN PENYELIDIKAN


Penyelidikan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1.5.1 Persiapan

2
Laporan Geolistrik

1. Menyiapkan peta-peta geologi, hidrogeologi yang berkaitan dengan


daerah penyelidikan
2. Menyiapkan data sekunder daerah terkait sebagai referensi
3. Menyiapkan peralatan survai yang diperlukan seperti alat geolistrik,
kamera, alat tulis, kompas dan palu geologi.

1.5.2 Survey Pendahuluan

Pada tahap ini melakukan peninjauan lapangan bersama dengan direksi


pekerjaan untuk menentukan areal pekerjaan geolistrik dan melihat
kondisi lapangan disesuaikan dengan peta-peta dan data-data sekunder
yang telah dikumpulkan.

1.5.3 Pekerjaan Lapangan

1. Mengumpulkan data di lokasi survai dan sekitarnya meliputi sarana


dan prasarana yang ada, kondisi sosial, ekonomi serta budaya
penduduk setempat dan lain sebagainya yang berkaitan.
2. Melakukan pengamatan di lokasi survai tersebut dan sekitarnya
meliputi: jenis dan sebaran batuan, kondisi keairan seperti sumur gali,
sungai, dan mataair.
3. Pengamatan topografi/bentang alam, tanah penutup maupun sifat fisik
tanah dan batuannya.
4. Melakukan pendugaan geolistrik di lokasi survai untuk mengetahui
sebaran akuifer dan ketebalannya.

1.5.4 Interpretasi data


Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap semua data yang telah
diambil dan mulai pemasukan, penghitungan data dan penggambaran
grafik data hasil pengukuran serta dimulainya proses matching curve
dengan kurva baku.

3
Laporan Geolistrik

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

II.1 PENCAPAIAN LOKASI

Lokasi pekerjaan inventarisasi ini terletak di kampong Cibentar, Pasir impugn


Atas, Kabupaten Bandung, Lokasi tersebut terletak disebelah Barat laut dari
pusat kota Bandung. Akses Jalan untuk mencapai lokasi tersebut kondisinya
sangat baik.

II.2 KONDISI GEOLOGI

Geologi Daerah Penyelidikan

Geologi daerah Penyelidikan dan sekitarnya ( Peta Geologi lembar


Bandung – Jawa ) disusun oleh satuan batuan baik secara vertikal maupun
lateral, terdiri dari :

Tufa dari G. Dano dan Gunung Tangkuban Perahu 0 – 100 m ( Qyd);


Tufa sarang berwarna coklat, lahar yang lapuk kemerah – merahan dan
aglomerat ( erupsi C menurut van bemmelen, 1934 ).

Tufa dari G. Tangkuban perahu ( Qyt) terdiri ; Pasir tufaan, lapili bom
– bom, lava berongga dan kepingan andesit yang bersudut.

Hasil Gunung Api tua tak teruraikan ( Qvu) terdiri dari: Breksi
gunung api lahar dan lava

II.3 KONDISI HIDROGEOLOGI

Bila dikaitkan dengan geologi regional, maka hidrogeologi atau muka air
tanah di daerah ini berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk di
sekitar daerah ini. Kondisi hidrogeologi umumnya berkaitan erat dengan
sistem akuifer tertentu.

4
Laporan Geolistrik

Hasil pengamatan hidrogeologi setempat, tampak jenis batuan yang dapat


bertindak sebagai akuifer (lapisan pembawa air) yang produktif terutama
dari lapisan pasir, kerikil dan kerakal.

Air tanah pada lapisan tersebut mengalir melalui ruang antar butir batuan
dengan tingkat kelulusan sedang - tinggi.

Potensi air tanah dilokasi penyelidikan berdasarkan peta Hidrogeologi


lembar Bandung, berada pada zona produktif sedang dan luas sebarannya
( Gbr.2 hal.7 )

5
Laporan Geolistrik

GAMBAR AREAL LOKASI PENGUKURAN GEOLISTRIK


KAMPUNG CIBENTAR
PASIR IMPUN ATAS
KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT

G L.1
E le v a s i : 8 3 1 m dpl
796568 mE
9 2 3 8 113 m S

Keterangan :

Titik duga Geolistrik

Sumber : Peta Google

GAMBAR 1 AREAL LOKASI PENGUKURAN GEOLISTRIK

6
Laporan Geolistrik

PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL


9240000
KOTA BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT
DAN SEKITARNYA

Lo k a s i P e nguk ura n G e o lis t rik

0m 5 km 10 km

9230000

Keterangan :
Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir
Akuifer produktif dan luas sebarannya
Akuifer produktif sedang dan luas sebarannya
Setempat, akuifer produktif sedang
Akuifer dengan aliran melalui celah dan antar butir
Akuifer produktif dan luas sebarannya
Akuifer produktif sedang dan luas sebarannya
9220000
Setempat akuifer produktif
Akuifer dengan aliran melalui rekahan, kekar
dan rongga
Setempat akuifer produktif
Akuifer Produktif kecil dan langka
Akuifer produktif kecil, setempat berarti
Daerah air tanah langka

Sumber : P eta Hidro geo lo gi lembar V - B andung, skala 1:


9210000 250.000. Direkto rat Geo lo gi Tata Lingkungan, So etrisno . S,
770000 780000 790000 800000 1983.

GAMBAR 2 PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL KOTA BANDUNG DAN SEKITARNYA

7
Laporan Geolistrik

BAB III
PELAKSANAAN INVENTARISASI
DAN PEMETAAN

Urut-urutan kegiatan pelaksanaan studi secara teknis secara garis besar dapat
dipisahkan dalam 3 (tiga) Tahapan yang meliputi :

III.1 Kegiatan Persiapan

Kegiatan persiapan pada dasarnya adalah kegiatan awal sebelum tim memulai
kegiatan, yaitu meliputi :

a. Melakukan Penyusunan Tim dan Membuat Jadual Pelaksanaan


Pekerjaan
Penyusunan Tim didasarkan pada persyaratan dalam Kerangka Acuan Kerja ,
yaitu meliputi kualifikasi dan jumlah tenaga setelah tim terbentuk, maka
selanjutnya adalah menyusun jadual pelaksanaan pekerjaan, dengan
mendasarkan kepada alokasi waktu yang telah ditentukan, baik global
maupun masing-masing tenaga ahli sesuai dengan sistematika keterpaduan
dalam pelaksanaan pekerjaan studi.

b. Pengumpulan Data

Untuk keperluan pekerjaan ini diperlukan data-data penunjang yaitu peta


rupa bumi, peta geologi, peta hidrogeologi, kondisi masyarakat sekitar lokasi.

III.2 Kegiatan Survey Lapangan

Pelaksanaan Pekerjaan
Sesuai dengan Kerangka Acuan, dan berdasarkan penjelasan pekerjaan
maupun hasil pembahasan kami, maka pekerjaan yang akan dilakukan adalah
meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerjaan Pendahuluan berupa survey lapangan
Melakukan peninjauan lapangan bersama direksi pekerjaan, diskusi
dilapangan untuk rencana kerja dan teknis pelaksanaan sehingga
didapatkan lokasi yang harus diukur tahanan jenisnya sesuai dengan
kondisi geologi daerah tersebut.
- Pekerjaan Penentuan titik penyelidikan

8
Laporan Geolistrik

Dilakukan bersama direksi pekerjaan disesuaikan dengan data-data


sekunder yang telah terkumpul, sehingga didapatkan lajur titik
pengukuran geolistrik
- Pekerjaan Penggambaran peta lokasi titik duga
Melakukan penggambaran dan sketsa lokasi titik-titik pengukuran
geolistrik untuk pembuatan peta resistivity.
- Pengukuran titik duga
Melakukan pengukuran geolistrik pada titik duga yang telah
ditentukan bersama direksi dan mencatat hasilnya dalam kolom tabel
yang telah disiapkan.
- Inventarisasi dan pemetaan air bawah tanah
Melihat dan menginventarisasi air bawah permukaan yang ada di
lokasi pekerjaan seperti sumur penduduk dan mata air.

Penentuan Lokasi titik sounding


Lokasi titik sounding yang tepat tertera pada peta lokasi yang mana titik
tersebut disesuaikan dengan keadaan lapangan sebenarnya. Penentuan lokasi
titik duga berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan dengan pihak direksi
pekerjaan.
Pengukuran titik duga
Dalam pelaksanaan pengukuran pendugaan titik sounding mempergunakan
Metoda Resistivity yaitu:
Memakai system schlumberger dan setengah rintangan dimana metode
resistivity system schlumberger setengah rintangan pembuatan lintasan
sounding dibuat sejajar dengan jurus ( Strike ) lapisan batuan, atau bila
keadaan topografi bergelombang maka lintasan – lintasan dilaksanakan tegak
lurus terhadap kemiringan maksimum lereng tanah guna mendapatkan garis
sounding yang tetap datar.
Konfigurasi elektroda schlumberger mempergunakan interval pengukuran
tertentu dengan persyaratan seperti dibawah ini:
1.Jarak AB/2 harus tidak boleh kurang dari 3 kali MN/2
2.Jarak arus elektroda dibuat konstant dalam sekali pembacaan walaupun
elektroda potensial berubah.
Pembacaan dilakukan hingga mencapai setengah elektroda = 150 meter.
sounding tidak boleh dilakukan dekat benda – benda logam apalagi dibawah
transmisi yang bervoltase tinggi.

9
Laporan Geolistrik

Alat ukur dari logam tidak boleh dipakai dalam pengukuran jarak dan jika
harus mempergunakan arus bolak – balik ( A/C ) maka perlu diperhatikan
pengaruh induksinya hilang, untuk itu perlu diperhatikan berupa :
1. Menjaga kabel-kabel potensial
2. Jarak kabel arus minimum 3 meter dari elektroda
3. Pembacaan pada tempat terbuka bebas hambatan.

Cara Kerja
• Arus searah dialirkan pada elektroda arus A dan B sehingga beda

potensialnya dapat diukur dari elektroda M dan N.


• Jarak A dan B terhadap titik pusat sounding disebut sebagai AB/Z dan
jarak M dan N terhadap titik pusat sounding disebut sebagai MN/ 2.
• Pembacaan alat dilakukan setiap pemindahan elektroda AB sejauh titik
pusat sounding.
• Elektroda M dan N baru dipindahkan menjadi MN/2 menjauh titik pusat
apabila perubahan pada alat tersebut terlalu kecil.
• Pemindahan elektroda M & N tidak boleh lebih besar dari elektroda A & B.
• Untuk menghitung tahanan jenis semu untuk masing-masing jarak AB
tersebut digunakan rumus :
⌠ a = π . [ ( AB) 2 - (MN) 2 ] x R
4 x MN
• Harga ⌠a untuk tiap-tiap jarak AB/2 yang didapatkan dari perhitungan
kemudian diplotkan pada grafik log ganda antara ⌠a dan AB/2.

10
Laporan Geolistrik

Dalam penyelidikan geolistrik ini telah digunakan susunan elektroda dengan


menggunakan susunan aturan Schlumberger dimana kedua elektroda
potensial MN selalu ditempatkan diantara 2 buah elektroda arus

Dengan mempergunakan bantuan air pada sekeliling elektroda dapat


memperlancar arus yang masuk.

Lokasi titik sounding diplotkan pada peta topografi dengan keterangan


lengkap dengan memakai ukuran dan patokan yang tetap dan pasti dan dapat
menjadi pedoman dalam jangka waktu yang relatif lama guna mempermudah
dalam pencarian kembali.

Pada daerah titik dekat dengan titik sounding harus diplot pengukuran
ketinggian muka air sumur penduduk setempat.

III.3 Analisa Teknis


Pelaksanaan Pekerjaan Evaluasi Data
Pengolahan data yang didapat di lapangan yang berhubungan dengan
kemungkinan adanya penyebaran lapisan pembawa air bawah permukaan
tanah dengan mendapatkan data dan percobaan sebanyak – banyaknya.

1. Penetapan luas daerah penyelidikan


2. Penetapan jarak titik penyelidikan
3. Evaluasi data hasil penyelidikan

Pengukuran pertama kali dilakukan pada lokasi yang telah diketahui kondisi
geologinya. Data yang diperoleh langsung diplot di kertas logaritma ganda
pada saat pengukuran di lapangan sehingga kememungkinan terjadi
kesalahan dalam pengukuran dapat dikontrol secara langsung.

Data lapangan hasil pengukuran kemudian dianalisa di komputer dengan


menggunakan program IPI2. Hasil analisa akan menunjukkan jumlah,
ketebalan dan tahan jenis lapisan batuan sehingga dapat diketahui kondisi
geologi bawah permukaan dan keberadaan lapisan akuifernya.

Informasi mengenai keberadaan lapisan akuifer yang diperoleh dari hasil


analisa tersebut disajikan dalam bentuk Penampang tegak Tahanan Jenis .
Interpretasi dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

11
Laporan Geolistrik

Interpretasi secara kualitatif dilakukan dengan melihat kontur, peta sama


Isoresistivity, peta sama tahanan jenis akuifer, peta sama ketebalan dan peta
sama kedalaman, dari peta-peta tersebut di atas dapat diperkirakan luas
penyebaran lapisa akuifer secara horisontal.

Interpretasi secara kuantitatif dilakukan dengan pembuatan model-model


lapisan tahanan jenis di komputer dengan memperggunakan program IPI 2
WIN. Prinsip kerja program ini sama dengan penafsiran secara manual
dengan cara curve matching di mana kurva-kurva lapisan tahanan jenis yang
dihitung disesuaikan kurva-kurva tahanan jenis hasil pengukuran di
lapangan. Hasil penafsiran dianggap baik apabila penyimpangan rata-rata
(roof mean error-rms) lebih kecil dari 10 persen. Titik pengukuran dibuat
dengan mengkorelasikannya dengan data geologi dan geohidrologi air tanah di
daerah penelitian yang telah diketahui kondisinya. Dari penampang geolistrik
dapat diketahui penyebaran lapisan akuifer secara vertikal dan ketebalannya.

12
Laporan Geolistrik

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 AIR BAWAH TANAH


Pengukuran tahanan jenis (geolistrik) yang dilakukan di lokasi penyelidikan
untuk rencana lokasi pemboran.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan lapisan batuan


dibawah tanah secara tegak maupun mendatar dilakukan interpretasi/penafsiran
kondisi litologi dan hidrogeologi di daerah tersebut berdasarkan nilai tahanan
jenis batuannya.

Dari hasil pengukuran tahanan jenis (geolistrik) di lapangan, data diolah dengan
program komputer untuk mengetahui sebaran lapisan batuan baik secara vertikal
(tegak) maupun horisontal (mendatar) dan kemudian dibuat penampang tahanan
jenis secara tegak ( Gambar 3.)

Interpretasi dan analisis yang didapat menunjukkan bahwa kondisi litologi dan
hidrogeologi di daerah penyelidikan mempunyai nilai tahanan jenis antara 8.36 -
106 Ohm-meter. Dari kisaran harga tahanan jenis tersebut secara umum dapat
dikelompokan dengan berdasarkan perbedaan kontras harga tahanan jenisnya,
yaitu :

Interpretasi kondisi geologi dan hidrogeologi berdasarkan data Tahanan


Jenis di lokasi penyelidikan

TAHANAN PERKIRAAN
JENIS Litologi Hidrogeologi
< 25.9 Ωm Tufa, tufa lempungan Diduga lapisan kedap air
25.9 - 31 Ωm Pasir, kerikil dan kerakal Diduga lapisan akuifer
> 31 Ωm Breksi Diduga lapisan kedap air

13
Laporan Geolistrik

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diinterpretasikan bahwa Akuifer


(lapisan pembawa air) untuk masing – masing titik duga adalah sebagai berikut :

Titik duga GL.1


46.1 – 82
Kedalaman (m)
108 – 135

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan lapisan batuan


dibawah tanah secara vertikal, maka dapat dibuat gambar penampang tegak
tahanan jenis masing-masing titik duga geolistrik.

14
Laporan Geolistrik

GL.1 15. 8
0 0

8.36

10 10

136
82

20 20

30 30

45. 3
16. 7

40 40

50 50
25. 9

60 60

70 70

80 80

106

90 90
5. 98

100 100

110 110
33
11.6

120 120

130 130

9.8
7. 5
140 140

?
150 150

Ket er ang an :
T anah Penut up
T uf a, t uf alemp ung an ( 8 .3 6 - 9 .8 O hm - met er ) d id ug a lap isan ked ap air
Pasir , ker ikil, ker akal ( 2 5.9 - 3 1 o hm - met er ) d id ug a akuif er
B r eksi ( 8 2 - 10 6 o hm - met er ) d id ug a lap isan ked ap air

GAMBAR 3 PENAMPANG TEGAK TAHANAN JENIS

15
Laporan Geolistrik

Tabel 1 Hasil penafsiran dan korelasi antara Geologi, Hidrogeologi dan Pendugaan geolistrik

Hasil penafsiran Perkiraan Ketebalan


Titik duga Lapisan Kedalaman Resistivity Litologi Hidrogeologi ( meter )
( meter ) ( Ohm - meter )
GL.1 1 0.00 - 0.94 15.8 Tanah penutup 0.94
2 0.94 - 10.2 8.36 Tufa, Tufa lempungan 9.25
3 10.2 - 46.1 82 Breksi 35.9
4 46.1 - 82 25.9 Pasir, kerikil, kerakal Diduga akuifer 35.9
5 82 - 108 106 Breksi 26.3
6 108 - 135 31 Pasir, kerikil, kerakal Diduga akuifer 26.4
7 > 135 9.8 Tufa, Tufa lempungan ?

16
Laporan Geolistrik

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pendugaan geolistrik telah dapat memberikan gambaran tentang keadaan


lapisan batuan baik vertikal maupun lateral.

2. Kondisi hidrogeologi daerah ini termasuk dalam sistem akuifer terdiri pasir
, kerikil dan kerakal.

3. Batuan yang diharapkan dapat bertindak sebagai akuifer tersebut bertahanan


jenis antara 25.9 - 31 ohm – meter.

4. Akuifer yang ditemukan dilokasi penyelidikan adalah :

Titik duga GL.1


46.1 – 82
Kedalaman (m)
108 – 135

• Akuifer pada kedalaman 46.1 - 82 meter merupakan akuifer tertekan.

• Akuifer pada kedalaman 108 - 135 meter merupakan akuifer tertekan.

5. Lokasi penyelidikan menurut peta Hidrogeologi lembar Bandung yang


dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan berada pada zona
sedang dan penyebaran yang luas.

V.2 SARAN-SARAN
1. Pembuatan sumur bor dalam untuk memenuhi kebutuhan air bersih dilokasi
penyelidikan dapat dilaksanakan dengan kedalaman ± 140 meter.

2. Letak titik pemboran dapat dilaksanakan disekitar titik duga GL.1

3. Akuifer yang akan disadap disarankan berasal dari akuifer tertekan yang
kemungkinan akan ditemukan pada kedalaman 46.1 – 82 meter dan pada
kedalaman 108 – 135 meter.

17
Laporan Geolistrik

4. Setelah pembuatan lubang sumur bor selesai disarankan dilaksanakan


pengukuran Ellektric Well Logging, pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui keberadaan akuifer secara lebih teliti, sehingga dalam
pemasangan saringan ( akuifer yang akan disadap ) dapat ditempatkan pada
akuifer yang paling baik.

18
Laporan Geolistrik

Lampiran I
Hasil Interpretasi Komputer
Laporan Geolistrik

PENDUGAAN GEOLISTRIK DI LOKASI KAMPUNG CIBENTAR


PASIR IMPUN ATAS, KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

No. Titik Duga : GL.1

rms error : 3.27%


Laporan Geolistrik

Lampiran II
Foto pengambilan data dilokasi penyelidikan
Laporan Geolistrik

Pengambilan Data di lokasi penyelidikan

Pengambilan Data di lokasi penyelidikan


Laporan Geolistrik

Pengambilan Data di lokasi penyelidikan

Pengambilan Data di lokasi penyelidikan

Anda mungkin juga menyukai