Anda di halaman 1dari 69

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU
BALAI AIR TANAH

KAJIAN ASPEK GEOLOGI


PELATIHAN PENGAWASAN MUTU PELAKSANAAN
PEKERJAAN BENDUNGAN

Dr. Ahmad Taufiq, S.T, M.T, Ph.D


Kepala Balai Air Tanah – Ditjen SDA
CV

2
OUTLINE
1. Gambaran Umum
2. Geologi Dasar
3. Jenis Tanah
4. Properti Tanah
5. Investigasi Material Untuk Bendungan
6. Cekungan Air Tanah
7. Uji Penyelidikan Lapangan
8. Uji Penyelidikan Laboratorium
• Mekanika Tanah
• Mekanika Batuan
9. Studi Kasus Pada Bendungan

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 3
GAMBARAN UMUM
1
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 4
1. Gambaran Umum
Studi kelayakan untuk pembangunan bendungan harus memuat (PERMEN No.27 Tahun 2015):
a. Analisis kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan akses,
quary dan borrow area, penyimpanan material, tempat pembuangan
galian dan daerah genangan
b. Analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan, lokasi material
bahan bendungan dan daerah genangan
c. Analisis hidrologi dearah tangkapan air
d. Analisis kependudukan di daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta daerah penerima manfaat bendungan
e. Analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan dan rencana genangan serta daerah penerima manfaat bendungan
f. Analisis kelayakan teknis, ekonomis termasuk umur layanan bendungan, dan lingkungan untuk setiap alternatif rencana bendungan

g. Rencana bendungan yang paling layak dipilih


h. Desain pendahuluan bendungan yang paling layak dipilih
i. Rencana penggunaan sumber daya air

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 5
1. Gambaran Umum
Latar Belakang Diperlukannya Kajian Geologi dan Metode yang dapat
Pendugaan Geofisika dalam pembangunan bendungan, Tahapan
digunakan
yaitu:
1. Sebagai dasar dalam menentukan lokasi bangunan • Metode Geolistrik
2. Sebagai dasar dalam menentukan kekuatan bangunan untuk • Pemetaan Lapangan
jangka waktu lama • Uji Penyelidikan
3. Sebagai dasar dalam menentukan stabilitas bangunan Lapangan
dibandingkan dengan potensi gempa regional dan resonansi Perencanaan • Uji Penyelidikan
4. Sebagai dasar dalam mengkalkulasi dan menganalisis potensi Laboratorium
deformasi (penurunan) bangunan

5. Sebagai dasar dalam menentukan metode pelaksanaan • Metode Geolistrik


Pelaksanaan • Pemetaan Lapangan
6. Sebagai dasar dalam pemilihan material (burrow area)

• Metode Geolistrik
7. Sebagai dasar dalam monitoring infrastruktur Operasional
• Pemetaan Lapangan

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 6
1. Gambaran Umum
Uji Geolistrik
• metode pengukuran survey geofisika yang
digunakan untuk mengetahui struktur bawah
permukaan tanah.
• digunakan untuk survey relatif dangkal
• diperoleh nilai beda potensial, kuat arus dan
tahanan jenis batuan.
• perbedaan nilai tahanan jenis dari masing-
masing lapisan dapat digambarkan lapisan bawah
permukaan.

TDS

Instrumen

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 7
1. Gambaran Umum
Pemetaan Geologi Tahapan Pemetaan Geologi
1. Tahap pra-Lapangan
Peta geologi merupakan suatu gambaran teknik yang
• Studi literatur
menggambarkan penyebaran suatu susunan batuan
dan struktur geologi secara lateral. • Analisis peta topografi
• Interpretasi citra pengindraan jauh
2. Tahap peninjauan lapangan pendahuluan
• Analisis kondisi medan
• Kondisi geologi secara garis besar
• Penyusunan rencana jalur lintasan geologi
3. Tahap pemetaan lapangan
• Pengamatan, pengumpulan dan pencatatatan data geologi
4. Tahap Analisis laboratorium dan kompilasi data
• Analisis petrografi
• Analisis Paleontologi
• Kompilasi data lapangan, laboratorium dan literatur

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 8
GEOLOGI DASAR
2
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 9
2. Geologi Dasar
Peta Geologi Indonesia
Informasi Peta Geologi
Morfologi
Struktur
Jenis Batuan
Statigrafi

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 10
2. Geologi Dasar
Peta Geologi
Informasi Peta Geologi
Morfologi
Struktur
Jenis Batuan
Statigrafi

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 11
2. Geologi Dasar
Batuan merupakan sekumpulan mineral
yang menjadi satu. Batuan bisa terdiri dari
satu macam mineral atau campuran
beberapa mineral. Jenis batuan yaitu
1. Batuan Beku
2. Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 12
2. Geologi Dasar - Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk
dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik
dibawah permukaan bumi yang dikenal sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun diatas
permukaan bumi yang dikenal sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik).

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 13
2. Geologi Dasar - Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk
karena proses diagenesis dari material batuan lain yang
sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi meliputi
proses pelapukan, pelapukan, transportasi dan
deposisi. Proses pelapukan berupa pelapukan fisik
maupun kimia. Pelapukan dan transportasi biasanya
dilakukan oleh air atau angin. Deposisi terjadi karena
energi transport tidak mampu mengangkut partikel
tersebut.

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 14
2. Geologi Dasar - Batuan Metamorf
Batuan Metamorf merupakan batuan yang
terbentuk karena proses rekirstalisasi di
dalam kerak bumi pada kedalaman 3 hingga
20 km, sebagian besar terjadi dalam keadaan
padat tanpa melalui fase cair, sehingga
terbentuk struktur dan mineralogi baru pada
tekanan dan temperatur tertentu.

Klasifikasi Batuan Metamorf

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 15
2. Geologi Dasar - Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang roman bumi termasuk aspek-aspek yang
mencakup klasifikasi, deskripsi, genesa, proses
perkembangan dan sejarah muka bumi.

Klasifikasi Bentang Alam (Noor, 2002)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 16
2. Geologi Dasar - Geologi Struktur
Geologi Struktur mupakan bagian ilmu geologi
yang mempelajari tentang bentuk batuan
sebagai hasil dari proses deformasi.
Deformasi merupakan perubahan bentuk dan
ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi.
Struktur geologi dibagi menjadi 3 yaitu:
• Kekar (fracture) dan Rekahan (crack)
• Perlipatan (fold)
• Patahan atau sesar (fault)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 17
JENIS TANAH
3
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 18
3. Jenis Tanah
Berdasarkan proses pembentukannya, tanah
terbagi menjadi:
• Tanah residu (residual soil)
hasil pelapukan fisika dan kimia batuan di
bawahnya, pembentukannya terjadi di atas
batuan (belum berpindah)
• Tanah endapan (sedimentary soil)
erosi yang terjadi di atas batuan asal,
disebabkan pengaruh cuaca, sehingga butiran
tanah terangkut (transported soil) ke daerah
yang lebih rendah

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 19
3. Jenis Tanah Bermasalah
Jenis Tanah Bermasalah
yaitu:
• Tanah Lunak
• Gambut
• Tanah Ekspansif

Tanah lunak dan gambut


meliputi sekitar 20 juta
hektar atau sekitar 10%
dari luas total daratan di
Indonesia

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 20
3. Jenis Tanah Bermasalah
• Tanah Ekspansif
Tanah ekspansif mempunyai karakterisitik:
➢Mengandung mineral lempung: dominan montmorillonite atau vermiculite
➢Plastisitas: PI dan LL tinggi potensi mengembang lebih besar
➢Struktur tanah lempung berflokulasi cenderung lebih ekspansif
dibandingkan yang terdispersi.
➢Tanah dengan berat isi kering tinggi menunjukkan jarak antar partikel yang
kecil, gaya tolak besar,potensi pengembangan tinggi
retak memanjang dan penurunan
badan jalan akibat kembang -susut
tanah

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 21
PROPERTI TANAH
4
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 22
4. Properti Tanah
Tanah mengandung partikel mineral, partikel organik, air dan udara. Kombinasi dari kandungan
tanah menentukan sifat-sifat tanah (Soil Properties). Soil Properties terdiri dari dua, yaitu sifat
fisik tanah dan sifat kimia tanah.
1. Sifat Fisik Tanah 2. Sifat Kimia Tanah
a. Tekstur Tanah a. pH tanah
b. Struktur Tanah
c. Porositas Tanah
d. Warna Tanah

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 23
4. SIFAT FISIK TANAH - Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan besar


kecilnya ukuran partikel yang
menyusun tanah dan proporsi
partikel tanah yang berukuran
pasir, debu atau lempung. ukuran
partikel tanah dibagi menjadi
• Pasir = <2 - 0.05 mm
• Lanau (Silt) = 0.05 - 0.002 mm
• Lempung = <0.002 mm

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 24
4. SIFAT FISIK TANAH - Porositas Tanah
Porositas tanah merupakan
kemampuan tanah dalam
menyerap air. Semakin padat
tanah, porositasnya semakin kecil.
Ukuran porositas dan kualitas
tanah dibagi menjadi:

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 25
INVESTIGASI MATERIAL
5
UNTUK BENDUNGAN

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 26
5. Investigasi Material Untuk Bendungan
Investigasi material dilakukan untuk
1. Kualitas material yang mencakup klasifikasi teknis, sifat
fisik dan mekanik, penetapan material yang memenuhi
persyaratan
2. Ketersediaan material
3. Kondisi penggalian, lokasi sumber yang mencakup jalan
masuk, jarak, status dan perlunya konservasi
Kegiatan investigasi yang perlu dilakukan untuk dapat
mengatahui kualitas, jumlah, penyebaran, ketebalan endapan
jenis sifat, derajat pelapukan dan bidang diskontinyuitas:
1. Investigasi geologi permukaan
2. Investigasi geologi bawah permukaan

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 27
5. Investigasi Material Untuk Bendungan
Penyelidikan geologi berdasarkan peta geologi
regional dan peta rupa bumi untuk mengetahui
lokasi dan ketersediaan material konstruksi,
meluputi
• Penyeledikan material tanah (burrow area)
untuk urugan tubuh bendungan (zona inti kedap
air)
• Penyelidikan material pasir (quarry pasir) untuk
urugan tubuh bendungan (zona filter) dan
agregat halus beton
• Penyelidikan material batu (quarry batu) untuk
urugan tubuh bendungan (zona urugan batu)
dan agregat kasar beton

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 28
CEKUNGAN AIR TANAH
6
DALAM BENDUNGAN

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 29
6. Cekungan Air Tanah

Cekungan Air Tanah merupakan


suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologik, tempat
semua kejadian hidrogeologik
seperti proses pengimbuhan,
pengaliran, dan pelepasan Air
Tanah berlangsung (Permen ESDM
no. 2 Tahun 2016)

Permen ESDM No.02 Th.2017 tentang


Cekungan Air Tanah di Indonesia
421 Cekungan Air Tanah (CAT):
• 4 CAT lintas negara
• 36 CAT lintas provinsi
• 381 CAT dalam provinsi

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 30
6. Cekungan Air Tanah di Bendungan

Bendungan dalam CAT = 25

Bendungan dalam Bukan CAT = 30

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 31
UJI PENYELIDIKAN
7
LAPANGAN

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 32
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Indeks properties pada batuan dapat dipengaruhi oleh adanya diskontinuitas, sehingga untuk
mendapatkan nilai-nilai parameter geoteknik yang ideal disarankan untuk melakukan
pengujian langsung di lapangan (in-situ).
Pengujian in-situ dapat berupa.
1. Uji Pemboran geoteknik 4. Tes pumping
a. Pengeboran manual 5. Pengukuran geolistrik
b. Pengeboran inti
2. Standard Penetration Test (SPT)
3. Sondir /Cone Penetration test (CPT)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 33
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Pemboran Geoteknik
Pemboran teknik dilakukan untuk
1. mengetahui pelapisan tanah (pengambilan sample core)
2. pengambilan contoh tanah (undisturb sample)
3. mengetahui parameter tanah dari hasil uji lapangan.

Jenis-jenis pemboran teknik


1. Pengeboran Manual (Auger Boring)
2. Pengeboran Inti (Core Drilling)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 34
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Pemboran Geoteknik
1. Pengeboran Manual (Auger Boring)
Metode untuk mendapatkan kondisi keadaan bawah permukaan, dengan
menggunakan bor yang dioperasikan dengan tenaga manusia. Kedalaman
terbatas antara 6 atau 10 meter tergantung pada kekerasan tanah. (SNI 03-
6802-2002)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 35
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Pemboran Geoteknik
2. Pengeboran Inti (Core Drilling)
pengeboran ini digunakan untuk mendapatkan contoh tanah
dengan menggunakan mesin bor rotary. Kelebihan pemboran inti
yaitu dapat digunakan pada batuan, dapat mengidentifikasi tanah
secara langsung, kekurangannya yaitu tidak sesuai untuk
pengeboran pada tanah lunak dan dapat menggangu struktur
tanah.
(SNI 2436:2008)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 36
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Penetrasi Standar (SPT)
SPT merupakan metode pengujuan di lapangan dengan
memancangkan tabung pengambil contoh tanah yang dapat
dibuka dalam arah memanjang (Split Spoon Sampler) pada bagian
dasar lubang bor teknik dengan interval pengujian 2 meter.
Prisnsip dasar uji SPT yaitu:
1. memukul tabung standar ke dalam lubang bor sedalam
450mm dengan palu seberat 63,5kg yang jatuh dari ketinggian
760mm.
2. hitung jumlah pukulan untuk dapat melakukan penetrasi
sedalam 150mm.
3. Jumlah yang digunakan adalah penetrasi sedalam 300mm
terakhir.
Indikasi tanah keras nilai SPT diatas 50 pukulan atau 30 cm
sebanyak 3 kali pada 3 kedalaman berturut turut
Pengujian SPT mengacu pada SNI 4153:2008

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 37
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Penetrasi Standar (SPT)
Prosedur uji SPT
• Mempersiapkan lubang bor hingga kedalaman uji;
• Memasukkan alat split spoon sampler secara tegak
• Pastikan hammer jatuh dengan free falling (terjun bebas), tanpa ada
hambatan sampai menumbuk;
• Menumbuk dengan hammer dan mencatat jumlah tumbukan setiap 15
cm penetrasi. Hammer dijatuhkan secara bebas pada ketinggian 760
mm;
• Nilai tumbukkan dicatat 3 kali (N0, N1, N2) dimana nilai Nspt = N1+N2.
Split spoon sampler diangkat ke atas dan kemudian dibuka. Sampel
yang diperoleh dengan cara ini merupakan sampel yang sangat
terganggu;
• Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik untuk diuji di Skema urutan uji penetrasi standar (SPT)(SNI 4153-
laboratorium. Pada plastik tersebut harus diberikan catatan nama 2008)
proyek, kedalaman dan nilai N.

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 38
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Penetrasi Standar (SPT)
Contoh Hasil Uji Penetrasi
Standar (SPT)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 39
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Sondir (Cone Penetrometer Test, CPT)
• Uji Sondir merupakan pengujian lapangan untuk mengetahui profil
atau perlapisan tanah dan daya dukungnya, diketahui dari hasil
pembacaan tahanan ujung (qc) dan gesekan selimut (fs).
• Berdasarkan kapasitasnya, sondir dibagi menjadi:
1. Sondir Ringan, kapasitas 0-250 kg/cm3, kedalaman 30 meter
2. Sondir Berat, kapasitas 0-600 kg/cm3, kedalaman 50 meter
• Berdasarkan jenis alat, sondir dibagi menjadi
1. Sondir Mekanis menghasilkan nilai tahanan ujung (qc) dan
gesekan selimut (fs)
2. Sondir Elektrik menghasilkan nilai tahanan ujung (qc, gesekan
selimut (fs) san tekanan pori (u)
• Uji Sondir Mengacu pada SNI 2827-2008
Cara Kerja Sondir Elektrik

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 40
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Sondir (Cone Penetrometer Test, CPT)

Hubungan nilai tahanan konus dengan konsistensi


tanah, yaitu:
1. Tanah yang sangat lunak, qc <5 kg/cm2
2. Tanah lunak, qc 5 - 10 kg/cm2
3. Tanah teguh, qc 10 - 20 kg/cm2
4. Tanah kenyal, qc 20 - 40 kg/cm2
5. Tanah sangat kenyal, qc 40 - 80 kg/cm2
6. Tanah keras, qc 80 - 150 kg/cm2
7. Tanah sangat keras, qc > 150 kg/cm2 Rangkaian alat penetrasi Konus (SNI 2827:2008)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 41
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Sondir (Cone Penetrometer Test, CPT)
Alat yang digunakan dalam uji sondir:
1. Konus
Ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut untuk
menahan perlawanan tanah
Konus pada sondir (SNI 2827:2008)
2. Mesin pembeban (mekanik atau hidraulik)
3. Selimut (bidang) geser
4. Pipa dorong
5. Batang dalam

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 42
7. Uji Penyelidikan Lapangan
Uji Sondir (Cone Penetrometer Test, CPT)

Contoh hasil uji sondir

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 43
UJI PENYELIDIKAN
8
LABORATORIUM

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 44
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah
Laboratorium Mekanika Tanah
terdiri dari:
1. Uji triaxial
2. Uji Direct Shear Test

Uji Direct Shear Test Uji triaxial

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 45
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah

• Pengujian Kadar Air


Dilakukan untuk menentukan kadar air material tanah.
kadar air didefinisikan sebagai perbandingan massa air
bebas dengan massa tanah kering. Mengacu pada SNI
1965:2008.

• Penentuan berat volume atau berat isi (Bulk density)


dilakukan untuk menetukan berat volume total massa
tanah, termasuk kandungan cairan atau gas di dalamnya.

• Penentuan kepadatan butiran


dilakukan untuk menentukan kepadatan butiran tanah
padat dengan menggunakan metode konvensional
mengacu pada SNI 1976:2008
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 46
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah

• Analisis ukuran butiran


dilakukan untuk menetukan presentase massa rentang
ukuran butiran yang terpisah yang ditemukan di dalam
tanah, mengacu pada SNI 3423:2008

• Penentuan batas konsistensi


Dilakukan untuk mengkarakteristik perilaku tanah
lempung dan lanau ketika kadar air berubah, mangacu
pada SNI 1967:2008 untuk batas cari, SNI 1966:2008
untuk batas plastis dan indeks plastis tanah, dan SNI
3422:2008 untuk batas susut

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 47
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah

• Penentuan indeks kepadatan tanah berbutir


indeks kepadatan berkaitan dengan angka pori contoh
tanah untuk nilai referensi yang ditentukan oleh
prosedur laboratorium standar, mangacu pada SNI 1976-
2008.

• Penentuan penghancuran tanah (dispersibility)


dilakukan untuk mengidentifikasi karakterisitik dispersif
dari tanah lempung, mengacu pada SNI 6874:2012.
pengujian ini dilakukan terutama terkait dengan
timbunan, mineral sealings dan struktur geoteknik
lainnya yang kontak dengan air.

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 48
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah

• Uji Triaksial
➢ metode pengujian bertujuan untuk mencari
engineering properties tanah yang terdiri dari
paramter c (kohesi) dan Φ (sudut geser dalam).
➢ pengujian dengan memeberikan gaya konstan
pada seluruh arah pada bidang horizontal
sampel batuan (σ3) dan kemudian diberikan
gaya tekan pada bilang vertikal (σ1) hingga
batuan mengalami keruntuhan
➢ Berdasarkan SNI 03-4813-1998 Rev. 2004

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 49
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah
Contoh hasil uji triaksial

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 50
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah

• Direct shear test (Uji Geser Langsung)


➢Untuk menentukan kuat geser tanah setelah
mengalami konsolidasi akibat suatu beban dengan
drainase 2 arah
➢pengujian direct shear test memberikan gaya normal
konstan pada bidang vertikal (Fz), kemudian diberikan
gaya geser pada bidang Horizontal (Fx) sampai batuan
pecah atau runtuh
➢dapat digunakan untuk analisis kestabilan lereng, daya
dukung pondasi, analisis dinding penahan
• Berdasarkan SNI 2813:2008

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 51
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Tanah
Contoh hasil Direct shear test (Uji Geser Langsung)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 52
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Batuan
Laboratorium Mekanika Batuan
Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan merupakan cabang dari ilmu mekanika, yang
mempelajari tentang perilaku batuan baik secara teoritis maupun terapan, berkenaan dengan
sikap batuan terhadap medan-medan gaya dan lingkungannya.
Pengujian yang dilakukan di laboratarium adalah:
1. Uji Kuat Tekan (UCS)
2. Uji Triaksial
3. Uji Kuat Geser
4. Uji Kuat Tarik Tidak Langsung
5. Uji Sifat Fisik

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 53
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Batuan
Uji Kuat Tekan Uniaxial (UCS)
• Uji Uniaxial (UCS)
➢ Metode Unconfined Compressive
Strength (UCS) yaitu salah satu
metode pengujian mekanika Hubungan litologi, Modulus Young, dan
Poisson Ratio
batuan dengan cara menekan
batuan dari satu arah (horizontal)
hingga batuan mengalami
keruntuhan
➢ Metode ini dilakukan dalam desain
Hydraulic Fracturing Respon batuan setelah dikenakan gaya
satu arah

Mesin Kompresi Batuan

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 54
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Batuan
Uji Triaksial
• Uji Triaksial
➢ Uji Triaksial dilakukan untuk
mentukan kekuatan batuan
dibawah tiga komponen tegangan
➢ Dari uji triaksial dapat ditentukan
▪ Strength Envelope (kurva
intrinsic)
▪ kuat geser
▪ Sudut geser dalam
▪ Kohesi (C)

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 55
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Batuan
Uji Kuat Geser
• Uji Kuat Geser
➢ Kemampuan batuan melawan
tegangan geser yang terjadi pada
saat batuan diberikan beban
➢ Keruntuhan geser terjadi akibat
adanya gerak relative antara butir-
butir batuan

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 56
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Batuan
Uji Kuat Tarik Tidak Langsung
• Uji Kuat Tarik Tidak Langsung
➢ untuk mengetahui sifat mekanik
dari sampel batuan, khususnya
sifat kuat Tarik batuan
➢ Digunakan untuk mendesain
bagian dari suatu struktur yang
bersifat ductile dan brittle

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 57
8. Uji Penyelidikan Laboratorium – Mekanika Batuan

Uji Sifat Fisik Batuan


Uji sifat fisik batuan adalah pengujian pada batuan
untuk diketahui sifat fisik (bobot isi, berat jenis,
kadar air, derajat kejenuhan, porositas dan angka
pori) dari batuan tersebut. Uji sifat fisik batuan
adalah pengujian pada batuan untuk diketahui sifat
fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, derajat
kejenuhan, porositas dan angka pori) dari batuan
tersebut.

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 58
STUDI KASUS PADA
9
BENDUNGAN

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 59
Geolistrik 2 Dimensi
Untuk Identifikasi Rembesan Tanggul
Situ Lembang, Bandung Barat

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
GEOLISTRIK 2D Rembesan Tanggul
Situ Lembang, Bandung Barat

Saluran Foundation Seepage 2


Intake (berongga)
A Tubuh Tanggul B

Side Seepage A

Foundation Seepage 1
Line 1

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
GEOLISTRIK 2D Rembesan Tanggul
Situ Lembang, Bandung Barat
B T
Saluran Foundation Seepage 2
Intake

A B

Side Seepage Intake situ lembang

Foundation Seepage 1
D Potongan Memanjang Tanggul
1B 1A 2A 2B 3A 3B
Line 1
B
B A
U Intake
Spillway
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
GEOLISTRIK 2D Rembesan Tanggul
Dasar Tanggul Situ Lembang

Saluran Kemenerusan rembesan Kemenerusan rembesan


Intake

A B

Line 4

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
GEOLISTRIK 2D Rembesan Tanggul
Dasar Tanggul Situ Lembang

Kemenerusan Rembesan
B T
Saluran Kemenerusan Rembesan
Intake

A B

D Potongan Memanjang Tanggul


1B 1A 2A 2B 3A 3B
Line 4
B A B

U Intake
Spillway
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Geolistrik 2 Dimensi
Untuk Identifikasi Longsoran
Bendungan Sukamahi, Jawa Barat

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Hasil Geolistrik
GL6-SKMH (Cross Inti Bendungan – Kiri)

Hulu (A) Hilir B


Zona Random Terganggu
Zona Random

Lapisan random
Longsor Bottom Maindam (551 mdpl)
Zona Random tidak Terganggu

Hilir

A
Hulu

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 66
Hasil Geolistrik
GL7-SKMH (Melintang Diagonal Hilir)

Inti Bendungan Zona Transisi

Zona Random Hilir B


Hulu (A)

Zona Random Terganggu


Bottom Maindam (551 mdpl)

Hilir

A
B

Hulu

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 67
Hasil Geolistrik
GL9-SKMH (Memanjang Hilir Atas)

Cross Lintasan 6
A Cross Lintasan 7
B
Zona Random

Zona Random Terganggu

Zona Random tidak Terganggu

Hilir
A

Hulu B

BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 68
BALAI AIR TANAH | DIREKTORAT AIR TANAH DAN AIR BAKU | DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR | KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 69

Anda mungkin juga menyukai