Anda di halaman 1dari 41

 Faktor teknis yang perlu diperhatikan dalam

kegiatan usaha pertambangan umum antara lain :


 Eksplorasi
 Geoteknik dan Hidrologi/ Geohidrologi
 Studi Kelayakan
 Perencanaan Tambang
 Penambangan, produksi, pengolahan,
pemurnian
 Pengangkutan, penjualan
 Penutupan Tambang

 Eksplorasi

 Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan


eksplorasi adalah sebagai berikut :
 Mempunyai izin yang masih berlaku dan
sesuai dengan kewenangannya.
 Mempunyai Kepala Teknik Tambang (KTT)
sebagai penanggung jawab lapangan
 Mempersiapkan program dan data lapangan
antara lain hasil penyelidikan terdahulu,
peralatan eksplorasi dan lain-lain.
 Melaporkan rencana kegiatan kepada
Pemerintah/ Pemda/ Dinas Pertambangan
setempat
 Mensosialisasikan rencana kegiatan kepada
masyarakat setempat untuk menghindari
kendala yang mungkin timbul
 Memberikan ganti rugi kepada pemilik
lahan yang tanah/ lahannya/ tanamannya
terpakai akibat kegiatan eksplorasi.
 Memanfaatkan tenaga lokal untuk kegiatan
eksplorasi
 Melakukan tahapan-tahapan eksplorasi
sesuai kebutuhan.
 Persiapan pelaksanaan eksplorasi antara lain
menentukan titik bor, pembersihan lahan,
penyiapan alat bor dan prasarana.
 Penentuan kemiringan bor yang
direncanakan
 Pemboran dan pengambilan contoh pada
jarak yang sistematis misal setiap
kedalaman satu meter bahan galian, sesuai
dengan standar eksplorasi yang berlaku.
 Melakukan analisis pada laboratorium yang
telah ditunjuk sesuai standar yang berlaku.
 Menyelesaikan peta yang harus dibuat
selama kegiatan eksplorasi antara lain peta
topografi, peta geologi, peta penyebaran
bahan galian, peta struktur kontur, peta
isopach, peta isokualitas dan peta
penampang.
 Mengkaji hasil eksplorasi dan membuat
perkiraan/ perhitungan jumlah sumber daya
 Membuat laporan hasil kegiatan eksplorasi
 Menyampaikan hasil laporan eksplorasi
kepada instansi terkait.

 Metode Eksplorasi

Penentuan metode eksplorasi yang tepat akan


mempengaruhi keberhasilan eksplorasi bahan
galian. Hal ini dikarenakan setiap jenis bahan
galian mempunyai bentuk/ dimensi sebaran,
posisi sifat fisik, kimia ataupun sifat kemagnetan,
sifat radioaktif yang berbeda. Beberapa metode
eksplorasi yang lazim dilakukan dalam eksplorasi
mineral dan batubara antara lain :
 Metode eksplorasi geokimia
 Metode eksplorasi pemboran
 Percontohan/ sampling meliputi jenis,
jumlah dan lokasi
 Analisis contoh meliputi metode analisis,
jenis contoh, nama laboratorium dan batas
ambang analisis

 Tahapan Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi yang dilakukan biasanya


terdiri dari tiga tahap, yaitu :
 Tahap eksplorasi pendahuluan
Merupakan tahap kegiatan yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi secara umum
meliputi : keadaan daerah, geologi,
mineralisasi dan penyebaran singkapan.
Pada tahap ini tingkat ketelitian/ kerapatan
informasi data masih rendah ( > 200 m),
masih secara umum mencakup seluruh
wilayah.
 Tahap eksplorasi semi detail/ semi rinci
Merupakan kegiatan eksplorasi lanjutan dari
tahap sebelumnya yang bertujuan untuk
mengetahui potensi mineralisasi di daerah
prospek dengan mengetahui keadaan
topografi, geologi, kondisi mineralisasi
singkapan secara horizontal (tipe, ketebalan,
penyebaran dan bentuk), kadar mineralisasi
dan sumber daya tereka atau terunjuk.
Kerapatan informasi antara 250 m sampai <
2000 m.
 Tahap eksplorasi rinci/ detail
Merupakan kegiatan eksplorasi akhir yang
merupakan lanjutan dari tahap eksplorasi
semi detail dan bertujuan untuk mengetahui
gambaran secara jelas sumber daya di
daerah prospek dengan jalan mengetahui
keadaan topografi, geologi, kondisi bahan
galian secara vertikal dan horizontal (tipe,
ketebalan, penyebaran dan bentuk), variasi
kadar sumber daya terukur dan terunjuk.
Tingkat kerapatan antara 50 m sampai < 250
m, peta dibuat sudah berskala (1 : 500 –
2000).
 Jenis Kegiatan Eksplorasi

Jenis kegiatan eksplorasi yang dilakukan akan


berbeda berdasarkan keperluan dalam tingkat
tahapan kegiatan yang akan dilakukan, baik jenis
kegiatannya sendiri, tingkat kerapatan dan
kuantitasnya sebagai berikut :
 Studi Literatur
Bertujuan untuk mengetahui kondisi umum
daerah, topografi, geologi regional (formasi
batuan, variasi litologi, batuan yang
termineralisasi, dan lain-lain)
 Studi Inderaja
Merupakan data eksplorasi awal yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi umum
antara lain :
1. Pola aliran sungai yang ada
2. Topografi/ morfologi secara umum
3. Pola dan kontrol struktur geologi
4. Jenis batuan, terutama batuan intrusi
5. Kerapatan vegetasi
6. Kondisi lingkungan pada saat
eksplorasi
 Penyelidikan geokimia
Jenis penyelidikan geokimia antara lain :
geokimia bahan galian sungai, geokimia
tanah, geokimia batuan/float
 Penentuan titik pantau lokasi KP /
pematokan batas wilayah KP
 Penyelidikan geofisika
 Pemetaan topografi
 Pembuatan sumur uji
 Pemboran
 Sampling
 Analisis contoh
 Pengolahan data

 Penetapan Cadangan
 Klasifikasi Cadangan Mineral
Klasifikasi cadangan mineral dibedakan sebagai
berikut :
 Cadangan Terkira
Merupakan sumber daya terunjuk dan
sebagian sumber daya mineral terukur yang
tingkat keyakinan geologinya masih lebih
rendah, yang berdasarkan studi kelayakan
tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat
dilakukan secara ekonomi. Cadangan terkira
ini dibuat untuk keperluan prastudi
kelayakan.
Perhitungan cadangan terkira berdasarkan
pada :
Jarak antar bor cukup jauh ( >250 m
batubara; sekitar 100 m untuk mineral)
Jumlah dan jarak sumur uji/ parit uji
baru pada daerah singkapan
Pengambilan contoh belum cukup
Hasil analisis laboratorium belum
mewakili tiap contoh
Pemetaan geologi masih dalam skala 1 :
50.000

 Cadangan Terbukti
Merupakan sumber daya mineral terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang
semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan
secara ekonomis.
Cadangan terbukti ini digunakan untuk studi
kelayakan.
Perhitungan cadangan terbukti berdasarkan
pada :
Jarak/ kerapatan bor (<250 m batubara;
s/d 25 m untuk mineral)
Jumlah sumur uji/ parit uji cukup
banyak
Pengambilan contoh dilakukan pada
tiap kedalaman tertentu lapisan/ inti bor
misal tiap dua meter.
Hasil analisis pada tiap contoh yang
diambil.

 Kriteria Penentuan Cadangan

Penentuan jumlah cadangan atau jumlah sumber


daya mineral yang mempunyai nilai ekonomis/
akan ditambang adalah suatu hal yang pertama
kali perlu dikaji, dihitung secara benar sesuai
standar perhitungan cadangan yang lazim/
berlaku, karena akan berpengaruh terhadap
optimalisasi rencana usaha tambang, umur
tambang dan hasil yang akan diperoleh. Dalam
hal penentuan cadangan, langkah yang perlu
dilakukan antara lain :
 Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil
eksplorasi
 Kebenaran penyebaran dan kualitas
cadangan berdasarkan korelasi seluruh data
eksplorasi seperti pemboran, analisis contoh
dll.
 Kelayakan penentuan batas cadangan,
seperti cut off grade, stripping ratio,
kedalaman maksimum penambangan,
ketebalan minimum dan sebagainya.

 Tata Cara Perhitungan Cadangan

 Perhitungan cadangan dilakukan sesuai


standar dan pedoman yang berlaku.
 Kelengkapan kebenaran dan skala peta dasar
untuk perhitungan cadangan seperti peta
topografi dan sebaran bahan galian, peta
isokualitas, isopach, struktur kontur atau
gambaran tiga dimensi penyebaran bahan
galian.
 Data geoteknik untuk penentuan sudut
lereng dan batas stope
 Data berat jenis untuk berbagai tipe batuan
dan bijih
 Data percobaan/ uji metalurgi
 Analisis multi-element untuk berbagai tipe
bijih
 Perhitungan cut off grade, stripping ratio
 Recovery penambangan
 Faktor biaya dan pendapatan
 Faktor sosial, hukum dan lingkungan.

 Studi Geoteknik
Dalam rangka perencanaan sistem dan metode
penambangan serta pemilihan alat yang tepat, maka
diperlukan studi geoteknik antara lain untuk
menentukan :
 Stabilitas dan design lereng
 Design ramp
 Excavability / kemampuan
 Mengetahui gangguan kestabilan lereng
 Design blasting
 Sifat fragmentasi overburden dan bahan
galiannya
 Penentuan tahapan penggalian
 Besaran tiap penggalian
 Design dan dimensi penggalian
 Dimensi dan kestabilan pillar serta strategi
penyanggaan
 Kekuatan bijih, bahan galian
 Design lobang masuk
 Penentuan lokasi dan design lobang akses
 Design penggalian
 Design tumpukan waste
 Mengkaji kegagalan/ gangguan lereng
 Design ambrukan

Beberapa karakteristik yang perlu dilakukan dalam


mengetahui karakteristik geoteknik daerah, meliputi :
 Insitu testing
 Analisis laboratorium
 Pemetaan joint
 Studi retakan
 Studi kekuatan batuan
 Pengaruh air
 Kondisi geologi dan hidrologi
 Rupture

Untuk tambang terbuka, kestabilan lereng adalah salah


satu faktor penting dalam membuat design dan
pelaksanaan tambang terbuka.
Design dari lereng yang stabil akan mempunyai
dampak yang besar terhadap keekonomian dari
tambang. Program pemantauan yang terus menerus
atas kestabilan lereng jangka panjang, adalah penting
untuk menjamin bahwa bahaya dari personil, peralatan,
bangunan dan infrastruktur lain di sekitar daerah
tambang serta kelangsungan tambang dapat dijaga
dengan baik.

Beberapa studi geoteknik yang sering dilakukan dalam


industri pertambangan antara lain :
 Analisis dan monitoring kemantapan lereng
 Audit geoteknik dan analisis resiko
 Design dan audit penyanggaan
 Karakterisasi dan model masa batuan (rock mass)
 Ambrukan dan stabilisasi permukaan tanah
 Kriteria geoteknik untuk design tambang
 Kajian geoteknik untuk studi kelayakan

 Studi Hidrogeologi
Tergantung metode penambangan yang akan sedang/
sedang diterapkan, studi hidrogeologi wajib dilakukan
dalam rangka untuk mengetahui dan untuk keperluan
antara lain :
 Hidrologi air permukaan dan air bawah tanah
 Pengeringan tambang
 Studi kegiatan tambang terhadap air permukaan
dan air bawah tanah
 Sistem drainase
 Dampak perubahan/ naiknya kembali air bawah
tanah terhadap kestabilan dan efek kimia di
tambang bawah tanah
 Pengaruh kegiatan tambang terhadap
pemanfaatan air permukaan dan bawah tanah
 Kualitas air
 Porositas, permeabilitas, patahan, retakan
 Zone aquifer dan sifat hidroliknya
 Daerah tangkapan air
 Manajemen air tambang (pengeringan tambang,
water treatment, pengalihan sungai, kontrol air
asam tambang dan sebagainya)

 Studi Kelayakan
 Ruang Lingkup Studi Kelayakan
Ruang lingkup dalam penyusunan studi
kelayakan meliputi beberapa aspek yaitu aspek
teknis, aspek K3, aspek lingkungan, aspek
ekonomi, aspek sosial / hukum, aspek pasca
tambang, dan aspek lainnya.

 Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam


pembuatan studi kelayakan
 Kajian keadaan bahan galian/ cadangan
 Kajian geoteknik
 Kajian geohidrologi
 Kajian Penambangan
 Kajian Pengolahan/ pemurnian
 Kajian pengangkutan
 Kajian K3
 Kajian Lindungan Lingkungan
 Kajian Pengembangan masyarakat
 Kajian Pasca Tambang
 Kajian Ekonomi

 Perencanaan Tambang

Perencanaan adalah penentuan persyaratan yang harus


dipenuhi dari segi teknik dan ekonomi serta urutan
pelaksanaan teknis dari berbagai sub kegiatan yang
harus dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran kegiatan tersebut.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam


perencanaan tambang antara lain :
1. Studi kelayakan
Awal dari perencanaan tambang adalah studi
kelayakan yang telah disusun dan disetujui untuk
dilaksanakan oleh perusahaan
2. Jumlah cadangan dan Umur Tambang
Perhitungan jumlah cadangan harus akurat karena
terkait erat dengan rencana produksi, umur alat
dan umur tambang
Apabila umur tambang relatif singkat/ pendek,
maka perhitungan kebutuhan alat harus sesuai
dengan umur tambang tersebut
3. Stripping Ratio
Perlu perhitungan berapa luas daerah yang akan
ditambang, jumlah tanah penutup yang akan
digali, jumlah bahan galian yang akan terambil,
lokasi pembuangan tanah penutup apakah dapat
menampung tahah galian yang dihasilkan.
4. Batas maksimum kedalaman tambang
Batas maksimum kedalaman tambang dan
dimensi jenjang ditentukan oleh kadar/ kualitas,
ketebalan, kemiringan bahan galian dan ketebalan
tanah penutup.
5. Cut off grade
Yang dimaksud dengan cut off grade yaitu kadar/
kualitas terendah atau kadar/ kualitas terendah
rata-rata yang masih memberikan keuntungan
apabila bahan galian tersebut ditambang
Cut off grade sangat berpengaruh pada jumlah
cadangan dan umur tambang. Apabila cut off
grade turun maka cadangan akan bertambah
besar demikian juga umur tambang akan menjadi
bertambah atau sebaliknya.
6. Pengaruh struktur geologi
Struktur geologi akan sangat berpengaruh
terhadap stabilitas lereng, terutama pada daerah
sedimen. Struktur tersebut meliputi : retakan,
patahan dan lipatan. Bila kondisi batuan cukup
kuat, maka sudut lereng akan menjadi lebih besar
daripada di daerah sedimentasi.
7. Menentukan dimensi jenjang
Dimensi jenjang yaitu : panjang, lebar dan tinggi,
perlu dibuat dengan benar yang bertujuan agar
jenjang tersebut mampu menampung seluruh alat
yang beroperasi dengan aman.
Untuk menentukan dimensi jenjang perlu adanya
geoteknik dan geohidrologi.
8. Memilih sistem penirisan yang sesuai
Dengan studi geohidrologi dapat diketahui
tingkat kejenuhan dari batuan, sehingga
perencanaan dari jenjang akurat. Jika jenjang
tersebut mempunyai tendensi banyak
mengandung air maka kemiringan jenjang harus
lebih landai. Untuk mengurangi bahaya
kelongsoran tersebut maka perlu direncanakan
suatu sistem penirisan yang baik
9. Nilai dari bahan galian
Fluktuasi dari harga bahan galian menentukan
jumlah cadangan yang dapat di tambang dan
umur tambang
10. Biaya Produksi
Besarnya biaya yang diperlukan untuk
memperoleh produk (bahan galian) di luar biaya
stripping, dan dinyatakan dalam satuan biaya per
ton atau m3 bahan galian
11. Biaya stripping overburden
Dinyatakan dalam satuan biaya per ton atau m3
bahan galian. Untuk memperoleh besaran
tersebut dikaitkan dengan stripping ratio
12. Penentuan sarana jalan, pelabuhan, lokasi
penimbunan bahan galian dan tanah penutup,
gudang, bengkel, kantor, mess karyawan dan
lain-lain.

 Pengolahan/ Pemurnian
Pengolahan dan atau pemurnian merupakan aspek
penting selanjutnya setelah penambangan. Aspek ini
juga penting untuk direncanakan dan dilaksanakan
secara benar karena seberapa besar pun optimalnya
pelaksanaan penambangan, kalau proses pengolahan/
pemurnian yang membuat bahan galian hasil tambang
itu laku dijual, tidak sesuai atau kurang efektif dan
optimal, maka pendapatan dari hasil kegiatan tambang
secara keseluruhan juga kurang optimal. Untuk itu
mengusahakan proses pengolahan mendapatkan
recovery yang maksimal dan terciptanya peningkatan
nilai tambah yang maksimal adalah tujuan dari
perusahaan maupun pemerintah.

 Kriteria Penentuan Pengolahan


Dalam pengolahan/ pemurnian beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
 Pemilihan metode pengolahan /pemurnian
 Sifat fisik, besar butir, derajat liberasi,
kekerasan, titik lebur, jenis mineral
/compound dari bijih/ mineral dan
pengotornya
 Uji coba pengolahan
 High grade
 Upaya untuk mengambil mineral ikutan
 Perhitungan neraca bahan (material balance)
 Kadar / kualitas produk
 Recovery
 Kadar tailing

 Kriteria Penentuan Metode Pengolahan


Dalam penentuan metode pengolahan, beberapa
kondisi yang perlu dipertimbangkan antara lain :
 Macam dan komposisi mineral dalam bahan
galian
 Kadar masing-masing mineral dalam bahan
galian
 Besar ukuran dan distribusi ukuran
 Macam dan tipe ikutan mineral-mineralnya
 Derajat liberasi mineralnya
 Sifat fisik mineralnya seperti berat jenis,
kemagnitan, konduktivitas listrik, dan
sebagainya
 Persyaratan kualitas bahan galian sebagai
bahan baku untuk ekstraksi logam atau
untuk suatu industri.

 Langkah-langkah dalam unit Operasi


Pengolahan/ Pemurnian
 Kominusi (linerasi partikel)
 Klasifikasi partikel :
Dimensi (screening)
Perbedaan dalam density dan massa
(hydraulic sizing)
 Pemisahan padatan dan cairan :
Thickening
Filtrasi
 Pemisahan antara padatan dan padatan :
Perbedaan density
Flowing film konsentrasi
Hindered settling (jigging)
Flotasi
Aglomerasi
Kekuatan magnit
Kekuatan elektrostatik
 Leaching dan agitasi
 Material handling

 Studi Metalurgi
Uji coba metalurgi perlu dilakukan untuk mengetahui
bagaimana mengekstraksi logam dari bijih yang telah
diolah, termasuk peralatan dan reagen kimia apa yang
paling tepat. Untuk hal tersebut maka faktor yang
diperlukan adalah mengetahui sifat dari bijih tersebut
meliputi berat jenis, kekerasan, ukuran butir dan lain-
lain.

 Bulk Sampling
Yang perlu dipertimbangkan dalam bulk sampling
antara lain maksud dan tujuan dari bulk sampling
apakah untuk mengetahui kualitas yang pasti, atau
untuk menentukan rencana peralatan yang dipakai :
 Penentuan lokasi bulk sampling
 Hasil eksplorasi yang pernah dilakukan
sebelumnya pada daerah bulk sampling (keadaan
bahan galian dan kualitas)
 Apabila terjadi perbedaan antara hasil uji analisa
kualitas dari bulk sampling dengan hasil
eksplorasi sebelumnya maka perlu dilakukan
eksplorasi ulang yang lebih rinci.

 Konstruksi
Ruang lingkup kegiatan konstruksi meliputi antara
lain : penyiapan sarana dan prasarana (infrastruktur),
pengupasan/ pembersihan lahan, penyiapan pondasi
peralatan, penyiapan alat berat dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
konstruksi :
 Penyiapan prasarana dan sarana harus sesuai
dengan RKAB
 Pembangunannya perlu dikoordinasikan dengan
Pemda/ Dinas Pertambangan setempat sesuai
dengan peruntukan lahan.

 Penambangan
Untuk menghasilkan produksi yang maksimal dan
sebagian besar cadangan dapat terambil (recoverable)
serta aman dalam pelaksanaannya, maka beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
 Pemilihan metode penambangan yang paling
tepat
 Tahapan penambangan dan penentuan urutan
blok penambangan
 Penanganan overburden
 Penanganan bahan galian berkadar marjinal
 Peta dan profil perencanaan tambang seperti
rencana kemajuan tambang, peta rona awal
tambang, rencana rona akhir tambang, layout
tambang dan sebagainya.
 Perencanaan tahapan penambangan dan
penentuan urutan blok penambangan perlu
mempertimbangkan apakah sudah benar/ sesuai
sehingga siklus proses penambangan dapat
berjalan dengan lancar menghasilkan jumlah dan
kualitas/ kadar produksi sesuai yang
direncanakan. Dalam perencanaan tahapan
penambangan ini perlu diperhatikan upaya
pengamanan tanah pucuk, sinkronisasi rencana
back-filling, jadwal pelaksanaan reklamasi pada
daerah yang telah selesai ditambang.
 Penanganan overburden juga tidak kalah
pentingnya untuk diperhatikan dalam usaha
tambang, karena penanganan yang tidak tepat
dapat mengganggu pelaksanaan penambangan,
menimbulkan bahaya dan bahkan membahayakan
lingkungan hidup. Beberapa hal yang pelu
diperhatikan adalah
 Jumlah overburden yang akan diproduksi
per tahunnya,
 Lokasi penimbunan yang aman, tidak
mengganggu operasi penambangan
 Cukup daya tampungnya
 Pengamanan untuk tidak terjadi longsor
 Terbentuknya air asam tambang
 Kekeruhan air permukaan
 Ketinggian dan lereng tumpukan
 Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam
mengamankan dan melaksanakan reklamasi pada
daerah penimbunan perlu dilakukan
 Penanganan hasil tambang yang berkadar
marjinal sering kurang mendapat perhatian, yang
sebetulnya suatu saat dapat mempunyai nilai
yang berarti dan menambah pendapatan bagi
perusahaan dan pemerintah. Upaya dalam
penanganan bahan galian berkadar marjinal perlu
dilakukan, termasuk dokumentasinya antara lain
lokasi, jumlah, sebaran, tebal dan kualitasnya.
 Peta dan profil perencanaan tambang sebagai
bukti visualisasi secara konkrit dari perencanaan
tambang perlu dibuat sesuai standar peta
perencanaan tambang yang lazim/ benar, jelas
dapat diikuti/ dibayangkan , lengkap, berurutan
dan saling terkait.
Skala peta harus memadai, peta dasar topografi
dan sebaran bahan galiannya juga harus benar
dan memadai.
Beberapa peta profil yang lazim dibuat antara
lain : peta rencana kemajuan tambang, peta rona
awal tambang, rencana rona akhir tambang,
layout tambang dan sebagainya.
Disamping peta dan profil rencana tambang, juga
perlu dibuat gambar design tambang dan design
konstruksi bukaan dan detail teknis lainnya.

 Metode Penambangan
Metode penambangan yang dipilih sesuai dengan
bentuk, sebaran, posisi bahan galian dan sudah
mempertimbangkan kondisi tanah penutup atau
batuan induk/ batuan sampingnya, serta kondisi
struktur geologi yang ada.

Apakah metode penambangan yang akan


dilakukan dapat menambang sebagian besar
cadangan yang dihitung dan menjamin keamanan
kerja, sehingga penentuan lebar/ tinggi jenjang
perlu diperhatikan, upaya dan jenis penyanggaan,
bolting, ventilasi, dan penirisan perlu ditelaah.

 Kriteria Penentuan Metode Penambangan


1) Pertimbangan-pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam penentuan metode
tambang terbuka :
 Keadaan bahan galian; panjang, lebar
dan tebal dari bahan galian menjadi
dasar utama dalam memilih suatu
metode tambang terbuka
 Kemiringan bahan galian; kemiringan
bahan galian yang besar sangat
berpengaruh terhadap pemilihan
metode
 Keadaan topografi
 Kadar/kualitas bahan galian
 Harga bahan galian terhadap pasar
 Stripping ratio
 Cut off grade
2) Pertimbangan-pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam pemilihan metode
tambang bawah tanah :
 Panjang, lebar dan tebal bahan galian;
data tersebut sangat menentukan
ukuran stope yang maksimum dapat
dibuat.
 Kemiringan bahan galian; besar
kecilnya kemiringan bahan galian
memungkinkan untuk memanfaatkan
gravitasi dalam operasinya sehingga
mengurangi tenaga/ peralatan
pengangkutan bahan galian ketempat
yang disediakan
 Kedalaman penambangan : pada
kedalaman yang besar, memungkinkan
rock failure dapat terjadi, kondisi ini
disebabkan karena beban yang diterima
menjadi semakin besar sehingga
memungkinkan kelemahan daya tahan
batuan
 Pengaruh waktu; dalam metode
penambangan yang menggunakan pilar,
apabila dibiarkan dalam waktu yang
cukup lama maka strength-stress ratio
akan menjadi lebih kecil.
 Kualitas/ kadar bahan galian;
penambangan pada bahan galian yang
berkadar rendah kadang-kadang
memerlukan metode besar-besaran,
yang kurang memperhatikan recovery
penambangan.
 Fasilitas lokal; tersedianya tenaga kerja
dan material penunjang pada daerah
setempat, apabila biaya buruh tinggi,
maka metode yang dipakai dalam
penambangan harus yang mempunyai
mekanisasi tinggi juga, tersedianya
kayu dan material pengisi/ filling
mempengaruhi penerapan metode yang
akan dipilih.
 Modal yang tersedia; pada perusahaan
dengan modal kecil memerlukan
development yang murah, juga metode
yang cepat mendapatkan hasil.
 Batas dengan badan bijih (ore body)
lain; tingkat tegangan yang tinggi
mungkin timbul pada pillar di
permukaan kerja yang berdekatan,
maka untuk menjaga tingkat aman
maka diperlukan filling pada stope
bekas penambangan untuk mengurangi
tegangan yang tinggi.
 Strength dan karakteristik fisik bijih
dan batuan dinding atau material yang
berada di atas bijih; kondisi tersebut
sangat berpengaruh terhadap
kompetensi, amblesan, kemudahan
pemboran, karakteristik breaking, cara
handling yang cocok, cara ventilasi dan
cara pemompaan.
Tabel
Hubungan Kemiringan Endapan Terhadap Metode Penambangan
DIP Metode Penambangan Keterangan
Flat Room and Pillar Badan bijih
mendatar kuat

Flat Longwall Badan bijih


lapisan tipis

Medium Room and pillar Badan bijih kuat

Medium Inclined room and Kemiringan bijih


pillar tidak mekanisasi
Medium Step room and pillar Badan bijih
stepping yang
memungkinkan
mekanisasi
Medium Longwall Badan bijih
lapisan tipis
Medium Cut and fill Badan bijih kuat,
selektif dan
mekanisasi
Medium Square set Bijih berkadar
tinggi dengan
batas teratur
Steep Sublevel Badan bijih kuat
dengan batas yang
teratur
Steep Shrinkage Bijih kuat, batas
teratur,
pengambilan bijih
tertunda
Steep Cut and Fill Badan bijih kuat,
selektif dan
mekanisasi
Steep Sublevel caving Badan bijih besar,
perlu development
extensive
Steep Block caving Badan bijih
massive, perlu
development
extensive
Steep Longwall Badan bijih
lapisan tipis
Steep Square set Bijih berkadar
tinggi, tenaga
buruh intensif
Keterangan : 1. Flat dip : 00 - 200
2. Medium dip : 200- 500
3. Steep dip : 500- 900

 APLIKASI METODE TAMBANG TERBUKA


TERHADAP KONDISI BAHAN GALIAN
DENGAN TANAH PENUTUP

1. Open Pit
Untuk pemilihan metode ini harus diperhatikan :
 Kondisi batuan dan bahan galian
 Bentuk bahan galian, lebih cocok untuk bentuk
lenticular atau tabular
 Ukuran dan ketebalan bahan galian
 Kedalaman bahan galian (tergantung peralatan,
batas nilai ekonomis dan stripping ratio)

2. Quarry
Untuk pemilihan metode ini harus diperhatikan :
 Jenis bahan galian untuk industri
 Kondisi batuan dan bahan galian
 Bentuk bahan galian tebal berlapis atau massive
 Kemiringan bahan galian kecil
 Ukuran bahan galian besar dan tebal
 Bahan galian uniform
 Kedalaman rendah sampai menengah

3. StripMine
Untuk pemilihan metode ini perlu diperhatikan :
 Bahan galian relatif mendatar
 Bahan galian cukup kompak
 Bentuk bahan galian tabular, berlapis
 Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal
atau sedikit miring
 Kedalaman kecil (nilaiekonomi tergantung
stripping ratio, teknologi peralatan)

4. Alluvial Mining
Untuk pemilihan metode ini perlu diperhatikan :
 Bahan galian permukaan yang dangkal
 Sedikit kompak atau mendekati pasir
 Harus cukup banyak air (untuk proses basah)
 Geomtri bahan galian tidak teratur
 Bahan galian tebal/ tipis.

 APLIKASI PEMILIHAN METODE TAMBANG


BAWAH TANAH

Setiap metode tambang bawah tanah sudah


mempunyai aplikasi yang spesifik, namun pada
pelaksanaan penambangan bisa terjadi aplikasi suatu
metode tidak secara menyeluruh memenuhi ketentuan
yang ditentukan. Selain itu dapat terjadi suatu bahan
galian mempunyai kondisi yang memungkinkan
(cocok) untuk aplikasi beberapa metode, sehingga
perlu dilakukan evaluasi terhadap metode-metode
tambang bawah tanah dengan memperhatikan
keterkaitan antara kondisi bahan galian dengan metode
penambangannya.

Metode Stope dengan Penyanggaan Alamiah


dibedakan menjadi :
1. Open stope dengan underhand stoping
Pemilihan metode ini harus diperhatikan :
 Bahan galian dengan ketebalan 3-4 m
 Kemiringan ± 500 yang memungkinkan
memanfaatkan gravitasi pada pemindahan
broken ore
 Jarang digunakan sebagai metode utama
dalam suatu penambangan bijih, kebanyakan
hanya sebagai metode tambahan saja untuk
mengambil badan bijih yang terpisah dari
badan bijih utama atau bagian dari badan
bijih utama yang memberikan kondisi yang
cocok
 Hanging wall dan foot wall kompeten, untuk
mengurangi pemakaian ore pillar.
 Bijih boleh tidak kompeten, karena bijih
akan menjadi tempat berpijak pekerja.

2. Open Stope dengan Overhand Stoping


Pemilihan metode ini harus memperhatikan :
 Bahan galian dengan ketebalan 3-4 m
 Kemiringan ± 500 yang memungkinkan
memanfaatkan gravitasi pada pemindahan
broken ore
 Pada urat dengan kemiringan besar (lebih
besar 500) pekerja tidak bisa berdiri di
footwall, sehingga perlu membuat platforms
untuk berpijak.
 Jarang digunakan sebagai metode utama
dalam suatu penambangan bijih, kebanyakan
hanya sebagai metode tambahan saja untuk
mengambil badan bijih yang terpisah dari
badan bijih utama atau bagian dari badan
bijih utama yang memberikan kondisi yang
cocok
 Hanging wall dan foot wall kompeten, untuk
mengurangi pemakaian ore pillar.
 Badan bijih yang kompeten

3. Open Stope dengan Breast Stoping (room and


pillar)
Pemilihan metode ini harus memperhatikan :
 Cebakan tidak begitu bernilai tinggi, yang
mengizinkan sejumlah bijih ditinggal
sebagai pilar
 Cebakan dengan ketebalan tidak lebih dari
tujuh meter
 Cebakan yang mempunyai ketebalan lebih
dari tujuh meter masih memungkinkan
ditambang, tetapi kehilangan bijih pada
pillar dan bahaya runtuhan dari atap
semakin besar
 Cebakan mendatar sampai kemiringan 20-
500 (moderately steep)
 Horizontal mining yaitu room and pillar
yang diterapkan untuk cebakan mendatar
atau hampir mendatar.
 Inclined mining yaitu room and pillar yang
diterapkan untuk cebakan dengan
kemiringan 20-300 , penambangan dilakukan
searah kemiringan cebakan dan tidak
memungkinkan pemakaian mobile
equipment.
 Step Mining yaitu room and pillar yang
diterapkan untuk cebakan dengan
0
kemiringan 30-50 , penambangan dilakukan
secara berurutan untuk menghasilkan daerah
kerja dengan kemiringan yang
memungkinkan penggunaan mobile
equipment.
 Bijih, batuan atap dan lantai harus kuat
untuk mengurangi lebar pillar
 Kedalaman tidak terlalu besar untuk
mengurangi beban yang harus disangga
pillar.

4. Sublevel stoping
Pemilihan metode ini perlu diperhatikan :
 Paling ideal untuk cebakan dengan
kemiringan 50-900 (steeply) yaitu
kemiringan footwall lebih besar dari pada
sudut gelincir broken ore
 Hanging wall dan foot wall harus kompeten
 Bijih harus kompeten
 Bijih dengan batas dan penyebaran kadar
merata
 Untuk bijih sulfida yang memerlukan
pengolahan dengan flotasi.

5. Stope dengan Penyangga Buatan


Stope dengan penyangga buatan dapat dibedakan
menjadi :
 Cut and Fill Stoping
Pemilihan metode ini perlu diperhatikan
bahwa :
 Urat sempit sampai lebar (1-70 m)
 Badan bijih dengan bentuk teratur
untuk menghindari losses dan dilusi.
 Ketebalan bijih lebih dari satu m
 Hangingwall dan footwall dinding
cukup stabil, sehingga tidak terjadi
crushing dan spaling bila broken ore
diambil
 Untuk bijih dengan broke ore nya tidak
menggumpal bila ditumpuk dalam
waktu lama di dalam stope (bila
ditumpuk dalam waktu lama, broken
sulphide ores bisa teroksidasi dan
terjadi spontaneous combustion)
 Bijih harus kuat, sehingga penyanggaan
pada atap bisa seminimal mungkin
 Kadar sebaiknya seragam, karena
memungkinkan sorting.

6. Square-set stoping
Pemilihan metode ini perlu diperhatikan :
 Metode ini dahulu banyak diaplikasikan,
saat ini sudah digantikan dengan metode
caving dan cut and fill
 Cebakan dengan ketebalan lebih besar dari
tiga meter
 Pada cebakan yang tidak kompeten, stope
memerlukan penyanggaan yang sistimatis
dengan pengkayuan.
 Cebakan dengan kondisi struktural yang
berubah-ubah, yang mempunyai off-shoots
dan kantong-kantong dengan batas yang
tidak teratur
 Cebakan belum diketahui atau sangat sedikit
diketahui tentang karakter batuannya.
 Cebakan bijih sulfida yang dapat terkena
oksidasi
 Untuk mengambil pillar yang terletak
diantara dua stope
7. Stull Stoping
Pemilihan metode ini perlu diperhatikan :
 Badan bijih dengan ketebalan kurang dari 5-
7m
 Badan bijih dengan kemiringan 50-900 yang
memungkinkan pemanfaatan gravitasi
 Badan bijih dengan kemiringan kurang dari
450 memerlukan slushes untuk mengambil
broken ore
 Badan bijih kadar tinggi yang lebih
memerlukan recovery tinggi dibandingkan
biaya penambangannya.
 Sebagai alternatif metode cut and fill bila
material filling tidak tersedia atau bila
tersedia pasokan kayu yang murah
 Batuan dinding cukup kompeten, sehingga
rongga bekas penambangan tidak perlu di
filling.

8. Longwall Mining
Pemilihan metode ini harus diperhatikan :
 Hanya untuk cebakan tipis (± dua meter)
dengan ketebalan merata, umumnya lapisan
dengan penyebaran mendatar
 Untuk kondisi batuan kompeten atau
inkompeten (misal untuk tambang batubara)
karena daerah kerja akan disangga
 Kemiringan badan bijih kurang dari 300.
9. Metode Caving
a) Sublevel caving
Pemilihan metode ini harus diperhatikan :
 Ideal untuk badan bijih besar yang
cukup kompeten, yang tidak cocok
untuk sub-level stoping ataupun tidak
cocok untuk block caving (karena tidak
cukup baik untuk menghasilkan caving)
 Juga untuk badan bijih sempit dengan
kemiringan 50-900 (steeply) dan
mempunyai dimensi vertikal yang besar.
 Pemahaman terhadap sublevel caving
yang semakin baik, memungkinkan
metode ini bisa menggantikan metode
cut and fill.
 Cocok untuk badan bijih segala
kedalaman di mana tidak tergantung
pada dinding batuan kompeten
 Terjadi runtuhan yang menerus pada
hangingwall selama proses
pengambilan bijih untuk kondisi yang
mengizinkan terjadinya dilusi dengan
waste dan losses.
 Cocok untuk bijih dimana mineral
berharga dan waste rock bisa secara
mudah dipisahkan (misal dengan proses
pemisahan magnetik yang sederhana)
 Metode ini masih baru dan belum
secara menyeluruh dimengerti
b).Block caving
Pemilihan metode ini harus diperhatikan :
 Untuk urat yang lebar dan lapisan tebal,
cebakan massive yang homogen
 Batuan penutup mempunyai sifat
runtuh (caving)
 Bijih bersifat cukup kuat (tidak runtuh)
saat berlangsung development
(pembuatan undercut) dan segera
runtuh bila undercut diledakkan.
 Daerah penambangan relatif kering
 Diperlukan kadar yang terdistribusi
cukup seragam
 Kondisi ideal aplikasi block caving
adalah cebakan porphyry copper yang
mempunyai bijih dan capping yang
lemah.

 Pelaksanaan Penambangan
Dalam pelaksanaan penambangan harus disesuaikan
dengan studi kelayakan yang telah disetujui instansi
pemerintah yang berwenang
Pelaksanaan penambangan dimulai dari awal blok
penambangan yang telah ditentukan sesuai dengan
tahapan yang telah direncanakan dalam studi
kelayakannya.
Kemajuan tambang (dilengkapi dengan peta) harus
dilaporkan secara berkala setiap tiga bulan sekali
(laporan triwulan) dan setiap tahun (laporan tahunan)
kepada pemerintah sesuai dengan format yang berlaku.
Bila terjadi perubahan penambangan/ tidak sesuai
dengan perencanaan dalam studi kelayakannya, maka
harus dilaporkan kepada instansi pemerintah yang
berwenang.

 Produksi

Dalam aspek produksi beberapa hal yang perlu


diperhatikan antara lain :
 Sinkronisasi antara cadangan yang telah
tertambang , produksi run off mine (ROM) dan
jumlah produksi siap jual sesuai rencana
 Terjaminnya kualitas produksi
 Upaya untuk memproduksi bahan galian ikutan
(nilai tambah/ konservasi)

 Pengangkutan
Dalam aspek pengangkutan, yang harus diperhatikan
antara lain sinkronisasi antara kapasitas alat angkut
dengan jumlah material yang akan diangkut
berdasarkan kondisi prasarana dan jaraknya. Untuk
perencanaan teknis prasarana transportasi harus
memperhatikan data studi geoteknik

 Penjualan
Penjualan harus dikontrol secara ketat karena
berhubungan dengan kepentingan yang menyangkut
pihak konsumen baik kualitas maupun kuantitasnya.
Apakah dalam kontrak penjualan, mineral ikutan yang
ada telah dihargai dan harganya sudah wajar.
 Peralatan
Sinkronisasi peralatan disesuaikan terhadap kondisi
bahan galian dan medan kerja sehingga didapatkan
efektifitas alat yang maksimum. Perhitungan terhadap
umur pakai dan nilai akhir peralatan harus
diperhatikan untuk memprediksi reinvestasi alat baru.

 Kontrak Kegiatan Teknis Pertambangan

Sebagian kegiatan teknis pertambangan sering


dilaksanakan/ dikontrakkan kepada pihak ketiga,
namun harus kepada perusahaan yang mempunyai
standar kompetensi bidang jasa pertambangan.
Pelaksanaan kegiatan teknis pertambangan yang
dikontrakkan kepada pihak ketiga, tetap menjadi
tanggung jawab perusahaan tambang tersebut
mencakup :

a. Melaksanakan RKAB yang telah disetujui


b. Terciptanya praktek teknis pertambangan yang
baik dan benar
c. Pelaksanaan K3 dan lindungan lingkungan
d. Melaksanakan upaya peningkatan nilai tambah
dan pengembangan wilayah dan masyarakat di
sekitar tambang

Agar pelaksanaan kegiatan pertambangan oleh pihak


ketiga dapat memenuhi kaidah pertambangan yang
baik, maka kontrak teknis pertambangan wajib
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Hubungan kontrak dibangun atas dasar prinsip
pencegahan, partisipasi, tanggung jawab dan
akuntabilitas
b. Kedua belah pihak harus sepakat dan bertanggung
jawab penuh terhadap kewajiban perusahaan
tambang
c. Kedua belah pihak wajib mempunyai sistem
manajemen, SOP yang sesuai dengan tingkat resiko
kegiatan.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam


penyiapan dokumen kontrak dan proses lelang serta
manajemen kontrak pertambangan adalah sebagai
berikut :
1. Spesifikasi kontrak wajib disiapkan pihak
perusahaan tambang dan memuat antara lain :
 Rincian detail atas pekerjaan yang akan
dikontrakkan dan tingkat keberhasilan dan
resiko bahaya dari pekerjaan
 Ketentuan teknis dan K3 yang akan
dimasukkan dalam kontrak
 Rincian peralatan yang harus kontraktor
sediakan
 Informasi sejauhmana pekerjaan yang
dikontrakkan saling berpengaruh
 Sistem manajemen, perencanaan dan SOP
untuk mengontrol resiko
 Penilaian untuk mengetahui bahwa
kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan standar yang ditentukan,
dengan cara mengetahui :
 Sistem manajemennya
 Kepemimpinannya
 Manajemen sumber daya manusianya
 Kemampuan partisipasi dan cara
mengontrol bahaya
2. Penyiapan tender, pihak ketiga/ kontraktor wajib :
 Menyiapkan seluruh informasi tentang
pekerjaan yang dikontrakkan
 Mempunyai keyakinan yang sama dengan
pihak perusahaan tambang atas resiko dari
pekerjaan
 Melakukan identifikasi rencana proposal
agar memenuhi spesifikasi pihak perusahaan
 Membuat proposal tender yang dapat
memberi gambaran bahwa kontraktor dapat
memenuhi spesifikasi yang diminta
perusahaan tambang.
3. Evaluasi tender, pihak perusahaan tambang wajib
melakukan kegiatan
4. Mengevaluasi dokumen proposal kontraktor
khususnya dalam hal teknis pertambangan K3
5. Melakukan pengecekan tentang cara kerja, SDM,
biaya dan peralatan yang akan digunakan
kontraktor, apakah memenuhi standar teknis
pertambangan dan K3.
6. Penilaian dan pemilihan kontraktor agar
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
 Yang mengerti paling baik terhadap jenis
dan target, serta resiko pekerjaan
 Yang paling mampu melaksanakan
pekerjaan dengan efisien, efektif dan aman.
 Yang mempunyai manajemen teknis
pertambangan dan K3 yang paling baik
 Pengalaman kerja calon kontraktor
7. Finalisasi membuat surat kontrak kerja teknis
pertambangan, agar dicantumkan beberapa hal
antara lain :
 Peraturan perundangan yang harus dipatuhi
 Sertifikasi
 Ketentuan konsultasi dan partisipasi
 Ketentuan pencegahan
 Tanggung jawab dan akuntabilitas kedua
belah pihak
 Tolok ukur kinerja teknis pertambangan K3
 Penyelesaian masalah/ konflik
8. Manajemen kontrak kerja kegiatan teknis
pertambangan, agar dilakukan kegiatan antara
lain :
 Mengetahui kesiapan kontraktor
 Mengelola kontrak agar target teknis
pertambangan dan K3 dapat tercapai
 Melakukan evaluasi apakah kontraktor
menunjukkan kinerja yang baik
 Melakukan dokumentasi kegiatan konsultasi,
rapat, SOP, pelatihan, induksi, laporan
inspeksi, investigasi kecelakaan dan
kegagalan terpenuhinya praktik teknis
pertambangan yang baik.
 Melakukan tegoran kalau ada isu/
permasalahan
 Kalau ada masalah harus diarahkan untuk
menyelesaikan masalah, tidak saling
menyalahkan

 Kesimpulan

1. Kegiatan teknis pertambangan merupakan hal


penting untuk dikaji secara mendalam dan
dilaksanakan secara benar, karena kegiatan ini
sangat berkaitan dengan bidang kerja yang lain
seperti K3, lingkungan dan nilai tambah serta
keterkaitan dengan Pemda dan masyarakat secara
langsung.
2. Kegiatan eksplorasi detail harus baik dan benar
serta didukung oleh data yang mutakhir karena akan
berpengaruh terhadap keakuratan penetapan
wilayah eksploitasi. Untuk menindaklanjuti
kegiatan tersebut perlu adanya kajian-kajian yang
sangat menunjang rencana penerapan metode
penambangan, metode pengolahan antara lain kajian
geoteknik, geohidrologi, kajian/ studi metalurgi dan
lain-lain.
3. Selama kegiatan penambangan berlangsung perlu
adanya pengawasan terhadap realisasi dari rencana
kerja yang telah disusun dalam kegiatan studi
kelayakan/ RKAB sehingga apabila terjadi
penyimpangan/ perbedaan maka segera diadakan
penilaian kembali mengenai penyebab dari
perbedaan tersebut. Penggunaan terhadap jasa pihak
ketiga/ kontraktor, maka perlu adanya pengaturan/
pedoman kontrak antara perusahaan dan pihak
kontraktor.
4. Apabila faktor teknis tersebut dilaksanakan dengan
baik, maka pengelolaan pertambangan yang baik
dan benar akan terwujud sehingga optimalisasi
pemanfaatan bahan galian dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai