Webinar
45 Days Knowledge Sharing
Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan
2 Maret 2022
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
ISI PAPARAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
1. Pendahuluan
2. Ketentuan-ketentuan Perencanaan Lereng Galian dengan Metode Empirik
3. Pemetaan
4. Kondisi Geologi
5. Alur Perancanganan Pekerjaan Geoteknik
6. Penyelidikan Lapangan
7. Metode Transport Research Board (TRB, 1973)
8. Metode Japan Public Work Research Institute (Japan PWRI, 2004)
9. Tipikal Potongan Melintang Lereng Galian
❑ Tanah bawah permukaan sangat kompleks dan mempunyai sifat-sifat yang tidak seragam dan
lereng galian cenderung secara bertahap menjadi tidak stabil setelah pekerjaan galian selesai
(Japan PWRI, 2004.)
❑ Hong Kong Geotechnical Engineering Office (GEO, 2000) :
➢ Penyelidikan tanah hanya dapat memperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan
lereng; oleh karena itu, pada situasi tertentu pendekatan analitis tidak dapat memberikan
hasil yang memuaskan
➢ Terdapat beberapa lereng galian yang tetap stabil selama beberapa tahun walaupun hasil
analisis stabilitas secara analitis mengindikasikan nilai faktor keamanannya kurang dari satu
(FK < 1)
➢ Pada beberapa kondisi tanah dan batuan, pertimbangan teknis yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman kondisi lapangan (pendekatan empiris) diakui lebih penting
dibandingkan dengan hasil dari analisis numerik (pendekatan analitis)
Wesley (2010):
❑ Secara sederhana, proses perencanaan terdiri dari langkah-langkah:
➢ Mengumpulkan informasi dasar mengenai kondisi tanah, yaitu kondisi geologi di lokasi pekerjaan dan
stratifikasi tanah;
➢ Melakukan pengujian-pengujian yang sesuai, di lapangan atau di laboratorium, untuk menentukan sifat-sifat
tanah, terutama parameter-parameter yang diperlukan dalam analisis
➢ Melakukan analisis dengan menggunakan parameter-parameter yang berhubungan sesuai dengan model
teoritis yang akurat.
❑ Terdapat kecenderungan berpikir bahwa langkah-langkah tersebut merupakan langkah-langkah perencanaan yang
menyeluruh (lengkap), bahkan ada yang berpendapat bahwa analisis (yaitu perhitungan-perhitungan) adalah
merupakan perencanaan (desain).
❑ Pandangan terhadap desain ini menurunkan, atau bahkan meninggalkan aspek non analisis pada perencanaan
geoteknik, yaitu Pengamatan, contoh kasus (preseden), pengalaman, dan pertimbangan teknis.
❑ Aspek ini merupakan komponen penting bagi keseluruhan perencanaan geoteknik, terutama pada saat
menentukan stabilitas lereng alam, dimana komponen aspek analisis mungkin tidak terlalu signifikan dibandingkan
dengan hasil pengamatan secara visual terhadap lereng dan kajian terhadap kondisi geologi.
GEOTEKNIK
Penyelidikan tanah detail
Identifikasi kondisi • Penyelidikan lapangan
Preliminary
tanah dan
investigation • Pengujian laboratorium
permasalahannya
Penyelidikan tanah menentukan stratifikasi tanah dan identifikasi bidang longsor untuk
kebutuhan analisis penanganan yang diperlukan
✓ Jenis penyelidikan
✓ Jumlah penyelidikan
✓ Kedalaman penyelidikan
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
❑ Rentang rasio kemiringan lereng maksimum untuk material penyusun lereng berupa
tanah berbutir kasar dengan material berbutir halus bersifat non plastis (PI < 3)
Rasio Kemiringan Lereng Maksimum (h : v)
No. Muka air tanah rendah (di bawah Muka air tanah tinggi (rembesan air
Uraian
Tanah dasar galian) pada seluruh permukaan lereng)1
Urai/lepas2 Padat3 Urai/lepas2 Padat3
1 Kerikil pasiran (GW, GP) 1.5 : 1 0.85 : 1 3.0 : 1 1.75 : 1
2 Pasir, butiran bersudut-sudut, 1.6 : 1 1.0 : 1 3.2 : 1 2.0 : 1
bergradasi baik (SW)
3 Kerikil lanauan (GM), pasir seragam 2.0 : 1 1.5 : 1 4.2 : 1 3.0 : 1
(SP), dan pasir lanauan (SM)
1 Berdasarkan material dengan kepadatan basah sekitar 2 g/cm3. Kemiringan lereng harus dibuat lebih landai jika
material penyusun lereng mempunyai kepadatan yang lebih besar. Untuk setiap 5% kepadatan yang lebih besar,
menurunkan rasio kemiringan lereng atau ketinggian lereng kira-kira sebesar 10%.
2 Kepadatan relatif maksimum (AASHTO T 99) sekitar 85%
3 Kepadatan relatif maksimum (AASHTO T 99) sekitar 100%
No. Rentang N SPT (tumbukan/30 cm)
1 25 60
2 20 50
3 5 25
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
METODE TRANSPORT RESEARCH BOARD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
❑ Nilai rata-rata rasio kemiringan lereng galian pada batuan dasar (batuan tidak lapuk)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
❑ Material penyusun lereng berupa tanah residual
➢ Terbentuk dari hasil proses pelapukan batuan di tempatnya berada sehingga masih
menyisakan banyak sifat-sifat struktural dan orientasi bidang perlapisan (bedding plane)
yang berasal dari batuan induknya
➢ Material ini biasanya terdiri dari tiga lapisan yang relatif jelas
➢ Lapis 1 : tanah residual
➢ gunakan grafik sesuai dengan ukuran butiran material penyusun lereng
➢ Lapis 2 : batuan lapuk
➢ Jika materialnya bersifat padat dan sistem rekahan belum berkembang dengan baik
→ Gunakan jenis tanah No 1 pada Grafik I dan Grafik II
➢ Untuk material yang lainnya → Gunakan jenis tanah No 2 atau 3 pada Grafik I dan
Grafik II
➢ Lapis 3 : batuan tidak lapuk
➢ Lereng galian pada tanah residual seringkali stabil dengan kemiringan lereng yang lebih tegak
daripada pada tanah sedimen
➢ Kemiringan lereng dapat dibuat dengan kemiringan 45o hingga 80o
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
METODE TRANSPORT RESEARCH BOARD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
(TRB, 1973)
(TRB, 1973)
❑ Desain bench/berm
➢ Jarak vertikal antar bench bergantung pada jenis material penyusun lereng : 6 m – 15 m
➢ Lebar bench : 2.5 m – 3.0 m
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
METODE JAPAN PUBLIC WORKS RESEARCH INSTITUTE KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
(PWRI, 2004)
❑ Menerapkan kemiringan lereng standar yang disusun secara empirik dengan mengasumsikan lereng galian tanpa
perkuatan, kecuali pekerjaan proteksi sederhana, misalnya pemasangan jaring-jaring atau penanaman rumput
❑ Kemiringan lereng adalah untuk lereng tunggal yang tidak mempunyai berm/bench
❑ Perbedaan antara batuan lunak dan batuan keras yang dimaksud di sini dipertimbangkan berdasarkan tingkat
kesulitan pada saat penggalian
❑ Rentang nilai kemiringan standar pada batuan lunak dan batuan keras relatif lebar
➢ penentuan kemiringan lereng batuan hanya berdasarkan pada nilai-nilai standar ini saja akan sukar karena
terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya
❑ Kemiringan lereng standar tidak boleh diterapkan pada
➢ Deposit koluvial atau batuan lapuk lanjut
➢ Batuan yang mudah lapuk
➢ Daerah yang banyak terdapat mata air
➢ Tinggi lereng galian lebih dari 15 m
❑ Batuan yang mengandung mineral monthmorilonit dalam jumlah yang besar,
➢ diperkirakan bersifat ekspansif dan mudah lapuk,
➢ lereng galian harus direncanakan mempunyai kemiringan lereng yang mampu menjamin stabilitas jangka
panjang, yaitu setelah material penyusun lereng galian telah mengalami pelapukan (parameter kuat geser
dalam kondisi residual)
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
METODE JAPAN PUBLIC WORKS RESEARCH INSTITUTE KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
(PWRI, 2004)
(PWRI, 2004)
(PWRI, 2004)
❑ Berm
➢ Dipasang di tengah-tengah lereng galian yang tingginya > 15 m
➢ Lebar 1m – 2 m
➢ Interval ketinggian : 5 m – 10 m bergantung pada jenis tanah/batuan penyusun lereng
➢ Kemiringan melintang : 5% - 10%
➢ Ke arah luar permukaan lereng, jika tidak dibuat fasilitas drainase
➢ Ke arah dalam permukaan lereng, jika dibuat fasilitas drainase
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG LERENG GALIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT