Anda di halaman 1dari 36

PENANGANAN

LONGSORAN RUAS JALAN


PRUPUK, BANYUMAS
OLEH:
DEDE HENDRA
PENI PUSPA HAYATI
SYENI HASTORINI

Wilayah Ciregol merupakan daerah perbukitan yang


terletak di Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes Provinsi
Jawa Tengah. Pada lokasi ini terdapat jalur yang
menghubungkan antara kota Tegal Purwokerto. Bentang
alam sekitar Ciregol merupakan daerah topografi
punggungan landai yang sangat dekat dengan lembah
sungai Pedes dan Sungai Glagah dan berpotensi longsor.
Tata guna lahan sekitar gerakan tanah bagian lereng atas
badan jalan berupa kebun campuran yang didominasi
kebun bambu sedangkan lereng bawah badan jalan berupa
semak belukar dan persawahan. Rembesan air banyak
dijumpai pada tebing sungai. Pada daerah ini sering terjadi
penurunan tanah yang diakibatkan oleh longsong dan

FAKTOR PENYEBAB GERAKANGERAKAN TANAH


Kondisi Geologi : bidang berlapisan batuan
lempung yang searah dengan kemiringan lereng
gerusan sungai.
Keadaan Topografi : lereng yang curam dan
terdapat daerah material debris pourus cukup
luas.
Iklim : curah hujan yang cukup tinggi.
Keadaan Tata Air : sistem drainase daerah lereng

LONGSORAN
Longsoran adalah setiap massa tanah yang terletak di bawah
permukaan tanah yang miring atau di bawah sisi miring dan suatu
galian terbuka memiliki kecenderungan bergerak ke arah bawah
dan ke arah luar karena pengaruh gravitasi dan rembesan
(seepage). Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya
pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Ada
beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa
batuan di tambang terbuka (Hoek and Bray, 1981) yaitu :
1. Longsoran bidang (plane failure)
2. Longsoran baji (wedge failure)
3. Longsoran guling (toppling failure)
4. Longsoran busur (circular failure)

LERENG
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan
tertentu dengan bidang horizontal. Lereng dapat terbentuk secara
alami maupun buatan manusia. Lereng yang terbentuk secara alami
misalnya: lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan
manusia antara lain: galian dan timbunan untuk membuat
bendungan, tanggul dan kanal sungai serta dinding tambang terbuka.
Macam-macam metoda perbaikan lereng adalah sebagai berikut :

Merubah geometrik lereng


Mengontrol drainase dan rembesan
Pembuatan struktur untuk stabilisasi
Pembongkaran dan pemindahan
Perlindungan permukaan lereng
Perbaikan dengan revegetasi

KONSEP STABILITAS LERENG

Faktor keamanan digambarkan dimana pergeseran tanah Faktor


keamanan digambarkan dimana pergeseran tanah harus dikurangi
dengan menempatkan massa tanah pada daerah batas
keseimbangan sepanjang daerah longsoran. Faktor keamanan
didefinisikan:
S
SF f
Sd
Dengan :
SF = faktor keamanan terhadap kekuatan tanah
Sf = kekuatan geser rata-rata dari tanah (kN/m2)
Sd = Tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang
longsor (kN/m2)
Pada umumnya suatu lereng dapat dikatakan stabil apabila faktor
keamanannya lebih besar dari pada satu.

Adapun hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan


terhadap kemungkinan longsoran lereng maupun pada
perancangan lereng dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel nilai Faktor keamanan untuk perencanaan lereng (Sosrodarsono)
Nilai Fk
< 1,0
1,0 1,2
1,3 1,4
1,5 1,7
Faktor
Keamanan
Fs < 1,2
1,2 < Fs < 1,7
1,7 < Fs < 2,0
Fs > 2,0

Keadaan lereng
Tidak mantap
Kemantapan diragukan
Memuaskan untuk pemotongan dan
penimbunan
Mantap untuk bendungan
Kerentanan Gerakan tanah
Tinggi, gerakan tanah sering terjadi
Menengah, gerakan tanah dapat terjadi
Rendah, gerakan tanah dapat terjadi
Sangat Rendah, gerakan tanah sangat

METODE IRISAN

Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama


untuk setiap irisan.
Kekuatan geser material yang tersedia untuk menahan
material sehingga lereng tidak longsor dinyatakan dalam
kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb sebagai berikut:

DINDING PENAHAN TANAH


Fungsi : menahan longsornya tanah dan
mengatasi tekanan tanah aktif dari tanah
Dinding penahan tanah sikatakan stabil jika:

Tidak terguling
Tidak tergeser
Konstruksinya tidak pecah
Tekanan pada tanah tidak melampaui tegangan ijin
Aman terhadap sliding

BORED PILE
Tujuan :
Mencegah kelongsoran dan membantu menahan pergerakan
tanah pada lereng akibat adanya tekanan lateral tanah
Meningkatkan kuat geser dari massa tanah, dimana kuat
geser tanah secara keseluruhan akan bertambah melalui
friksi yang terjadi diantara tanah dan sepanjang dinding
bored pile

Pengeboran pile harus mencapai kedalaman tanah


dibawah bidang gelincir untuk memastikan pile tetap
stabil menahan massa tanah

GABION WALL
Gabion adalah kotak yang terbuat dari anyaman
kawat baja berlapis seng pada penggunaannya
diisi batu-batu untuk pencegah erosi yang
dipasang pada tebing, tepi-tepi sungai, yang
proses penganyamannya menggunakan mesin
(SNI 03-0090-1999)
Celah-celah batu pada gabion ini memungkinkan
air lewat diantaranya sehingga menghasilkan
dinding penahan tanah yang mempunyai saluran
drainase bebas

GEOTEXTILE
Geotekstil adalah lembaran sintesis tipis,
fleksibel, permeable yang digunakan untuk
stabilisasi dan perbaikan tanah
Fungsi geotekstil:
Perkuatan tanah lunak
Konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana
cukup lama dan mendukung beban yang besar seperti
jalan rel dan dinding penahan tanah
Lapisan pemisah, penyaring, drainase, dan lapisan
pelindung

FLOWCHART ANALISA

STATIGRAFI

PERKIRAAN BIDANG LONGSOR

ANALISIS KELONGSORAN
MANUAL

Cara trial and error STA 0+275 dengan R = 35,4


m

ANALISIS KELONGSORAN
DENGAN PLAXIS

Dari perhitungan menggunakan program plaxis


v8.2, didapat fk = 1,053

PENANGANAN KELONGSORAN
Tabel Parameter Desain pada Penampang Melintang Jalan
(Sebelum mengalami degradasi kekuatan pada lapisan Batu
Lempung)

Tabel Parameter Desain pada Penampang Melintang Jalan


(Setelah mengalami degradasi kekuatan pada lapisan Batu
Lempung karena pengaruh air)

PARAMETER DESAIN

PENANGANAN KELONGSORAN
Hasil running dengan menggunakan PLAXIS
diperoleh bidang longsor seperti gambar berikut:

Tabel Nilai Safety Factor Hasil


Perhitungan Plaxis

KESIMPULAN
Melalui analisa data tanah serta analisa kestabilan lereng dengan
Metode Fellinius dan program PLAXIS Version 8.2 serta dengan
pengamatan secara langsung di lapangan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentang alam sekitar gerakan tanah merupakan daerah topografi
punggungan landai yang diapit dua lembah sungai yang curam yaitu
Sungai Pedes dan Sungai Glagah yang berpotensi longsor.
2. Tata guna lahan sekitar gerakan tanah bagian lereng atas badan
jalan berupa kebun campuran yang didominasi kebun bambu
sedangkan lereng bawah badan jalan berupa semak belukar dan
persawahan Rembesan air banyak dijumpai pada tebing sungai. Pada
lereng bawah badan jalan terjadi erosi samping dari Sungai Pedes

KESIMPULAN
3. Jenis tanah pada lokasi kajian adalah lanau pasir kerikilan (lapisan 1), lanau
pasiran (lapisan 2), pasir lanau kerikilan (lapisan 3), pasir lanau kerkilan (lapisan 4),
batuan lempung (lapisan 5), dan pasir lanauan (lapisan 6).
4. Muka air tanah terletak pada kedalaman 19,00 meter.
5. Kelongsoran disebabkan lereng yang relatif tinggi, dan curam, serta drainase yang
tidak memadahi untuk mengatasi curah hujan tinggi yang menjenuhkan permukan
lereng.
6. Hasil analisa secara manual (Metode Fellinius) didapat nilai keamanan (FK)
longsor lereng yaitu sebesar 1,140 dan hasil analisa dengan software (PLAXIS
Version 8.2) didapat nilai keamanan 1,053 (FK) Nilai faktor keamanan minimal pada
PLAXIS Version 8.2 menggunakan standart 1,5, maka lereng dapat disimpulkan tidak
aman.

KESIMPULAN
7. Hasil analisa dengan program komputer (PLAXIS Version 8.2) untuk
penanganan longsoran yang dilaksanakan oleh SNVT Pelaksana Jalan
Nasional Wilayah I Jawa Tengah sebesar 1,071 yang mana masih dibawah
nilai keamanan yang disyaratkan dalam program komputer (FK > 1,5).
8. Untuk membantu penanganan longsor yang ada, kami
merekomendasikan alternatif penanganan berdasarkan nilai keamanan
dari program komputer (PLAXIS Version 8.2) yaitu dengan menambahkan
bore piled di tiga titik dengan kedalaman 30 m dan 37 m menembus
bidang longsor, dan dinding penahan tanah setinggi 15 meter.
9. Penanganan dengan menambahkan bore piled di tiga titik dengan
kedalaman 30 m dan 37 m menembus bidang longsor, dan dinding
penahan tanah setinggi 15 m meski telah mencapai nilai Safety Factor
yang disarankan dengan menggunakan Plaxis 8.2 yaitu lebih dari

DAFTAR PUSTAKA
Maria Handayani, dkk. 2012. Penanganan
Longsoran Ruas Jalan Prupuk BTS. Banyumas.
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai