Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PENYEBAB DAN PENANGANAN ABRASI DI WILAYAH

PESISIR PANTAI URUM KABUPATEN MERAUKE


Oleh : Martha Patoding

Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik,


Universitas Cenderawasih, Jayapura Papua.

Abstrak
Kabupaten Merauke Merupakan Kabupaten yang terletak dibagian selatan Papua dan
bagian ujung timur indonesia. Kabupaten merauke merupakan kabupaten terluas dari kabupaten
yang ada di Papua, kabupaten merauke juga merupakan daerah yang datar, dengan ketinggian
laut 0-60 mdpl, dengan daerah yang mempunyai laut dan rawa-rawa serta sungai-sungai besar.
Garis pantai yang panjang dengan konsentrasi penduduk yang tinggal di pesisir pantai bekerja
sebagai pembudidaya ikan maupun nelayan telah terancam dengan abrasi yang terjadi di Pantai
Urum Kabupaten Merauke. Akibat abrasi pantai yang sangat tinggi sepanjang 15 km dari
kampung Urum sampai kampung nasai berdasarkan keluh kesah atau aspirasi masyarakat dari 7
kampung yaitu mulai dari kampung Urum, Nawatif, Yatom, Bahur, Matara, Anansai bahkan di
kampung Kumbe. Abrasi terjadi sejka tahun 1992 dan bibir pantai berada ±100 m dari bibir
pantai yang ada sekarang. Yang diakibatkan oleh faktor alam dan faktor manusia itu sendiri.

Kata Kunci : Abrasi, Pesisir, Pantai Urum, Kabupaten Merauke.

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Merauke terletak di bagian selatan Papua dan menjadi kabupaten terluas di
antara kabupaten lain di Provinsi Papua. Secara geografis kabupaten Merauke terletak 137o-141o
BT dan 6o00’-9o00’ LS dengan luas wilayah 46.792 km2, yang terdiri dari 20 kecamatan.
Berdasarkan posisi geografisnya kabupaten Merauke memiliki batas utara; kabupaten Mappi dan
kabupaten Boven Digoel, batas selatan; laut Arafura, batas barat; laut arafura, batas timur;
Negara Papua Nugini. Sebagian besar wilayah Kabupaten Merauke terdiri dari dataran rendah
dan berawa, luas areal rawa 1.425.000 Ha dan dataran tinggi dibeberapa kecamatan pedalaman
bagian utara Umumnya berdataran rendah, kemiringan 0-8%, pesisir pantai berawa-rawa
tergenang air, bagian utara dan timur lebih tinggi/ bergelombang dengan sedikit berbukit. Tinggi
air pasang surut 5-7 m, air pasang laut masuk sampai sejauh 50-60 km dan beberapa tempat
terintrusi air asin/air laut.

Secara morfologi daerah Kabupaten Merauke dibagi menjadi dua satuan yaitu dataran
rendah dan berawa. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Merauke terdiri dari tanah organosol,
alluvial, dan hidromorf kelabu yang terdapat di daerah-daerah rawa dan payau. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Merauke adalah area dataran yang berada di ketinggian 0-60 m diatas
permukaan air laut. Wilayah Kabupaten Merauke datar dan berada pada bagian selatan dan
tengah. Pada daerah tersebut merupakan sentra penduduk yang sebagian besarnya memulai usaha
pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan permukiman penduduk yang terkonsentrasi.

1
Namun permukiman penduduk yang terkonsentrasi di wilayah pesisir pantai mengalami
abrasi atau erosi terhadap garis pantai yang berdampak pada kerusakan lingkungan sekitar bibir
pantai dan mengancam permukiman yang berada di sekitar pesisir pantai. Abrasi merupakan
kerusakan pada garis pantai yang diakibatkan dari lepasnya material yang berada pada pantai
seperti pasir yang secara terus menerus di hantam gelombang laut atau bisa terjadi karena
perubahan keseimbangan sedimen di perairan maupun hilangnya daratan di wilayah pesisir
pantai. Abrasi sendiri disebabkan oleh faktor alami dan manusia, dalam faktor alami dapat
berupa proses hidro-oseanoografi dari laut seperti hempasan gelombang, perubahan pola arus,
fenomena pasang surut dan angin. Kenaikan permukaan air laut juga diakibatkan dari pemanasan
global sehingga memperburuk kondisi perairan pantai.

Akibat abrasi pantai yang sangat tinggi sepanjang 15 km dari kampung Urum sampai
kampung nasai berdasarkan keluh kesah atau aspirasi masyarakat dari 7 kampung yaitu mulai
dari kampung Urum, Nawatif, Yatom, Bahur, Matara, Anansai bahkan di kampung Kumbe.
Abrasi terjadi sejka tahun 1992 dan bibir pantai berada ±100 m dari bibir pantai yang ada
sekarang. Berdasarkan survey terdapat 5 penyebab abrasi yang disebabkan oleh kegiatan
manusia (antropogenik) yang mempunyai potensi menimbulkan perubahan terhadap garis pantai
yaitu (Diposaptono, 2011):

1. Terperangkapnya angkutan sedimen pantai akibat bangunan buatan misalnya seperti


jetty, groin, breakwater pelabuhan dan reklamasi yang sejajar garis pantai.
2. Timbulnya perubahan arus akibat adanya bangunan di pantai.
3. Berkurangnya suplai sedimen dari sungai akibat penambangan pasir dan pemindahan
arus sungai.
4. Penambangan pasir di perairan pantai, yang menimbulkan perubahan kedalam
sehingga dapat merubah pola arus dan gelombang pecah.
5. Pengambilan pelindung pantai alami, yaitu penebangan hutan mangrove dan
pengambilan terumbu karang.

1.1. Rumusan Masalah


Kondisi wilayah Pantai Urum kabupaten Merauke yang mempunyai daerah yang datar
dengan ketinggian daratan 0-60mdpl saat ini mengalami pergeseran garis pantai yang
menyebabkan kehilangan wilayah daratan dan mengancam lingkungan sekitar. Adapun dampak
yang dapat ditimbulkan yaitu kondisi sosial-psikologis pada masyarakat (ketakutan,
kekhawatiran dan cemas) pada saat gelombang datang, sehingga masyarakat yang berada pada
pesisir pantai yang mengalami kerusakan pantai mengalami stres. Adanya pergeseran garis
pantai disebut dengan proses abrasi dengan terjadinya kelongsoran pada tepi pantai oleh
pengikisan air laut. Salah satu kawasan yang mempunyai tingkat abrasi cukup parah adalah
pesisir pantai Urum distrik Semangga. Penyebab abrasi di wilayah pesisir pantai Urum di
asumsikan dari proses alami (gelombang laut, pasang surut, angin dan arus sepanjang pantai) dan
manusia. Untuk dapat diketahui seberapa besar pengaruh abrasi tersebut terhadap luas pergeseran

2
garis pantai dan kerusakan yang dihasilkan sehingga dapat ditetapkan alternatif
penanggulangannya.

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Merauke (Sumber: Google petatematikindo.word)

II. Pembahasan
Abrasi secara umum adalah proses alam yang ditandai dengan pengikisan tanah pada daerah
pesisir pantai yang disebabkan oleh ombak dan arus laut yang memiliki sifat merusak terkadang
juga disebut sebagai Erosi pantai. Kerusakan garis pantai dapat dipicu dengan terganggunya
keseimbangan alam di daerah pantai tersebut. Akan tetapi meskipun umumnya abrasi
diakibatkan oleh gejala alam, akan tetapi banyak perilaku manusia yang ikut menjadi penyebab
abrasi pantai. Jadi abrasi merupakan pengikisan di daerah pesisir pantai akibat gelombang dan
arus laut yang mempunyai sifat destruktif atau merusak, adanya pengikisan sehingga
menyebabkan berkurangnya daerah pantai yang menjadi sasaran adalah daerah yang dekat
dengan air laut. Oleh sebab itu jika dibiarkan abrasi akan terus mengikis bagian pantai dan air
laut dapat membanjiri daerah di sekitar pantai.

Abrasi juga di sebut sebagai proses pengikisan tanah di pesisir pantai yang disebabkan oleh
hantaman gelombang air laut, air sungai, gletser, atau angin yang ada disekitarnya (Aditya
Pebriansyah). Proses pengikisan bantuan oleh angin, air, atau es yang mengandung bahan yang
bersifat merusak (KBBI).

3
Selain itu abrasi juga merupakan proses pengikisan pesisir pantai yang diakibatkan oleh
gelombang dan arus laut yang merusak, dimana yang menjadi pemicu adalah keseimbangan alam
yang terganggu di daerah pesisir pantai (UU No. 24 Tahun 2007).

Gambar 2. Abrasi Pantai Urum (Sumber: Youtube Grace Eresdy, 2020)

Adapun penyebab abrasi yang ditimbulkan sebagai berikut:

1. Faktor alam, faktor alam ini menyebabkan terjadinya abrasi seperti pasang surut air
laut, angin diatas lautan, gelombang laut serta arus laut yang memiliki sifat merusak.
Faktor alam yang dapat menyebabkan abrasi tidak dapat dihindari pada umumnya,
laut mempunyai siklus-nya tersendiri. Karena terdapat beberapa periode tertentu
angin akan bertiup kencang sehingga menghasilkan gelombang dan arus laut yang
besar yang dapat menyebabkan pengikisan pantai di daerah pesisir.
2. Faktor manusia, faktor manusia atau perilaku manusia juga menjadi penyebab
terjadinya abrasi pantai. Terjadi ketidak-seimbangan eksosistem laut dimana terjadi
eksploitasi yang besar yang dilakukan oleh manusia terhadap kekayaan sumber daya
laut seperti ikan, terumbu karang dan biota lainnya. Sehingga jika terjadi gelombang
besar atau arus maka akan langsung mengarah ke pantai yang dapat menyebabkan
abrasi. Selain itu pemanasan global juga menjadi pemicu abrasi seperti aktivitas
kendaraan bermotor atau dari pabrik industri serta pembakaran hutan. Asap
menghasilkan zat Karbon dioksida yang dapat menghalangi keluarnya panas matahari
yang dipantulkan oleh bumi. Jadi akibat panas yang terperangkap di lapisan atmosfer
yang menjadikan suhu di bumi meningkat. Maka kenaikan suhu di bumi
mengakibatkan es di kutub akan mencair dan permukaan air laut akan mengalami
peningkatan yang mempengaruhi wilayah pantai. Selain itu juga, terjadi kegiatan
penambangan pasir yang biasa dilakukan oleh manusia secara besar-besaran yang
menjadikan faktor penyebab abrasi pantai. Hal tersebut secara langsung sangat
berpengaruh terhadap kecepatan dan arah air laut saat menghantam daerah pantai,

4
oleh karenanya jika tidak membawa pasir maka kekuatan untuk menghantam pantai
semakin besar.

Gambar 3. Abrasi Pantai Urum dari Kampung Serapuh Sampai Dengan Kampung Kumbe
(Sumber: Google Earth)

Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan dari abrasi pantai:

1. Penyusutan garis pantai sehingga lahan daratan utama semakin berkurang dan
membahayakan masyarakat pesisir yang tinggal di pinggir pantai.
2. Merusak hutan bakau di sepanjang pesisir pantai, sehingga memperbesar resiko
bencana.
3. Berkurangnya sumber daya ikan dan plasma nutfah dikarenakan rusaknya hutan
bakau.

Gambar 4. Kerusakan Pesisir Pantai Urum (Sumber: Google Earth)

5
Gambar 5. Terdapat Penambangan Pasir di Pesisir Pantai Urum (Sumber: Google
Earth)

Gambar 6. Abrasi Pantai Yang Sudah Mendekati Lahan Permukiman Penduduk


Merauke (Sumber: Google Earth)

6
Gambar 7. Dampak Abrasi Pantai Urum Yang Mengikis Jalan Menuju Kampung
Kumbe (Sumber: Google Earth)

Adapun cara menanggulangi abrasi sebagai berikut:

1. Menanam pohon bakau, pohon bakau (Rhizophora) adalah jenis pepohonan yang
memiliki akar dapat menjulur ke dalam air pantai. Biasanya pohon bakau ditanam
pada garis pantai sekaligus membatasi daerah air dengan daerah pantai yang berpasir.
Akar pohon bakau yang kuat menahan gelombang dan arus laut yang mengarah ke
pantai agar tidak dapat menghancurkan bebatuan dan tanah di daerah pantai.
2. Memelihara terumbu karang, pencegahan suatu abrasi dapat dilakukan dengan
pemeliharaan terumbu karang. Seperti yang diketahui terumbu karang mempunyai
fungsi sebagai pemecah gelombang. Jadi jika ekosistem terumbu karang diperbaiki
maka dapat meminimalisir terjadinya abrasi.
3. Melarang penambangan pasir, melarang adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah
daerah dan pusat yang harus tegas dalam melarang kegiatan penambangan pasir di
daerah tertentu, yaitu dengan melalui peraturan pemerintah. Pencegahan abrasi dapat
dilakukan bila persediaan pasir di lautan masih memadai sehingga air tidak
menyentuh garis pantai.

7
III. Kesimpulan
1. Pantai urum telah mengalami abrasi mulai dari tahun 1992 dan pada pertengahan tahun
2021 mengalami tingkat abrasi yang lebih tinggi dengan pengikisan garis pantai yang
sudah menggerus jalan dan sudah mendekati permukiman penduduk pesisir pantai urum.
2. Abrasi timbul karena ketidak seimbangan alam yang terjadi di sekitar pantai urum
kabupaten merauke, pantai urum terjadi abrasi mulai dari kampung serapuh sampai
dengan kampung kumbe dimana abrasi ini semakin parah dengan memakan badan jalan
menuju kampung kumbe dimana kampung kumbe sendiri merupakan penyebrangan
menuju distrik kurik, dan merupakan jalur tercepat.
3. Abrasi yang terjadi di pantai urum merupakan faktor alam dan faktor manusia itu sendiri
dimana faktor alam disebabkan oleh gelombang laut yang tinggi dan permukaan air laut
yang meningkat sedangkan faktor manusia yaitu penambangan pasir pantai secara terus
menerus, penebangan hutan bakau secara brutal, dan kurangnya kesadaran pemerintah
dan masyarakat dalam memperhatikan lingkungannya.

Daftar Pustaka
Suryana Prawiradisastra, Permasalahan Abrasi Di Wilayah Pesisir Kabupaten Indramayu, Jurnal
Alami, Vol. 8 Nomor 2 Tahun 2003.

Abrasi, Direktorat Pendayagunaan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Jendral


Pengelolaan Ruang Laut, Diakses dari [Internet] https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4309-
abrasi.

Munandar, Ika Kusumawati, Studi Analisis Faktor Penyebab Dan Penanganan Abrasi Pantai Di
Wilayah Pesisir Aceh Barat, Jurnal Perikanan Tropis, Volume 4, Nomor 1, 2017, ISSN:
2355-5564.

Anda mungkin juga menyukai