Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR

AKIBAT BANJIR CITARUM DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

Identification of Building Damage and Infrastructure Function due to


Citarum Flood in Bandung Regency

Harri A. Setiadi
Pusat Litbang Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jalan Panyawungan – Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung
Email : harri.setiadi@pu.go.id

Tanggal diterima: 23 September 2012, Tanggal disetujui: 23 Februari 2013

ABSTRACT
Repetitive flood occurrence with rising escalation and intensity influenced community who lived around
Citarum watershed. Tangible impacts which directly influence community are building damage and
infrastructure disruption. This study identifies the impacts of Citarum flood on building damage and
infrastructure functionality. The study uses qualitative approach and takes 2010 Citarum flood disaster case
study in Bandung Regency. The research is conducted on human settlements along the river bank and the
adjacent areas. Principal tool for collecting primary data are observation and interview. Ecological perspective
is used to identify the flood along Citarum river banks and adjacent areas, failure mechanism of building
component concepts is used to identify flood impacts on building damage, and public infrastructure concepts is
used to identify flood impacts on infrastructure disruption. The research results are presented in three sections
according to the above identifications.
Keywords: urban deprivation, flood, land conversion, building damage, infrastructure disruption

ABSTRAK
Eskalasi dan intensitas banjir Sungai Citarum di Kabupaten Bandung semakin tahun makin meningkat serta
terjadi berulang sehingga memberi dampak terhadap komunitas penduduk yang tinggal sepanjang daerah
aliran sungai Citarum dan daerah sekitarnya. Dampak yang langsung dirasakan oleh komunitas penduduk
(tangibles) adalah kerusakan terhadap berbagai tipe bangunan dan terhentinya infrastruktur permukiman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana banjir melanda permukiman sepanjang bantaran
Sungai Citarum, kerusakan berbagai bentuk bangunan, dan terhadap fungsi-fungsi infrastruktur permukiman.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan studi kasus banjir besar Sungai Citarum
di Kabupaten Bandung pada tahun 2010. Lokasi penelitian dilakukan pada permukiman di atas bantaran
sungai Citarum dan wilayah sekitarnya dengan metode pengumpulan data observasi dan interview. Identifikasi
banjir di permukiman sepanjang bantaran Sungai Citarum dideskripsikan menggunakan perspektif ekologi,
identifikasi pengaruh banjir terhadap kerusakan bangunan menggunakan konsep mekanisme kerusakan
pada komponen bangunan (failure mechanism of building component), dan identifikasi dampak banjir
terhadap fungsi infrastruktur menggunakan konsep public infrastructure. Deskripsi mengenai hasil penelitian
dikelompokan kedalam 3 kategori sesuai identifikasi di atas.
Kata kunci : penurunan lingkungan wilayah kota, banjir, alih fungsi lahan, kerusakan bangunan, terhentinya
fungsi infrastruktur

51
PENDAHULUAN terjadinya perubahan kesetimbangan (Burel dan
Baudry 2004). Urbanisasi mengakibatkan terjadinya
Permukiman sepanjang daerah aliran sungai
fragmentasi ruang hijau (green vegetation) menjadi
(DAS) Citarum sangat rawan terhadap terjadinya
lahan pertanian, bangunan, maupun ruang terbuka
bencana banjir. Dalam tempo singkat banjir
lainnya yang digunakan untuk aktivitas manusia,
merendam kawasan permukiman tersebut dan
sehingga fragmentasi ruang hijau secara signifikan
menghentikan serta melumpuhkan aktivitas
berpengaruh terhadap perubahan daur hidrologis
sosial ekonomi wilayah sekitarnya. Banjir tetap
(Mendoza dkk 2010) (Pattison and Lane 2011).
berlangsung walaupun hujan lokal sudah reda
namun hujan di wilayah lain masih terus terjadi, Secara umum penelitian ini bertujuan
karena aliran hujan di lokasi lain tetap mengarah mendeskripsikan persoalan kualitas bermukim
ke Sungai Citarum melewati anak-anak sungai menggunakan perspektif ekologi, karena kualitas
(tributaries). Banjir akibat meluapnya Sungai bermukim yang tidak memenuhi standar adalah
Citarum semakin tahun semakin sering terjadi, salah satu persoalan yang memerlukan penyelesaian
dengan luas wilayah yang tergenang tidak saja dalam implementasi program pembangunan di
permukiman di sepanjang daerah aliran sungai Indonesia. Secara khusus, penelitian ini dilakukan
namun sudah meluas ke wilayah sekitarnya di untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh banjir
sepanjang DAS Citarum. terhadap kerusakan pada bangunan tempat tinggal
dan fungsionalitas infrastruktur permukiman,
Permukiman di lokasi penelitian merupakan
berdasarkan karakteristik visual (rapid assessment)
permukiman yang tidak saja dilanda banjir
dan deskripsi verbal yang disampaikan informan di
tahunan namun kerap pula dilanda banjir lokal,
lokasi penelitian.
sehingga wilayah tersebut lebih banyak menerima
dampak bencana banjir dibandingkan permukiman
KAJIAN PUSTAKA
lainnya. Dari hasil observasi, permukiman yang
terkena dampak banjir sebagian besar dibangun Menurut Bradshaw dkk (2007), kawasan hijau
di sepanjang bantaran (DAS) Sungai Citarum dan memberi perlindungan alam terhadap bahaya banjir.
daerah sekitarnya, khususnya di tiga wilayah di Hasil penelitian mereka memperlihatkan adanya
lokasi penelitian, hampir seluruhnya dibangun di hubungan antara hilangnya kawasan hijau di wilayah
wilayah rendah dataran banjir (flood plain) Sungai sekitar sungai dengan meningkatnya eskalasi banjir
Citarum. Elevasi lokasi permukiman tersebut sekaligus meningkatnya kerentanan permukiman,
memiliki ketinggian sama dengan ketinggian dasar hasil penelitian mereka membuktikan signifikansi
Sungai Citarum. Lebih khusus lagi, permukiman hubungan tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
di lokasi penelitian, berdekatan dengan wilayah hilangnya wilayah hijau maka mengakibatkan
pertemuan anak-anak Sungai Citarum (Cisangkuy, meningkatnya koefisien run-off. Hal ini diakibatkan
Cijambe, Citepus, dan Cikapundung) dengan sungai berkurangnya kemampuan daya serap lahan dalam
induknya (Sungai Citarum). Akibatnya pada saat menyimpan air hujan atau menahan laju penguapan
banjir, lokasi tersebut merupakan lokasi paling air tanah yang berasal dari air hujan (infiltration
akhir yang surut tergenang banjir. rate), sehingga lebih banyak air hujan yang dialirkan
ke sungai. Banjir yang terjadi akibat peristiwa ini
Tingkat keparahan banjir akibat meluapnya sebagian besar karena meluapnya aliran sungai.
Sungai Citarum dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Demikian pula dengan jumlah kerugian Secara khusus dalam penelitian yang dilakukan
akibat banjir juga makin meningkat seiring dengan oleh Brody dkk (2007) menjelaskan hubungan
meningkatnya keparahan banjir (D’Arrigo 2009). kedua hal tersebut bahwa meningkatnya
Patut disayangkan bencana tersebut dengan kepadatan (penduduk) di sepanjang sungai
berbagai akibat yang ditimbulkannya terjadi disertai bertambahnya permukaan lahan yang
berulang setiap tahun. kedap air, terjadinya perubahan sistem hidrologis,
mengakibatkan berkurangnya kemampuan
Bencana yang terjadi secara lokal di Kabupaten permukaan tanah dalam menyerap air. Pada
Bandung, sejalan dengan tren bencana global di akhirnya terjadi pengurangan kapasitas sistem
beberapa kota lain. Dalam kajian akademis, tren hidrologis untuk menampung dan menyimpan
bencana ini terjadi akibat penurunan kualitas serapan air hujan secara alamiah. Sebagai akibatnya,
lingkungan wilayah kota (urban deprivation) perumahan dan bangunan semakin rentan terhadap
akibat terjadiya perubahan kesetimbangan antara kerusakan yang diakibatkan oleh banjir berulang.
lingkungan sosial (people society) dan lingkungan
ekologis (ecological landscape) (Forman 2008). Laju Manifestasi kerentanan suatu wilayah sebagai
urbanisasi yang tinggi dalam beberapa literatur lokasi bermukim akibat berkurangnya daya dukung
diungkapkan sebagai salah satu penyebab utama

52
Identifikasi Kerusakan Bangunan Dan Fungsi Infrastruktur Akibat Banjir Citarum Di Wilayah Kabupaten Bandung
Harri A. Setiadi

alam tidak mudah ditentukan. Indikasi timbulnya perubahan wilayah hijau (green area) menjadi
kerentanan yang kerap digunakan adalah terjadinya permukiman, sawah dan usaha rakyat. Sebagai
perubahan peristiwa alam (natural hazard) menjadi akibatnya wilayah resapan air (water catchmen)
bencana alam (natural disaster) dengan potensi menjadi berkurang dan hujan mengalir langsung
bahayanya terhadap warga pemukim (Hadley ke badan Sungai Citarum disertai sedimen. Laporan
Rudenstine dan Galea 2009). Bencana banjir secara yang dipublikasikan oleh Balai Besar Wilayah
langsung merusak berbagai bentuk bangunan dan Sungai (BBWS) Citarum memperlihatkan bahwa
menghentikan fungsi infrastruktur permukiman. eskalasi dan intensitas banjir Sungai Citarum
memiliki hubungan dengan perubahan tata guna
Tipologi banjir yang digunakan untuk lahan sepanjang DAS Sungai Citarum menjadi
menjelaskan hubungan fenomena ini mengacu pada lahan pertanian dan lahan usaha serta wilayah
definisi National Weather Service Amerika Serikat, permukiman. Semua hal tersebut merupakan
yaitu meningkatnya permukaan sungai hingga faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
elevasi tertentu sehingga limpasan air sungai penurunan kualitas lingkungan di lokasi penelitian
meluap melewati wilayah genangan alamiah hingga dan sepanjang DAS Citarum (Kunto 1986) (BBWS
menyebabkan bencana (Gao dkk 2007). Citarum 2011). Dari hasil observasi, penuturan
Kerusakan bangunan dan infrastruktur. Banjir informan, penuturan narasumber dan Laporan yang
mengakibatkan kerusakan terhadap berbagai dipublikasikan oleh Balai Besar Wilayah Sungai
bentuk bangunan. Munculnya kerusakan terhadap (BBWS) Citarum mengenai akibat banjir yang
bangunan akibat daya rusak banjir (flood action) melanda wilayah Bale Endah (lokasi penelitian),
yang meliputi; tekanan hidrostatik (hydrostatic tipe dan jenis bangunan yang dihuni pemukim di
pressure), daya apung (buoyancy), serta impak lokasi penelitian kebanyakan merupakan bangunan
terhadap bangunan yang ditimbulkan oleh benda- umum biasa.
benda terbawa banjir (debris) (Nadal 2010). Sesuai kajian literatur dan konseptualisasi
Sedangkan lebih detail lagi menurut Milos Dr penelitian, hipotetis yang diguna-kan dalam
Dacky (2010) kerusakan bangunan terjadi karena penelitian ini adalah, pertama bencana banjir di
daya rusak air seperti: tekanan horizontal statik lokasi penelitian diantaranya disebabkan karena
(horizontal static pressure), tekanan hidrostatik alih fungsi wilayah flood-plain menjadi permukiman.
keatas (upward hydrostatic pressure), dan tekanan Kedua, kerusakan pada bangunan hunian di lokasi
akibat arus sungai (velocity stream action). penelitian lebih banyak dialami oleh bangunan biasa
Kerusakan bangunan selain disebabkan oleh daya yang dibangun tidak memenuhi kaidah bangunan
rusak banjir juga disebabkan oleh sifat patologis air yang semestinya. Ketiga, fungsionalitas infrastruktur
maupun kontaminan yang terlarut dalam zat cair selain dipengaruhi oleh kualitas fisik bangunan juga
terhadap bahan bangunan. Air yang menggenangi oleh aksesibilitas pemanfaatan infrastruktur.
bangunan secara terus menerus dan dalam waktu Dalam tulisan ini identifikasi visual dampak banjir
lama, atau menggenangi bangunan walaupun dibatasi pada dampak yang kasat mata (tangibles)
terjadi dalam tempo singkat namun apabila terjadi yaitu dampak yang bisa diobservasi secara visual
berulang ulang akan mencetuskan mekanisme (observable), dan informasi yang bisa diverifikasi
yang mempercepat terjadinya kerusakan bangunan di lokasi penelitian. Dengan demikian identifikasi
(deterioration). Kerusakan bangunan terjadi kerusakan bangunan dan infrastruktur dibatasi
akibat interaksi fisik antara zat cair (genangan air) pada karakteristik visual dan informasi yang berasal
dengan material bangunan mengakibatkan proses dari informan. Secara khusus identifikasi dampak
kimiawi yang mengubah properti bahan bangunan banjir terhadap bangunan dibatasi pada kerusakan
menjadi properti yang berbeda dengan sebelumnya. bangunan hunian dan bangunan infrastruktur serta
Secara visual material bangunan (batu, batu bata, tidak berfungsinya sebagian atau seluruh pelayanan
kayu) nampak solid, namun kondisi fisik material infrastruktur.
bangunan sebenarnya tidak solid (porous), berisi
retakan mikroskopis (crack), dan berongga (void), Penentuan kerusakan bangunan secara definitif
sehingga pada saat banjir atau tergenang air terjadi memiliki metoda dan peralatan sendiri. Dalam
penetrasi zat cair masuk kedalam bahan bangunan tulisan ini, baik metoda maupun peralatan tersebut
akibat kontak fisik (Harris 2001). tidak digunakan. Deskripsi terinci mengenai
indikator-indikator yang mempengaruhi kerusakan
Banjir Sungai Citarum dan kerusakan bangunan. bangunan dan fungsionalitas infrastruktur akibat
Dari penelusuran literatur, banjir yang melanda banjir disampaikan pada tabel 1.
sebagian wilayah Bandung merupakan manifestasi

53
METODE PENELITIAN Data-data primer diperoleh dari hasil wawancara
dengan informan yang tinggal di lokasi penelitian,
Penelitian ini menggunakan pendekatan pejabat dan tokoh desa setempat. Data primer
kualitatif, referensi penelitian yang digunakan lain berasal hasil observasi kondisi permukiman,
adalah metode studi kasus. Menurut Vince sedangkan data tambahan berasal dari kajian
Keddie yaitu suatu pendekatan yang melakukan
penyelidikan mendalam mengenai suatu fenomena Tabel 2 Lokasi Penelitian
dengan memanfaatakan berbagai sumber data. No & area Area Bangunan tergenang
code (unit)
Secara khusus maksud penelitian ini adalah suatu Desa Kampung
untuk untuk mendeskripsikan gambaran secara I Andir *1 5.570
mendalam mengenai suatu kasus yang diteliti
(attempt to provide a full protrayal of the case or 1.1 Cigosol*3 600

cases being studied) (Jupp 2006). II Bale Endah *2 3,084

Lokasi dan waktu penelitian serta sumber 2.1 Kp. Cienteung*1 340
data. Penelitian dilakukan di lokasi permukiman
sepanjang bantaran Sungai Citarum dan wilayah
III Dayeuh Kolot *3 4000
sekitarnya di Desa Andir (Kecamatan Bale Endah),
Desa Dayeuh Kolot (Kecamatan Dayeuh Kolot), serta 3.1 Bojong asih 690
Kampung Cienteung – Bale Endah (Kecamatan Bale
Sumber data: observasi, wawancara
Endah). (Tabel 2)

Tabel 1. Deskripsi indikator yang mengakibatkan kerusakan bangunan (permanen, semi permanen dan
tradisionil) akibat banjir

54
Identifikasi Kerusakan Bangunan Dan Fungsi Infrastruktur Akibat Banjir Citarum Di Wilayah Kabupaten Bandung
Harri A. Setiadi

literatur dan publikasi dari lembaga-lembaga yang kepadatan penduduk terbesar kedua di Kabupaten
menangani atau meneliti masalah banjir dan media Bandung. Data curah hujan tahun 2010 untuk
masa. wilayah Kabupaten Bandung, yaitu pada saat banjir
besar melanda lokasi penelitian, memiliki rata-rata
Identifikasi mengenai pengaruh banjir terhadap curah hujan tertinggi (tiga digit untuk seluruh bulan
kerusakan bangunan (hunian dan non-hunian) dan kalender, kecuali Juli) dibandingkan tahun-tahun
infrastruktur didasarkan pada data dan informasi lainnya (dua digit) (BPS 2012).
banjir yang terjadi pada tahun 2010 dan banjir
besar dengan magnitude serupa sesudahnya yang Perumahan sepanjang bantaran sungai Citarum
dipaparkan informan. Penelitian dilakukan dari dan wilayah berdekatan sekitarnya di lokasi
bulan November 2011 sampai dengan Mei 2012, penelitian diduga dibangun di atas wilayah flood-
konfirmasi ulang dengan informan maupun sumber plains Sungai Citarum. Flood-plain merupakan
data lainnya juga dilakukan setelah periode waktu wilayah rendah disisi sungai yang terbentuk akibat
tersebut. proses pengendapan dan selalu tergenang air bila
sungai banjir (Gambar 2) (Licker 2003).
Metode deskripsi. Data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan informan, observasi Beberapa indikasi menguatkan hal ini, pertama,
visual dan studi literatur digunakan sebagai dari deskripsi informan mengenai sejarah wilayah
referensi utama penulisan. Secara umum penelitian perumahan mereka, kedua kajian historis wilayah
ini mengidentifikasi kerusakan bangunan dan Bale Endah dan Dayeuh Kolot. Ketiga, dari data
infrastruktur permukiman (urban deprivation) topografi dan visual yang menunjukan sebagian
akibat banjir. wilayah permukiman Bale Endah, Andir dan Dayeuh
Kolot merupakan flood-plains Sungai Citarum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi banjir pada permukiman sepanjang
bantaran sungai Citarum
Banjir akibat meluapnya Sungai Ciarum di
kabupaten melanda tiga kecamatan (Gambar 1).
Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Bale Endah
dan Dayeuh Kolot. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, perkembangan penduduk hingga akhir
tahun 2010, untuk Kecamatan Bale Endah dan
Dayeuhkolot, merupakan wilayah dengan proporsi
penduduk terbesar di Kabupaten Bandung, dan
memiliki laju petumbuhan penduduk yang tergolong
Gambar 2. Ilustrasi visual lokasi permukiman
pesat ketiga setelah wilayah Cileunyi dan Ciengang
sepanjang bantaran Sungai Citarum dan anak sungai
(BPS 2010). Kecamatan Dayeuh Kolot memiliki
Citarum serta wilayah sekitarnya
Sumber: BBWS Citarum

Gambar 1. Luas wilayah bencana banjir sepanjang DAS Citarum - warna biru muda

55
Menurut deskripsi informan, lokasi awal tidak permanen (tanpa pondasi dan dinding bata
dari rumah yang mereka bangun adalah lahan – rumah kayu). Rumah semi permanen dan rumah
persawahan dan tambak ikan yang selalu tergenang tradisional banyak dibangun sepanjang bantaran
air. Pengukuran tinggi maksimal genangan banjir Sungai Citarum.
berdasarkan observasi visual dan penuturan
informan setiap wilayah permukiman di lokasi Dampak banjir mengakibatkan kerusakan pada
penelitian bervariasi antara 0,5 meter – 3 meter. seluruh jenis bangunan rumah dan fasilitas umum
Secara historis, wilayah sepanjang DAS Citarum dengan tingkat kerusakan bervariasi tergantung
(termasuk lokasi penelitian) pada awalnya jenis bangunan dan dampak yang diterimanya. Se-
merupakan wilayah hutan dan lahan terbuka yang cara umum dampak banjir paling merusak terutama
menjadi tempat limpahan air pada saat Sungai untuk bangunan tradisional dan semi permanen,
Citarum banjir. Perubahan awal pada lahan hutan karena komponen bangunan yang banyak dipakai
dan ruang terbuka, pada saat daerah tersebut berasal dari kayu, sedangkan kayu yang digunakan
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, budidaya umumnya bukan dari jenis kayu tertentu yang
perikanan dan usaha rakyat, yang mendorong mampu bertahan terhadap air. Akibatnya banyak
awal dibukanya perumahan di wilayah tersebut. rumah tradisional di lokasi penelitian mengalami
Perubahan lebih lanjut pada daerah tersebut adalah kerusakan permanen.
seiring dengan perkembangan wilayah, berupa Karakteristik visual kerusakan bangunan akibat
pertumbuhan ekonomi (Kunto 1986). endapan sedimen. Menurut penuturan informan,
Observasi aerial topografi untuk lokasi penelitian volume sedimen yang terbawa banjir pada masa lalu
dilihat dari arah Jembatan Dayeuh Kolot berbentuk masih sedikit dan jenisnya terbatas (hanya lumpur
cekungan, dengan elevasi rata-rata 658,0 meter (dpl), tanah dan material organik – seperti ranting dan
elevasi banjir 9 Februari 2010 660,3 meter (dpl), dedaunan). Kondisinya berubah sejak dekade 1980
sehingga tinggi rata-rata genangan banjir lokasi – an, volume sedimen yang terbawa banjir tahun
penelitian 2,3 meter (BBWS Citarum 2012). Sebagai 2010 adalah yang terbanyak dan jenisnya lebih
gambaran, elevasi rata-rata wilayah Bandung Selatan variatif (material organik dan anorganik–sampah
675 meter (dpl), sedangkan wilayah Bandung Utara padat), serta menutupi hampir seluruh bangunan di
1050 meter (dpl), hujan mengalir dari wilayah lokasi penelitian.
Bandung bagian atas ke wilayah Bandung bagian Berdasarkan data sedimentasi di lokasi
bawah. Secara keseluruhan, banjir menggenangi penelitian, sedimen menutupi hampir seluruh
13.496 rumah di tiga kecamatan (Rancaekek, Bale wilayah permukiman di lokasi penelitian pada saat
Endah dan Dayeuh Kolot). Sedangkan perkiraan banjir. Pada peristiwa banjir biasa volume sedimen
jumlah bangunan yang tergenang banjir di lokasi hanya menutupi lantai bangunan rumah dan fasilitas
penelitian dapat dilihat di tabel 3. Data pada tabel umum tidak lebih tinggi dari 15 cm, sehingga mudah
dapat berbeda, bila sumber datanya juga berbeda. dibersihkan. Pada peristiwa banjir besar, volume
Identifikasi visual kerusakan bangunan akibat sedimen yang terbawa mencapai puluhan meter
banjir kubik, akumulasi sedimen tertinggi pada waktu
banjir tahun 2010, mencapai ketinggian 1,5 meter
Tipologi perumahan, menggunakan deskripsi (di wilayah Bale Endah), 1 meter (wilayah Andir)
tipologi Tjuk Kuswartojo, bertipe perumahan dan kurang dari 1 meter (wilayah Dayeuh Kolot).
informal (Kuswatojo 2005). Di lokasi yang Sedimen dengan volume sebesar ini tidak mudah
berdekatan dengan pusat kegiatan ekonomi dan
jalan utama tingkat kepadatannya relatif tinggi, Tabel 3. Jumlah bangunan tergenang banjir
sehingga tidak menyisakan ruang terbuka kecuali No & Area Bangunan tergenang (unit)
area
kompleks pemakaman umum (Data Monografi code Desa Kampung

2010). Lahan hijau di sepanjang Sungai Citarum I Andir *1 5.570


banyak yang berubah menjadi bangunan pabrik dan 1.1 Cigosol*3
600
usaha rakyat, termasuk di lokasi penelitian. (BBWS
Citarum 2011)
II Bale Endah *2 3,084
Menggunakan penggolongan tipe bangunan 2.1 Kp. Cienteung*1 340
hunian menurut Kementerian Pekerjaan Umum,
sebagian besar bangunan hunian yang terkena
III Dayeuh Kolot *3 4000
dampak banjir di lokasi penelitian berbentuk
3.1 Bojong asih 690
permanen (bangunan dengan pondasi dan dinding
bata diplester) dan semi permanen (bangunan
dengan pondasi tanpa dinding bata), sedikit yang Sumber: BBWS Citarum

56
Identifikasi Kerusakan Bangunan Dan Fungsi Infrastruktur Akibat Banjir Citarum Di Wilayah Kabupaten Bandung
Harri A. Setiadi

dibersihkan, karena sedimen harus dipindahkan ke kembali, menggenangi berbagai tipe bangunan di
lokasi lain di luar lokasi penelitian, sehingga upaya lokasi penelitian, dan kembali surut total setelah
pembersihan harus dibantu dengan menggunakan hampir terendam selama lebih dari 6 bulan (BBWS
peralatan mekanik seperti backhoe dan loader dan Citarum 2012).
truk pengangkut sedimen.
Karakteristik visual yang dijumpai pada berbagai
Karakterisitik visual kerusakan bangunan tipe bangunan yang pernah tergenang air adalah
akibat kontak dengan sedimen di lokasi penelitian adanya tanda air (water line) yang mengindikasikan
meliputi warna kusam (discoloration) pada bagian puncak-puncak ketinggian genangan air (Gambar
bangunan, disusul kemudian terjadinya pelapukan 4).
(decay) bagian bangunan yang kontak dengan
sedimen dan pembengkokan bagian bangunan Proses kerusakan berawal dari terjadinya
tertentu (bending) akibat massa sedimen. kontak antara bagian bangunan yang terendam
banjir dengan zat cair (genangan banjir). Pada
Proses kerusakan bangunan akibat endapan seluruh tipe bangunan, penetrasi dan retensi zat
sedimen dimulai pada saat terjadi kontak antara cair yang berasal dari genangan banjir terhadap
sedimen dengan bagian bangunan. Karakteristik bagian bangunan menentukan tingkat kerusakan.
visual kerusakan pada bagian bangunan (seluruh Semakin dalam tingkat penetrasi zat cair terhadap
tipe bangunan) akibat kontak dengan endapan komponen bangunan dan semakin luas bidang
sedimen dari warnanya yang kusam (discoloration) yang terpenetrasi oleh zat cair, maka semakin besar
dibanding bagian bangunan lainnya. Bila sedimen kemungkinan terjadi perubahan kimiawi bagian
dibersihkan, warna kusamnya pada bagian bangunan bangunan tersebut. Kerusakan makin bertambah
tersebut tetap tidak berubah. Karakteristik visual apabila terjadi retensi zat cair pada bagian bangunan
berikutnya apabila sedimen yang menutupi yang terpenetrasi. Retensi zat cair pada bagian
bagian bangunan tidak dibersihkan dan kemudian bangunan mengakibatkan terjadinya peningkatan
mengeras adalah percepatan proses pelapukan kelembaban. Akibat penetrasi zat cair tersebut,
karena jamur (brown rott) dan pembengkokan pada akhirnya mengubah kekuatan material
(bending) untuk beberapa material bangunan yang bangunan tersebut. Seluruh komponen bangunan
berasal dari cellulosa seperti berbagai jenis kayu, (batu, batu bata, beton, kayu) terpengaruh oleh
(soft-wood, ply-wood). Selain itu endapan sedimen penetrasi zat cair karena karakteristik fisiknya
memiliki massa, semakin tebal endapannya maka yang bersifat porous dan permeable, kecuali untuk
semakin besar massanya. Endapan sedimen, selain material bangunan dari kaca atau plastik atau
mampu membengkokan bagian bangunan seperti material bangunan lain yang memiliki karakteristik
partisi atau pintu, juga membuat penurunan seperti kaca dan plastik (Harris 2001).
permukaan lantai (deforming).
Umumnya tipe bangunan permanen dan semi
Pembersihan sedimen lumpur hanya bisa permanen di lokasi penelitian dibangun dengan
dilakukan bila genangan banjir telah surut. Namun pemahaman apa adanya, bahkan pada beberapa tipe
apabila volumenya demikian besar maka upaya bangunan yang mengalami kerusakan, cenderung
pembersihannya tidak bisa dilakukan secara manual dibangun dengan mengabaikan kaidah bangunan
karena memerlukan upaya dan waktu tambahan. yang benar. Diperkirakan, kerusakan pada
Seringkali lumpur lebih dahulu mengering sebelum bangunan hampir seluruhnya dijumpai pada tipe
upaya pembersihan selesai dilakukan, sehingga bangunan tersebut. Karakteristik visual kerusakan
posisi rumah seperti terkubur (gambar 3). Tidak
jarang pada saat bangunan terbebas dari endapan
sedimen, banjir melanda lagi dan bangunan pun
tergenang sedimen kembali. Sehingga di beberapa
lokasi seperti di Cienteung dan Andir, warga memilih
pindah ke lokasi lain dan rumah dibiarkan terkubur
sedimen. Endapan sedimen yang telah mengeras,
lebih merusak bangunan daripada sedimen yang
masih cair.
Karakteristik visual kerusakan bangunan akibat
terendam air. Seperti dituturkan informan dan data,
lokasi penelitian merupakan lokasi paling akhir
yang surut setelah tergenang banjir. Dalam catatan Gambar 3. Ilustrasi visual kerusakan bangunan semi
banjir, genangan banjir tahun 2010, dihitung mulai permanen akibat endapan sedimen yang mengering
dari awal genangan – puncak ketinggian – surut Sumber: BBWS Citarum

57
Gambar 4. Ilustrasi visual tanda air pada bidang Gambar 5. Ilustrasi visual kerusakan bangunan semi
vertikal bagian bangunan permanen akibat terendam banjir
Sumber: BBWS Citarum Sumber: BBWS Citarum

pada bangunan permanen dan semi permanen


adalah terjadinya pelapukan (decay) pada tembok
dan pondasi bangunan serta perkaratan (corrosion)
pada bagian tulangan yang terekspose dan pagar
bangunan yang terbuat dari besi atau bagian
bangunan lain yang menggunakan material dari
besi (engsel, door handle). Pada bagian bangunan
yang terbuat dari kayu, seperti kusen, daun pintu
dan jendela, terjadi proses pembusukan (brown
rott) (Gambar 5).
Sedangkan pada rumah tradisional yang bagian
terbesar komponen bangunannya dari berasal dari
kayu lunak (seperti albasia, atau kayu sejenis),
pembusukan (brown rott) terjadi secara progresif
(Gambar 6). Banjir di lokasi penelitian terjadi
berulang-ulang maka kerusakan pada seluruh
tipe bangunan semakin progresif. Kerusakan tipe
bangunan tradisionil lebih progresif daripada tipe Gambar 6. Ilustrasi visual kerusakan pada tradisionil
bangunan permanen dan semi permanen. akibat terendam banjir.
Sumber: tribunnews.com
Bangunan yang tergenang banjir dalam waktu
lama menciptakan efek kerusakan tambahan lain
yaitu kerusakan pada bagian tertentu bangunan yang Arus banjir (velocity stream action) memiliki
tidak terendam genangan air akibat daya kapilaritas daya rusak yang secara langsung dialami bangunan.
(capilary action) pada material bangunan tertentu Sebagai ilustrasi, perpindahan volume 1 m3 air
seperti kayu, hal ini terjadi karena sebagian kayu (water displacement) setara dengan perpindahan
terendam genangan air, namun bagian lainnya tidak berat 1 ton. Potensi daya rusak arus banjir terhadap
tergenang. bangunan cukup besar (lihat gambar 7). Daya rusak
Karakteristik visual kerusakan bangunan arus banjir umumnya dipengaruhi gabungan antara
akibat terjangan arus air dan material terbawa massa air dan kecepatan perpindahan massa air
arus. Dari penuturan informan, bajir menggenangi (Nadal dkk 2010).
permukiman terjadi dalam tempo yang singkat. Hal Pada saat banjir di lokasi penelitian diperkirakan
tersebut terjadi karena sejumlah besar massa air terjadi perpindahan puluhan hingga ratusan kubik
menggenangi permukiman dalam waktu singkat, volume air menggenangi permukiman. Selain itu
akibatnya tercipta banjir disertai dengan arus air. kepadatan bangunan di lokasi penelitian tergolong
Sebagai ilustrasi banjir yang menggenang lokasi sangat tinggi, akses antar rumah melalui gang sempit,
penelitian dengan tinggi 2 meter terjadi hanya sehingga pada saat banjir tercipta arus dengan
dalam tempo 2 jam. kecepatan cukup tinggi menerjang bangunan dan
melewati gang. Hal ini disebabkan kecepatan arus

58
Identifikasi Kerusakan Bangunan Dan Fungsi Infrastruktur Akibat Banjir Citarum Di Wilayah Kabupaten Bandung
Harri A. Setiadi

air pada saat banjir dipengaruhi oleh hambatan, beberapa bangunan permanen dan semi permanen
bila tekanan air melewati celah sempit maka timbul mengalami keretakan (crack) pada bagian lantai.
arus dengan kecepatan yang tinggi. Banjir mengangkat berbagai benda yang ada di
dalam rumah yang memiliki kepadatan lebih
Karakterisitik visual kerusakan pada bangunan rendah dari air, seperti furniture, perabotan kayu
permanen dan semi permanen adalah terjadinya dan peralatan dari plastik (gambar 10).
perubahan bentuk (deformed) pada bagian bangunan
yang secara langsung terpapar arus banjir. Pada Kerusakan pada lantai dan fenomena banjir
kondisi ekstrim, terjadi keruntuhan pada bagian mengapungkan berbagai benda bisa dijelaskan
tertentu bangunan (collapsed) yang tidak mampu dari munculnya tekanan hidrostatik. Tekanan
menahan terjangan arus banjir (lihat gambar 8). hidrostatik berasal dari perbedaan tekanan akibat
Terjangan arus banjir juga mengakibatkan erosi kenaikan tinggi air atau perbedaan tinggi rendah
(erosion) pada bidang yang menutupi pondasi lokasi. Dari awal banjir hingga saat puncak banjir
bangunan sehingga mengakibatkan bagian pondasi bagian rumah yang lebih rendah dari permukaan
terpapar secara visual. Pada saat banjir surut, sekitarnya memperoleh tekanan hidrostatik dari
beberapa bangunan permanen dan semi permanen, bawah. Misalnya air merembes dari celah lantai atau
bangunan tidak lagi sepenuhnya ditopang oleh partisi, yang terletak lebih bawah dari permukaan
pondasi karena sebagian bidang tutupan pondasi sekitarnya, sehingga menimbulkan keretakan
sudah tergerus arus air . (Dacky 2010).
Pasca banjir beberapa bangunan permanen dan
semi permanen yang dibangun di atas sempadan
Sungai Citarum tidak memiliki kaca dan daun
pintu/jendela, karena pecah diterjang arus sungai
atau hilang terbawa arus sungai. Arus banjir yang
menerjang rumah tradisionil sering mengakibatkan
terjadinya kerusakan total (totally collapsed)
(gambar 9) atau hanyut (floated completly) terbawa
arus banjir.
Potensi kerusakan bangunan bisa terjadi akibat
hantaman berbagai benda yang terbawa arus banjir
(floating debris). Walaupun informan menuturkan
mengenai adanya berbagai benda-benda yang
terbawa banjir, namun dari hasil observasi tidak
ada bukti visual definitif yang membuktikan adanya
kerusakan bangunan akibat hantaman benda-benda
yang terbawa banjir.
Karakteristik visual kerusakan bangunan akibat
tekanan hidrostatik. Dari penuturan informan, Gambar 8. Ilustrasi visual kerusakan ekstrim pada
bangunan permanen akibat terjangan arus air
Sumber: BBWS Citrum

Gambar 7. Ilustrasi visual potensi arus banjir


terhadap kerusakan bangunan permanen Gambar 9. Ilustrasi visual kerusakan pada bangunan
Sumber : elshinta.com
tradisionil akibat terjangan arus arus
Sumber: BBWS Citrum

59
Identifikasi Visual Fungsionalitas Infrastruktur konvensional (kendaraan beroda dan kendaraan
Akibat Banjir bermotor), karena sarana transportasi ini tidak
dirancang untuk bisa berfungsi melintasi genangan
Infrastruktur permukiman adalah suatu air, hanya perahu dan sejenisnya yang bisa berfungsi
jaringan fisik minimal: seperti jalan raya dan akses pada kondisi seperti ini. Dampak genangan air
untuk pejalan kaki, sumber air bersih dan saluran menghentikan mobilitas warga dan barang serta jasa
pembuangan air kotor, listrik dan telekomunikasi untuk bisa berpindah karena tidak bisa melewati
(Angel 2000) (McDonald and McMillen 2011). daerah yang tergenang air.
Dampak banjir terhadap infrastruktur permukiman
dirasakan baik oleh warga korban banjir maupun Terdapat beberapa upaya struktural untuk
warga pengguna infrastruktur lainnya, yaitu mencegah atau mengurangi dampak potensi terhenti
terhentinya sebagian atau seluruh fungsi-fungsi sebagian atau seluruh fungsi infrastruktur akibat
infrastruktur. Gangguan terhadap fungsionalitas banjir, yang diterapkan di sebagian wilayah di lokasi
infrastruktur terutama disebabkan oleh endapan penelitian, seperti pembangunan tembok penahan
sedimen dan genangan banjir. banjir dan pompa pembuangan air (lihat tabel 4).
Deksripsi terhadap fungsionalitas infrastruktur
Sedimen adalah material padat yang terurai difokuskan pada jaringan jalan dan jembatan serta
(loosed material) yang berasal dari bahan organik bangunan publik.
atau non-organik dan tercampur dengan air
(Licker 2003). Sedimen yang terakumulasi pasca Fungsionalitas jalan utama dan Jembatan Dayeuh
banjir, bila tidak dibersihkan akan mengganggu Kolot. Menurut penuturan informan, fungsi jembatan
fungsi infrastruktur permukiman, terutama untuk Dayeuh Kolot sebagai prasarana transportasi
jaringan transportasi, jaringan saluran pembuangan beberapa kali terganggu karena banjir. Jembatan ini
air kotor. Pembersihan dilakukan sebagai upaya kerap digenangi banjir yang melimpas di atasnya,
normalisasi. Sedimen yang terbawa banjir memutus fungsinya sebagai prasarana transportasi dihentikan
jaringan tranportasi penghubung antar desa dan sementara hingga ketinggian banjir Sungai Citarum
jaringan jalan antar wilayah permukiman sedimen kembali surut. Selain akibat banjir, fungsinya pun
lumpur pada beberapa jaringan jalan penghubung makin berkurang karena satu lajur jembatan kerap
antar permukiman sangat tebal sehingga pada saat difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah
banjir surut, memutus akses antar rumah. Akses sementara (Gambar 11). Walaupun fungsinya sebagai
akan kembali terbuka setelah sedimen lumpur di prasarana transportasi sudah tidak sepenting dulu,
bersihkan atau mengering secara alami karena bila karena terdapat alternatif prasarana transportasi
tidak dibersihkan sedimen mengubah topografi lain menggunakan Jembatan Bojongsoang, namun
jaringan transportasi dan saluran pembuangan. peran sebagai penghubungan arus dari dan ke
wilayah Banjaran-Majalaya-Bandung masih penting.
Genangan banjir mengurangi atau menghentikan
fungsionalitas infrastruktur transportasi. Dampak Demikian juga fungsionalitas jalan utama yang
banjir memutus jaringan transportasi dan melintas wilayah penelitian kerap terganggu
menghentikan operasional sarana transportasi karena banjir. Bila banjir menggenang jalan utama

Gambar 11. Fungsi jembatan Dayeuh Kolot berkurang


Gambar 10. Ilustrasi visual kerusakan yang terjadi akibat satu sisinya digunakan sebagai tempat
akibat tekanan hidrostatik mengangkat benda dengan pembuangan sampah.
kepadatan lebih ringan dari pada kepadatan air
Sumber: BBWS Citarum

60
Identifikasi Kerusakan Bangunan Dan Fungsi Infrastruktur Akibat Banjir Citarum Di Wilayah Kabupaten Bandung
Harri A. Setiadi

maka fungsinya sebagai prasarana transportasi beberapa lokasi, beton jalan ambruk karena tidak
juga ikut terhenti (Gambar 12). Arus lalu lintas mampu menahan beban kendaraan yang melintas.
dialihkan menggunakan jalan alternatif lain yang Sedangkan untuk jalan utama yang menggunakan
tidak tergenang banjir sehingga aksesibilitas kontruksi aspal (ashpalt) kondisinya lebih buruk
arus tranportasi dari dan ke wilayah Banjaran- lagi. Genangan banjir memperlemah fungsi aspal
Majalaya-Bandung masih bisa dicapai. Penghentian sebagai pengikat batuan jalan, akibatnya kondisi
sementara jalan utama akibat tergenang banjir jalan utama yang menggunakan kontruksi aspal
membuat beban jalan alternatif lainnya menjadi lebih banyak yang rusak dibandingkan jalan dengan
berlebihan. Genangan banjir pada jalan utama konstruksi beton. Pasca banjir lubang pada badan
mengakibatkan peningkatan kemacetan pada jalan banyak dijumpai dimana-mana pengaruhnya
berbagai jalan alternatif, dampaknya secara sosial membuat trafik perjalanan terhambat.
memperbesar waktu tempuh dan secara ekonomi
meningkatkan biaya transportasi.
Secara visual dan seperti disampaikan informan,
Jembatan Dayeuh Kolot walaupun menjadi TPS dan
kerap tergenang banjir, tidak mengalami kerusakan
(intact), kecuali tiang penyangganya (piers) yang
semakin dalam karena terkubur endapan sedimen
dan permukaan Sungai Citarum yang makin
mendekati bentang jembatan (Gambar 13).
Sedangkan pada jalan utama, banjir memberi
dampak kerusakan pada beberapa titik jalan utama.
Walaupun hampir sebagian besar jalan utama yang
melintas lokasi penelitian sudah banyak yang
menggunakan konstruksi beton, namun banjir
memperlemah dan menghanyutkan (washed away) Gambar 12. Jalan utama Dayeuhkolot-Baleendah
material badan jalan yang kebanyakan menggunakan selama banjir
batuan dan agregat pasir batu. Akibatnya di Sumber: tribunnews.com

Tabel 4. Ketinggian banjir dan upaya struktural mengatasi banjir

Sumber data: di olah kembali dari Laporan Publikasi Bencana dan BBWS (citarum.org)

61
Fungsionalitas jaringan jalan lokal. Kondisi fisik yang sama dengan jalan utama, jaringan jalan
jalan lokal, seperti jalan yang melintas Kampung lokal mampu bertahan terhadap banjir berulang
Andir, karena sebagian besar permukaan jalan daripada jalan utama. Namun demikian, kerusakan
memiliki elevasi sama dengan permukaan di kerusakan seperti jalan berlubang dan keruskan
wilayah permukiman. Kondisinya lebih buruk pondasi pada bahu jalan banyak dijumpai di jalan
dibandingkan dengan kondisi jalan utama pada lokal pada lokasi penelitian. Pada akhirnya jaringan
saat banjir. Fungsionalitas jaringan jalan lokal jalan lokal pun mengalami kerusakan sama seperti
di lokasi penelitian terhenti total pada saat dan jaringan jalan utama.
pasca banjir. Bila banjir menggenang jaringan jalan
utama dengan ketinggian mencapai 80 cm, maka Gedung sekolah dan bangunan umum. Banjir
ketinggian genangan banjir pada jaringan jalan lokal mengganggu fungsionalitas sekolah maupun
bisa mencapai 2 meter. Dengan ketinggian tersebut bangunan sosial lainnya. Apabila banjir menggenangi
praktis jaringan jalan lokal tidak berfungsi total sekolah hingga ketinggian tertentu, sehingga
untuk melayani sarana transportasi konvensional. mengganggu kegiatan belajar, maka sekolah pun
Walaupun demikian fungsionalitas jaringan jalan diliburkan (Gambar 16), sekolah kembali dibuka
lokal masih bisa beroperasi dengan menggunakan bila ketinggian banjir mulai surut. Pada saat musim
sarana transportasi non-konvensional (Gambar hujan, sekolah tidak pernah bebas sepenuhnya dari
14). genangan banjir. Saat banjir besar sekolah dipastikan
ditutup, sedangkan bila banjir menggenang sekolah
Pasca surut tergenang banjir, fungsionalitas cukup lama maka kegiatan belajar dipindah
jaringan jalan lokal terhenti total sebagai kesekolah lain yang tidak terendam banjir.
sarana transportasi konvensional maupun non-
konvensional karena timbunan endapan sedimen Secara visual, bangunan sekolah seperti
dan tumpukan sampah menutup total arus bangunan hunian lainnya mengalami kerusakan
transportasi (gambar 15). Fungsionalitas jaringan yang sama. Alasan penting penutupan sekolah
jalan lokal akan kembali normal apabila timbunan maupun bangunan sosial lainnya adalah genangan
endapan sedimen dan sampah sudah dihilangkan. banjir. Sungai Citarum berfungsi sebagai saluran
Endapan sedimen yang terbawa banjir tahun pembuangan limbah dan tempat pembuangan
2010 dan jaringan jalan lokal, memerlukan upaya sampah yang tidak terangkut ke TPA, sehingga
pembersihan hingga berminggu-minggu lamanya Sungai Citarum terpolusi berbagai kontaminan
untuk kembali bersih. yang berasal dari pabrik, rumah tangga dan sampah
(BBWS Citarum 2011). Kontak bagian tubuh dengan
Secara visual, bila dibandingkan dengan jalan genangan air yang sangat terpolusi berpotensi
utama, banjir tidak membuat kerusakan fisik terkena penyakit serius. Upaya mengurangi
yang signifikan terhadap jaringan jalan lokal. Hal potensi tersebut adalah dengan meliburkan atau
ini karena secara fisik jaringan jalan lokal tidak memindahkan kegiatan belajar ke lokasi yang lebih
mengalami pembebanan seperti yang diterima aman.
jalan utama. Walaupun tidak memiliki kualitas

Gambar 14. Ilustrasi sarana Gambar 15. Jaringan transpotasi


Gambar 13. Kondisi transportasi konvensional tidak tertutup sedimen
Jembatan Dayeuh Kolot beroperasi selama banjir, diganti Sumber : BBWS citarum
Sumber : BBWS citarum
dengan kendaran air
Sumber : BBWS citarum

62
Identifikasi Kerusakan Bangunan Dan Fungsi Infrastruktur Akibat Banjir Citarum Di Wilayah Kabupaten Bandung
Harri A. Setiadi

DAFTAR PUSTAKA
Angel, Shlomo. 2000. Housing Policy Matters, A
Global Analysis. Oxford: Oxford University
Press.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus
Penduduk 2010 Data Agregat per Kecamatan
di Kabupaten Bandung. Bandung: BPS
Kabupaten Bandung.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten
Bandung dalam Angka Tahun 2012.
[BBWS Citarum]. Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum. 2011. Kondisi Sungai Citarum saat
ini. http://www.citarum.org/?q=node/193
Gambar 16. Ilustrasi banjir menggenang bangunan
diakses 11 Januari 2011.
sekolah
Sumber : BBWS citarum [BBWS Citarum]. Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum. 2012. Laporan Foto Suatu Siang
di Cienteung. http://upload.citarum.org/
KESIMPULAN knowledge/document/FINAL-Revised-
Hasil identifikasi memperlihatkan bukti yang Cieunteung_opt.pdf.
makin menguatkan dugaan awal bahwa eskalasi [BBWS Citarum]. Balai Besar Wilayah Sungai
dan intensitas banjir di lokasi penelitian yang Citarum. 2012. Laporan Foto, 22 Hotspots
semakin meningkat dari waktu ke waktu serta di Wilayah Sungai Citarum. http://www.
terjadi berulang setiap tahun, memiliki hubungan citarum.org/?q=node/1123
dengan bertambahnya luas kawasan permukiman Bradshaw, Corey JA; Navjot J Sodhi; Kelvin H Peh;
yang dibangun di atas kawasan hijau dan and Barry W Brook. 2007. Global Evidence
kawasan dataran banjir (flood-plain). Eskalasi dan that Deforestation Amplifies Flood Risk and
intensitas banjir merupakan manifestasi terjadinya Severity in Developing World. Global Change
ketidaksetimbangan sosial-ekologi. Akibatnya, Biology 13(11):2379-2395.
banjir mengurangi kelayakan lokasi penelitian Brody, Samuel D; Sammy Zahran; Wesley E
sebagai lokasi bermukim. Banjir tidak lagi suatu Highfield; Himansu Grover; and Arnold
peristiwa alam biasa, melainkan telah berubah Vedlitz. 2007. Identifying the Impact of the
menjadi bencana ekologis yang secara signifikan Build Environment on Flood Damage in
mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat yang Texas. Overseas Development Institute.
bermukim di lokasi tersebut. Burel, Francoise and Jacques Baudry. 2004.
Landscape Ecology. USA: Science Publisher
Kerugian akibat banjir yang secara tangible Inc.
dialami oleh masyarakat yang bermukim di lokasi D’Arrigo, Rossane; Nerrilie Abram; Caroline
banjir berasal dari kerusakan bangunan yang Ummenhofer; Jonathan Palmer; and Manfred
mereka huni dan disfungsi infrastruktur. Selain Mudelsee. 2009. Reconstructed Streamflow
merugikan kelompok masyarakat setempat, for Citarum River, Java, Indonesia : Linkages
disfungsi infrastruktur juga merugikan kelompok to to Tropical Climate Dynamic. Climate
masyarakat pengguna lainnya. Secara deskriptif, Dynamics 36(3-4): 451-462.
banjir dengan intensitas yang semakin meningkat Data Monografi. 2010. Data Monografi Desa
sangat berpengaruh terhadap timbulnya berbagai Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot,
kerusakan bangunan. Terutama pada bangunan Kabupaten Bandung.
biasa yang dibangun oleh masyarakat di atas DrDacky, Milos. 2010. Flood Damage to Buildings
lahan marginal, serta terhadap fungsionalitas and Structures. Journal of Performance of
infrastruktur. Banjir mengakibatkan berkurangnya Constructed Facilities 24: 439-445.
kelayakan bangunan sebagai tempat tinggal dan http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.
mempengaruhi usia pakai bangunan, terutama htm?id=121078
untuk bangunan-bangunan semi permanen dan Forman, Richard TT. 2008. Urban Region Ecology
bangunan tradisional. Banjir juga berdampak and Planning Beyond The City. Cambridge:
terhadap fungsionalitas infrastruktur, terutana Cambridge University Press.
dampak intangible dalam bentuk biaya sosial yang Gao, Jixi; James E Nickum; and Yingzi Pan. 2007. An
sangat besar. Assessment of Flood Hazard Vulnerability in
The Dongting Lake Region of China. Lakes

63
and Reservoirs: Research & Management Mendoza, ME; G Boco; E Lopez-Granados; and
12(1): 27-34. M Bravo Espinoza. 2010. Hydrological
Hadley, Craig; Shasha Rudenstine; and Sandro Galea. Implication of Land Use and Land Cover
2009. How Vulnerabilities and capacities Change: Spatial Analytical Approach at
Shape Population Health after Disaster. In Regional Scale in the closed basin of the
Urban Health and and Society Interdisciplinary Cuitzeo Lake, Michoacan, Mexico. Singapore
Approaches to Research and Practice by Journal of Tropical Geography 31(2): 197-
Nicholas Freudenberg, Susan Klitzman and 214.
Susan Saegert. San Fransisco: Jossey-Bass A Nadal, Noberto C; Raul E Zapata; Ismael Pagan;
Wiley Imprint. Ricardo Lopez; and Jairo Agudelo. 2010.
Harris, Samuel Y. 2001. Building Pathology Building Damage Due to Riverine and Coastal
(Deterioration, Diagnostics and Intervention). Floods. Journal of Water Resources Planning
New York: John Wiley and Son. Planning & Amanagement 136(3)
Jupp, Victor. 2006. The SAGE Dictionary of Social National Weather Service USA. www.weather.gov.
Research Methods. Thousand Oaks: SAGE Pattison, Ian and Stuart N Lane. 2011. The link
Publishing. between land-used management and fluvial
Kunto, Haryoto. 1986. Semerbak Bunga di Bandung flood risk: A chaotic conception. New York:
Raya. Bandung: PT Granesia. SAGE Publication.
Licker, Mark D. 2003. Dictionary of Environmental http://www.tribunnews.com/
Science. New York: Mc Graw – Hill. imagesregionalview/295571/foto-banjir-di-
McDonald, John F and Daniel P McMillen. 2011. kota-bandung
Urban Economics and Real Estate, Theory and http://www.tribunnews.com/2013/02/16/kami-
Policy. New York: John Wiley & Sons, Inc. tak-punya-pelampung

64

Anda mungkin juga menyukai