Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BANJIR DI KOTA BATU

Dosen Pengampu : Retno Wulan Sekarsari S.AP., M.AP., M.Pol.Sc.,

Oleh :

Amirah Tsara Nafisatul Sakinah 21701091089

Silfiya Fatimatuz Zahro 21801091036

Frenanda Yonata Mahardhika Haryono 21801091109

Suryadi 2180109113

Dina Kusprihatining Cahyati 21901091003

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana banjir bandang sering disebut bencana hidrometeorologi yang berdampak


signifikan pada kehidupan, serta aset yang dimiliki. Banjir merupakan bencana alam yang terjadi
karena banyak faktor. Penyebab utama banjir bandang dipicu oleh curah hujan yang tinggi.
Kemudian berhubungan dengan kejadian longsor yang menyumbat aliran sungai dan membentuk
bendung alam. Selanjutnya tekanan aliran sungai menjebol bendung alami dan menyebabkan
banjir bandang yang ditandai dengan kecepatan aliran yang tinggi dengan membawa lumpur,
kayu, dan batu (Adi Seno, 2013 dalam Kusumasari, 2022). Diperkotaan genangan lokal terjadi
pada saat musim hujan, skala banjir yang terjadi cukup besar dan belum dapat dikendalikan
secara dominan.

Kota Batu merupakan daerah rawan bencana dan bencana dapat terjadi disebabkan oleh
alam maupun non alam. Hal ini terbukti telah terjadi berbagai bencana di Kota Batu seperti
banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, kekeringan,
kegagalan teknologi, kecelakaan transportasi, wabah/hama penyakit, serta konflik sosial. Akibat
dari bencana-bencana dimaksud berdampak pada rusaknya lingkungan, permukiman penduduk,
sarana prasarana vital dan membawa kerugian harta benda dan penderitaan serta korban jiwa
manusia. Selain itu, bencana-bencana dimaksud juga berdampak pada terjadinya pengungsian
yang disebabkan oleh rumah tinggalnya rusak atau ancaman lainya dan memaksa mereka
mencari tempat lain yang lebih aman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor penyebab banjir di Kota Batu?
2. Bagaimana mencegah dan menanggulangi banjir yang terjadi di Kota Batu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab banjir di Kota Batu.
2. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan banjir di Kota Batu.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Ligal Sebastian (2008) dengan judul “Pendekatan Pencegahan dan


Penanggulangan Banjir”. Penelitian tersebut memiliki tujuan dan batasan bahasan dalam yaitu
menekankan pada identifikasi teknik pengelolaan dan pengendalian/ penanggulangan banjir
secara umum. Tujuan identifikasi ini untuk mendapatkan permasalahan dan rencana/program
pengelolaan dan penanggulangan banjir. Pengumpulan data didapatkan dari studi pustaka dan
data sekunder. Studi lapangan untuk mendapatkan data primer dan wawancara mendalam dengan
masyarakat terkait. Hasil studi ini disajikan secara deskriptif kualitatif yaitu mengambarkan
tentang berbagai fenomena pemahaman dalam pendekatan penanggulangan banjir. Penyusunan
kompilasi dan studi pustaka menjadi sumber pengetahuan dan pembanding untuk mendukung
studi ini. Hasil akhir pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua katagori
penyebab banjir, yaitu akibat alami dan akibat aktivitas manusia. Dalam kaitannya terjadinya
banjir, maka terdapat metode pengendalian banjir, yaitu metode struktural dan non-struktural.

Penelitian Aurellia Chintia Deby H, Yaqub Cikusin, dan Roni Pindahanto W (2019),
berjudul “Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Dalam Tahap Kesiapsiagaan
(Studi Pada Kantor BPBD Kota Batu)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, teknik
pengumpulan data menggunakan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber
data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, teknik analisis menggunakan
model analisi dan interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994). Untuk
mewujudkan kota Batu yang tangguh terhadap bencana maka perlu diawali dengan pembentukan
desa/kelurahan tangguh bencana sebagai satuan terkecil dari Kota. Sehingga dapat dilakukan
langkah antisipasi dan kesiapsiagaan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tepat, terarah,
dan terpadu. Adapun yang dilakukan oleh BPBD tidak lepas dari faktor penghambat dan faktor
pendukung. Berkaitan dengan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh penelitian
tersebut adalah meningkatkan kesadaran akan potensi bencana dan dampak bencana dengan
mendukung BPBD dalam pembentukan desa tangguh bencana yang diharapkan memiliki
kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana.
BAB III

PEMBAHASAN

Daerah Aliran Sungai Brantas di Jawa Timur mempunyai peran penting bagi masyarakat,
baik sebagai sumber pengairan, sumber air bersih dan sumber daya pembangkit tenaga listrik.
Sungai besar ini berawal dari mata airnya di Sumber Brantas yang terletak di sebelah Timur kaki
gunung Anjasmoro, yang selanjutnya mengalir melalui 8 Kabupaten yaitu Malang, Blitar,
Tulunggung, Kediri, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo dan 6 Kota yaitu Batu, Malang,
Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya (Priyantoro & Limantara, 2017; Pambudi & Moersidik,
2019 dalam Pambudi, 2021). Sebagai salah satu kota yang dilewati oleh aliran sungai besar, kota
Batu merupakan daerah rawan banjir. Berikut faktor-faktor penyebab terjadinya banjir di kota
Batu dan penanggulangannya:

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir


Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir
akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh
curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan
pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah
manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan
kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya
drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami),
dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat (Sebastian, 2008).
a. Penyebab alami
1) Curah hujan: pada musim hujan, curah hujan yang tinggi berakibat banjir di
sungai dan bila melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau
genangan.
2) Pengaruh Fisiografi: fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi
dan kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometric
hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,
material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya banjir.
3) Erosi dan Sedimentasi: erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan
kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di
Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga
timbul genangan dan banjir di sungai.
4) Kapasitas Sungai: Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat
disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai
yang berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini
menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai.
5) Kapasitas Drainasi yang tidak memadai: ebagian besar kota-kota di Indonesia
6) mempunyai drainasi daerah genanga yang tidak memadai, sehingga kota-kota
tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.
7) Pengaruh air pasang: air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada
waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan
atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Fenomena
genangan air pasang (Rob) juga rentan terjadi di daerah pesisir sepanjang
tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.
b. Penyebab non-alami
1) Perubahan kondisi DAS: perubahan kondisi DAS seperti penggundulan
hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan
tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya
aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan
berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.
2) Kawasan kumuh dan Sampah: perumahan kumuh (slum) di sepanjang
bantaran sungai dapat menjadi penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh
ini menjadi faktor penting terjadinya banjir di daerah perkotaan. Disiplin
masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan masih
kurang baik dan banyak melanggar dengan membuang sampah langsung ke
alur sungai, hal ini biasa dijumpai di kota-kota besar. Sehingga dapat
meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang.
3) Drainasi lahan: drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada
daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam
menampung debit air yang tinggi.
4) Kerusakan bangunan pengendali air: pemeliharaan yang kurang memadai
dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan
akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
5) Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat: beberapa sistim
pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir
kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama
banjir- banjir yang besar. Semisal, bangunan tanggul sungai yang tinggi.
limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana
dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan
aliran yang sangat besar melalui tanggul yang bobol sehingga menibulkan
banjir yang besar.
6) Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami): penebangan pohon dan
tanaman oleh masyarakat secara liar (Illegal logging), tani berpindah-
pindah dan permainan rebiosasi hutan untuk bisnis dan sebagainya
menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan
terjadinya banjir.
2. Penanggulangan Banjir
a. Pemetaan Unsur-Unsur Rawan Atau Rentan.
Dengan memetakan daerah rawan serta menggabungkan data itu dengan rancangan
kegiatan persiapan dan penanggulangan. Suatu strategi dapat dirancang di daerah-daerah
luapan air dengan langkah-langkah pengendalian banjir.
b. Pemetaan Daerah-Daerah Luapan Air/Jalur Banjir
Parameter kejadian banjir 100 tahun itu memaparkan areal yang memiliki kemungkinan
1% terlanda banjir dengan ukuran tertentu pada tahun tertentu. Frekuensi-frekuensi lain
mungkin bisa juga dipakai, misalnya 5, 20, 50 atau 500 tahun, tergantung kepada ambang
risiko yang ditetapkan untuk suatu evaluasi (Kodoati dan Sugiyanto, 2002 dalam
Sebastian, 2008).
c. Pemetaan Daerah Bencana-bencana Lain
Banjir sering menyebabkan (terjadi bersamaan dengan atau menjadi akibat dari) bencana-
bencana lain. Agar daerah-daerah yang rawan terhadap lebih dari satu jenis bencana bisa
diketahui, dilakukan penyusunan peta silang, sintetis atau terpadu. Peta ini merupakan
alat yang sangat bagus untuk panduan perancangan program pertolongan dan
penanggulangan.
d. Pengaturan Tata Guna Lahan
Tujuan pengaturan tata guna lahan melalui undang-undang agraria dan peraturan-
peraturan lainnya adalah untuk menekan risiko terhadap nyawa, harta benda dan
pembangunan di kawasankawasan rawan bencana.
e. Kepadatan Penduduk dan Bangunan
Di daerah-daerah rawan banjir, jumlah korban tewas maupun cedera akan
langsung terkait dengan kepadatan penduduk. Bila daerah itu masih dalam tahap
perencanaan pembangunan atau perluasan kawasan, rencana itu harus mencakup
pula kepadatan penduduk.
f. Larangan Penggunaan Tanah Untuk Fungsi- Fungsi Tertentu
Suatu daerah/kawasan yang menjadi ajang banjir sedikitnya rata-rata 1-2 kali tiap
10 tahun terjadi banjir bandang, diyakini dan disarankan tidak boleh ada
pembangunan skala besar di daerah itu (Lutfi, 2007 dalam Sebastian, 2008).
Pabrik, perumahan dan sebagainya sebaiknya tidak diizinkan di bangun di daerah
ini demi kepentingan ekonomis, sosial dan keselamatan para penghuninya sendiri.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwasannya banjir dapat disebabkan oleh dua faktor
utama yaitu alami dan non-alami. Faktor alami yaitu faktor yang disebabkan oleh alam seperti
curah hujan yang tinggi dan luapan sungai. Faktor non-alami disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti penebangan hutan liar, pembangunan gedung-gedung dan pemukiman di kawasan rawan
banjir, pengelolaan sampah yang tidak tepat, bangunan pengendali air yang kurang baik, dan
banyak lagi.

B. Saran

Bencana banjir merupakan bencana yang memiliki dampak begitu besar kepada
masyarakat. Maka, berdasarkan temuan dan simpulan yang didapat, maka untuk menanggulangi
banjir diperlukan kesadaran masyarakat dan sudah sepatutnya menjadi sorotan pemerintah
sebagai sebuah masalah yang genting serta membtuhkan solusi yang cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Deby, A. C., Cikusin, Y., & Widodo, R. P. (2019). Peran Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (Bpbd) Dalam Tahap Kesiapsiagaan (Studi Pada Kantor BPBD Kota
Batu). Respon Publik, 13(3), 34-41.

Kusuma Sari, D. A. (2022). Dampak banjir bandang dan upaya pencegahannya di masa depan
oleh petani kecamatan Bumiaji kota Batu. (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).

Sebastian, L. (2008). Pendekatan pencegahan dan penanggulangan banjir. Dicatut dari


publikasiilmiah.ums.ac.id

Pambudi, A. S. (2021). Analisis Stabilitas Bangunan Pengendali Sedimen pada Kondisi Banjir
Rancangan dan Tampungan Sedimen Penuh: Suatu Kasus di Arboretum Sumber Brantas,
Kota Batu. Jurnal Teknik Sipil, 17(2), 169-183.

Anda mungkin juga menyukai