Layaknya sebuah anugerah bagi Indonesia menjadi Negara beriklim tropis. Hadirnya 2 musim yaitu hujan dan kemarau serta dilengkapi topografi permukaan yang beragam membuat tanah Indonesia menjadi subur. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan wilayah Indonesia ini kaya akan sumberdaya alam, salah satu konsekuensi logis kekompleksan kondisi geologi ini menjadikan banyak daerah-daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya. Berbagai kerusakan dan kehilangan tersebut akan menyebabkan angka kemiskinan di suatu wilayah yang terkena bencana akan meningkat. Oleh karena itu, penanggulangan bencana tidak hanya bersifat reaktif atau melakukan penanggulangan setelah terjadi bencana. Tetapi penanggulangan bencana juga bisa bersifat antisipatif, yakni melakukan pengkajian dan tindakan pencegahan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya bencana (PNPM-MP, 2018). Data kejadian bencana di Indonesia yang terjadi sepanjang tahun 2017 tercatat ada 2.341 kejadian bencana. Sekitar 99 persen kejadian disebabkan oleh bencana hidrometreologi yaitu bencana yang dipengaruhi cuaca dan aliran permukaan, dan yang terbanyak adalah bencana banjir dengan 787 kejadian bencana (Nugroho S. P., 2017). Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya 2 tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama, tetapi dapat berubah akibat adanya sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Banjir selalu identik dengan kota besar dan penduduk yang padat. Selain Semarang, Banjarmasin dan Jakarta, Surabaya juga menjadi salah satu Kota rawan banjir di Indonesia.Sampai Agustus 2022 ini, masih ditemukan 118 titik rawan banjir di Kota Surabaya. Ketika hujan deras datang mengguyur membuat beberapa ruas jalan di kota Surabaya nyaris macet total. Jalan – Jalan itu tergenang air bercampur sampah dan lumpur yang meninggalkan bau busuk. Kemacetan lalu lintas pun mewarnai wajah kota Surabaya. Ini merupakan akar dari problem banjir yang terus menerus melanda kota ini. Penyebab utamanya adalah Pertama, perbedaan antara elevasi antara pusat kota dan pesisir pantai (coastal) sangat tipis. Kedua, perubahan peruntukan lahan. Ketiga, selokan atau Got yang tidak jelas ujung pangkalnya. Inkonsistensi Pemkot dalam menata ruang kota dan kurangnya penegakan aturan memberikan izin perubahan peruntukan lahan mengakibatkan banjir sering menghantui kota ini. Selanjutnya, melihat kompleksitas penyebab banjir tersebut maka untuk mengatasinya tentu tidak bisa dengan tindakan yang sepotong-sepotong, karena hal tersebut pasti tidak akan pernah berhasil. Hal ini dapat dipahami dengan alur dan logika berfikir. Misalnya, penambahan pompa tidak akan berarti apa-apa jika salurannya tetap macet. Saluran yang bersih dan dimensi cukup tidak menjamin aliran air buangan lancar, manakala system drainase perkotaannya kacau-balau. System drainase perkotaan yang bagus, dimensinya cukup, salurannya bersih dan pompanya tidak macet itupun juga tidak menjamin Surabaya akan bebas banjir manakala tidak didukung adanya daerah resapan atau busem. Jika Surabaya ingin terbebas dari ancaman banjir yang perlu dilakukan adalah penanganan secara terpadu. Artinya, penanganan banjir harus berpijak pada akar masalah penyebab banjir dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait secara sinergis serta ditangani secara serius. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan salah satu upaya pengkajian bencana banjir dengan melakukan pemetaan risiko bencana banjir agar dapat mengetahui letak lokasi yang membutuhkan prioritas upaya mitigasi serta memberikan rekomendasi yang dibutuhkan tiap lokasi prioritas berdasarkan risikonya.
1.2 Rumusan Masalah
Kondisi cuaca yang semakin memburuk, kondisi lingkungan yang rentan terhadap banjir, serta dampak negatif dari aktifitas pembangunan yang menyebabkan semakin berkurangnya daerah resapan air. Sederet permasalahan tersebut mengakibatkan wilayah Kecamatan Wiyung, Surabaya sering dilanda banjir. Permasalahan banjir ini dapat diatasi secara efektif jika dilakukan upaya mitigasi yang tepat dan sesuai tingkatan risikonya. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Rekomendasi pengendalian seperti apakah yang tepat bagi Kecamatan Wiyung, Surabaya agar dapat menanggulangi bencana banjir berdasarkan kawasan risikonya?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan salah satu usaha mitigasi bencana yakni pengkajian bahaya bencana melalui pemintakatan risiko bencana banjir Kecamatan Wiyung, Surabaya sebagai upaya mitigasi bencana beserta rekomendasi pengendaliannya. Adapun sasaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut. a. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik ancaman bahaya (hazard) bencana banjir di Kecamatan Wiyung. b. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik kerentanan (vulnerability) Kecamatan Wiyung terhadap bencana banjir. c. Merumuskan zonasi risiko (risk) bencana banjir di Kecamatan Wiyung. d. Menentukan rekomendasi pengendalian bencana banjir bagi Kecamatan Wiyung berdasarkan zona risiko.