Anda di halaman 1dari 3

RAMBU-RAMBU JAWABAN 5 INDIKATOR EA PERTEMUAN 1 & 2

Paparan tentang etika ini Sebagian besar bersumber dari buku “Etika Dasar Masalah-
masalah Pokok Filsafat Moral” ditulis oleh Franz Magnis Suseno, Kanisius 1987.

1. Etika adalah
 Ilmu, (bukan ajaran, nasihat, petuah, petunjuk) tentang apa yang baik dan apa yang
buruk,
 ilmu tentang hak dan kewajiban moral,
 ilmu mencari orientasi bagaimana bersikap dan bertindak,
 pemikiran kritis tentang ajaran moral,
 etika hanya memberi pengertian, mengapa dan atas dasar apa kita hidup menurut
norma-norma atau nilai-nilai tertentu; etika bukan memberi kabaikan atau kebenaran,
 ajaran moral diibaratkan seperti buku petunjuk bagaimana kita harus memperlakukan
sepeda motor dengan baik, sedangkan etika memberikan kita pengertian tentang
struktur dan teknologi sepeda motor sendiri.

2. Etika akademik adalah (sebutkan kandungan makna atau ciri esensial dari EA) nilai-nilai,
norma, aturan yang wajib tercermin/ditrapkan/dilaksanakan civitas akademika pada setiap
kegiatan akademik, seperti perkuliahan, penelitian, pengabdian masyarakat,
penulisan/publikasi, dsb. Contoh pelanggaran terhadap etika akademik antara lain adalah
penyontekan/penjiplakan/kecurangan (mis.ujian), plagiarisme (mengambil gagasan,
temuan orang lain atau karyanya sendiri yang sudah dipublikasi, baik disengaja atau tidak
disengaja, sebagian atau seluruhnya tanpa ijin/tanpa menyebutkan sumbernya),
pemalsuan, diskriminatif, perjokian, penyuapan, ketidaksopanan dalam berpakaian di
ruang kuliah dan dalam lingkungan kampus (Contoh dari saya sendiri yg buat).

3. Etika akademik adalah apa yang seharusnya dilakukan oleh akademisi dalam kaitannya
dengan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi (Dardiri, 2003:1-2).
4. Parsudi Suparlan (dalam Dardiri, 2003:4-5), hakikat EA adalah kejujuran dalam mencari
dan menemukan kebenaran serta mengungkapkannya.

ESENSI ATAU HAKIKAT EA


1. Kejujuran
 Jujur berarti tidak curang, tidak bohong, mengutarakan apa adanya, tulus, bersih hati,
tidak serong, tidak pura-pura, tidak palsu, tidak dusta, tidak palsu, original/murni/tulen,
bukan sandiwara, bukan fotokopi, bukan saduran/sepuhan (KBBI)
 Bersikap jujur (Suseno, 1987:142) terhadap orang lain berarti dua: (1) terbuka: diri
selalu tampil original, tidak pakai topeng, tidak bersandiwara, tidak menyembunyikan
wajah yang sebenarnya, tidak menyesuaikan kepribadian diri dengan harapan orang
lain; tapi juga tidak bersikap egois; (2) fair atau wajar. Artinya, tidak bermain
sandiwara, bukan hanya terhadap orang lain tatapi juga terhadap dirinya sendiri.
2. Tanggung jawab
 Manusia dengan bekal pikiran, perasaan, dan kemauannya memiliki kebebasan untuk
memilih dan memutuskan, apakah mau jujur (mis.mengutip, ujian) atau tidak jujur,
misalnya menjeplak, nyotek, bacem, memalsukan tanda tangan, memalsukan nilai,
dokumen dll. Justru karena memiliki kebebasan memilih itulah maka manusia dibebani
tanggung jawab, dibebani kewajiban, diperlukan etika, norma, aturan, hukum, aplikasi.
Binatang tidak memiliki kebebasan memilih maka tidak dibebani tanggung jawab. Jadi,
kejujuran itu menjadi operasional dan teruji jika diwujudkan dalam bentuk tanggung
jawab.

1
 Bertanggung jawab berarti sikap kita terhadap tugas/kewajiban yg dibebankan kepada
kita; kita terikat untuk untuk menyelesaikannya dengan baik, tanpa pamrih; perasaan-
perasaan malas, berat, takut, lelah tidak ada tempat pada dirinya.
 Bertanggung jawab berarti sejujurnya dan setulusnya berusaha untuk menyelesaikannya
dengan sebaik-baiknya walaupun tidak dilihat atau diawasi oleh orang lain;
 Bertanggung jawab selalu terikat pada nilai-nilai luhur (kemanusian, keadilan,
ketuhanan) sehingga cenderung mengatasi etika peraturan. Contoh asisten rumah
tangga jam kerjanya sampai jam 16.00 tetapi karena orang tuanya belum pulang maka
rela melanggar aturan pulang tersebut demi nilai-nilai luhur/kemanusiaan. Apabila
tetangganya teriak maling-maling, makai a tidak bersikap masa bodoh tapi segera
menghubungi polisi.
 Bertanggung jawab berarti bersedia, rela untuk memberi, untuk diminta
pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Tidak pernah
mencari alasan pembenar terhadap tanggung jawabnya; tidak pernah melempar
tanggung jawabnya pada pihak lain.
 Kesediaan bertanggung jawab demikian adalahg tanda kepribadian dan kekuatan batin
yang mantap.
3. Rendah hati
 Bukan tidak berani, cepat-cepat mengalah, menjilat, juga bukan mereka yang tidak
sanggup membela pendirian, merendahkan diri.
 Orang yang rendah hati sangat menyadari bahwa dirinya Setiap manusia) pasti
memiliki kekurangan, kelemahan, khilafan, selain juga kelebihan;
 Orang rendah hati tidak pemutlakkan, tapi merelatifkan, mudah tahu diri. Oleh karena
itu ia tidak mengambil posisi berlebihan dan tidak perlu risau kelemahannya ketahuan.
4. Keadilan (hak & kewajiban seimbang).
 Bersikap dan bertindak proporsional
5. Kemandirian moral
 Tidak mudah/pernah ikut-ikutan dengan pelbagai pandangan moral, perlu penilaian dan
pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya.
 Ia bukan bunglon yang mudah berubah warna sesuai lingkungan yang dimasukinya;
bukan balon yang selalu mengikuti gerak angin; tidak bisa diajak kong kalikong.
6. Keberanian moral
 Kesetiaan terhadap hati nurani yang disadari sebagai tempat bersemayamnya kesadaran
alamiah, selalu mengambil jarak dengan diri, selalu berani mengambil resiko;
 Tidak mudah mengikuti arus apalagi hanyut dalam arus
 Ia bagaikan batu karang ditengah sungai berarus deras/kuat.

RASIONALISASI EA
1. Manusia sebagai makhluk lemah. Ingin cepat walaupun proses/caranya tidak tepat.
2. Kemajuan iptek menggoda manusia untuk tidak jujur/tidak bertanggung jawab.
3. Kita hidup dalam masyarakat majemuk, global, juga dalam bidang moralitas.
4. Tiada inovasi tanpa moral. Negara yang paling inovatif di dunia didominasi negara
terbersih dari korupsi. Korupsi melemahkan niat baik, kreativitas dan inovasi. Inovasi lahir
dari orang-orang jujur dan mulia (altruis). Tingkat inovasi kita/Indonesia berada di urutan
88 dari 128 negara dan urutan ke-90 dari 176 negara terkait dengan indeks persepsi
korupsi. Regulasi soal inovasi harus memberi semangat, tidak membuat malas para
innovator ide-ide kreatif sebab ide kreatif itu mahal. Regulasi bisa menjadi kendala
memacu inovasi

MANFAAT BER-ETIKA AKADEMIK

2
1 Menghormati, mengakui dan memberikan penghargaan atas karya orang lain menjadi
satu keharusan.
2 Ilmu pengetahuan dikembangkan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya sehingga tidak perlu ragu-ragu bagi siapa pun (masyarakat akademis)
ketika menyusun KTI, menyebutkan sumber rujukan sebagai cermin kejujuran
intelektual
3 menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai orang terpelajar, dengan jalan menjaga
kebenaran hakiki, manfaat dan makna informasi yang akan disebarluaskannya
sehingga tidak menyesatkan orang lain
1. nar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan karya lama.
Faktor pendorong terjadinya tindakan plagiat yaitu:
1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang menjadi beban
tanggungjawabnya sehingga terdorong untuk copy-paste atas karya orang lain.
2. Rendahnya minat baca dan minat melakukan analisis terhadap sumber referensi yang
dimiliki.
3. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan kutipan.
4. Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan plagiarisme.
Menghindari Tindakan Plagiarisme
Beberapa upaya telah dilakukan institusi perguruan tinggi untuk menghindarikan masyarakat
akademisnya, dari tindakan plagiarisme, sengaja maupun tidak sengaja. Berikut ini,
pencegahan dan berbagai bentuk pengawasan yang dilakukan antara lain (Permen Diknas No.
17 Tahun 2010 Pasal 7):
1. Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat pernyataan dari
yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung
unsur plagiat.
2. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang
dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya, seperti portal Garuda atau portal lain
yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.
3. Para penulis disarankan aplikasi untuk mengelola sumber referensi, misalnya EndNote,
RefWorks, CiteULike, Citavi, Mendeley, dan Zotero. Mendeley dan Zotero tidak
berbayar.
4. Menggunakan aplikasi pendeteksi plagiarisme. Misalnya: Turnitin, Wcopyfind, dan
sebagainya.
5. Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17
Tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis.

Anda mungkin juga menyukai