Anda di halaman 1dari 9

Nama : Lusiana Febri Susanti

Kelas/semester/prodi : A2/ 02/ PGSD

NIM : 188620600195

Tugas : FILP. 05

Soal :
1. Berikan penjelasan tentang kedudukan ilmu masing-masing sebagai proses, prosedur,
dan produk!
2. Lakukan identifikasi terhadap nilai-nilai yang bermanfaat bagi calon guru!
3. Bandingkan antara etika dan estetika dalam proses pendidikan!

Jawaban :
1. Filsafat ilmu sebagai proses merupakan aktivitas penelitian yang dilakukan
berdasarkan pemikiran secara matang dan diarahkan pada pencapaian tujuan, yaitu:
a. Mencapai kebenaran
b. Dapat dipergunakan untuk menjelaskan
c. Dapat dipergunakan untuk memprediksi
d. Dapat dipergunakan mengendalikan.

Filsafat ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan


prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk
memperoleh kebenaran ilmiah,
Menurut Stanlay dan Thomas C. Hunt menjelaskan bahwa metode dalam mencari
pengetahuan ada tiga
1. Rasionalisme
Plato memberikan gambaran klasik dari rasionalisme. Dia berdalil bahwa untuk
mempelajari sesuatu, seorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum
diketahui. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam
pikiran manusia. Pengalaman indra paling banyak hanya merangsang ingatan dan

1/9
membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah ada dalam pikiran.
Menurut Plato kenyataan dasar terdiri dari ide atau prinsip.
Sedangkan menurut Descrates, dia menganggap bahwa pengetahuan memang
dihasilkan oleh indra, tetapi karena dia mengakui bahwa indra itu bisa menyesatkan
(seperti dalam mimpi dan hayalan), maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa
data keindraan tidak dapat diandalkan
Dari penjelasan di atas terdapat beberapa kritik yang ditujukan pada kaum
rasionalisme. Diantaranya adalah:
a) Pengetahuan rasional dibentuk oleh yang tidak dapat dilihat maupun diraba. Sehingga
eksistensi tentang idea yang bersifat sudah pasti maupun bawaan itu sendiri belum dapat
dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama.
b) Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan
kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan
yang praktis.
c) Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan
manusia selama ini.

2. Empirisme
Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada,
dia berkata “tunjukkan hal itu kepada saya“. Dalam persoalan mengenai fakta maka dia
harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri.
Orang-orang empiris berpendapat bahwa kita dilahirkan tidak mengetahui
sesuatupun. Apapun yang kita ketahui itu berasal dari kelima panca indra kita. John
Locke bapak empirisme mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan, akalnya
merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku catatan
itulah di catat pengalaman-pengalaman indrawi. Sehingga ia memandang akal sebagai
jenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan
tersebut.  Sehingga bisa dikatan bahwa kelompok empiris  melihat bahwa pemahaman
manusia hanya terbatas pada pengalamannya.

2/9
3. Keilmuan
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode
induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan, di jelaskan bahwa empirisme
merupakan epistemology yang telah mencoba menjadikan alat indra berperan dalam
pengamatan untuk memperoleh keterangan tentang pengetahuan ilmiah. Memang
terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian yang populer ini, karena ilmuan
mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan
data indrawi.
 Walaupun demikian analisis yang mendalam terhadap metode keilmuan akan
menyingkap kenyataan, bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuan dalam usahanya
mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai suatu kombinasi antara prosedur
empiris dan rasional. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah
satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Dengan demikian maka berkembanglah
metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif yang
merupakan pertemuan antara empirisme dan rasionalisme.
Hal ini dilakukan para ahli filsafat untuk membedakan antara mana pengetahuan
yang dianggap ilmiah dan mana yang bukan. Sehingga munculah metode ilmiah,
sebagai jawabannya. Disiplin yang menerapkan karakteristik ilmiah akan menghasilkan
pengetahuan ilmiah, sehingga yang tidak menerapkan metode ilmiah ini,
pengetahuannya bisa dianggap bukan merupakan pengetahuan ilmiah.

Filsafat ilmu sebagai produk adalah pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji
secara ilmiah, yang mencakup :
a. Jenis-jenis sasaran
b. Bentuk-bentuk pernyataan
c. Ragam-ragam proposisi
d. Ciri-ciri pokok
e. Pembagian secara sistematis

3/9
2. Nilai- nilai yang bermanfaat bagi calon guru antara lain, nilai sosial, nilai, kebudayaan, nilai
belajar, nilai akademik maupun non akademik dsb. Bukan hanya guru saja yang mempunyai
nilai bermanfaat tetapi sebagai calon guru harus menanamkan nilai pendidikan karakter.
nilai-nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan banyak hal,:
1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
Segala pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai Ketuhanan atau sesuai dengan ajaran agamanya (religius).
2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
Adapun nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri diantaranya:
a) Jujur
b) Bertanggung jawab
c) Bergaya hidup sehat
d) Kerjakeras
e) Disiplin
f) Mandiri
g) Cinta ilmu
h) Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
i) Rasa ingin tahu yang tinggi
j) Percaya diri

3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama


Adapun nilai karakter yang ada hubungannya dengan sesama antara lain:
a) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas dan kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
c) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui serta menghargai keberhasilan orang lain.

4/9
d) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke
semua orang.
e) Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.

4) Nilai Karakter Dalam Hubungannya Dengan Lingkungan Yaitu Peduli Social Dan
Lingkungan
a)Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
1.Nasionalis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
lingkungan fisik.
2. Menghargai keberagaman
Sikap menghargai terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, adat, sifat,
suku, budaya maupun agama.

Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter Menurut Diknas adalah :


1) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

5/9
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5) KerjaKeras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki
7) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas
8) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9) RasaInginTahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10) SemangatKebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11) CintaTanahAir
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12) MenghargaiPrestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

6/9
14) CintaDamai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15) GemarMembaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16) PeduliLingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17) PeduliSosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18) TanggungJawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.

3. Etika Dan Estetika Dalam Proses Pendidikan


a. Etika Dalam Proses Pendidikan
Menurut Aristoteles, muridnya Plato, mengatakan bahwa etika merupakan suatu
keterampilan untuk berbuat baik atau buruk yang diperoleh dari hasil latihan dan
pengajaran. Immanuel Kant Filosof Jerman berpendapat bahwa etika adalah urusan
“nalar praktis”. Artinya, pada dasarnya nilai-nilai moral itu telah tertanam pada diri
manusia sebagai sebuah kewajiban (imperative kategoris). Kecenderungan berbuat baik,
misalnya sebenarnya telah ada pada diri manusia. Manusia pada intinya hanya
menunaikan kecenderungan diri dalam setiap perbuatannya.
Menurut Asy’ariyah makna etika murni bersifat subjektif, artinya bisa bermakna
dengan adanya subjek, dalam hal ini adalah Allah. Satu-satunya tujuan bertindak moral
ialah mematuhi Allah. Etika merupakan salah satu bagian dari aksiologi yang menarik
untuk dikaji sehingga memunculkan banyak definisi dari beberapa ahli baik dari Islam

7/9
maupun Barat sehingga etika juga merupakan bagian dari filsafat. Etika juga disebut
filsafat moral, yaitu cabang fisafat yang berbicara tentang praksis (tindakan) manusia.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manuisa harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan olah bermacam-macam
norma. Dalam hal ini, kepribadian yang merupakan cerminan watak dan tingkah laku
seseorang dapat berpengaruh terhadap etika orang tersebut di masyarakat. Artinya, nilai-
nilai yang telah diterima oleh seseorang akan menentukan corak kepribadian orang
tersebut. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral

b. Estetika Dalam Proses Pendidikan.


Istilah estetika muncul pertama kali pada pertengahan abad ke -18, melalui seorang
filsuf Jerman, Alexander Baumgarten. Sang filsuf memasukkan estetika sebagai ranah
pengetahuan sensoris, yaitu pengetahuan rasa yang berbeda dari pengetahuan logika,
sebelum akhirnya ia sampai kepada penggunaan istilah tersebut dalam kaitan persepsi
atas rasa keindahan, khususnya keindahan karya seni. Selanjutnya, Emmanuel Kant
menggunakan istilah tersebut dengan menerapkannya untuk menilai keindahan, baik
yang terdapat dalam karya seni maupun dalam alam secara luas.
Estetika berasal dari kata aistheton atau aisthetikos, yang dalam bahasa Yunani Kuno
berarti persepsi atau kemampuan mencerap sesuatu secara indrawi. Menurut plato,
keindahan adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Bagi Plato,
keindahan itu merupakan pancaran akal ilahi. Bila yang hakikat ilahi itu menyatakan
dirinya atau memancarkan sinarnya pada, atau dalam realitas penuh, maka itulah
keindahan.

Menurut Kant, keindahan itu merupakan sifat obyek bukan terletak pada
subyek. Estetika adalah nilai-nilai indah dan jeleknya sesuatu. Perasaan estetis disebut
pula sebagai perasaan keindahan. Perasaan keindahan ini biasa terungkap dalam seni,
namun ada pula yang mengendap dalam diri menjadi cinta tanpa pamrih. Selanjutnya,
nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata” indah” lebih sering dikenakan pada
seni, sedangkan “baik” pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh
ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku. Orang

8/9
yang tingkah lakunya baik(etika), tetapi kurang indah(estetika), akan dipilih belakangan,
yang dipilih lebih dulu adalah orang yang indah, sekalipun kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA
http://duendhaabdillah.blogspot.com/2013/05/pengertian-ilmu-ilmu-sebagai-proses.html
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/03/nilai-nilai-pendidikan-karakter-bangsa-
terlengkap.html
http://masyitah-masyithah.blogspot.com/2013/05/etika-dan-estetika-dalam-
tinjauan.html

9/9

Anda mungkin juga menyukai