Tujuan sebenarnya kita mencari ilmu adalah untuk mendapat ilmu, kemudian ilmu
tersebut bermanfaat juga untuk orang lain. Lalu apa yang kita peroleh dengan belajar kebut
semalam saat menjelang ujian, alhasil belajar kita tersebut akan hilang dari ingatan kita
dalam sekejap karena kita belum sepenuhnya menguasai materi tersebut. Lebih parahnya
lagi jika kita menggunakan berbagai cara yang seharusnya tidak kita lakukan seperti
mencontek dengan tujuan supaya kita mendapatkan nilai yang bagus. Lalu apa yang kita
peroleh dari nilai sempurna, hanyalah ambisi semata. Ilmu yang kita dapat tidak akan
bermanfaat untuk orang lain karena kita saja belum menguasainya
Artikel “Contekan”
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka dan
nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
c. Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai
mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
Disadari atau tidak, perilaku menyontek ini akan mengakibatkan perilaku atau watak tidak
percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran
tetapi rajin membuat catatan kecil-kecil untuk bahan menyontek, menghalalkan segala
macam cara, dan akhirnya menjadi koruptor. Dengan demikian tampak bahwa perilaku
menyontek secara tidak langsung membelajarkan pada siswa untuk menjadi seorang
koruptor.
b. Sebagai bahaya kedua ialah bahwa deviasi filosofis memberikan akibat fatal
dalam kenyataan tingkah-laku manusia, kenyatan hidup dan penghidupannya,
baik secara/sebagai individu atau warganegara. Dengan kata lain suatu deviasi
filosofis yang tampaknya tidak signifikan, tetapi menyangkut masalah yang
esensial dan fundamental, dengan sendirinya menyebabkan phenomena yang
jauh berbeda.
c. Bahaya ketiga dari mempelajari filsafat ialah bahwa dengan selesainya mata
kuliah filsafat, manusia merasa telah memiliki “jiwa” ilmu filsafat, telah mampu
“berpikir filosofis”, bahkan mengangkat dirinya sebagai filosof. Sebaliknya dapat
terjadi bahwa seseorang yang telah demikian mendalami bahan materi ilmu
filsafat telah demikian jenuh dengan pemikiran filsafat dengan segala macam
aliran, menyebabkan ia tidak tahu, tidak memahami teori filsafat.
d. bahaya berfikir filsafat lainnya adalah bisa saja seorang filsafat menjadi stres
karena pemikiran kritis. contohnya dalam masalah agama dimana tuhan tuhan
harus masuk kedalam logika dan nyata. Seorang filsuf memilih untuk tidak
beragama (ateisme) karna terlalu memikirkan kebenaran yang tidak diketehui.
3. Di samping mengandung bahaya, mempelajari filsafat memiliki manfaat. Manfaat
atau kegunaan apakah yang dapat dipetik jika mempelajari filsafat?
Banyak nilai kegunaan yang dapat kita peroleh dengan mempelajari filsafat, seperti:
c. Atas dasar keputusan batin kita sendiri, manusia memiliki kebebasan dan
kepribadian sendiri.
d. Bahwa dalam keadaan masyarakat yang serba tidak pasti selalu mengalami
perubahan yang cepat dan dialami individu atau akibatnya mengalami krisis
batin, meskipun bervariasi tingkatannya dengan telah memiliki pengertian
tentang filsafat hidup dapat kiranya dikurangi dan dihindari gejala negatif hidup
dan penghidupan, sehingga lebih terarah dan mantap.
e. Bahwa tingkah-laku manusia tentu bertujuan dan ini pada dasarnya ditentukan
oleh filsafat hidupnya, maka dari itu manusia harus memiliki filsafat agar tingkah-
lakunya lebih bernilai.
a. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dalam filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas
sebagai berikut:
2) Bahwa kenyataan yang esensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap,
kekal dan abadi.
3) Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut, universal dan obyektif.
4) Bahwa tujuan yang baik dan benar menenukan alat dan sarana, artinya tujuan
yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
b. Pendekatan Progresif
Sebagai penghujung yang lain dari pendekatan di atas dan dari kontinuitas aliran
filsafat pendidikan adalah pendekatan progresif kontemporer dengan dasar-dasar
pemikiran sebagai berikut:
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat sosial humanisme
ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transendental.
3) Bahwa truth is man-made, artinya kebenaran dan kebajikan itu adalah kreasi
manusia, dengan sifatnya yang relatif temporer bahkan subyektif.
4) Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh
perkembangan tenaga pengembang sosial dan manusia, yang merupakan sumber
perkembangan sosial masyarakat.
5) Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa tujuan dapat
menjadi alat untuk tujuan yang lebih lanjut sesuai dengan perkembangan sosial
masyarakat.
7. Sebutkan dan jelaskan kategori filsafat pendidikan yang telah Saudara pelajari!
Berdasarkan atas dua pola dasar pendekatan dan variasi kelimanya, maka
akan dicoba pengajuan suatu sistematika kategorisasi klasifikasi aliran filsafat
pendidikan sebagai berikut, yaitu:
b. Kategori filsafat religius theistis meliputi segala macam aliran agama yang paling
tidak terdiri atas empat besar agama di dunia ini, dengan segala variasi sekte-
sekte agama masing-masing.
c. Kategori filsafat pendidikan sosial politik. Kategori ini dalam sejarahnya dikenal
bermacam aliran, yaitu humanisme, nasionalisme, liberalisme, sekulerisme,
fasisme, dan sosialisme
b. Bab 2 pp-Hend
1. Apakah yang dimaksud pendidikan?
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang bertujuan
memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang lebih mulia. Pendidikan adalah
serangkaian kegiatan belajar mengajar yang memiliki efek formatif pada cara
berpikir, merasa, dan bertindak seseorang. Pendidikan dapat berupa pengalaman
kehidupan sehari-hari, maupun pendidikan formal di bangku sekolah. Pendidikan
memang sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi tidak menutup
kemungkinan berlangsung secara otodidak.
2. Jelaskan pengertian mendidik, pendidik, dan situasi pendidikan!
a. Mendidik berarti membimbing dan memfasilitasi pertumbuhan peserta didik,
baik jasmani maupun rohaninya. Agar kelak mereka mempunyai bekal yang
dapat dipergunakan dalam kehidupan sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
b. Pendidik adalah seseorang yang tugasnya membimbing peserta didik dalam
pertumbuhan mereka agar dapat berdiri sendiri, dan mampu berjalan di jalur
yang mereka kuasai.
c. Situasi pendidikan adalah kondisi dimana adanya peserta didik, pendidik, dan
tujuan pedidikan yang terintegrasi melalui sebuah proses pembelajaran.
3. Apakah persamaan dan perbedaan pergaulan dan pendidikan?
a. Persamaan: Sama-sama mengandung interaksi antara dua pihak. Dalam
pergaulan maupun pendidikan, seseorang dapat menerima informasi baru dari
orang lain.
b. Perbedaan: Orang yang sedang dalam suatu lingkup pergaulan tidak memiliki
tanggung jawab kepada yang lainnya. Sedangkan dalam pendidikan, selalu ada
pihak yang bertanggung jawab atas pengaruh yang diberikannya kepada orang
yang sedang dididik.
4. Apakah perbedaan pendidikan dengan tindakan instinktif?
Tindakan instinktif adalah tindakan yang didasari kemampuan-kemampuan
yang sudah ada dalam pembawaan dan akan berkembang dengan sendirinya tanpa
pengaruh dari luar. Dalam pelaksanaannya, tidak ada pengertian tentang tujuan
terakhir dari tindakan tersebut.
Pendidikanadalah proses pembelajaran yang membentuk jasmani dan rohani
manusia menuju kemuliaan. Pendidikan akan membuat manusia mampu bertindak
dengan memahami apa tujuan dari pekerjaan yang tengah dilakukannya tersebut.
Sesuai Bertentangan
1. Belajar dengan giat 1. Curang dengan menyontek
2. Menyelesaikan masalah dengan
2. Sopan kepada orang tua dan guru
berantem
3. Bekerja keras dan mandiri 3. Kompetisi yang merugikan
4. Menyelesaikan masalah dengan baik 4. Menganggap uang lebih dari
dan bertanggung jawab segalanya
Putra A. 2015. Perlunya Pengembangan Prilaku Secara Vertikal Dan Horozontal Dilaksanakn
Dengan Baik, (Online),
https://anugrahputratrisnasusila.wordpress.com/2015/01/30/perlunya-
pengembangan-prilaku-secara-vertikal-dan-horozontal-dilaksanakn-dengan-baik-2/,
diakses tanggal 5 Oktober 2019