Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuasa
berbeda antara satu daerah dengan daerah lain,sehingga bayak bermunculan
pemikiran pemikiran yang dianggap sebagai peyesuian proses pendididkan dengan
kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, bayak teori yang dikemukakakan para
pemikir yang bermuara pada munculnya berbagi aliran pendidikan. Pemahaman
terhadap pemikiran pemikiran penting dalam perndidikan akan membekali tenaga
kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan
antar pengalaman pengalaman masa lampou tuntuntan dan kebutuhan madsa kini,
serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran aliran oendiddikan telah dimulai sejak waal hidup manuisia, karena
setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya
yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan psikoanalitik,humanistik,dan behavoristik?
2. Bagaimana aliran emprisme,nativisme,naturalisme dan konpergengsi dalam
pendidikan?

C Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan tinjauan psikoanoalitik,humanistik, dan
behavoristik.
2. Untuk memngetahui aliran emprisme nativism,naturalisme,dan konpergengsi
dalam pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan psikoanalisis, humanistik, dan behaviorisme
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan kurikulum, proses belajar
mengajar, dan manajemen sekolah. Kurikulum dan pembelajaran memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan teori pendidikan. Berikut adalah 3 tinjauan teori pendidikan yaitu :
1. Tinjauan Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan salah satu aliran psikologi yang diperkenalkan oleh Sigmund
Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis merupakan suatu
pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral.
Psikoanalisis ini ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien hysteria.
Kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya dibidang praktis. Dari
hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
Berikut adalah prinsip-prinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia :
1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2. Sebagian besar perilaku terintegarasi melalui proses mental yang tidak disadari.
3. Pembentukan simpton merupakan bentuk defensive.
4. Kegagalam dalam pemenuhan sexsual mengaruh pada perilaku neurois
Psikionalisis adalah teori yang berpendapat bahwa sebagian besar perilaku manusia
berasal dari bawah sadar dirinya. Keyakinan, rasa takut, rasa senang, dan keinginan yang
tidak disadari oleh individu tersebut tetapi dapat mempengaruhi perilakunya.
Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub system
dalam kepribadian manusia yaitu :
a. Id
Yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia
merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenanagan dan
cenderung memenuhi kebutuhannya. contohnya ketika seseorang yang menginginkan
sesuatu pasti akan berusaha mendapatkan apapun cara yang digunakan.
b. Ego
Yaitu mediator antara hasrat-hasrat dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah
yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat dan hidup sebagai wujud
rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas dan menyesuaikan diri dengan
realita. Ego ini adalah bagian dari Id, namun sudah mendekat dengandengan dunia
luar untuk mencari dan menemukan objek yang dapat memengaruhi kebutuhan.
Contohnya saat kita lapar maka kita akan bertidak dan berfikir bagaimana rasa lapar
itu hilang dan ini adalah ego sedang yang menimbulkan rasa lapar itu sendiri adalah
Id.
c. Super ego
Yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normative
atau ideal. Super ego juga disebut juga sebagai hati nurani, merupakan internalisasi
dari norma-norma dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk memakan
hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar. Contohnya perilaku seorang
anak yang semula dikontrol oleh orangtuanya, tetapi apabila super ego telah
terbentuk, maka control akan akan muncul dari dirinya sendiri. Presfektif
psikoanalitik memberikan cara baru untuk memandang beberapa contoh masalah dan
semua tindakan kita memiliki suatu penyebab tetapi penyebab itu lebih sering
merupakan motif bawah sadar ketimbang rasional yang menggerakan perilaku kita.

2
2. Tinjauan Humanistik
Teori humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan,
mekanistik, reduksionistik, atau psikologi robot yang mereduksi manusia. Humanistik juga
menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Teori ini
menghimpun para ahli psikolog yang meresentasikan pandangan-pandangan dan
kecenderungan yang berbeda, juga para ahli psikologi hanya menyetujui penolakan terhadap
psikologi yang mekanomorfik.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan
isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar,
sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar, secara optimal.
Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan
berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang
diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya yaitu sebagi berikut :
1. Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan “Belajar Empat Tahap” yaitu:
a. Tahap pandangan konkret
Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya namun belum memilki kesadaran tentang hakikat dari
peristiwa tersebut.
b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Tahap ini seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih berkembang.
c. Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya dan cara berpikirnya menggunakan induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori
atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya menggunakan deduktif.
2. Honey dan Mumford
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau
golongan, yaitu:
a. Kelompok aktivis
Yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.

3
b. Kelompok reflector
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan kelompok aktivis.
Dalam melakukan suatu tindakan kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh
pertimbangan.
c. Kelompok teoris
Yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis,
selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
d. Kelompok pragmatis
Yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan
teori-teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
2. Habernas
Menurut Habernas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya
secara benar.
b. Belajar praktis (practical learning)
Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
c. Belajar emansipatoris (emancipatory learning)
Yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman
dan kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dengan
lingkungan sosialnya.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori
humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis dan
dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada
bidang pendidikan, sehingga sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih
konkret dan praktis. Namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan
guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar.

3. Tinjauan Behaviorisme
Pengertian Teori behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behaviorisme.
Berikut adalah teori-teori Behaviorisme diantanya yaitu:
1) Mementingkan faktor lingkungan.
2) Menekankan pada faktor bagian.
3) Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
4) Sifatnya mekanis.
5) Mementingkan masa lalu.

4
Teori behaviorisme sendiri dipelopori oleh Thorndike (1913), Pavlov (1927) dan
Skiner (1974).Teori behavioristik menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat
diamati yang disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Berdasarkan hal tersebut maka teori
ini beranggapan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar ditunjukan dari prilaku yang dapat
di lihat, bukan dari apa yang ada dalam pikirannya.
Berikut adalah karakteristik teori Behaviorisme diantaranya yaitu :
1) Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi lingkungan
2) Mementingkan bagian-bagian terpisah, artinya manusia itu terdiri dari bagian-
bagian
3) Mengamati perilaku manusi yang terjadi karena reaksi-reaksi yang berpengaruh
(stimulus)
4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu bersifat mekanis.
5) Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa lalu.
6) Pembentukan perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh proses pembiasaan.
7) Ciri khas dalam pemecahan masalah lebih banyak dilakukan dengan mencoba-
coba (trial and error).
Teori Behaviorisme menekankan bahwa hasil belajar terbentuk dari adanya stimulus
dan respon - Hasil belajar dapat dilihat dari perilaku yang nampak. Teori behavioristik
menempatkan bahwa belajar merupakan proses pembentukan keterkaitan antara stimulus dan
respon (rangsangan dan tindak balas). Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

B. Aliran empirisme, nativisme, naturalism, dan konvergensi dalam pendidikan


1. Aliran empirisme
Aliran emperisme merupakan aliran uyang mementingkan stimulasi external dalam
perkembangan manusia. Aliran ini meyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
pada pada lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya dari semenjang lahir tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari hari didapat dari dunia
sekitarnya. Pengalaman prngalaman itu berupa stimulasi – stimulasi dari alam bebas
maupun diciptakan oleh orang dewsa dalam bentuk perogram pendidikan.
Tokoh utama aliran ini adalah filsuf inggris bernama John lock yang mengembangkan
paham rasionalisme pada abad ke 18. Teori ini mengatakan bahwa anak yang lahir
kedunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong yang belum ditulis atau
yang dikenal dengan istilah “taburasa”(a blank sheet of paper). Teori ini mengatakan
bahwa manusia yang lahir adalah anak yang suci seperti meja lilin. Dengan demikian ,
menurut aliaran anak anak yang lahir kedunia ketika tidak mempuayi bakat dan
pembawaan apa - apa. Sebagai kertas putih yang polos. Oleh karna itu anak – anak dapat
dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikanya.
Aliran empirisme dipandang sebagai aliran yang sangat opimis terhadap
pendiddikan, sebab aliran ini hanya memetingkan peranan pengalaman yang diperoleh

5
dari lingkungan. Adapun kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir diangggap
tidak mementukan keberhasilan seseorang. Akiran ini masih menganggap manusia
sebagai mahluk yang fasip, sehingga lingkungan pendiddikan dapat menentukan
segalanya.
Pandangan sebagaimana diatas tentu saja patut dipertayakan. Dalam keyataan
kehidupan sehari hari akan ditemukan anak yang berhasil karena memang dirinya
berbakat, meskipun pada awal lingkungan sekitar tidak mendukungan keberhasilann
anak tersebut disebabkan oleh kemauan yang luar biasa, sehinggga meyababkan
dirinya, sehingga meyebabkan driinya sabar akan kemampuanya. Upaya untuk
memeyebabka dirinya untuk mendapat lingkungan yang sesuai, yakni lingkungan
yang dapat mengembangkan bakat atou kemampuan yang ada dalm dirinya, sehingga
anak tersebut berhasil.

2. Aliran nativisme
Paham ini menentang paham emprilisme yang dikemukakan jhon lock. Nativs
(dari bahasa lati ) memiliki arti terlatih. Menurut paham ini, dengan tokohnya seorang
filsuf jermanschopenhauer(1788-1860) dikatakan bahwa anak anak yang lahir kedunia
sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya
masing masing. Pembawaann tersebut ada yang baik adapula yang buruk. Oleh
karena itu, menurut paham ini perkembangan anak tergantung dari pembawaanya
sejak lahir berdasarkan aliran ini, keberhasilan pendiddikan anak ditentukan oleh anak
itu sendidri. Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menajadi
yang jahatdan sebaliknya,yang baik akan menjadi baik.
Jadi jelas disini,bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembangnya
tidak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang ada sehari hari maupunlingkungan
yang direkayasa oleh orang dewasa yang disebut pendidikan. Dengan kata lain,
pendidikan,lingkungan masyarat,dan orang tua tidak berpengaruh terhadap
perkembangan anak karena setiap anak akan berkembang sesuai pembawaanya, bukan
oleh kekuatan – kekuatandari luar.
3. Aliran naturalisme
Paham naturalisme dipelopori oleh seorang filsuf prancis J.J. rousseaue yang
muncul pada abad ke-18 nature dalam bahasa latin memiliki makna alam. Berbeda
dengan Schouoenhaeuer, Rousseue berpendapat setiap anak yang baru dilahirkan pada
hakikatnya memiliki pembawaaan baik. Namun pembawaan baik yang terdapat pada
setiap anak itu akan berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan.
Lingkungan tersebut dapat berupa, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, atau
lingkungan masyarakat disekitar diamana anak tumbuh dan berkemban
Berdasarkan pendapat tersebut, aliran ini dikenal juga dengan sebutan
negatisme. Selanjutnya Rousseanue mengatakan, anak yang telahir dalam keadaan
baik tersebut biarkan berkembang anak yang dipengaruhi oleh pendidikan apabila
pendidikan dirumah, disekolah, maupun masyrakat sebagai urun rembuk orang orang
dewasa malah akan merusak pembawaan anak yang baik
Hal ini seperti dikemukakan oleh J.j.rousseaue yaitu :”segala sesuatu adalah
baik ketika ia baru keluar dari alam dan segala sesuatu menjadi jelek bahwa Rosseaue
tidak berharap pada pendidikan. Dengan kata lain sekolah tidak perlu ada. Ia
menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak
secaar wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.

6
4. Aliran konvergensi
Konvergensi adalah titik pertemuan. Pelopor aliran konpergengsi adalah
Wiliam stern(1871 – 1939),adalah seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan jerman. Ia
mengatakan bahwa seseorang terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan
buruk. Ia pun mengakungi bahwa proses pengembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama sama mempuyai peranan yang sangat penting.
Aliran ini meyampaikan bahwa bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak
akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan
perkembanagn bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baikpun sulit mengembangkan
potensi anak secara optimal apabila tidak terdapat bakat yang diperlukan bagi
perkembangan yang diharapkan anak tersebut.
Dengan demikian , paham ini menggabungkan anatar pembawaan sejak lahir
dan lingkungan yang meyebabkan anak mendapatkan pengalama. Wiliam stern
menjelaskan pemahamanya tentang pentingnya pembawaan dan lingkungan itu
dengan perumpamaan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan. Oleh karena itu.
Teorinya dikenal dengan sebutan konvergengsi (konvergen berarti memusat kesatu
titik).
Menurut teori konvergengsi ada tiga prinsip :
1. Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
2. Pendidkan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan
kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan
mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik ,dan
3. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan,
Aliran konvergengsi pada umunya diterima secara luas sebagai pandangan
yang tepat dalam mememhami tumbuh kembang manusia. Meskipun
demikian terdpat variasi pendapatt tentanag faktor – faktor mana yang
paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu. Variasi variasi itu
tercermin anatar lain dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang
tepat untuk memahami prilaku manusia. Sepeti strategi disposisionl /
konsitusional, strategi phenomenologist/ humanistik, startegi behavioral,
strategi psikodinamik/psiko – analitik,dan sebagainya.

7
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Psikionalisis adalah teori yang berpendapat bahwa sebagian besar perilaku manusia
berasal dari bawah sadar dirinya. Keyakinan, rasa takut, rasa senang, dan keinginan yang
tidak disadari oleh individu tersebut tetapi dapat mempengaruhi perilakunya. Teori
humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan,
mekanistik, reduksionistik, atau psikologi robot yang mereduksi manusia. Teori
behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Aliran emperisme merupakan aliran uyang mementingkan stimulasi external dalam
perkembangan manusia. Aliran nativisme merupakan Paham yang menentang paham
emprilisme yang dikemukakan jhon lock. Nativisme (dari bahasa lati ) memiliki arti
terlatih. Menurut paham ini, dengan tokohnya seorang filsuf jermanschopenhauer(1788-
1860) dikatakan bahwa anak anak yang lahir kedunia sudah memiliki pembawaan atau
bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing masing. Pembawaann tersebut
ada yang baik adapula yang buruk. Paham naturalisme dipelopori oleh seorang filsuf
prancis J.J. rousseaue yang muncul pada abad ke-18 nature dalam bahasa latin memiliki
makna alam. Berbeda dengan Schouoenhaeuer, Rousseue berpendapat setiap anak yang
baru dilahirkan pada hakikatnya memiliki pembawaaan baik. Konvergensi adalah titik
pertemuan. Pelopor aliran konpergengsi adalah Wiliam stern (1871 – 1939),adalah
seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan jerman.

B. Saran
Bagi pembaca makalah disarankan agar lebih membaca buku atau artikel lain yang
lebih lengkap dan terperinci sebagai referensi pengetahuan.

8
Daftar Pustaka
Bastaman, H. D.(2007). Logoterapi, psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih
hidup bermakna. Jakarta;PT Raja Grafindo Persada
https://taniaprastiw.wordpress.com
https://novianti-ekasari.blogspot.co.id
https://ilyas.atsari.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai