Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak
yang artinya perangi atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah
motif yang mendasari perbuatan dan tindakan dan adanya petunjuk yang
mengatakan itu baik berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi
pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar tentang segala sesuatu
tindakannya hanya mengharap ridho Allah swt.
Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam. Seseorang
dapat dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan nilai-nilai islam dalam aktifitas
hidupnya. Jika aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati
maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik. Akhlak merupakan
perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, kebiasaan yang membentuk satu
kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan mana yang baik
dan tidak baik, mana yang jelek dan mana yang cantik dan hal ini timbul dari
futrahnya sebagai manusia.
Hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran,
ingin mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt. Namun fitrah manusia tidak selalu
terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar misalnya
pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga pergaulan. Sehingga
menyebabkan manusia sulit membedakan antara akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Maka kami dalam makalah ini membahas tentang “materia akhlak (akhlak baik
dan akhlak buruk”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka rumusan
masalah yang kami ambil :
a) Apa pengertian akhlak?
b) Apa pengertian akhlak terpuji dan akhlak tercela?
c) Apa saja macam-macam akhlak terpuji?
d) Apa saja macam-macam akhlak tercela?

C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
a) Bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran aqidah akhlak
b) Menjelaskan akhlak terpuji dan macam-macam akhlak terpuji dan
akhlak tercela dengan macam-macam akhlak tercela.
c) Mengetahui penerapan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan
bentukjamak dari “khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau
tingkah laku, watak,dan perangai.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
a) Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang
menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
b) Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa
sehingga seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian
memilih melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.
c) Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini berari bahwa
kehendak itu apabila dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan dapat
membentuk akhlak.
d) Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui
pertimbangan (sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku
manusia kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau
buruk sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.

B. Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela


Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah,
artinya segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan akhlak buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu
segala macam perilaku atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk al-qur’an da al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat
dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu
kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-
hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah
hadis yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung,
tetapi sagat berat ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar menjawab,
‘hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang

2
tanganku berada digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek
dengan dua hal tersebut” (H.R Al-baihaqi)
Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan
akhlak baik pun bisa menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik
itu niat dan cara melakukannya dengan cara tidak baik.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan
akhlak tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat
merusak keimanan seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai
manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela,
sebagaimana yang nyatakan dalam beberapa keterangan.
“Rasulullah saw.bersabda:seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan
ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah
tidak menjadikan perangiku jahat.”. Dan juga dalam hadits “Rasulullah saw
bersabda: sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka
merusak madu”.

C. Macam- Macam Akhlak Terpuji


a. Husnuzan
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya
adalah su’uzan yang berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya.
Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala
sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan
mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih
dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebaliknya orang yang
pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan memandang
segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam
pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang
lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa
curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan
kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya, terkadang
apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama sekali tak
terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan
ikhlas dalam menjalani hidup.
2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis
serta inisiatif
3. Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir
positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
Berikut merupakan macam-macam husnuzan :
1. Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat
husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas

3
segala kehendak allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada
kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah telah
tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita harus
senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang
terbaik.Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah, akan
tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah
sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara
segera menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang
ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut
dengan sikap husnuzan kepada Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas
apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis,
yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan
pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt yang artinya :
“Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156)
Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam
segala hal dan keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya,
ketika kita senang dan suka karena mendapatkan rezeki dan kenikmatan dari
Allah, maka sebaliknya saat kita dalam keadaan nestapa dan duka karena
mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah Swt.,
sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan maupun cobaan
tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh Allah
dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :
“Selalu menuruti sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik
maka akan mendapatkan kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan
mendapatkan leburukan” (H.R.at-Tabrani dan Ibnu Hiban).
2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik
terhadap kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa
percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan orang lain. Orang yang
memiliki sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki semangat
yang tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah
mengenali dengan baik kemempuan yang dimilikinya, sekaligus menerima
kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat menetahui kapan ia harus
maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan diri karena tidak punya
kemampuan di bidang itu.
3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik
terhadap sesama dan tidak meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori.
Semua orang dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya,
sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Orang yang ber-
husnuzan terhadap sesama manusia dalam hidupnya akan memiliki banyak teman,
disukai kawan dan disegani lawan.Husnuzan terhadap sesama manusia juga
merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di Sekolah, keluarga,
maupun di lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada pergaulan yang rukun dan

4
harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu
lainnya.
Contoh Perilaku Husnuzan
1. Husnuzan kepada Allah dan Sabar Menghadapi Cobaan-Nya
Berprasangka baik kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar
yang diberikan Allah adalah hal yang terbaik untuk hamba-Nya, karena Allah
Swt. bertindak terhadap hamba-Nya seperti yang disangkakan kepada-Nya, kalau
seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah Swt., maka buruklah prasangka
Allah kepada orang tersebut, jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik
pulalah prasangka Allah kepada hamba-Nya.
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
a. Senantiasa taat kepada Allah.
b. Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
c. Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta cobaan.
d. Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.
2. Husnuzan kepada Diri Sendiri.
Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri
dan meyakini akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Husnuzan kepada diri
sendiri dapat ditunjukkan dengan sikap gigih dan optimis. Gigih berarti sikap
teguh pendirian, tabah dan ulet atau berkemauan kuat dalam usaha mencapai
sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu memiliki harapan
baik dan positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih adalah :
1) Membentuk pribadi yang tangguh
2) Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak mudah terpengaruh
3) Menjadikan seseorang kreatif.
4) Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah terhadap keadaan.
5) Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama atau senantiasa berbuat
sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos
kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri orang penuh inisiatif adalah kreatif dan tidak
kenal putus asa.
3. Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan
berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa
senang, berpikir positif dan sikap saling menghormati antar sesama hamba Allah
tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas
Nilai dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan
manfaat sebagai berikut :
a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik.
b. Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
c. Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.
Selanjutnya di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan
perintah Allah dan Rasul serta menjauhi segala larangannya,
melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia karena
Allah.

5
2. Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-
Nya.Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal.
3. Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat
Allah.
4. Mendorong manusia mencapai kemajuan.
5. Menimbulkan ketentraman.
6. Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
7. Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.

b. Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut
berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang
taubat karena takut azab Allah disebut “taaibun” (isim fail dari taba). Orang
bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu:
kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan
Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari
segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya,kembali dari saling
bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah
meninggalkan-Nya yang kembali taat setelah melanggar larangan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, …."(Q.S. At-Tahrim/66:8)
Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan
akan mengulangi kembali. Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak
satupun manusia yang tidak berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw.
Bersabda yang artinya:“Setiap anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang
yang bedosa ialah yang mau bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad
yang kuat)”.
a) Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan
bertaubat manusia akan berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha
Pengampun. Ia senantiasa memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau
memohon ampun atas segala dosa yang telah dia perbuat.Seperti dalam firman
Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:
“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar
kamu beruntung”.
b) Penggolongan taubat
Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut:
1) Tobat Awam (tobat manusia umum),yaitu tobat manusia secara
umum. Yang dimaksud ialah bahwa hati seseorang tunduk
dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa.
2) Tobat Khawash (tobat orang-orang khusus), tobat tingkat ini sebagai
pertanda meningkastnya makrifah manusia kepada Allah. Mereka
merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang

6
mekruh. Hatinya tunduk dan khusyuk dihadapan Allah, tobat
semacam ini sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang
menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan Allah yaitu
memakan buah Khuldi.
3) Tobat Akhash Al-khawash, tingkatan tobat yang paling tinggi adalah
tobat ini. Tobat rasulullah manakala dia berkata, “sesungguhnya ini
adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku akan
memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam
sehari”. Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari
menaruh perhatian kepada selain Allah, Rasulullah bristigfar kepada
Allah.

D. Macam-Macam Akhlak Tercela


1. Riya
Riya berasal dari bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya
memperlihatkan. Kata ini diulang berpuluh-puluh kali dalam al-qur’an. Firman
allah yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)”
Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan,
memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya.
Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan “memperlihatkan suatu
ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena
sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari
orang lain.” Sementara memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal
salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar).
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat
atau ingin dipuji orang lain.
Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang
hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya
dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia,
dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang
yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu
melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan
membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab,
‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari

7
orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah
dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah
SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang
sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riyadapat memberangus seluruh amal
kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT
berfirman :
Artinya : ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)
Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari
puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan
shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada
Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah,”Apabila kamu tidak
menipu Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?”
Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nyakepadamu, maka kamu menghendaki
amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang
teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan
orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya
pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah,
muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu
dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan
segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik
kecil.” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan,
Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian
kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada
mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari
mereka’.

2. Aniaya (Dzalim)
Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah
berasal dari (dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut
dzalim dan perbuatannya disebut dzulmun. Ahli mauidzah mendefinisikan dzalim
yaitu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa
yang harus ditinggalkan. Karena tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan
pribadi, keluarga dan masyarakat. Tindakan aniaya digolongkan sebagai
perbuatan yang menyesatkan dan menyengsarakan.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan
bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: tidak menempatkan sesuatu dengan
semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan

8
yang tidak manusiawi, yang bertentangan dengan hak azasi manusia dan Allah
swt.
a) Macam-macam sifat aniaya:
1) Aniaya kepada Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah
yang wajib, dan meninggalkan larangan Allah yang haram.
2) Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah
(mengadu domba, fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan
melakukan pembunuhan.
3) Aniaya terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan
sasaran menembak.
4) Aniaya terhadap diri sendiri: minum-minuman keras, malas, menyiksa diri
sendiri, bunuh diri.

b) Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:


1) Dibenci masyarakat.
2) Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3) Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4) Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5) Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.

3. Diskriminasi
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate”
yang berarti membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah diskriminasi dikenal
dengan Al-Muhabbah yang artinya membedakan kasih antara satu dengan yang
lain atau pilih kasih.Kosakata discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa
kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan
orang lain berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan
memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan
diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang.
Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang
berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk
berbuat diskriminasi.
Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual
menurut kadar penyimpangan nya adalah sbb :
a. Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah
pendiriannya yang tidak sesuai dengan nilai islam.
b. Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut
pembangkang
c. Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut
pelanggar.
d. Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat
kepercayaan.Khianat dan berlagak membela,disebut munafik.
Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi) dalam
masyarakat diakibatkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu ciri-ciri fisik, social,
dan budaya.

9
1. Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras, yaitu penggolongan manusia atas
dasar persamaan cirri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk
kepala, badan, hidung, rambut, muka, dan tulang rahang bawah, serta
warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan cirri-ciri fisik sangat dirasakan
pada masyarakat dalam Negara yang menjalankan politik diskriminasi
social, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum Presiden
Nelson Mandela.
2. Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga
masyarakat dalam kehidupan sosial.
3. Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang merupakan pembeda budaya dan suku.
Dengan adanya perbedaan social (diferensiasi) maka dapat kita katakana
bahwa diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan menjadi
pemicu munculnya sikap diskriminasi.
Untuk menghindari sikap diskriminasi,maka setiap muslim harus
mengedepankan sikap musawah.Sikap Musawah (persamaan) cukup urgen dalam
kehidupan modern.Sikap ini memiliki tujuan untuk menciptakan rasa
kesejajaran,persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama
manusia sebagai makhluk Tuhan.
Adapun hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :
1. Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau
biodata ringkas belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar
pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-ide,cita-cita serta problem
kehidupan yang dihadapi
2. Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan
dan kelemahan masing-masing,sehingga segala macam bentuk
kesalahpahaman dapat dihindari
3. Ta’awun adalah, saling tolong menolon
4. Takaful adalah, saling memberikan jaminan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga
dalam islma akhlak terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak
terpuji adalah akhlak yang disukai , disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan
dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh
Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu banyak, tetapi pada intinya
niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah swt.

B. Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini,
segala koreksi dan saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan
sebagai bentuk kepedulian bagi yang ingin menambah khazanah kekeliruan dan
sebagai bahan untuk memperbaiki dari apa yang telah disusunnya. Sehingga
mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku modul Al-Hikmah akidah akhlak kelas x semester I & II


Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi
Kaum Muslimin. Bandung. Pustaka Setia
Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia
Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers
http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-
tentang-pembahasan-akhlak-terpuji/
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-terpuji.html
http://ahmadfauzani.wordpress.com/materi-akhlak-tercela/
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-tercela-riya.html
http://boxuchul.blogspot.com/2012/03/akhlak-terpuji-dan-akhlak-
tercela.html

12

Anda mungkin juga menyukai