Anda di halaman 1dari 17

Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaqun yang merupakan bentukjamak dari

khuluqun, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabiaat atau tingkah laku,
watak,dan perangai.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-
kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
b. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang
dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan
perbuatan tersebut.
c. Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini berari bahwa kehendak itu
apabila dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan dapat membentuk akhlak.
d. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia
kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan
norma-norma akhlak dan tata susila.

B. Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela


Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya
segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan akhlak buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku
atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-
quran da al-hadis. Jika kita perhatikan al-quran atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah
yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah
yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah, karimah,
mahmudah, azizah dan al-birr.

Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
wahai abu dzar! maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung, tetapi
sagat berat ditimbangan(pada hari kiamat kelak?), Abu dzar menjawab, hendaklah kamu
melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada
digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek dengan dua hal tersebut (H.R
Al-baihaqi)

Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik
pun bisa menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara
melakukannya dengan cara tidak baik.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak
tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan
seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang
nyatakan dalam beberapa keterangan.
1. Rasulullah saw.bersabda:
seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia
pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.
2. Rasulullah saw bersabda:
sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu.
C. Macam- Macam Akhlak Terpuji
1) HUSNUZAN

Pengertian
Husnuzan secara bahasa berarti berbaik sangka lawan katanya adalah suuzan
yang berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang
seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki
sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan
hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebaliknya orang yang
pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap suuzan selalu akan memandang segala sesuatu
jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah
dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap
buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan,
kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas
penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama
sekali tak terbukti.

Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan ikhlas
dalam menjalani hidup.
2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta
inisiatif
3. Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif
dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
Macam-macam husnuzan
1. Husnuzan Kepada Allah

Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan
kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah
terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah membuat kita
secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin
sejati semestinya kita harus senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita
adalah yang terbaik.Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah,
akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah
sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera
menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah
kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan kepada
Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi
terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan
karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman
Allah Swt :



Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu (Q.S.Al-Araf : 156)
Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam segala hal dan
keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, ketika kita senang dan suka
karena mendapatkan rezeki dan kenikmatan dari Allah, maka sebaliknya saat kita dalam
keadaan nestapa dan duka karena mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-
husnuzan kepada Allah Swt., sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik berupa
kenikmatan maupun cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Hal ini
ditegaskan oleh Allah dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :
Selalu menuruti sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik
maka akan mendapatkan kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan
leburukan (H.R.at-Tabrani dan Ibnu Hiban).

2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri

Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik terhadap
kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya diri dan
tidak merasa rendah diri di hadapan orang lain. Orang yang memiliki sikap husnuzan
terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sukses
dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan baik kemempuan yang
dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat
menetahui kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan harus menahan diri karena
tidak punya kemampuan di bidang itu.

3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia

Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama
dan tidak meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang baik
sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan kekacauan
dalam pergaulan. Orang yang ber-husnuzan terhadap sesama manusia dalam hidupnya akan
memiliki banyak teman, disukai kawan dan disegani lawan.Husnuzan terhadap sesama
manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di Sekolah, keluarga,
maupun di lingkungan masyarkat. Sebab tidak ada pergaulan yang rukun dan harmonis tanpa
adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya.

Contoh Perilaku Husnuzan


1. Husnuzan kepada Allah dan Sabar Menghadapi Cobaan-Nya
Berprasangka baik kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar yang
diberikan Allah adalah hal yang terbaik untuk hamba-Nya, karena Allah Swt. bertindak
terhadap hamba-Nya seperti yang disangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba
berprasangka buruk kepada Allah Swt., maka buruklah prasangka Allah kepada orang
tersebut, jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka Allah kepada
hamba-Nya.
Cara menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah :
a. Senantiasa taat kepada Allah.
b. Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
c. Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta cobaan.
d.Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan.

2. Husnuzan kepada Diri Sendiri.


Husnuzan kepada diri sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini
akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan
dengan sikap gigih dan optimis. Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah dan ulet atau
berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap
yang selalu memiliki harapan baik dan positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih adalah :
1. Membentuk pribadi yang tangguh
2. Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak mudah terpengaruh
3. Menjadikan seseorang kreatif.
4. Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah terhadap keadaan
5. Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama atau senantiasa berbuat sesuatu yang
sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi.
Adapun ciri-ciri orang penuh inisiatif adalah kreatif dan tidak kenal putus asa.

3. Husnuzan kepada Sesama Manusia


Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka
baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif dan
sikap saling menghormati antar sesama hamba Allah tanpa ada rasa curiga, dengki dan
perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Nilai dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan
manfaat sebagai berikut :
a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik.
b. Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
c. Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.

Hikmah Husnuzan
Di antara hikmah husnuzan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya melaksanakan perintah Allah dan Rasul
serta menjauhi segala larangannya, melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame
manusia karena Allah.
2. Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap
sabar dan tawakal.
3. Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat dan nikmat Allah.
4. Mendorong manusia mencapai kemajuan.
5. Menimbulkan ketentraman.
6. Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
7. Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang berguna.

2) TOBAT
Hakekat Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab taubatun, kata tersebut berasal dari kata
taaba-yatubu-taubatun yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah
disebut taaibun (isim fail dari taba). Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang
kembali dari sesuatu menuju sesuatu: kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang
terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat,
kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya,kembali dari saling
bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-
Nya yang kembali taat setelah melanggar larangan-Nya. Allah berfirman: ..
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat
yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ."(Q.S. At-Tahrim/66:8)
Jadi, Taubat yaitu menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi kembali. Dalam kehidupan ini
manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia yang tidak berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang
artinya:Setiap
anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau
bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat).
Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia
akan berhenti dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa
memberi kesempatan kepada hambaNya yangmau memohon ampun atas segala dosa yang
telah dia perbuat.Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:


bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung.
Penggolongan taubat
Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Tobat Awam (tobat manusia umum),yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah
bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa.
2. Tobat Khawash (tobat orang-orang khusus), tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkastnya
makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan
perbuatan-perbuatan yang mekruh. Hatinya tunduk dan khusyuk dihadapan Allah, tobat
semacam ini sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang menangis dan menyesal karena
telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah Khuldi.
3. Tobat Akhash Al-khawash, tingkatan tobat yang paling tinggi adalah tobat ini. Tobat
rasulullah manakala dia berkata, sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan
sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam
sehari. Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain
Allah, Rasulullah bristigfar kepada Allah.

Tata cara untuk bertobat


Untuk melakukan tobat yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima
tahapan :
1. Menyadari kesalahan
2. Menyesali kesalahan
3. Memohon ampun kepada Allah(istigfar )dengan keyakinan atau husnuzhzhan bahwa Allah
swt. Akan mengampuninya
4. Berjanji tidak akan mengulanginya
5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk membuktikan bahwa dia benar-
benar bertobat.firman Allah swt. :

Artinya :
Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.(Q.S.Taha/20:82)
Jenis dosa dan cara tobatnya
Secara umum perbuatan dosa dikelompokkan menjadi empat bagian,
yaitu :
a. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Seperti berkata dusta, meninggalkan sholat lima
waktu, berbuat syirik,meminum khamar, berjudi, main perempuan, menyaksikan film-film
yang mengundang syahwat, semua diatas adalah termasuk dosa besar. Caranya seseorang
harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan,
memperbaiki diri dan tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya.
b. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada,
seperti orang yang tidak mengerjakan puasa caranya apabila dia meninggalkan satu hari saja
puasa maka dia harus berpusa selama enam puluh hari sebagai kafarah dari perbuatannya atau
dia memberi makan enam orang miskin.
c. Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti, seperti
perbuatan gibah mengumpat, mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjing. Caranya
dengan tidak mengumpat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki
dirinya, maka pasti Allah mengampuninya.
d. Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka. Seperti
memakan harta orang lain, walaupun hanya sekedar satu karat, walaupun hanya sebutir
gandum. Caranya mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, kemudian
menyesali apa yang telah terjadi dan tidak memakan harta haram lagi dan dia juga tidak boleh
seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia.

D. Macam-Macam Akhlak Tercela


1) RIYA
Riya berasal dari bahasa arab riaun atau riya yang artinya memperlihatkan.
Kata ini diulang berpuluh-puluh kali dalam al-quran.Firman allah :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)
Menurut bahasa riya berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan,
atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya. Sedangkan menurut
istilah riya dapat didefinisikan memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada
orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain. Sementara memperdengarkan
ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain
disebut sumah(ingin didengar).
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena ingin
dilihat atau ingin dipuji orang lain.
Riya merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya
haram. Riya sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang
mukmin. Simak QS. An Nisa : 142 :





Artinya : Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalatmereka berdiri dengan malas,
mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka
dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, Di hari kiamat nanti ada orang
yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu
melakukan protes, Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan
membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka? Allah menjawab, Kamu
berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain,
agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh
mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu.
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena
Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang
sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal
kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT
berfirman :


Artinya : Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (QS. Al-Furqan : 23)

Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :


Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya
itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam
yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya
kepada Rasulullah, Apakah keselamatan itu? Jawab Rasulullah, Apabila kamu tidak
menipu Allah. Orang tersebut bertanya lagi, Bagaimana menipu Allah itu? Rasulullah
menjawab, Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya
oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar
ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya,
baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya
berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan
amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, Takutlah kamu kepada syirik
kecil. Para shahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik
kecil? Rasulullah berkata, Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah
mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, pergilah kalian kepada mereka, di
mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia.
Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka
Perbedaan amal perbuatan yang diridhai allah dengan amal perbuatan
riya
Antara amal perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan amal perbuatan
riya dapat dibedakan sebagai berikut :
Amal perbuatan yang diridhai Allah :
a. Niat karena Allah
b. Ikhlas
c. Sesuai dengan kemampuan
d. Tidak pilih kasih
e. Rahmat bagi seluruh alam

Amal perbuatan riya


a. Niat bukan karena Allah
b. Tidak ikhlas
c. Mengada-ada
d. Pilih kasih
e. Ingin dipuji
f. Mengharap imbalan

Macam-macam riya
Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
a. Ria dalam niat
Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu
sejak awal perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari
ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya
Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan
amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah
Saw. bersabda :



( )
Artinya : aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di
atas mimbar, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda
: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya,
dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang
ia niatkan. (H.R.Bukhari Muslim)

b. Ria dalam perbuatan


Yaitu memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan
orang banyak, agar perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan
disanjung orang lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan, bila
seorang pelajar terlihat belajar dengan sungguh-sungguh hanya
karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan hal
itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang
dia minta dari orang tuanya cepat-cepat terkabul.
Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Quran
sehubungan dengan riya dalam perbuatan antara lain :

a). Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan


Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di
masyarakat. an dalam Q.S. Al Maun : 4-6 :

.
.

Artinya : Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya.

b). Bersedekah didasari riya laksana riya batu licin yang


di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,
lalu menjadilah ia bersih.

c). Allah melarang pergi berperang didasari riya dan


menghalangi (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). Allah
berfirman dalam Q.S. Al Anfaal : 47 :







Artinya : Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar
dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji
orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah.
Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.

Ciri orang yang berbuat riya


Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam perbuatan :
a. Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak
ada imbalan baginya
b. Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
c. Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji
orang.
d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan
paling mampu.

Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya


a. Terhadap diri sendiri :

1). Selalutidak ada puasnya, sekalipun hidupnya


sudah berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi dan
mengambil hak orang lain
2). Selalu ingin dipuji dan dihormati
3). Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain tidak dihargai.
4). Sombong dan membanggakan diri
5). Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah
dan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
6). Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain
yang melihatnya atau tidak ada imbalannya
7). Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti
8). Perbuatan riya termasuk syirik kecil

:

) (



Artinya : Dari Mahmud Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil:
yaitu riya." (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan).

9). Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatan riya'
10). Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.

b. Terhadap orang lain

1). Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang


yang diberikannya kepada orang lain.
2). Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan
tidak senang terhadapnya
3). Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan
akhirnya menimbulkan pengrusakan

Tanda-tanda riya
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib.
Kata beliau, Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika
sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah
amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.

Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya


a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena
Allah SWT
b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus
disuruh dan meminta imbalan
e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau
kesenangan
f. Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain
g. Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain
h. Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah
i. Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang dimiliki adalah
dari Allah dan akan kembali kepada-Nya
j. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman :




Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.Ibrahim : 7)

2) ANIAYA (DZALIM)
Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim
adalah berasal dari (dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya.
Pelakunya disebut dzalim dan perbuatannya disebut dzulmun. Ahli
mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu meletakkan sesuatu tidak pada
tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang harus ditinggalkan. Karena
tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Tindakan aniaya digolongkan sebagai perbuatan yang menyesatkan
dan menyengsarakan.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang
berarti perbuatan bengis, penyiksaan atau zalim, zalim artinya: tidak menempatkan
sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan
tindakan yang tidak manusiawi, yang bertentangan dengan hak azasi manusia dan Allah
swt.

Berkaitan dengan istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran


sebagai berikut :
a. Dzalim adalah orang yang paling banyak kesalahannya,
b. Dzalim adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
c. Dzalim adalah orang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya
d. Dzalim adalah orang yang berbuat dosa besar
e. Dzalim adlah orang yang membaca al-qur-an dengan tidak mau mempelajari isinya, apalagi mengamalkannya
f. Dzalim adalah orang yang jahil
g. Dzalim adalah orang yang masyamah (berputu asa)
h. Dzalim adalah orang yang setelah dihisab masuk ke neraka
i. Dzalim adalah orang yang tidak mau berhenti berbuat maksiat
j. Dzalim adalah orang yang mengambil al-quran, tetapi tidak mengamalkannya

Macam-macam sifat aniaya:


1. Aniaya kepada Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah yang
wajib, dan meninggalkan larangan Allah yang haram.
2. Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah, (mengumpat), namimah (mengadu
domba, fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.
3. Aniaya terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan, menjadikan sasaran menembak.
4. Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas, menyiksa diri sendiri, bunuh diri.

Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:


1. Dibenci masyarakat.
2. Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4. Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5. Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan kedalam neraka.

Keburukan-keburukan bagi orang lain:


1. Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2. Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka masyarakat tidak mengalami ketentraman,
dan kedamaian.
3. Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena dibayangi rasa takut.
4. Jika dalam suatu negri jumlah orang-orang jalimnya mayoritas, dan tidak bertaubat, tidak
mustahil Allah swt akan menimpakan azab.
Artinya :
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur
segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah
ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah
Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?.( QS Yunus 10:3)

3) DISKRIMINASI
Pengertian
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris Discriminate
yang berarti membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah diskriminasi dikenal dengan
Al-Muhabbah yang artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau pilih
kasih.Kosakata discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa
Indonesia Diskriminasi yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain
berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil
dan memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan
diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang. Jika
kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau
tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat
diskriminasi.
Jenis Perbuatan Diskriminasi
Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual
menurut kadar penyimpangan nya adalah sbb :
a. Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak
sesuai dengan nilai islam.
b. Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang
c. Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d. Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat
dan berlagak membela,disebut munafik.

Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi)


dalam masyarakat diakibatkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu cirri-ciri fisik, social,
dan budaya.
a. Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras, yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan
cirri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, badan, hidung, rambut, muka, dan
tulang rahang bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan cirri-ciri fisik sangat
dirasakan pada masyarakat dalam Negara yang menjalankan politik diskriminasi social,
misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum Presiden Nelson Mandela.
b. Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat dalam
kehidupan sosial.
c. Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang merupakan pembeda budaya dan suku.
Dengan adanya perbedaan social (diferensiasi) maka dapat kita katakana bahwa
diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan menjadi pemicu munculnya sikap
diskriminasi.

Dampak Negatif Diskriminasi


a. Memicu munculnya sektarianisme
b. Memunculkan antar kelompok
c. Mengundang masalah social yang baru
d. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan
e. Menghambat kesejahteraan kehidupan
f. Menghalangi tegak nya keadilan
h .Mempersulit penyelesaian masalah.

Cara Menghindari DIskriminasi


Untuk menghindari sikap diskriminasi,maka setiap muslim
harus mengedepankan sikap musawah.Sikap Musawah (persamaan) cukup urgen dalam
kehidupan modern.Sikap ini memiliki tujuan untuk menciptakan rasa
kesejajaran,persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia
sebagai makhluk Tuhan.
Adapun hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :
a. Taaruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas
belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-
ide,cita-cita serta problem kehidupan yang dihadapi
b. Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan
masing-masing,sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari
c. Taawun adalah, saling tolong menolong
d. Takaful adalah, saling memberikan jaminan.

Hikmah Menghindari Diskriminasi


1. Mengutamakan orang lain
2. Meringankan beban orang lain
3. Tidak menjadi beban orang lain
4. Ramah tamah terhadap sesama manusia
5. Berperilaku sesuai ajaran islam
6. Wajar dan realistis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma
akhlak terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang
disukai , disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah
akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela
begitu banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah swt.

B. Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi
dan saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian
bagi yang ingin menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki dari
apa yang telah disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.

khlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlaq mahmudah.
Mahmudah merupakan bentuk maful dari kata hamida yang berarti di puji. Akhlak terpuji
disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), ataumakarim al-akhlaq (akhlak mulia),
atau al-akhlaq al-munjiyat (ahlak yang menyelamatkan pelakunya).
Berikut ini dikemukakan beberapa penjelasan tentang pengertian aklhlak terpuji:
Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah
SWT. Sehingga mempelajari dan menggamalkannya merupakan kewajiban individual setiap
muslim.
Menurut Al-Quzwaini, akhlak terpuji adalah ketepatan jiwa dengan pelaku yang baim dan
terpuji.
Menurut Al-Mawardi, akhlak terpuji adalah perangai yang baik dan ucapan yang baik.
Menurut Ibnu Hazm, pangkal akhlak terpuji ada empat, yaitu adil, paham, keberanian, dan
kedermawanan.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam banyak hadis. Diantaranya adalah hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Dzarr dari Nabi Muhammad SAW:
Artinya:
Wahai Abu Dzarr! Maukah aku tunjukkan dua hal yang sangat ringan di punggung, tetapi
sangat berat di timbangan (pada hari kiamat kelak)? Abu Dzarr menjawab, Tentu, wahai
Rasulluah. Beliau melanjutkan, Hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak
diam. Demi Allah yang tanganku berada digengaman-Nya, tidak ada makhluk lain yang
dapat bersolek dengan kedua hal tersebut. (H.R. al-Baihaqi)
B. Macam-macam Akhlak Teruji
Dalam menentukan macam-macam akhlak terpuji, para pakar muslim umumnya
merujuk pada ketentuan Al-Quran dan Al-Hadis. Ini tentunya seiring dengan konsep baik
dan buruk dalam pandangan islam sebagaimana telah dipaparkan. Muhammad bin Abdillah
As-Sahim umpamanya, menyebutkan bahwa diantara akhlak terpuji ialah betgaul secara baik
dan berbuat baik kepada sesama, adil, rendah hati, jujur, dermawan, tawakal, ikhlas,
bersyukur, sabar dan takut kepada Allah SWT.
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
a. Menauhidkan Allah SWT
Definisi tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT . satu-satunya yang memiliki
sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama dan sifat
Tauhid Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya yang menciptakan alam
ini, yang memilikinya, yang menurunkan rezeki kepada makhluk, yang berkuasa
mendatangkan manfaat dan menimpakan mudarat, yang mengabulkan doa dan permintaan
hamba ketika mereka terdesak, yang berkuasa melaksanakan apa yang dikehendakinya, yang
memberi dan mencegah di tangan-Nya segala kebaikan dan bagi-Nya penciptaan dan juga
segala urusan.
Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengimani Allah SWT.
Tauhid Asma dan sifat.
b. Berbaik Sangka (husnu zhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT. Merupakan salah satu akhlak terpuji
kepada-Nya. Diantara ciri akhlak terpuji adalah ketaatan yang sunguh-sunguh kepada-Nya.
c. Zikrullah
Mengingat Allah (Zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT. Karena
merupakan pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada setiap saat dan tempat.
d. Tawakal
Hakikat tawakal adalah enyerahkan segala usrusan kepada Allah Azza wa
Jalla, membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menampaki kawasan-kawasan
hukum dan ketentuan.
2. Aklak terhadap Diri Sendiri
a. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-
kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridha Allah.[2]
Sabar dapat didefinisikan dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati rida
serta menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Sabar terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang
agama.
2. Sabar karena taat kepada Allah SWT, artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah
SWT dan menjauhi segala larangan-Nya sengan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada-
Nya.
3. Sabar karena musibah, artinya sabar ketika ditimpa kemalangan dan ujian, serta cobaan dari
Allah SWT.[3]
b. Syukur
Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur in ditandai dengan
keyakinan hati bahwa nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT, bukan selain-Nya, lalu
diikuti pujian oleh lisan, dan tidak menggunakan nikmat untuk ssesuatu yang dibenci
pemberinya.
c. Menunaikan Amanah
Pengertian Amanah menurut arti bahasa adalah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan,
atau kejujuran, kebalikan dari khianat. Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang
setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa
harta benda, rahasia, ataupun tugas kewajiban.[4]
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam pengertian
yang luas amanah mencakup banyak hal: menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan
orang lain, menjaga dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan
lain-lain sebagainya.[5]
d. Benar atau Jujur
Maksud akhlak terpuji ini adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan maupun
dalam perbuatan. Benar dalam perkataan adalah mengatakan keadaan yang sebenarnya, tidak
mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikannya.
e. Menepati Janji (al-wafa)
Dalam Islam, janji merupakan utang. Utang harus dibayar (ditepati). Kalau kita
mengadakan perjanjian pada hari tertentu, kita harus menunaikannya tepat pada waktunya.
Janji mengandung tangung jawab.
f. Memelihara kesucian diri
Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan
memelihara kehormatan.[6] Secara etimologis iffah adalah bentuk masdar dari affa-
yaiffuiffah yang berarti menjauhkan dari hal-hal yang tidak baik dan juga berarti kesucian
tubuh. Secara terminologis, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang
akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.[7]
3. Akhlak Terhadap Keluarga
a. Berbakti kepada orang tua
Berkati kepada orang tua merupakan faktor utama diterimanya doa seseorang, juga
merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim.
b. Bersikap baik kepada saudara
Agama islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak saudara atau kaum kerabat
sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah SWT dan ibu bapak. Hidup damai dengan
saudara dapat tercapai apabila tetap terjalin dengan saling pengertian dan tolong menolong.
4. Akhlak Terhadap Masyarakat
a. Berbuat baik kepada tetangga
Tetangga adalah orang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian darah atau
pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama dengan kita. Dekat disini adalah
orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita.
b. Suka menolong Orang lain
Orang mukmin apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan akan tergerak hatinya untuk
menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apabila tidak asa bantuan berupa benda,
kita dapat membantu orang tersebut dengan nasehat atau kata-kata yang dapat menghibur
hatinya.
5. Akhlak Terhadap Lingkungan
Dalam pamdangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia
dituntut untuk menghormati proses-proses yang sedang berjalan dan terhadap semua proses
yang sedang terjadi.[8]
C. Definisi Akhlak Tercela (akhlak Madzmumah)
Kata mazmumah berasal dari bahasa arab yang artinya tercela. Akhlak mazmumah
artinya akhlak tercela. Istilah ini digunakan oleh beberapa kitab tentang akhlak, seperti Ihya
Ulum Ad-Din dan Ar-Risalah Al-Qusairiyyah.
D. Macam-macam Akhlak Tercela
1. Syirik
Syirik secara bahasa adalah menyamakan dua hal, sedang menurut pengertian istilah,
terdiri atas definisi umum dan definisi khusus. Definisi umum adalah menyamakan sesuatu
dengan Allah dalam hal-hal yang secara khusus dimilik Allah. Definisi syirik secara khusus
adalah menjadikan sekutu selain Allah SWT dan memperlakukannya seperti Allah SWT
seperti berdoa dan meminta syafaat.
2. Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat darikafir. Jadi, kafir
adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara, kufur adalah tidak
beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau tidak
mendustakan.
3. Nifak dan Fasik
Secara bahasa, nifak berarti lubang tempat keluarnya yarbu (binatang sejenis tikus) dari
sarangnya. Jika ia dicari dari lubang yang satu, ia akan keluar dari lubang lain. Dikatakan
pula, kata nifak berasal dari kata yang berarti lubang bawah tanah tempat bersenmbunyi.
4. Takabur dan Ujub
Takabur terbagi menjadi dua bagian, yaitu takabur batin dan lahir, takabur batin adalah
perilaku dan akhlak diri, sedangkan takabur lahir adalah perbuatan-perbuatan anggota tubuh
yang muncul dari takabur batin. Perbuatan-perbuatan buruk yang muncul dari takabur batin
sangat banyak sehingga tidak dapat disebutkan satu persatu.
5. Ujub
Diantara sifat buruk manusia yang banyak merusak kehidupan adalah dengki. Dalam
bahasa Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasaan yang timbul dalam diri seseorang setelah
memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh orang lain, kemudian
dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut dipeoleh dengan tidak
sewajarnya.
6. Gibah
Raghib Al-Ashfahani menjelaskan bahwa gibah adalah membicarakan aib orang lain dan
tidak ada keperluan dalam penyebutannya. Al-Ghazali menjelasan bahwa gibah adalah
menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain yang apabila penuturan itu sampai
pada yang bersangkutan, ia tidak menyukainya.
7. Riya
Riya merupakan salah satu sifat tercela yang harus dibuang jauh-jauh dalam jiwa kaum
muslim karena riya dapat mengugurkan amal ibadah. Riya adalah memperlihatkan diri
kepada orang lain. Maksudnya beramal bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia,
riya ini erat hubungannya dengan sifat takabur.[9]

Anda mungkin juga menyukai