Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK

“Akhlak Terpuji (Raja’, Pemaaf, Tobat,


Pemurah, Tabah, Istirja’)”

Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam pergaulan sehari – hari antara kita sesama manusia, agar hubungan ini
berjalan dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat
Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah
Rasulllah SAW yang sering kita sebut dengan Sifat terpuji atau akhlak terpuji.
Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa
kami akan mengemukakan pengertian dari akhlak dan contoh akhlak terpuji yang
sebaiknya patut dilakukan sehari-hari.
Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk
menambah wawasan kami sebagai pemakalah mengenai pembahasan akhlak
terpuji ini, dan juga dengan pembahasan ini agar kami dan segenap pembaca
lainnya mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu rujukan dalam melakukan
pergaulan dalam kehidupan sehari – hari. Kemudian juga pembahasan ini kami
buat sebagai bentuk tugas dari mata pelajaran aqidah akhlak di SMK xxxx dalam
tugas individu yang disajikan dalam bentuk makalah.

B. RUMUSAN MASALAH
 Apa pengertian akhlak ?
 Apa saja contoh dari akhlak terpuji ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGETIAN AKHLAK
Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang
artinya perangi atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif
yang mendasari perbuatan dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan
itu baik berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak
adalah seseorang yang mengerti benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya
mengharap ridho Allah swt.
Akhlak juga merupakan masalah yang sangat penting dalam islam.
Seseorang dapat dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan nilai-nilai islam
dalam aktifitas hidupnya. Jika aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang dengan
kesadaran hati maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik. Akhlak
merupakan perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, kebiasaan yang membentuk
satu kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan mana yang
baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana yang cantik dan hal ini timbul dari
futrahnya sebagai manusia.
B. CONTOH AKHLAK TERPUJI
1) Raja’

Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja’
pada pembahasan ini adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan
rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia dari Allah SWT yang
mendatangkan manfaat dan nikmat.
Raja’ termasuk akhlakul karomah terhadap allah SWT yang manfaatnya
dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang
muslim/muslimah yang mengharapkan ampunan Allah berarti ia mengakui
bahwa Allah itu maha pengampun.
Kebalikan dari sifat raja’ adalah berputus harapan terhadap ridha dan
rahmat Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia
berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan
merupakan ciri dari orang kafir.
Muslim/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap
optimis, dinamis, berfikir kritis dan mengenal diri dalam mengharapkan
keridhaan Allah SWT. Berikut adalah penjelasan ringkasan tentang hal
tersebut.

a) Optimis
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang
dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan
(berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan, misalnya
:
- seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa
baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi
yang ia pilih.
- Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir
optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap
agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut.

Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat
diartikan berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Seseorang yang
pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan,
kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba.

b) Dinamis
Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti
giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh.
Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan
kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju, misalnya :
- Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat
- Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya
berkembang.

Kebalikan dari sifat dinamis ialah statis. Sifat statis harus dijauhi oleh
setiap muslim/muslimat karena termasuk akhlak tercela yang dapat
menghambat kemajuan dan mendatangkan kerugian.
c) Berfikir kritis
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis
artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas cepat percaya, dan
sikap selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan.
Orang yang ahli mmeberi kritik atau memberi pertimbangan apakah
sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau belum
disebut kritikus.
Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji dan yang
tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak terpuji yaitu kritik yang
sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak
menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud
untuk mmeberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar
menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya, disertai dengan
memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan, kekeliruan dan
kekurangannya tersebut.
d) Mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT
Seorang muslim yang mnegenali dirinya tentu akan menyadari bahwa
dirinya adlah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-
ketentuan-Nya (sunnatullah). Iapun menyadari tujuan hidupnya adalah
memperoleh ridha Allah, sehingga hidupnya diabdikan untuk
menghambakan diri hanya kepada-Nya dengan cara melaksanakan
perintah-perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
2) Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikit pun rasa benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah
salah satu manifestasi daripada ketakwaan kepada Allah.
Sebagaimana firman-Nya,
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada syurga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. Iaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik pada waktu
lapang mahupun pada waktu sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan.”
(Ali Imran 3:133-134)
Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan
kesalahan orang lain tanpa menunggu permohonan maaf daripada orang yang
berbuat salah kepadanya. Tidak ditemui satu ayat yang menganjurkan untuk
meminta maaf, tetapi yang ada ialah perintah untuk memberi maaf.
Ada kalanya seseorang berbuat salah dan menyedari kesalahannya serta
berniat untuk meminta maaf, namun ia terhalang oleh hambatan psikologi
untuk menyampaikan permintaan maaf. Apatah lagi jika orang itu merasa
status sosialnya lebih tinggi daripada orang yang akan diminta maafnya.
Contohnya seorang pemimpin kepada orang yang dia pimpin, orang tua
kepada anaknya, atau yang lebih tua kepada yang lebih muda. Barangkali,
itulah salah satu hikmah kenapa Allah memerintahkan kita untuk memberi
maaf sebelum diminta maaf itu.
Memberi maaf haruslah disertai dengan ketulusan hati dan berlapang
dada, sehingga tidak tersisa rasa dendam atau keinginan untuk membalasnya.
Allah berfirman dalam surah an-Nur ayat 22:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan
antara kamu bersumpah bahawa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang
berhijrah di jalan Allah, dan hdndaklah mereka memaafkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Berlapang dada dalam bahasa Arab disebut as-safhu yang secara
etimologinya bererti lapang. Halaman pada buku dinamai safhah kerana
kelapangan dan keluasannya. Dari sini as-safhu dapat diertikan sebagai
kelapangan dada. Berjabat tangan dinamai musafahah, kerana melakukannya
bererti berkelapangan dada.
Diibaratkan kita tersalah sewaktu menulis di sebuah lembaran kertas,
kesalahan itu kita padam dengan alat pemadam. Dengan apapun kita
menghapusnya, tentu akan meninggalkan kesan, bahkan barangkali kertas
tersebut menjadi robek.
Justeru, supaya lebih bersih dan rapi, kertas yang terdapat kesalahan
tulisan padanya itu diganti saja dengan lembaran yang baru. Memaafi
diibaratkan menghapus kesalahan pada kertas, sedangkan berlapang dada
diibaratkan mengganti lembaran kertas yang salah dengan lembaran yang
baru.
Rasulullah SAW, pemilik akhlak yang paling mulia, dengan keagungan
akhlaknya telah memberikan suri teladan kepada umatnya. Antaranya ialah
sikap pemaaf. Salah satu sikap pemaaf baginda dapat kita semak dalam kisah
ini:
Dalam peperangan Khaibar, Zainab binti al-Haris, iaitu isteri Salam bin
Miskan, salah seorang pemuka Yahudi, memberikan hadiah kambing bakar
yang telah matang kepada Rasulullah s.a.w. Zainab bertanya kepada
Rasulullah tentang anggota badan kambing yang disukai baginda, lalu ada
yang menjelaskan kepadanya bahawa yang disenangi Rasulullah adalah paha
kambing.
Zainab pun membubuh racun sebanyak-banyaknya pada paha kambing
dan menghidangkannya kepada Rasulullah. Rasulullah s.a.w. mengambil
sedikit daging paha kambing tersebut dan mengunyahnya, tetapi tidak
menyukai rasanya.
Bisyar al-Barra’ bin Ma’ruf yang saat itu bersama Rasulullah s.a.w. ikut
menyantap daging paha kambing tersebut. Rasulullah memuntahkan kembali
daging kambing yang beliau kunyah, kemudian berkata: “Sesungguhnya
tulang ini memberi tahu kepadaku bahawa dia diberi racun.”
Zainab dipanggil dan ditanya tentang hal tersebut, dan dia pun mengakui
perbuatannya. Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Zainab tentang
perbuatannya itu. Zainab menjawab, “Engkau tahu bagaimana engkau telah
menakluki kaumku, lalu terlintas di hatiku untuk mengujimu dengan racun
itu. Jikalau Muhammad seorang raja, maka aku akan aman daripada
tindakannya (mati lantaran memakan daging paha kambing yang telah diberi
racun), dan jikalau dia memang seorang nabi, tentu dia akan diberitahu
(tentang daging yang beracun itu). ” Lalu Zainab dimaafkan oleh Rasulullah
SAW, sedangkan Bisyar al-Barra’ yang telah memakannya, meninggal dunia.
Sebenarnya pengakuan Zainab hanya dusta belaka. Dia benar-benar
berniat untuk berbuat jahat terhadap Rasulullahs.a.w. Walaupun demikian,
niat jahatnya itu telah diampuni oleh Rasulullah berkat sifat pemaafnya dan
kelapangan dadanya.
Kisah di atas adalah satu daripada sekian banyak kisah tentang
keluhuran budi pekerti dan akhlakul karimah yang dimiliki oleh Rasulullah
s.a.w. Betapapun besarnya kezaliman yang dilakukan ke atas diri baginda,
tidak sedikit pun baginda menaruh benci, apatah lagi dendam untuk
membalasnya. Bahkan pintu kemaafan selalu baginda buka dengan lebar bagi
siapa saja yang bermaksud untuk berlaku jahat dan menganiaya baginda.
Perlu disedari, bahawa di dunia ini tidak ada seorang pun yang tidak
pernah berbuat kesalahan. Maka hal yang terbaik bagi setiap diri adalah
menyedari akan kesalahan yang pernah dilakukannya, kemudian bersegera
untuk memohon maaf atas kesalahannya itu.
Jika kesalahan itu terhadap Allah SWT, maka bersegeralah memohon
keampunan-Nya. Dan jika kesalahan itu terhadap sesama manusia, maka
bersegeralah meminta maaf daripadanya.
Paling utama adalah jika ada yang pernah berbuat kesalahan terhadap
kita, maka maafkanlah kesalahannya, sekalipun orang yang berbuat
kesalahan itu tidak pernah memohon maaf daripada kita. Kerana ketahuilah,
bahawa dengan begitu rahmat Allah akan senantiasa meliputi kita. Allahu
a’lam.
3) Tobat
Kata tobat berasal dari bahasa Arab At-Taubah yang berarti ruju;
kembali. Menurut istilah yang dikemukakan ulama, pengertian tobat adalah :
 Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dijalan yang
jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah.
 Membersihkan hati dari segala dosa
 Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang
pernah dilakukan karena mengagungkan Allah SWT dan menjauhkan
diri kemurkaannya.

Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka
syarat tobat ada empat macam, yaitu :
a. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat ( nadam )
b. meninggalkan maksiat itu
c. bertekad dan berjanji dengan sungguh – sungguh tidak akan mengulangi
perbuatan maksiat itu.
d. Mengikutinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan
menghapus keburukan.

Namun apabila dosanya terhadap sesama manusia, maka syarat tobatnya


selain yang empat macam tersebut ditambah dengan dua syarat, yaitu :

1. Meminta maaf terhadap orang yang dizalimi (dianiaya) atau dirugikan


2. Mengganti kerugian yang setimbang dengan kerugian yang dialaminya,
yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaan.
4) Pemurah
Pemurah adalah sifat yang paling mulia. Jika seseorang memiliki sifat
ini, sebenarnya mereka telah beruntung. Itulah salah satu tanda orang
beriman dari sejumlah tanda yang lain. Manusia paling pemurah adalah
Rasulullah SAW, kemudian para sahabatnya, istri-istrinya, anak-anaknya,
para cucu dan ulama yang mengikuti jejaknya.
Beberapa sahabat yag paling pemurah antara lain; Abubakar Siddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan seterusnya. Saya
pikir semua sahabat Rasulullah memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Sayyidina Usman bin Affan ra.yang juga menantu Nabi sangat pemurah.
Dia orang kaya yang paling dermawan. Usman pernah menyumbang seribu
ekor unta lengkap dengan barang-barang dagangan yang dibawa dari Syam.
Dia menyumbang kepada fakir miskin yang menderita kelaparan di musim
paceklik. Usman juga membeli sumur milik Yahudi untuk diwaqafkan
kepada orang-orang Islam yang membutuhkan air minum.
Usman siap mengeluarkan harta demi tegaknya daulah Islamiyah
pertama di Madinah. Tentang kemurahan Usman sudah sangat masyhur. Dia
juga yang mengeluarkan biaya (dengan hartanya sendiri) untuk
mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang waktu itu masih terserak. Sikap
Usman yang pemurah ini diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain. Saatnya kita
mengikuti langkah mereka. ( H. Ameer Hamzah )
5) Tabah
Pengertian Tabah atau Sabar - Kali ini saya akan mengshare sebuah
artikel yang bertema Tabah/Sabar. Sabar yang artinya tahan terhadap setiap
penderitaan atau sesuatu yang tidak disenanginya dengan sikap ridha dan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Berbagai kesulitan dan
bahaya. Sedangkan menurut refernsi lain, Sabar adalah suatu bagian dari
akhlak utama yang dibutuhkan seorang muslim dan masalah dunia dan
agama. Salah seorang ulama pernah berkata bahwa pada intinya sabar dan
ikhlas adalah inti dalam menjalankan agama.
Sabar dibagi menjadi 3 macam:

 Sabar menahan diri dari segala perbuatan jahat.


Sabar yang dimaksud disini adalah menghindarkan diri dari
perbuatan yang dapat menjerumuskan diri sendiri maupun orang lain
sehingga salah satunya merasa dirugikan. Sabar merupakan suatu
pertahanan yang dapat mencegah berbagai dorongan nafsu yang setiap
saat menggoda manusia.
 Sabar dalam melakukan ibadah
Sabar yang dimaksud disini adalah sikap menahan diri dari berbagai
kesulitan dan rasa berat dalam menjalankan ibadahnya. Ibadah tidak
hanya dituntut memenuhi syarat dqn rukunnya secara lengkap, tetapi
juga harus melakukannya secara khusus dan penyerahan diri kepada
Allah secara total. Dalam hal ini pasti banyak ditemui berbagai rintangan
dan godaan yang menghantui pikiran sehingga ibadah kita tidak khusyu
atau ketika hendak memulainya terasa berat bahkan kadang tertunda-
tunda. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat
45:
 Sabar karena menghadapi kemunduran.
Sabar yang dimaksud disini adalah menahan diri dari berbagai
godaan yang menyebabkan kita tidak berani dalam melakukan sesuatu
yang baik seperti: membela keadilan, membela harga diri kita atau orang
lain, berjuang demi bangsa dan lain sebagainya.
Sikap pantang mundur dalam menghadapi berbagai rintangan dan
cobaan ini seperti digambarkan oleh para sahabat Nabi ketika
diperintahkan untuk hijrah ke Madinah dengan meninggalkan sanak
saudara, harta kekayaan dan sejumlah posisi lain yang sudah mapan.
Hijrah tersebut dilakukan tak lain karena mengharapkan ketentraman
dalam beribadah dan memunuhi panggilan Allah SWT semata. Firman
Allah SWT dalam surat Al-Ahqaaf ayat 35 menjelaskan:

Menurut Imam Al-Ghazali kondisi manusia dalam kehidupan ini ada dua
yaitu:
1. Kehidupan yang sesuai dengan kehendak hati.
2. Kehidupan atau perjalanan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak
hati.
Kedua kondisi diatas pasti akan dilalui oleh setiap manusia, maka jika
menemui salah satu kondisi tersebut harus disikapi dengan sabar. Baik pada
perjalanan hidup yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki.
6) Istirja’
a. Mengenal Kalimah istirja’
Kalimat istirja’ berbunyi “inna lillahi wa inna illahi raji’un”. kalimat
tersebut mempunyai arti “Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya
kepada-Nya kita kembali”. Maksudnya bahwa segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini adalah milik dan ciptaan Allah, maka kelak semuanya
akan kembali kepada yang menciptakan dan yang memiliki yakni Allah
swt.
Kalimat istirja bisa di ucapkan pda saat seseorang sedang tertimpah
musibah atau cobaan. misalnya, pada saat salah seorang diantara kita
meninggal dunia atau terkena bencana, seperti tsunami, tanah longsor,
banjir, terpeleset, atau hal-hal lainya.
Sesungguhnya setiap musibah yang menimpah manusia disebabkan
oleh ulah manusia itu sendiri. Musibah tersebut ditimpahkan oleh Allah
sebagai peringatan agar manusia itu kembali ke jalan yang benar.
Bahkan jika semua kesalahan manusia dibalas langsung oleh Allah
dengan musibah, bisa jadi seumur hidupnya manusia dicerca dengan
berbagai musibah. Hanya saja banyak kesalahan manusia itu yang
diampuni oleh Allah swt, sehingga musibah yang menimpah manusia
tidak terlalu banyak.
Akan tetapi walaupun musibah yang menimpah manusia itu karena
perbuatan manusia itu sendiri, keputusan akhir tetap ada di tangan Allah.
Jika Allah mengijinkan musibah itu terjadi maka terjadilah, jika Allah
tidak mengijinkan musibah itu tidak terjadi maka tidak akan terjadi. Oleh
karena itu , selayaknya manusia bersyukur kepada Allah agar mendapat
petunjuk-Nya.
Bagai mana bentuk bersyukur kepada Allah saat tertimpah musibah?
syukur saat ditimpah musibah itu menerima ketentuan Allah dengan
penuh ikhlas dan kesabaran. Kembalikan semuanya kepada Allah karena
segala hal dan termasuk diri kita adalah milik-Nya.
Musibah yang kita terima tidak seberapa jika dibandingkan dengan
nikmat yang kita peroleh dari-Nya. Kita wajib bersyukur karena masih
diberi kesempatan untuk menikmati anugrah-Nya.
b. Hikmah Mempelajari Kalimat Istirja’
a) Kita mengetahui segala sesuatu hanyalah milik Allah semata dan
pasti akan kembali kepada-Nya.
b) Kta akan lebih tabah dan sabar dalam menghadapi segala musibah
maupun ujian dan cobaan dari Allah.
c) Kta tidak akan merasa kehilangan jika suatu saat Allah mengambil
milik-Nyayang telah dititipkan kepada kita.
d) Segala sesuatu hendaknya disandarkan kepada Allah swt, sebab
hanya dialah yang berhak atas semua itu.
e) Sifat qana’ah 9pasrah terhadap segala yang digariskan Allah) akan
menjadi milik jiwa kita jika kita memahami betul kalimat istirja’.
BABIII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita
berikan kesimpulan akhlak tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang
tertatanam dalam diri seseorang dan hal tersebut terealisasi dalam kehidupannya
sehari – hari.
Adapun bentuk dari akhlak terpuji tersebut ada beberapa bagian, diantaranya
sebagai berikut; zuhud, tawaqal, ikhlas, jihad dan amanah. Semuanya itu
memiliki sisi positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan
hubungan yang bersifat horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan Allah
SWT atau dalam melakukan hubungan secara vertikal yaitu dalam melakukan
hubungan atau bergaul antar sesama Manusia.
B. SARAN
Dari pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah – mudahan
setelah kita mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita
jadikan sebagai rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik
berhubungan dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga
kami selaku pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini, agar
jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan
dalam makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari
buku – buku dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini
secara mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai
pembahasan akhlak terpuji tersebut.

Anda mungkin juga menyukai