Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Sifat Humble Dalam Keberhasilan Studi

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah TI2203 Psikologi Industri

Dosen Pengampu: Dr. Indryati Sunaryo, M.Sc.

Disusun Oleh :
Lintang Dewani P (13415079)
Linda Ayu Kusuma W (13415089)
Ulfa Hanifatul H (13415098)

Pengertian Sifat Humble

Salah satu sifat dari manusia adalah sifat humble atau yang lebih dikenal dengan rendah hati.
Rendah hati menurut KBBI adalah hal (sifat) tidak sombong atau tidak angkuh. Rendah hati
menurut John Garmo di bukunya yang berjudul Developing Character: Teacher’s Guide yaitu
kualitas karakter yang sengaja menempatkan diri diposisi yang lebih rendah sehingga dapat
memberikan penghargaan kualitas yang lebih baik kepada orang lain. Dalam perilaku sehari-
hari, rendah hati atau humble dapat ditunjukkan dengan menghargai orang lain dengan lebih
banyak memberikan perhatian, menghormati orang lain, lembut, arif, dan fleksibel. Orang
yang rendah hati tidak berpikir rendah atas dirinya sendiri, mereka hanya berpikir sedikit
tentang dirinya sendiri (Peale,2005).

Parameter Sifat Humble

Berdasarkan teori dasar yang dikembangkan oleh Owens dan Hekman (2012), seseorang dapat
dikatakan memiliki sifat rendah hati apabila dia menunjukkan beberapa hal dalam perilakunya.
Perilaku tersebut antara lain dapat memahami diri seseorang dengan baik, selalu
mengapresiasi kelebihan dari orang lain, dan memiliki kemauan untuk belajar dari orang lain.

Pertama, seperti yang sudah disebutkan pada pengertian sifat rendah hati atau humble, orang
yang memiliki sifat rendah hati akan sangat bijaksana untuk menilai diri orang lain sehingga
dia dapat memahami kondisi orang lain. Jika seseorang sedang membutuhkan bantuan, dia
akan senantiasa membantu orang tersebut. Kedua, orang yang memiliki sifat rendah hati akan
senantiasa untuk memosisikan dirinya lebih rendah dari orang lain sehingga mudah untuk
mengapresiasi kelebihan dari orang lain. Ketiga, orang yang memiliki sifat rendah hati akan
senantiasa menghormati dan menghargai orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki
sifat rendah hati akan mampu menerima pemikiran orang lain sehingga lebih mudah untuk
belajar mengenai suatu hal.
Pengertian Keberhasilan Studi

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksinya dengan lingkungan ( Moh. Surya, 1992, 23). Morgan, seperti dikutip Tim
Penulis Psikologi Pendidikan (1993: 60) mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Sedangkan berdasarkan pendapat lain yaitu siswa mengalami suatu proses
belajar, selama proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk
mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang
dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi
tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan
belajar, menyebaban siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya (Dimyati dan Mudjiono,
2002:22)

Dari ketiga pendapat diatas, mengenai definisi dari sebuah studi (belajar) maka dapat
disimpulkan oleh penulis bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam menambah ilmu pengetahuannya. Perubahan pencapaian tujuan yang terjadi
oleh seseorang relatif bertahap sesuai dengan usaha yang dilakukan serta pengaruh lingkungan
lainnya seperti pengajar, materi pembelajaran, dan sebagainya. Sedangkan keberhasilan
belajar sendiri sesuai yang telah dikutip dari Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam (2001: 26) mengatakan bahwa keberhasilan belajar dapat diukur dengan
perubahan, karena keberhasilan suatu program pembelajaran dapat diukur berdasarkan
perbedaan cara berpikir, merasa, berbuat sebelum dan berbuat sesudah memperoleh
pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa.

Parameter Keberhasilan Studi

Keberhasilan studi dari seseorang dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
dapat menentukan keberhasilan studi seseorang tersebut dapat dibedakan menjadi faktor dari
dalam individu dan faktor dari luar individu (Purwanto,1990). Faktor dari dalam individu
antara lain faktor fisiologis (kondisi fisik dan kondisi panca indra) dan psikologis
(kematangan, pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani seseorang, kecerdasan atau
intelligence, latihan dan ulangan, motivasi, faktor pribadi (sifat-sifat pribadi). Sedangkan
faktor dari luar individu antara lain lingkungan (faktor keluarga yang mencakup penghasilan
dan pendidikan orang tua, dan suasana dalam keluarga, motivasi sosial) dan instrumental (guru
dan cara mengajar, alat-alat dan perlengkapan belajar atau pengajaran, dan kesempatan).

Hubungan Antara Sifat Humble dengan Keberhasilan Studi


Setelah membahas pengertian rendah hati dan keberhasilan studi, penulis akan membahas
hubungan antara sifat rendah hati dengan keberhasilan studi. Keberhasilan studi memiliki
beberapa faktor atau parameter seperti kecerdasan, motivasi, dan faktor pribadi. Kecerdasan
merupakan sebuah system kompleks yang mencakup interaksi antara proses mental, pengaruh
kontekstual, dan beberapa kemampuan (Davidson & Downing,2000). Kecerdasan juga dapat
diartikan sebagai kemampuan potensial untuk beradaptasi pada nilai-nilai dalam suatu budaya
(Davidson & Downing,2000). Kecerdasan tidak hanya terbatas pada kemampuan kognitif.
Kecerdasan dipandang sebagai suatu sistem berpikir yang dimiliki seseorang. Kecerdasan
memiliki keterkaitan dengan sifat rendah hati. Dengan melihat kecerdasan sebagai suatu
sistem, seseorang dapat memecahkan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam memecahkan suatu permasalahan dibutuhkan kemampuan beradaptasi terhadap
segala situasi. Kemampuan beradaptasi ini tentunya akan berhubungan dengan salah satu
parameter sifat rendah hati yaitu kemauan untuk belajar.

Aspek kedua adalah motivasi. Jurnal yang ditulis oleh Armenio Rego yang berjudul How
leader humility helps teams to be humbler, psychologically stronger, and more effective: A
moderated mediation model membahas tentang efek pemimpin yang memiliki sifat rendah hati
terhadap performa tim. Dari jurnal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin yang
memiliki sifat rendah hati secara konsisten dapat mempengaruhi sifat tim yang dipimpinnya
untuk menjadi rendah hati. Sifat tim yang rendah hati merupakan salah satu penunjang modal
psikologi. Modal psikologi (Stajkovic,2006) terdiri dari empat dimensi yaitu keberhasilan diri,
harapan, kegembiraan, dan optimisme. Sifat rendah hati dalam tim akan menunjang
munculkan modal psikologi tersebut. Jika modal psikologi suatu tim sudah terpenuhi maka
performa tim akan berjalan baik. Pada hal ini, sifat rendah hati dari pemimpin memiliki peran
penting yaitu sebagai motivasi bagi keberjalanan tim. Pemimpin tim dianggap sebagai role
model dari suatu tim. Pemimpin yang rendah hati dapat dianggap sebagai pemimpin yang
memahami kondisi tim yang ia pimpin dan dapat mengapresiasi kelebihan dari tim yang ia
pimpin. Pemimpin yang memiliki sifat rendah hati akan lebih diterima oleh anggota tim nya
sehingga dapat membangkitkan motivasi kerja tim.

Aspek ketiga adalah faktor pribadi atau sifat pribadi. Jurnal yang ditulis oleh Jordan Paul
LaBouff yang berjudul Humble Persons Are More Helpful Than Less Humble
Persons: Evidence from Three Studies membahas mengenai korelasi
antara sifat rendah hati dengan sifat menolong. Pada jurnal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang memiliki sifat rendah hati dapat
mendorong sifat pribadi lainnya seperti sifat menolong. Sifat rendah hati
memiliki korelasi dengan sifat menolong. Sifat rendah hati dan sifat
menolong berkorelasi positif. Hal ini berarti semakin besar sifat rendah hati
yang dimiliki seseorang, semakin besar kemauan seseorang untuk
menolong orang lain. Sifat menolong mengindikasikan bahwa seseorang
dapat memahami diri atau keadaan orang lain dengan baik dan hal ini
termasuk dalam parameter sifat rendah hati. Dalam jurnal tersebut juga
dituliskan mengenai latar belakang mengapa orang yang memiliki sifat
rendah hati lebih suka menolong daripada orang yang tidak memiliki sifat
rendah hati. Hal ini disebabkan karena adanya motivasi yang bersifat
alturistik.

Dengan rendah hati, seseorang mejadi lebih mudah untuk bekerja sama dengan orang lain.
Rendah hati juga membuat orang untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan, karena orang
yang memiliki sifat rendah hati atau humble akan cenderung untuk mementingkan dan
memikirkan orang lain dibandingkan dengan kepentingannya sendiri. Hal tersebut juga yang
membuat orang yang memiliki sifat rendah hati lebih senang membantu orang lain sehingga
membuat orang lain semakin menghormati dan menghargai orang yang memiliki sifat rendah
hati atau humble. Selain itu, menurut Nanang Qosim Yusuf di bukunya yang berjudul The 7
Awareness, manfaat dari rendah hati yaitu banyak sahabat, mudah bergaul, banyak teman,
banyak keluarga, dan semua orang mencintai dan menghormatinya. Memiliki sifat rendah hati
merupakan sesuatu hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan seseorang, termasuk dalam
aspek penentuan keberhasilan studi seseorang.

Contoh Kasus Penerapan Sifat Humble dalam Keberhasilan Studi

Sikap humble sendiri dapat diterapkan dalam kehidupan studi. Contoh penerapan sikap
humble dapat dilihat pada mahasiswa baru yang yang berasal dari SMA ternama. Mahasiswa
baru tersebut biasanya merupakan seorang siswa yang cerdas pada saat SMA. Rasa percaya
diri yang berlebihan timbul di dalam dirinya karena dia dapat masuk di universitas terkemuka
yang diinginkan. Mahasiswa baru tersebut cenderung memiliki rasa bangga yang terlalu
berlebihan dan menganggap orang lain memiliki kemampuan dibawahnya. Mahasiswa baru
terssebut berpikir pasti semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah seperti pada saat ia
duduk di bangku SMA. Jika sifat ini tetap dibiarkan maka dapat berdampak buruk bagi
seseorang tersebut karena

1. Sifat sombong yang terlalu membanggakan diri sendiri dan menganggap orang lain
tidak sebanding dengannya membuat orang tersebut sulit untuk menerima masukan
dari orang lain karena dia berpikir bahwa apa yang dia pikirkan dan lakukan itu
merupakan tindakan yang benar, padahal itu belum tentu. Jika seseorang sulit
menerima masukan dari orang lain maka orang tersebut tidak dapat berkembang
menjadi lebih baik dan lebih maju karena dia hanya berpikir sesuai dengan apa yang
dia lihat dan pikirkan tanpa melihat dari sisi yang lainnya.

2. Sifat yang sulit menghargai pendapat orang lain karena orang tersebut merasa bahwa
dialah yang paling benar dan jika ada perbedaan dia menganggap bahwa orang lainlah
yang salah. Hal ini dapat menurunkan rasa hormat seseorang terhadap orang lain. Jika
seseorang merasa sudah tidak dihormati maka dia akan tidak menghormati pula orang
tersebut. Hal ini sangat berbahaya jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
terutama bagi mahasiswa dalam lingkungan kampus dan bersikap dengan dosen karena
jika seorang mahasiswa tidak menghormati dosennya maka bisa saja dosen tersebut
tidak meluluskan mahasiwa tersebut.

Dari permasalahan tersebut maka sikap humble sangat diperlukan bagi seseorang terutama
bagi mahasiswa baru yang sedang merasakan euforia menjadi mahasiswa baru dengan segala
kesenangan dan kebanggaanya. Dengan menerapkan sikap humble ini maka mahasiswa baru
tetap merasa bahwa dia bukan mahasiwa yang paling bisa karena dia tahu bahwa jika dia
masuk universitas terutama universitas yang terkemuka maka saingan dia pasti juga bukan dari
siswa yang biasa-biasa saja, pasti siswa tersebut unggul dari SMA mereka masing-masing.
Dengan mengetahui ini maka seseorang tidak akan sombong dengan apa yang telah
didapatkan sehingga jika terdapat masukan mengenai sesuatu hal yang positif dan memberikan
dampak yang baik pasti akan didengarkan dan dihargai. Tidak hanya itu, dengan sikap humble
ini seseorang tidak memandang orang lain lebih rendah dan lebih menghormati orang tersebut
karena dia tahu bahwa dia hidup bermasyarakat dan dia yakin pasti keberhasilan yang dia
capai terdapat campur tangan orang lain bahkan lingkungan.

Hal ini terutama dalam proses belajar, seorang mahasiswa dalam mengerjakan tugas kelompok
selalu menghargai pendapat dan karya teman sekelompoknya dan dia bersikap tidak sombong
karena dia pikir bahwa apa yang dipikirkan dapat memiliki kekurangan. Dalam hal ini dapat
membantu seorang mahasiswa dalam merangkul temannya dalam mengerjakan tugas
kelompok sehingga hasil yang di dapatkan dapat maksimal. Jika kita memiliki rasa hormat
baik kepada teman maupun dosen maka ketika kita dalam kesulitan, kita mungkin bisa
ditolong oleh orang lain yang kita hormati karena kita tidak tahu kapan kita akan
membutuhkan bantuan orang lain.
Contoh tersebut merupakan salah satu sikap humble yang harus diterapkan terutama pada
bidang pembelajaran di kampus atau sekolah. Keberhasilan belajar dalam hal ini dapat terlihat
dari sikap yang seseorang lakukan dalam mengubah tingkah lakunya ke hal yang positif dan
bermanfaat bagi sesama. Contohnya adalah seseorang yang memilik sikap yang sudah
menerima masukan orang lain tetapi karena belajar dari pengalaman maka orang terebut tetap
berusaha untuk menghargai pendapat dan masukan orang lain meskipun pendapat atau
masukan orang tersebut kurang berkenan.

Oleh karena itu, apabila seseorang siswa atau mahasiswa yang memiliki sifat rendah hati maka
siswa atau mahasiswa tersebut akan lebih mudah disukai dan dihargai oleh teman-temannya.
Siswa tersebut akan memiliki banyak teman yang akan senantiasa membantunya.
DAFTAR PUSTAKA

Garmo, John. 2011. Developing Character: Teacher’s Guide . Amerika Serikat : Character
Solutions International.

Qosim Yusuf, Nanang. 2009. The 7 Awareness - 7 Kesadaran Hati dan Jiwa Menuju Manusia
Di Atas Rata-rata. Jakarta : PT Grasindo.

Ulum,Bakhrul.”Keberhasilan Belajar Siswa”. 24 Februari 2013.


http://blogeulum.blogspot.co.id/2013/02/keberhasilan-belajar-siswa_24.html

Hawang,Nurmaya. “Makalah Keberhasilan Studi”. 23 Juli 2014.


http://makalahkeberhasilanbelajarmengaja.blogspot.co.id/

Davidson, J. E., & Downing, C. L. (2000). Contemporary models of intelligence. In R. J.


Sternberg (Ed.), Handbook of intelligence. Cambridge:
Cambridge University Press.

Rego, Armenio. 2015. How leader humility helps teams to be humbler, psychologically
stronger, and more effective: A moderated mediation model. 1-11.
Syafrudin. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Studi Mahasiswa
Program Sarjana Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Wilis, Paul. 2015. From humble inquiry to humble intelligence: Confronting
wicked problems and augmenting public relations. United Kingdom: Elsevier Inc.

LaBouff, Jordan Paul. 2011. Humble persons are more helpful than less
humble persons: Evidence from three studies. Maine: Taylor & Francis.

Stajkovic, A. D. (2006). Development of a core confidence higher-order construct. Journal of


Applied Psychology, 91, 1208–1224.

Owens, B., & Hekman, D. (2012). Modeling how to grow: An inductive examination of
humble leader behaviors, contingencies, and outcomes. Academy of Management
Journal, 55(4), 787–818

Anda mungkin juga menyukai