Anda di halaman 1dari 12

Aqidah Islam

Dibuat oleh:
1. Fitri Nur Aisyah ( 20191770048 )
2. Linda Febrianti ( 20191770032 )
3. Zuda Deva Salsabilla ( 2019770102 )
4. Dimas Lutfi A.H ( 2019770005 )
Pengertian aqidah
Secara Bahasa (Etimologi) :Kata "‘Aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraamal-ihkam (pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat),
asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu
(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu
(penetapan)."Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata
tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan
sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah :
89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari
aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-
Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah;
baik itu benar ataupun salah.
Ruang Lingkup Akidah Pembahasan akidah mencakup:

1. Ilahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Ilah
(Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifatNya, nama-nama-Nya, dan af’al Allah. Juga dipertalikan
dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.
2. Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat-sifat mereka, kema’shum -an mereka, tugas mereka,
dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian
dengan pari wali, mukjizat, kara>mah , dan kitab-kitab samawi.
3. Ruhaniyyat (kerohanian) . Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.
4. Sam’iyyat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara ‟). Yaitu pembahasan yang
berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan alam
kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba’ts (kebangkitan dari kubur), mah}syar (tempat
berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza’ (pembalasan).
Perbedaan aqidah, akhlak, dan fiqih

• Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia


• Fiqih adalah pengetahuan keagamaan yang berupa akidah , akhlak
maupun ibadah/ pengetahuan tentang hukum syariat islam
• akhlak adalah tingkah laku yang lahir dari manusia dengan segala,
tidak dibuat-buat dan telah menajdi kebiasaan
Hubungan Antara Aqidah, Fiqih dan Akhlak

Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah
aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah pun
terpancarkan melalui ibadah. karena sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan
amal ataua ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah.
Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan
lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah seseorang
akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga lurus dan benar. Karena
barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku
baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan
perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya.
Selanjutnya..

Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus
diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah
yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan
balasan kebaikan dari Allah. Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang
terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim) Dengan demikian, untuk
melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena
tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya
baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia
mempunyai Iman yang lemah.
Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia,
sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk. Nabi Muhammad SAW telah
menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak
berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi
orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda: )‫اذا رـفعـ اـحدهما رـفعـ اـالخر ( رـواـهـ لاــكاريـم‬
‫لاــحياء وـاـاليـمان قرـناء جميعـا فـــ‬
”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang
lain”. (HR. Hakim) Sahabat bacaan madani. Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang
dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai makhluk. aqidahlah Pondasi aktifitas manusia itu tidak
selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi
yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. dan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Sedangkan Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu dan ruh
stabilitas kehidupan ummat.
Pertanyaan
1. Syaifuddin Al faqih(20191770008) terkadang kita dalam proses pembelajaran dan pendalaman atau mungkin pencarian akan Keesaan Allah
SWT, akan ada dimana kita akan mempertanyakan tentang hal yg terkait DzatNya, Hakekat Nya, Jaiz Nya, dan segala sesuatu berkaitan
dengan keadaan asal mula. Lalu bagaimana pendapat Fiqih selaku salah satu dasar dari ilmu Agama....? terkadang kita dalam proses
pembelajaran dan pendalaman atau mungkin pencarian akan Keesaan Allah SWT, akan ada dimana kita akan mempertanyakan tentang hal yg
terkait DzatNya, Hakekat Nya, Jaiz Nya, dan segala sesuatu berkaitan dengan keadaan asal mula. Lalu bagaimana pendapat Fiqih selaku salah
satu dasar dari ilmu Agama....?
2. Izza tohbri bima(20191770110) Bagaimana cara mengatasi ketika aqidah kita sedang di uji agar tidak salah arah.Dan apakah aqidah berkaitan
dengan iman??
3. Rizky Tangguh Ramadhan(20191770121) menurut kalian, akhlak seperti apa yang seharusnya kita miliki dalam era modernisasi seperti ini?
4. Yasmin salsabilah (20191770026) bagaimana menurut kalian dengan cara kita melakukan aqidah yang biasa dilakukan di suatu daerah tujuan
yang juga baik jika tidak dilakukan akan menimbulkan ketidakrukunan antar tetangga namun, aqidah itu sedikit keluar dari ajaran islam ? dan
apa yang seharusnya kita lakukan ?
5. Tri devi kumalasari (20191770072) apakah hubungan antara aqidah, fiqih dan akhlak sangat erat. dan bagaimana cara kita memperkuat
ketiganya agar tidak berat sebelah
6. Rijal Nafiur Rizky (20191770025) apakah kita menyembah kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan perasaan takut dan harapan?
7. Rakhmalia ayu (20191770033)berdasarkan pengertian aqidah merupaka ketetapan yang tidak ada keraguan dalam pengambilan keputusan. lalu
bagaimaan apabila seseorang yang telah melakukan aqidah dipertengahan jalan ia mengalami keraguan setelah mengambil keputusan ? lalu
bagimana cara mengurangi kemungkinan kecil munculnya perasaan itu ?
Jawaban
• 1. Untuk menjawab masalah ini harus diketahui bahwa Dzat Allah itu nirbatas dan akal serta pengetahuan
manusia itu terbatas. Dia adalah wujud mutlak dari segala dimensi. Dzat-Nya, seperti ilmu, kuasa dan seluruh
sifat-sifat-Nya, adalah tak terbatas. Dari sisi lain, kita dan seluruh yang bertalian dengan keberadaan kita,
seperti ilmu, kuasa, hidup, ruang dan waktu, semuanya serba terbatas.Oleh karena itu, dengan segala
keterbatasan yang kita miliki, bagaimana mungkin kita dapat mengenal wujud dan sifat yang mutlak dan tak
terbatas? Bagaimana mungkin ilmu kita yang terbatas dapat menyingkap wujud nir-batas? Ya, dari satu sisi,
kita dapat melihat dari jauh kosmos pikiran dan memberikan isyarat global ihwal Dzat dan sifat Allah swt.
Akan tetapi, untuk mencapai hakikat Dzat dan sifat-Nya secara detail adalah mustahil bagi kita.Dari sisi lain,
wujud nir-batas dari segala dimensi ini tidak memiliki keserupaan dan kesamaan. Dan ketakterbatasan ini
hanyalah Dia; Allah Swt. sebab, sekiranya Dia memiliki keserupaan dan persamaan, maka kedua-duanya
menjadi terbatas.Sekarang bagaimana kita dapat memahami wujud yang tak memiliki kesamaan dan
keserupaan? Segala sesuatu yang kita lihat selain-Nya adalah wujud yang mungkin (mumkinul wujûd).,
sedangkan sifat- sifat wajib al-Wujud berbeda dengan sifat yang lainnya.[1]Kita tidak berasumsi bahwa kita
tidak memiliki pengetahuan tentang hakikat wujud Allah, tentang ilmu, kuasa, kehendak dan hidup-Nya. Akan
tetapi, kita berasumsi bahwa kita memiliki pengetahuan global tentang hakikat wujud dan sifat-sifat-Nya. Dan
kedalaman serta batin seluruh hal-hal ini tidak akan pernah kita ketahui. Dan kaki akal seluruh orang-orang
bijak dunia, tanpa kecuali, dalam masalah ini tampak lumpuh:
• Dalam hadis yang diriwayatkan dari Imam Ash-Shadiq a.s. dikatakan: “Diamlah bilamana pembahasan sampai pada Dzat Allah”.[3]
Artinya, jangan membahas ihwal Dzat Allah. Dalam masalah ini, seluruh akal buntu dan tidak akan pernah mencapai tujuannya.
Berpikir tentang Dzat Nir-batas melalui akal yang terbatas adalah mustahil. Karena segala yang dirangkum oleh akal bersifat
terbatas; dan terbatas bagi Tuhan adalah mustahil.Dengan ungkapan yang lebih jelas, tatkala kita menyaksikan jagad raya dan
seluruh keajaiban makhluk-makhluk, dengan segenap kompleksitas dan keagungannya, atau bahkan melihat wujud diri kita
sendiri, secara umum,kita memahami bahwa jagad raya ini memiliki pencipta dan Sumber Awal. Pengetahuan ini adalah
pengetahuan global yang merupakan tahapan akhir bagi kekuatan pengenalan manusia tentang Tuhan. Namun, semakin kita
mengetahui rahasia-rahasia keberadaan, semakin juga kita mengenal keagungan-Nya serta jalan pengetahuan global tentang-Nya
semakin kuat.Akan tetapi, ketika kita bertanya kepada diri kita sendiri apakah hakikat Dia? Dan bagaimanakah Dia? Ketika kita
mengarahkan tangan ke arah realitas Dzat Allah, kita tidak akan mendapatkan sesuatu selain keheranan dan rasa takjub. Kita
akan mengatakan bahwa jalan untuk menuju ke arah-Nya adalah terbuka, dan jalan untuk menyentuh hakikatnya adalah tertutup.
Dengan menyebutkan satu perumpamaan kita dapat menjelaskan masalah ini. Bahwa kita semua tahu bahwa ada kekuatan alam
yang disebut sebagai kekuatan gravitasi. Segala sesuatu yang terlepas akan jatuh dan tertarik ke bawah. jika kekuatan gravitasi
ini tidak ada, ketenangan dan ketentraman bagi seluruh makhluk di muka bumi tidak akan ada.Ilmu tentang adanya gravitasi bumi
bukanlah sesuatu yang hanya diketahui oleh para ilmuwan saja. Anak-anak yang berakal sehat pun dapat mencerap realitas
gravitasi bumi ini dengan baik. Akan tetapi, hakikat gravitasi bumi itu apa, apakah ia adalah gelombang-gelombang frekuensi atau
atom-atom atau kekuatan lain?Dan anehnya adalah gravitasi bumi bertentangan dengan segala sesuatu yang kita kenal dari alam
semesta ini. Secara lahiriah, untuk transformasi dari satu titik ke titik yang lain tidak memerlukan waktu yang cukup. Berbeda
dengan cahaya yang memiliki gerakan tercepat dalam dunia materi ini. Akan tetapi, ketika mengalami transformasi dari satu titik
ke titik yang lain, ia masih memerlukan waktu jutaan tahun lamanya. Namun, gravitasi bumi dapat berpindah dalam satu detik
dari satu titik bumi ke titik bumi yang lain dalam waktu yang cukup pendek dan atau sekurang-kurangnya kecepatan yang
dimilikinya lebih singkat dari yang kita dengar hingga kini.Kekuatan macam apakah yang memiliki efek seperti ini? Bagaimanakah
hakikat kekuatan ini? Tidak ada seorang pun yang memiliki jawaban yang jelas atas pertanyaan-pertanyaan ini.Kita hanya
memiliki pengetahuan global tentang kekuatan gravitasi ini sebagai salah satu makhluk. Kita tidak memiliki pengetahuan
tentangnya secara detail. Bagaimana kita dapat menguak ihwal Pencipta dunia materi dan hakikat metafisis yang merupakan
wujud nir-batas dan dapat mengetahui kedalaman dzat-Nya? Akan tetapi, dengan kondisi seperti ini pun kita dapat menyaksikan
bahwa Dia selalu hadir, mengawasi setiap tempat dan bersama setiap wujud di alam semesta ini.
• 2. Cara mengatasi aqidah kita ketika sedang diuji adalah dengan cara kita kembali lagi kepada pegangan kita yaitu Alquran dan
hadis serta kita percaya akan keimanan kita kepada allah kembali lagi kepada diri kita sendiri kita harus sabar menerima ujian
serta memperkuat keimann kita kepada allah dan akidah sangat nya berkaitan dengan iman karna arti aqidah sendiri menurut
bahasa berarti simpulan iman ataupun pegangan yang kuat atau satu keyakinan yang menjadi pegangan yang kuat.
• 3. Diera moderen iki kita harus tetap mengikuti arus perkembangan jaman dengan tetap
mengedepan kan aklaq jadi kembali lagi kepada ajaran agama kita kita tetap bisa mengikuti era
moderenisasi dengan ajaran ajaran agama dengan benar kita dapat menjadikan alquran dan hadis
sebagai landasan kita untuk mengikuti alur moderenisasi seperti contoh nya sekarang adalah
modernisme dalam dunia Islam. yakni usaha untuk mewujudkan relevansi antara Islam dan
pemikiran abad modern yaitu dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan menafsirkannya
dengan interpretasi baru, untuk menjadikan Islam sebagai agama modern. Sedikit saya tambah
kan kita dapat menjalankan aklaq yang sabar amanah dan Istiqomah 
• 4. masalah Aqidah itu sudah paten ya,,, krn ini soal kemantapan hati. Jadi di segala kondisi,
tempat dan waktu, dia ga boleh berubah. Tetap kokoh diatas kebenaran Aqidah. Artinya budaya
apapun yg ada di daerah kita tidak boleh merubah aqidah kita, justru aqidah yg harus merubah
kebiasaan buruk individu maupun kelompok. Termasuk merubah budaya yang tidak sesuai syari'at
Islam.
• 5. ketiganya berhubungan erat karena memang akhlaq adalah hasil out put dari aqidah.
Sedangkan fiqh adalah alatnya, alat utk memahami aqidah tersebut out put nya apa.
Ibarat teko, dia tidak akan mengeluarkan teh jika isinya kopi. Begitupun diri kita, yg keluar dr
kita, baik ucapan, pakaian maupun perbuatan, tidak akan jauh dari aqidah dan ibadah kita. Ga
mgkin orang suka misuh padahal dia ahli ibadah. Tapi kalo kita sudah ibadah kok masih suka pake
baju minimalis, masih suka bentak ortu, masih suka nakal, perlu dipertanyakan lagi aqidah dan
ibadah kita. Jangan2 selama ini kita belum baik dan mantap soal aqidah? Jangan2 selama ini kita
sholat, puasa cuma utk menggugurkan kewajiban saja? Atau malah sholat karena takut sm orang
tua?
• 6. Perasaan takut kepada Allah sudah menit merupakan suatu keharusan,karena dengan takut
kepadanya dapat membuat kita sadar bahwa kita itu bukan apa apa dimata Allah,tidak ada apa
apanya,
Dan memiliki perasaan takut kepada Allah juga bisa lebih membuat kita menjauhi laranganNya
dan semakin mendekat ke ridho nya
Untuk perasaan berharap,itu jelas,
Karena setiap hal yg kita lakukan di mula bumi ini selalu ada pembalasan” nya ,seperti contoh
jika kita menolong org,maka insyaAallah org itu juga akan menolong kita dikala kita susah,dan
sudah pasti saat bersedekah kita berharap semoga Allah memberi kan kita pahala dari sedekah
kita .
• 7. Dalam langkah untuk mengambil keputusan dalam beraqidah,tentu kita sudah tahu tentang
bagaimana resiko kedepannya seperti kita harus mentaati perintahnya,yakin,dan ikhlas
menjalankan sesuatunya
Untuk mengurangi kemungkinan kecil seperti munculnya keraguan,bisa dengan cara seperti lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT,banyak” mengikuti kajian atau bergabung dengan komunitas
yg dapat menjadikan aqidah kita lebih kuat dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai