Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH EKOLOGI LAHAN BASAH

(AKBK 3415)

“DANAU”

Oleh
Kelompok 11:
Hikmatul Fazriah 2010119320005
Hilmawati Ridhati 2010119320017
Ira Puspita Asri 2010119320016
Siti Aminah 2010119320007
Wulandari 2010119220023

Dosen Pengampu :
Drs. H. Hardiansyah, M. Si.
Mahrudin, S.Pd.
Nurul Hidayati Utami, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
FEBRUARI
2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................i
DAFTAR TABEL......................................................................................................iv
BAB
I……………………………………………………………………
……………………………………………………1
PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

1.4 Metode Penulisan.......................................................................................2

BAB II……………………………………………………………………………3
PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Pengertian, Definisi dan Ciri-ciri Danau......................................................3

2.2 Fungsi Kawasan Danau...............................................................................4

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Danau.................................................4

2.4 Permasalahan yang Terjadi di Kawasan Danau…………………………..7

2.5 Proses Ekologi pada Kawasan Danau…………………………………...14

2.6 Contoh Ekosistem Danau di Kalimantan Selatan……………………….21

2.7 Keanekaragaman Hayati yang Terdapat di Ekosistem Danau…………

2.8 Faktor Penyebab Keanekaragaman Hayati yang Ada di Danau…………

BAB
III……………………………………………………………………
……………………………………………….24
PENUTUP..............................................................................................................1

i
3.1 Kesimpulan..................................................................................................1

3.2 Saran...........................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Limbah Domestik yang Dibuang Langsung ke Danau Toba Tanpa
Pengolahan.....................................................................................12
Gambar 1.2 Eceng Gondok yang Menghambat Kegiatan Transportasi di Danau
Toba................................................................................................12
Gambar 1.3 Zona Danau....................................................................................17
Gambar 1.4 Danau Singkarak.............................................................................17
Gambar 1.5 Danau Batur...................................................................................18
Gambar 1.6 Danau yang Terdapat di Gua…………………………………….18
Gambar 1.7 Danau Sentarum............................................................................19
Gambar 1.8 Danau Ox-Bow .................................................................................1
Gambar 1.9 Waduk Riam Kanan..........................................................................1
Gambar 1.10 Danau Biru.......................................................................................1
Gambar 1.11 Danau Seran....................................................................................1
Gambar 1.12 Danau Sentarum…………………………………………………..

Gambar 1.13 Putat (Baringtonia acutangula)


……………………………………

Gambar 1.14 Menungau (Vatica menungau) …………………………………

Gambar 1.15 Tembesu (Fagrarea fagrans) ……………………………………..

Gambar 1.16 Tengkawang Rambai (Shorea smithiana) …………………………

Gambar 1.17 Ikan Arwana & Ikan Ulang Uli……………………………………

Gambar 1.18 Bekantan (Nasalis larvatus) & Orang utan (Pongo Pygmaeus) …..

Gambar 1.19 Bangau Hutan Rawa (Ciconia stormi) …………………………

Gambar 1.20 Buaya Muara (Crocodylus porosus) …………………………

i
ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Permasalahan Danau di Indonesia.........................................................9

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Danau merupakan ekosistem air tawar yang mudah dijumpai selain sungai.
Danau juga mempunyai nilai yang sangat penting bagi makhluk hidup, hal ini
berkaitan dengan danau sebagai habitat berbagai organisme air dan sebagai
sumber air bagi masyarakat sekitarnya. Danau adalah cekungan yang tergenang
air secara alami. Danau yang menampung berasal dari hujan, mata air, dan air
sungai. Ada juga danau yang dibuat oleh manusia, dengan cara membendung
aliran sungai yang dinamakan waduk atau bendungan. Air danau biasanya bersifat
jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah pinggir. Danau
dicirikan dengan arus yang sangat lambat atau tidak ada arus sama sekali.
Ekosistem danau dapat di bedakan menjadi beberapa bagian yaitu benthal
merupakan zona substrat dasar yang dibagi menjadi zona litorial dan dan
profundal. Morfologi dari danau sangat penting pengaruhnya dalam semua hal
yang berhubungan dengan fisika, kimia, dan biologi.

Menurut Jangkaru (1995) danau adalah wilayah yang digenangi badan air
sepanjang tahun dan terjadi secara alami. Pembentukan danau terjadi karena
pergerakankulit bumi sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi. Danau yang
terbentuk sebagaiakibat gaya tektonik kadang-kadang badan airnya mengandung
bahan-bahan dari perut bumi seperti belerang dan panas bumi. Bahan belerang
dapat bersifat racun bagiorganime, sedangkan panas bumi dalam batas tertentu
menyuburkan perairan. Menurut (Parulian, 2009), air danau merupakan air
permukaan yang mengumpul pada cekungan permukaantanah. Permukaan air
danau biasanya berwarna hijau kebiruan. Warna ini disebabkanoleh banyaknya
lumut yang tumbuh di permukaan air maupun di dasar danau. Selainlumut, warna
pada air danau juga dipengaruhi oleh bahan organik yang membusuk akibat
proses dekomposisi oleh mikroorganisme di dalam air. Akibat proses
pembusukantersebut, air danau memiliki kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) yang
relatif tinggi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, deskripsi dan ciri-ciri danau?
2. Apa saja fungsi kawasan danau?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi danau?
4. Apa saja permasalahan yang terjadi di kawasan danau?
5. Bagaimana proses ekologi pada kawasan danau?
6. Apa saja contoh ekosistem danau di Kalimantan Selatan?
7. Apa saja keanekaragaman hayati yang terdapat di ekosistem danau?
8. Apa saja faktor penyebab keanekaragaman hayati yang ada di danau?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan pengertian, deskripsi dan ciri-ciri danau
2. Untuk menjelaskan fungsi kawasan danau
3. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi danau
4. Untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi di kawasan danau
5. Untuk menjelaskan proses ekologi pada kawasan danau
6. Untuk menjelaskan contoh ekosistem danau di Kalimantan Selatan
7. Untuk menjelaskan keanekaragaman hayati yang terdapat di
ekosistem danau
8. Untuk menjelaskan faktor penyebab keanekaragaman hayati yang ada
di danau

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah
metode deskriptif dengan teknik studi kepustakaan atau literatur yang
dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku referensi, penunjang, dan
media lainnya yang beredar seputar tema yang dibahas, dan juga mengambil
sumber penunjang dari internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Deskripsi dan Ciri-Ciri Danau


Menurut Jangkaru (1995) danau adalah wilayah yang digenangi badan
air sepanjang tahun dan terjadi secara alami. Pembentukan danau terjadi
karena pergerakan kulit bumi sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi.
Danau yang terbentuk sebagai akibat gaya tektonik kadang-kadang badan
airnya mengandung bahan-bahan dari perut bumi seperti belerang dan panas
bumi. Bahan belerang dapat bersifat racun bagi organime, sedangkan panas
bumi dalam batas tertentu menyuburkan perairan.
Kawasan danau merupakan lahan basah yang airnya cukup dalam, tidak
mengalir (tergenang), pada umumnya tidak terpengaruh pasang surut air dan
mempunyai luas area lebih dari 8 hektar. Jika lebih sempit, luas daerah yang
tertutup oleh tumbuhan permanen harus kurang dari 30% seluruh badan air,
atau mempunyai kedalaman lebih dari 2 meter.
Air danau merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan
permukaan tanah. Permukaan air danau biasanya berwarna hijau kebiruan.
Warna ini disebabkan oleh banyaknya lumut yang tumbuh di permukaan air
maupun di dasar danau. Selain lumut, warna pada air danau juga dipengaruhi
oleh bahan organik yang membusuk akibat proses dekomposisi oleh
mikroorganisme di dalam air. Akibat proses pembusukan tersebut, air danau
memiliki kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) yang relatif tinggi (Parulian,
2009).
Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas dan mempunyai
air yang relatif tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen
and Vollenweiden, 1989). Sementara itu, menurut Ruttner (1977) danau
adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan
mempunyai mutu air yang bersifat khas dari satu danau ke danau yang lain
serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi.
Ekosistem danau termasuk habitat air tawar yang memiliki perairan
tenang yang dicirikan oleh adanya arus yang sangat lambat sekitar 0,0001—

3
0,01 m/detik. Pergerakan air pada danau dibentuk oleh gelombang dan aliran
air yang dipengaruhi oleh arah dan lama kecepatan angin, bentuk tepian, serta
kedalaman perairan tersebut (Welch, 1952).
Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang
berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan
berbagai kepentingan. Danau secara umum mempunyai fungsi antara lain
menyimpan kekayaan plasma nutfah, mensuplai air permukaan dan penyedia
air untuk pertanian, sumber air baku masyarakat, pertanian, pembangkit
listrik tenaga air dan pariwisata (Trisakti, 2012). Danau sebagai habitat air
tergenang merupakan cekungan yang berfungsi menampung air dan
menyimpan air yang berasal dari air hujan, air tanah, mata air ataupun air
sungai (Irianto dan Triweko, 2011) .Danau adalah badan air alami berukuran
besar yang dikelilingi oleh daratan dan tidak berhubungan dengan laut,
kecuali melalui sungai. Danau bisa berupa cekungan yang terjadi karena
peristiwa alam yang kemudian menampung dan menyimpan air yang berasal
dari hujan, mata air, rembesan, dan air sungai (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2004). Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di
daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan
didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto, 2011). Salah
satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
diantaranya adalah ikan. Tidak kurang dari 7.000 spesies ikan terdapat di
perairan Indonesia dan sekitar 2.000 spesies diantaranya merupakan jenis air
tawar (Subani, 1978).
Danau dibedakan menjadi danau alam (natural lake) dan danau buatan
(man made lake/artificial lake). Danau alam dibentuk secara alami, biasanya
berbentuk mangkok (bowl-shape) yang lebih rendah dari permukaan tanah,
yang terisi air dalam waktu lama, terbentuk akibat bencana alam besar seperti
glasier, aktifitas gunung berapi atau gempa tektonik. Danau buatan seperti
waduk/bendungan yang dibentuk melalui pembangunan bendungan yang
memotong aliran sungai (UNEP-IETC/ILEC 2000 dalam KLH 2008).
Adapun ciri-ciri umum danau, sebagai berikut :

4
1) Ekosistem yang memiliki sumber daya akuatik yang bermanfaat
bagi manusia sehingga harus diperhatikan kelestariannya (Dinas
Perikanan, 1993).

2) Danau termasuk ke dalam perairan tenang (lentic water), atau


disebut juga sebagai perairan tenang (Barus, 2001).

3) Suatu kumpulan air dalam suatu basin atau cekungan tertentu.

4) Suatu ekosistem perairan menggenang penampung air dengan inlet


lebih banyak daripada outlet-nya .

5) Danau terletak di daerah rendah dan merupakan lembah yang


dikelilingi oleh daerah yang tinggi.

2.2 Fungsi Kawasan Danau


Pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi
dan fungsi sosial-ekonomi-budaya. Fungsi ekologi danau adalah sebagai
pengatur tata air, pengendali banjir, habitat hidupan liar atau spesies yang
dilindungi atau endemik serta penambat sedimen, unsur hara dan bahan
pencemar. Fungsi sosial-ekonomi-budaya danau adalah memenuhi keperluan
hidup manusia, antara lain untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari, sarana
transportasi, keperluan pertanian, tempat sumber protein, industri,
pembangkit tenaga listrik, estetika, olahraga, rekreasi, industri pariwisata,
heritage, religi, dan tradisi. Selain itu, danau juga berfungsi untuk mengatur
sistem hidrologi; yaitu dengan menyeimbangkan aliran air antara hulu dan
hilir sungai, serta memasok air ke kantung-kantung air lain seperti akuifer
(air tanah), sungai dan persawahan. Dengan demikian danau dapat
mengendalikan dan meredam banjir pada musim hujan, serta menyimpannya
sebagai cadangan pada musim kemarau (Naryanto dkk., 2009).
Dalam pengelolaannya danau mempunyai fungsi utama adalah untuk
menstabilkan aliran air, dan di lain sisi danau juga mempunyai fungsi
ekonomi yang sangat tinggi, yaitu untuk penyediaan air bersih, baik untuk

5
minum,irigasi, dan industri, juga untuk perikanan budidaya maupun
perikanan tangkap. Jika dikelola dengan benar, maka danau akan berfungsi
secara optimal sebagai penyangga kehidupan. Penjagaan kuantitas dan
kualitas air danau diharapkan dapat menjamin ketersediaan air baku
sepanjang daerah alirannya. Permintaan persediaan air bersih untuk
keperluan-keperluan di atas akan terus meningkat seiring meningkatnya
populasi jumlah penduduk Indonesia. Diprediksi sampai tahun 2015,
permintaan air bersih untuk sektor pertanian (air irigasi) akan meningkat 6,67
% setiap tahunnya, sedangkan untuk keperluan domestik 6,7 % dan untuk
keperluan industri 12,5 %.
Beberapa fungsi penting dari ekosistem danau ialah (1) sebagai gudang
plasma nutfah yang menyimpan potensi keanekaragaman hayati, (2) sebagai
reservoir alami terhadap limpasan air hujan, sungai dan kawasan sekitarnya,
(3) sebagai sumber air yang langsung dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan, (4) penyedia komoditas hayati ekonomis penting perikanan, (5)
sebagai sarana transportasi, (6) sebagai sumber energi terbarukan melalui
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), (7) pelarut bahan pencemar, dan (8)
sebagai kawasan wisata karena memiliki nilai estetika tinggi (Prinz & Singh,
1999), (Kumurur, 2002) (Kondratyev, et al., 2002).
Indonesia memiliki 521 danau dalam ukuran besar dan kecil yang
tersebar di seluruh wilayah. Luas keseluruhan danau tersebut ialah 2,1 juta
ha. Berdasarkan kajian Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), terdapat 15
danau berada dalam kondisi kritis. Kondisi kritis tersebut ditunjukkan oleh
volume air danau yang semakin menurun dan kualitas perairan danau yang
juga menurun. Menurunnya volume air danau secara umum disebabkan oleh
sedimentasi. Sedangkan penurunan kualitas perairan danau disumbang oleh
aktivitas daerah tangkapan air dan aktivitas ekonomi di perairan danau.
Aktivitas ekonomi yang berkembang di perairan danau antara lain
perikanan budidaya dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Aktivitas
perikanan KJA di danau menunjukkan perkembangan yang pesat. Syandri
(2000) melaporkan perkembangan KJA di danau Maninjau, awalnya 12 unit
pada tahun 1992 menjadi 3.500 unit pada tahun 1997. Perkembangan

6
budidaya perikanan di danau secara umum terjadi di seluruh dunia (Pulatso,
2003), (Havens, et al., 2001), (Buryniuk, Pterell, Baldwin, & Lo, 2006).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Danau


Pembentukkan danau dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya
yaitu: faktor geologis, topografis dan iklim. Faktor-faktor tersebut berdampak
pada keberagaman sifat fisika, kimia dan biologis antara danau yang satu
dengan yang lainnya. Selain itu, morfologi cekungan danau (kedalaman
maksimum, kedalaman rata-rata, panjang tepi danau) dan waktu yang
diperlukan air danau untuk mengalir keluar (waktu retensi) juga perlu
diperhatikan karena berpengaruh pula pada sifat suatu danau. Danau di
Indonesia diperkirakan memiliki waktu retensi yang cukup lama, yaitu lebih
dari 17 tahun (waktu retensi danau dunia adalah 17 tahun). Oleh karena itu,
danau-danau di Indonesia rentan terhadap pengaruh pengayaan unsur hara.

Pada umumnya, badan air danau cukup dalam sehingga masuknya


cahaya matahari ke dalam air tidak merata, akibatnya terjadi lapisan suhu
badan air (stratifikasi) yang mempengaruhi penyebaran suhu dan unsur hara.
Hal tersebut menjadikan danau memiliki flora fauna yang beragam, baik jenis
maupun cara hidupnya karena banyaknya microhabitat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi danau, yang berasal dari


sifat kimia dan fisika air yang juga berpengaruh pada sebaran dan pergerakan
organisme. Faktor-faktor tersebut di antaranya sebagai berikut:

1. Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama di bumi, termasuk
di dalamnya danau. Energi matahari digunakan oleh organisme autotrof
secara langsung untuk melakukan fotosintesis dan membuat bahan
organik. Sebaran organisme autotrof di danau terutama bagi fitoplankton
dan berbagai hidrofita lainnya ditentukan oleh penyebaran cahaya
matahari.
Adapun beberapa faktor yang menentukan kedalaman penetrasi
cahaya, antara lain intensitas cahaya, kekeruhan air, waktu (contoh: pagi

7
hari dan siang hari), dan ada tidaknya penghambat berupa tumbuhan air di
atas permukaanya. Banyaknya partikel terlarut, baik organic maupun
anorganik menentukkan tingkat kekeruhan air. Terhambatnya sinar
matahari menembus badan air ke dasar perairan diakibatkan oleh partikel-
partikel tersebut. semakin kedalaman kedalaman danau, maka semakin
kecil pula energy cahaya matahari yang tersedia.
Selain itu cahaya matahari juga mempengaruhi suhu perairan.
Kenaikan suhu perairan dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut
dalam air sehingga dapat berpengaruh pada proses kimia yang terjadi di
dalam air. Semakin tinggi suhu air, maka semakin rendah kerapatan, yang
cenderung berada di bagian atas perairan. Pentingnya perbedaan kerapatan
air adalah untuk pencampuran air dan penyebaran unsur hara di perairan.
2. Air

Beberapa sumber air danau ialah dari presipitasi air hujan atau salju,
aliran air permukaan dan resapan air tanah. Air yang memasuki danau
memiliki perbedaan karakteristik terutama yang berhubungan dengan
kandungan berbagai unsur hara dan senyawa-senyawa orgnaik tertentu.
Pada kondisi tanah, misalnya tipe bebatuan, jenis vegetasi dan berbagai
aktivitas manusia, menjadi faktor penentu kualitas air yang memasuki
danau. Industri, sawah dan pemukiman dapat menghasilkan air limbah
yang mengandung banyak hara seperti fosfat dan senyawa nitrat. Senyawa
tersebut apabila memasuki danau mengakibatkan kandungan unsur hara di
perairan tersebut meningkat (eutrofikasi).

Danau yang merupakan perairan tergenang, mengalami sirkulasi air


yang dapat terjadi akibat angin. Di danau yang dangkal, angina yan
bertiup di atas permukaan menghasilkan arus dan sirkulasi vertical badan
air, sehingga dapat terjadi pencampuran antara lapisan air dan suhu yang
berbeda. Adapun pada danau yang relatif dalam, keadaan tersebut terjadi
pada permukaan saja, sehingga badan air di bagian dasar relatif lebih
tenang.

8
Pentingnya terjadi sirkulasi air untuk kehidupan biota di danau,
karena fotosintesis hanya dapat terjadi di daerah trofik. Berbagai biota
yang hidup di badan air yang lebih dalam akan kekurangan oksigen
apabila tidak terjadi sirkulasi air. Sebaliknya, berbagai organisme autotrof
di bagian permukaan akan kehabisan unsur hara untuk keperluan
fotosintesis apabila tanpa sirkulasi air, karena berbagai unsur hara tersebut
yang berasal dair air maupun proses dekomposisi cenderung mengendap di
dasar.

Hujan lebat atau angin kencang dapat menyebabkan sirkulasi vertikal


air menjadi sangat signifikan, sehingga lapisan air bagian dasar terkadang
bersifat anoxic dan mengandung Hidrogen Sulfida yang tinggi. Peristiwa
tersebut disebut “Upwelling” yang berakibat pada kematian ikan di danau
atau bendungan.

3. Zat-zat yang terlarut dalam air

Air hujan yang meresap ke tanah, sebelum memasuki danau sudah


tidak murni lagi karena telah bercampur dengan gas-gas terlarut seperti:
Oksigen (O₂), Nitrogen (N₂), Karbon Dioksida (CO₂), ion-ion seperti H₂,
Na⁺, K⁺, Ca²⁺, Mg²⁺ dan senyawa lainnya seperti Bikarbonat (HCO₃⁻),
Karbonat (CO₃²⁻), Orthopospat (PO₃³⁻), Sulfat (SO₄²⁻), Hidroksil (OH)⁻,
Amonium (NH₄)⁺, dan Nitrat (NO₃). Berbagai unsur hara tersebut sangat
dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan terutama unsur Nitrogen dan Fosfor.
Danau yang kaya kandungan unsur hara (nutrisi) disebut danau yang
eutrofik, adapun danau yang miskin unsur hara disebut danau oligotrofik
(Hidayati dan Ruhena, 2014).

2.4 Permasalahan yang Terjadi di Ekosistem Danau


2.4.1 Sumber dan Dampak Kerusakan Ekosistem Danau
Ekosistem danau yang terdiri dari ekosistem akuatik dan
ekosistem terestrial daerah tangkapan air danau, banyak menghadapi
berbagai permasalahan lingkungan yang berdampak kepada

9
kelestariannya serta fungsinya sebagai sumber daya hayati dan sumber
daya air.
Pada daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air
danau (DTA) serta sempadan danau, potensi kerusakan yang dapat
terjadi pada umumnya adalah kerusakan lingkungan dan erosi lahan
yang disebabkan oleh penebangan hutan dan pengolahan lahan yang
tidak benar, sehingga menimbulkan erosi dan sedimentasi dan
menyebabkan pendangkalan serta penyempitan danau. Selain itu,
pembuangan limbah penduduk, industri, pertambangan dan pertanian
juga menyebabkan pencemaran air danau.
Berbagai kegiatan yang berlangsung pada perairan danau juga
berpotensi merusak ekosistem akuatik, yaitu:
a. Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya
(overfishing).
b. Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak
terkendali sehingga berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan
pencemaran air.
c. Pengambilan air danau sebagai air baku ataupun sebagai tenaga air
(PLTA) yang kurang memperhitungkan keseimbangan hidrologi
danau sehingga mengubah karakteristik permukaan air danau dan
sempadan danau.
Berbagai sumber dan dampak permasalahan tersebut telah
merusak ekosistem akuatik danau dan berpotensi atau telah terjadi
pada beberapa danau di Indonesia (Tabel 1.1). Kerusakan yang
terjadi antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pendangkalan dan penyempitan danau, yang telah merusak


ekosistem danau bertipe paparan banjir.
b. Pencemaran kualitas air danau yang menggangu pertumbuhan
biota akuatik dan pemanfaatan air danau. Bila terjadi bencana
arus balik (overturn) bahan pencemaran dari dasar danau
terangkat ke permukaan air.

10
c. Kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity).

d. Pertumbuhan gulma air sebagai akibat pencemaran limbah


organik dan zat hara (unsur nitrogen dan fosfor).

e. Pertumbuhan alga atau marak alga (algae bloom) yang


disebabkan proses penyuburan air danau akibat pencemaran
limbah organik dan zat penyubur.

f. Perubahan fluktuasi muka air danau, yang disebabkan oleh


kerusakan DAS dan DTA serta pengambilan air dan tenaga air,
sehingga mengganggu keseimbangan ekologis daerah sempadan
danau.

11
Tabel 1.1 Permasalahan Danau di Indonesia

2.4.2 Pendangkalan Danau


Lahan kritis pada DAS dan DTA danau telah menyebabkan
pendangkalan dan penyempitan danau. Pendangkalan danau telah

12
terjadi pada danau dangkal maupun danau dalam. Pada danau
dangkal dampaknya sangat nyata dan menghawatirkan karena
lambat laun status danau berubah menjadi rawa dan seterusnya
menjadi lahan daratan. Padahal kondisi dan fungsi ekosistemnya
sejak awal adalah danau. Perubahan status tersebut akan
menyebabkan kehilangan nilai ekosistem yang sesungguhnya
merupakan ciri khas danau tersebut. Upaya pemulihan dengan cara
pengerukan sangat mahal, jauh lebih mahal dari pada upaya
pencegahannya.
Pendangkalan yang terjadi di danau semakin hari semakin
parah. Hal ini disebabkan masukan sedimen yang berasal dari sekitar
danau (daerah sempadan danau) maupun akibat erosi di wilayah
DAS di daerah hulu. Aktivitas manusia seperti penebangan hutan
yang dilakukan secara intensif dan kegiatan pengolahan tanah untuk
lahan pertanian di tepi danau mengakibatkan sedimentasi danau.
Pendangkalan danau menimbulkan terhambatnya atau terputusnya
jalur transportasi kapal melalui danau, berkurangnya habitat ikan,
sehingga mengganggu produktivitas perikanan dan juga dapat
menyebabkan gulma air tumbuh dengan subur (Haryani, 2013).

2.4.3 Pencemaran Air


Sumber pencemaran air danau adalah limbah domestik berupa
bahan organik dari permukiman penduduk di daerah tangkapan air
dan sempadan danau. Adanya kegiatan lain berupa usaha pertanian,
peternakan, industri rumah dan pariwisata menambah limbah bahan
organik yang masuk ke perairan danau. Limbah tersebut terurai
menjadi bahan anorganik, yaitu unsur hara nitrogen dan fosfor yang
sangat berpotensi menyuburkan air danau.
Tingkat kesuburan air biasanya mulai dari fase oligotrof
(miskin unsur hara) ke fase mesotrof (cukup unsur hara) kemudian
ke fase eutrof (kaya unsur hara) dan memuncak ke fase hyper-eutrof
yaitu fase sangat kaya unsur hara sehingga terjadi kerusakan

13
ekosistem perairan yang juga dikenal sebagai perairan rusak
(dystrof). Istilah kesuburan pada penilaian status trofik
sesungguhnya adalah peningkatan atau pencemaran unsur hara
nitrogen dan fosfor yang berdampak mempengaruhi kualitas air
fisika dan kimia.
Bahan organik dari limbah domestik yang masuk ke perairan
danau sebagian akan terserap oleh tumbuhan air. Badan-badan air
yang oligotrofik dicirikan oleh rendahnya konsentrasi nutrien dalam
air, komunitas tumbuhan dan binatang yang beragam, produktivitas
primer yang rendah, biomassa yang rendah, dan kualitas air yang
cukup baik untuk berbagai keperluan. Bahkan air di danau yang
oligotrofik dapat diminum langsung tanpa harus melalui proses
pemasakan atau penjernihan. Sebaliknya badan-badan air yang
mengalami eutrofikasi (penyuburan) mempunyai ciri-ciri
produktivitas dan biomassa yang tinggi, sering terjadi peledakan
populasi alga (blooming algae), air di dasar sering mengalami
kekurangan oksigen, jenis-jenis tumbuhan dan binatang terbatas,
pertumbuhan tumbuhan litoral semakin cepat (Ryding & Rast,
1989).
Proses eutrofikasi dapat menyebabkan kandungan oksigen di
air menurun. Hal ini mengakibatkan matinya ikan dan hewan air
lainnya. Pembusukan flora juga mengakibatkan air danau berbau
busuk, serta mengurangi oksigen di dalamnya sehingga
membahayakan biota di dalamnya. Salah satu indikator eutrofikasi
adalah tumbuhnya gulma enceng gondok yang tidak terkendali.
Gulma ini dengan cepat menutupi permukaan air sehingga
kandungan oksigen air turun menyebabkan berkurangnya ikan yang
menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sekitar danau.

14
Gambar 1.1 Limbah domestik yang dibuang langsung ke Danau
Toba tanpa pengolahan

Gambar 1.2 Eceng gondok yang menghambat kegiatan transportasi


di Danau Toba

2.4.4 Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)


Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi
artinya Indonesia mempunyai banyak jenis tumbuhan dan hewan,
dan dikenal sebagai megabiodiversity. Suatu ekosistem yang
mempunyai keanekaragam yang tinggi mempunyai kestabilan
ekologi yang tinggi pula. Pada suatu ekosistem danau misalnya
apabila tumbuh massal gulma air atau algae berarti didominasi oleh
satu jenis tumbuhan, keanekaragamannya rendah. Khususnya di
negara tropik mempunyai keanekaragam yang tinggi dibandingkan
dengan negara subtropik, misalnya hutan hujan tropis, demikian pula
lautannya mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi.

Ancaman terhadap keanekaragaman hayati ekosistem air tawar


disebabkan oleh 5 faktor, yaitu:

15
1. Penangkapan berlebihan (over exploitation) dan dengan cara yang
merusak seluruh biota air.

2. Kerusakan habitat oleh pelumpuran, pendangkalan dan penurunan


permukaan air serta penyempitan perairan danau.

3. Kerusakan kualitas air oleh pencemaran dari DAS, DTA,


sempadan dan kegiatan pada perairan danau

4. Perubahan pola aliran air

5. Invasi oleh jenis-jenis hewan eksotis.

Pemanfaatan air danau untuk kebutuhan listrik atau


pemanfaatan lainnya dengan pembuatan bangunan di keluaran air
(outlet) danau dapat mengganggu adanya beberapa jenis ikan. Ikan
yang akan memijah di hulu sungai atau danau (ikan anadromous)
dan sebaliknya ikan yang akan memijah di hilir sungai atau laut
(ikan catadromous) misalnya ikan sidat, pasti akan kesulitan dengan
adanya bangunan yang dimaksud.

2.4.5 Perubahan Fluktuasi Muka Air

Perubahan fluktuasi muka air danau antara lain disebabkan


oleh kerusakan DAS dan DTA. Perubahan karakteristik aliran air di
musim hujan dan musim kemarau terjadi karena lahan tidak mampu
menyerap dan menyimpan air hujan. DAS dan DTA yang rusak
menyebabkan fluktuasi debit banjir di musim hujan dan debit sangat
rendah di musim kemarau dengan perbedaan yang sangat drastis.
Sebagai akibatnya, luas dan kedalaman danau juga berubah cepat
mengikuti musim.

Pengambilan air untuk air baku, air irigasi, dan tenaga air,
berpotensi mengganggu keseimbangan ekologis daerah sempadan
danau apabila menganggu keseimbangan hidrologi danau.

16
Pengambilan air danau berlebihan dapat mengakibatkan permukaan
air danau surut yang mengubah ekosistem perairan, karena hamparan
sempadan danau apabila tergenang air serta keliling pantainya
merupakan sumber kehidupan dan habitat berbagai biota air.

2.5 Proses Ekologi pada Kawasan Danau


Danau merupakan habitat lentik yang dicirikan dengan arus yang sangat
lambat atau tidak ada arus sama sekali. Arus air danau dapat bergerak ke
berbagai arah (Effendi, 2003). Didalam danau terdapat kesatuan proses yang
saling terkait dan mempengaruhi anter semua komponen, baik komponen
biotik maupun abiotik yang sangat berpengaruh terhadap keseimbangan
ekosistem (Sastrawijaya, 2000).

Danau dapat terbentuk akibat bencana alam yang terjadi dalam waktu
yang relatif singkat (seperti aktivitas vulkanik, tektonik, dan longsor) atau
melalui proses secara bertahap dalam waktu relatif lama, misalnya proses
erosi dan sedimentasi, erosi angin, dan perubahan garis pantai.

Danau merupakan salah satu jenis dari ekosistem lakustrin yang


dikelilingi oleh daratan dan memiliki berbagai jenis bentuk. Terbentuknya
danau disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ativitas tektonik, vulkanik,
glasier, tepi pantai, proses pelarutan batu kapur, kegiatan angin, kegiatan
sungai, atau akibat kejatuhan meteor.

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen


biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu
kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik
dan biotik (produser, konsumer, dan dekomposer) yang membentuk suatu
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Secara fisik, danau
merupakan suatu tempat yang luas dan mempunyai air yang relatif tetap,
jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen and Vollenweiden,
1989). Sementara itu, menurut Ruttner (1977) danau adalah suatu badan air
alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air yang

17
bersifat khas dari satu danau ke danau yang lain serta mempunyai
produktivitas biologi yang tingg. Ekosistem danau termasuk habitat air tawar
yang memiliki perairan tenang yang dicirikan oleh adanya arus yang sangat
lambat sekitar 0,0001—0,01m/detik. Pergerakan air pada danau dibentuk
oleh gelombang dan aliran air yang dipengaruhi oleh arah dan lama
kecepatan angin, bentuk tepian, serta kedalaman perairan tersebut (Welch,
1952).

Ekosistem danau terdiri dari 3 wilayah horizontal, yaitu litoral,


limnetik, dan profundal. Wilayah litoral adalah wilayah tepi danau dan
kolam. Organisme litoral antara lain teratai, hydrilla, hydra, capung, katak,
burung dan tikus. Vegetasi (tumbuhan) pada wilayah litoral didominasi oleh
tumbuhan yang mengapung dan tenggelam. Wilayah limnetik adalah wilayah
perairan terbuka yang masih dapat ditembus cahaya matahari. Pada wilayah
ini, banyak mengandung fitoplankton dan zooplankton. Karena banyak
mengandung plankton, pada wilayah limnetik dan litoral terdapat banyak
ikan. Di bagian bawah wilayah limnetik terdapat wilayah profundal, yaitu
daerah yang dalam dengan berbagai jenis dekomposer pada bagian dasarnya
(Aryulina, 2004).

 Danau dapat diklasifikasikan berdasarkan produktivitas primernya.


Produktivitas atau kesuburan danau tergantung dari nutrisi yang diterimanya
dari perairan regional. Danau dibagi atas oligotrofik dan eutrofik. Danau
oligotrofik biasanya dalam dengan hipolimnion > epilimnion dan
produktivitas primernya rendah. Tanaman di daerah litoral jarang dan
kepadatan plankton rendah walaupun jumlah jenisnya mungkin tinggi. Danau
eutrofik lebih dangkal dan produktivitas primernya lebih tinggi, vegetasi
litoral lebih lebat dan populasi plankton rapat (Odum, 1993).

Berbagai faktor alam yaitu faktor-faktor geologis, topografis, dan iklim


mempengaruhi pembentukan danau sehingga sifat fisika, kimia, dan sifat
biologis danau beranekaragam dan berbeda satu sama lain (Whitten, dkk.
1987 dalam Nirarita, dkk. 1996). Sifat-sifat danau juga dipengaruhi oleh
morfologi cekungan danau (kedalaman maksimum, kedalaman rata-rata,

18
panjang tepi danau) dan waktu yang diperlukan oleh seluruh volume air
danau untuk mengalir keluar (waktu retensi) (Wetzel, 1983 dalam Nirarita,
1996). Waktu retensi danau di Indonesia diperkirakan cukup lama, yaitu lebih
dari 17 tahun (17 tahun merupakan waktu retensi danau dunia). Hal ini
menyebabkan danau-danau di Indonesia rentan terhadap pengaruh pengayaan
unsur hara (Lehmusluoto, P dan B. Machbub, 1995 dalam Nirarita, 1996).

Badan air di danau umumnya cukup dalam sehingga cahaya matahari


tidak merata. Akibatnya terjadi stratifikasi atau lapisan suhu di badan air,
yang mempengaruhi penyebaran suhu dan unsur hara. Hal tersebut
menjadikan danau memiliki banyak mikrohabitat sehingga memiliki flora
fauna beragam, baik jenis maupun cara hidupnya.

Berbagai faktor alam yaitu faktor-faktor geologis, topografis, dan iklim


mempengaruhi pembentukan danau sehingga sifat fisika, kimia, dan sifat
biologis danau beranekaragam dan berbeda satu sama lain (Whitten, dkk.
1987a dalam Nirarita, dkk. 1996). Sifat-sifat danau juga dipengaruhi oleh
morfologi cekungan danau (kedalaman maksimum, kedalaman rata-rata,
panjang tepi danau) dan waktu yang diperlukan oleh seluruh volume air
danau untuk mengalir keluar (waktu retensi) (Wetzel, 1983 dalam Nirarita,
1996). Waktu retensi danau di Indonesia diperkirakan cukup lama, yaitu lebih
dari 17 tahun (17 tahun merupakan waktu retensi danau dunia).

Danau terbagi menjadi beberapa zona yang pengelompokannya didasari


oleh hal-hal berikut ini.

1. Keberadaan air dan periode genangan


a. Zona litoral merupakan daerah tepian danau tempat fluktuasi air
terjadi. Batas atas zona ini adalah permukaan air pada saat paling
tinggi dan batas bawahnya merupakan batas di saat air surut paling
rendah. Zona litoral ditandai dengan tumbuhnya tumbuhan air
mencuat yang toleran terhadap perubahan kondisi basah dan kering.

19
b. Zona limnetik/pelagik merupakan danau dibagian tengah yang
senantiasa tergenang oleh air dan merupakan permukaan air yang
terbuka. Hanya tumbuhan air yang mengapung bebas atau tenggelam
yang mungkin hidup di daerah ini. Sebaran plankton pada zona ini
tergantung pada kedalaman penetrasi cahaya.
2. Cahaya
a. Zona fotik merupakan bagian dari danau tempat cahaya matahari
masih mampu menembus dan intensitas cahaya cukup untuk proses
fotosintesis. Di zona inilah pada umumnya tumbuhan dan
fitoplankton paling banyak hidup.
b. Zona afotik merupakan bagian danau yang lebih dalam, tempat yang
tidak mendapat cahaya, atau intensitas cahayanya tidak cukup lagi
untuk fotosintesis.

Gambar 1.3 Zona Danau


Berdasarkan cara hidupnya komunitas tumbuhan di danau dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu makrofita akuatik yang
meliputi komunitas tumbuhan tingkat tinggi yang hidup terapung, melayang
atau berakar; vegetasi riparian; dan mikrofita yang meliputi fitoplankton.
Untuk komunitas hewan, ada berbagai biota (terutama yang berukuran kecil)
pada umumnya dikelompokkan berdasarkan cara hidupnya yaitu
zooplankton, bentos, dan berbagai kelompok hewan lain yang tergantung
pada danau.

20
Berdasarkan pembentukannya, danau-danau di Indonesia
dikelompokkan menjadi beberapa tipe utama yaitu :
1. Danau Tektonik
Danau tektonik merupakan danau yang terbentuk akibat perubahan
struktur geologis bumi, seperti sesar atau patahan kulit bumi misalnya
Danau Singkarak.

Gambar 1.4 Danau Singkarak


2. Danau Vulkanik
Danau vulkanik merupakan danau yang terbentuk akibat proses
vulkanik. Letusan gunung berapi dapat membentuk kaldera di puncak
gunung. Kaldera ini akan terisi air hujan sehingga membentuk danau.
Itulah sebabnya danau vulkanik biasanya terletak di dataran tinggi,
dikelilingi bukit atau gunung, serta kadang-kadang menghasilkan uap air
panas, misalnya Danau Batur di Bali, Danau Lore Lindu di Sulawesi, dan
danau-danau di kawasan G.N. Kerinci Seblat di Sumatera merupakan
contoh danau vulkanik.

21
Gambar 1.5 Danau Batur
3. Danau Larutan (Solution lakes, dolines),
Danau larutan merupakan danau bawah tanah yang terdapat di gua-
gua di daerah bukit kapur di Pegunungan Sewu, Selatan Yogyakarta.
Danau ini terbentuk akibat larutnya batu-batu kapur oleh perkolasi air
hujan yang bersifat asam.

Gambar 1.6 Danau yang terdapat di gua


4. Danau Banjir
Danau banjir merupakan danau yang terbentuk akibat proses erosi,
sedimentasi dan banjir.
a. Danau dataran banjir (Floodplain) terbentuk di dataran rendah atau di
daerah-daerah rendah yang dilalui oleh sungai besar. Pada saat air
sungai tinggi, airnya meluap ke dataran rendah sekitar sungai dan
tertahan di tempat ini selama beberapa waktu, sehingga terbentuk
genangan air yang luas. Pada musim kering luas danau sangat
menyusut. Contoh dataran banjir yang besar adalah Danau Sentarum
(Kalimantan Barat), Danau Tempe (Sulawesi) dan Ogan Komering
(Sumatera

22
Gambar 1.7. Danau Sentarum
b. Danau ox-bow (danau ladam kuda, kalimati), berbentuk lengkungan
seperti tapal kuda yang terbentuk karena perubahan aliran sungai
yang berliku-liku. Lekukan sungai mungkin terputus dari aliran
utama akibat sedimentasi, sehingga membentuk danau yang
berbentuk tapal kuda. Danau ox-bow antara lain terdapat di Irian
Jaya, misalnya berasal dari sungai Idenburgh, Mamberamo, dan
Rouffaer.

Gambar 1.8. Danau Ox-Bow


5. Danau distrofik
Danau dstrofik terbentuk akibat genangan air di kubah tanah
gambut. Air danau ini pada umumnya berasal dari air hujan, sehingga
miskin unsur hara. Disamping itu airnya banyak mengandung banyak
asam humus yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik, sehingga
berwarna kemerahan.

6. Danau buatan

23
Di Indonesia lebih dikenal dengan nama waduk atau dam.
Genangan air dalam bendungan berasal dari pembendungan aliran sungai
oleh manusia.

Gambar 1.9. Waduk Riam Kanan


2.6 Contoh Ekosistem Danau di Kalimantan Selatan
Setiap danau bersifat sangat unik sehingga komposisi biota, baik flora
maupun faunanya sangat unik. Di Indonesia banyak danau yang mempunyai
flora dan fauna yang besifat endemik, yang berarti bahwa flora dan fauna
tersebut hanya terdapat di danau tersebut. Sebagai contoh, Danau Satonda di
Sumbawa mempunyai stromatolit (karang purba) yang sangat langka.
Sedangkan Danau Sentarum di Kalimantan Barat memiliki 18 spesies ikan
endemik (Melisa, 2011).
Ada beberapa ekosistem danau yang terdapat di Kalimantan Selatan
yaitu sebagai berikut:
1. Danau Biru
Danau Biru yang tercipta pada bekas galian tambang yang telah
digenangi air, pesona danau yang tidak terlalu besar ini sekarang berhasil
menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.
Danau bekas galian tambang yang saat ini cukup populer yaitu
Danau Parta (Paring Tali) atau lebih familiar dengan sebutan Danau
Biru, Pengaron. Secara administratif, danau ini terletak di Desa Paring
Tali Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
Air danau yang berwarna biru menyala menjadi daya tarik tersendiri,

24
selain tebing dengan garis-garis horizontal menambah keindahan objek
wisata ini.

Gambar 1.10 Danau Biru

25
2. Danau Seran
Wisata alam Danau Seran memang tidak terlalu besar. Bagian
yang menakjubkan adalah warna airnya yang jernih kehijauan. Itu
membuat rerumputan yang tumbuh di dasar danau, bahkan berbagai jenis
ikan bisa dilihat langsung dari permukaan.

Sekadar diketahui, Danau Seran memang memiliki potensi


untuk pelestarian ekosistem dari berbagai jenis ikan. Di tempat ini
sebelumnya juga pernah dilaksanakan pelepasan bibit ikan dalam rangka
Bulan Bakti Karantina dan Mutu Hasil Perikanan Gema Satu Kata
(Gerakan Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina). Jumlah ikan yang
dilepasliarkan sebanyak 25.000 ekor terdiri dari 20.000 ekor baung,
3.000 patin dan 2,000 betok.

Danau Seran dulunya adalah merupakan area aktifitas


penambangan/penggalian intan yang dilakukan oleh PT. Galuh Cempaka.
Resiko adanya penambangan adalah, karena aktifitasnya menggali tanah,
maka terjadi kubangan besar. Saat hujan datang, kubangan tersebut akan
penuh berisi air. Berbagai ekosistem alam pun kemudian hidup dan
menjadikan Danau Seran seperti sekarang ini.

Aktifitas penggalian tanah di Danau Seran sudah lama


ditinggalkan. Di sinilah alam berperan membentuk sisa-sisa galian
menjadi danau. Seperti yang bisa Anda lihat sendiri nantinya, bekas area
penambangan tersebut saat ini menjadi objek wisata alam yang terus
dibenahi oleh warga setempat agar layak kunjung.

Danau Seran memiliki warna jernih kehijauan yang serasi


dengan alam disekitarnya. Danau ini terbentuk akibat sisa-sisa lubang
hasil eksplorasi tambang yang terbengkalai.Dulunya sisa-sisa ini
sangat berbekas, namun sekarang sudah tidak terlihat lagi jejak
pertambangan karena telah menjadi tempat wisata yang bagus dengan
airnya yang jernih dan juga pepohonan hijau di sekitar membuat
suasana alam begitu terasa dangat dekat. Berada diatas lahan seluas 10

22
hektar, pengunjung harus berhati-hati dan jangan gegabah karena
kedalaman danau ini mencapai 30 meter. Saat berenang, pastikan
untuk mencari tempat yang aman dan jangan terlalu ke tengah. Jika
tidak panda berenang, sebaiknya tidak usah berenang karena akan
membahayakan nyawa. Terlebih lagi airnya yang jernih namun agak
kehijauan, maka ketika ada yang tenggelam atau apapun itu sulit untuk
menemukannya.Pesona yang tak kalah menarik perhatian pengunjung
adalah adanya pulau di dekat danau yang ditumbuhi pepohonan liar.
Pulau tersebut diberi nama Pulau Asmara oleh warga setempat. Disana
terdapat ayunan yang diikatkan dengan pohon yang dibuat sengaja
agar pengunjung bisa duduk bersantai sambil menikmati keindahan
sekitar danau. Alangkah lebih nikmatnya jika pengunjung membawa
perbekalan sendiri dan makan besar bersama keluarga ataupun teman-
teman sekolah atau teman kerja. Tentu saja makan di tempat terbuka
dan menghadap ke perairan serta dikelilingi oleh pepohonan rindang
membuat suasana nyaman sangat terasa. Rasa kekeluargaanpun akan
terbangun lewat momen menyenangkan ini.

Gambar 1.11 Danau Seran

Dilihat dari susunan dan fungsinya, ekosistem danau tersusun atas


komponen:

23
a. Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan)
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan
bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi
sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. Dengan demikian
produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu
konsumen.
b. Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan)
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan
organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh
organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur,
dan mikroba.
c. Pengurai (decomposer)
Kelompok ini berperan penting dalam ekosistem. Jika kelompok
ini tidak ada, kita akan melihat sampah yang menggunung dan makhluk
hidup yang mati tetap utuh selamanya. Dekomposer berperan sebagai
pengurai,yang menguraikan zat-zat organic (dari bangkai) menjadi zat-zat
organik penyusunnya.
d. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari
tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau
substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
Bagian dari komponen abiotik adalah tanah, udara, cahaya, dan suhu
(Melisa, 2011).

2.7 Keanekaragaman Hayati yang Terdapat di Ekosistem Danau


Apa saja keanekaragaman hayati yang terdapat di danau? Mari kita ambil
salah satu contoh Danau yaitu Danau Sentarum yang ada di Kabupaten
Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat yang terletak di hulu sungai
Kapuas.

24
Gambar 1.12 Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) merupakan salah satu
kawasan konservasi di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan
Barat yang terletak di hulu sungai Kapuas (± 700 km dari muara
sungai Kapuas/Pontianak). TNDS (± 132.000 ha) terdiri atas
sekumpulan danau musiman (23%) dan beberapa formasi hutan rawa (±
49%) yang unik dan kaya akan keanekaragaman hayati (Giesen & Aglionby
2000). Selain itu, di dalam kawasan terdapat juga beberapa bukit yang
merupakan habitat dari hutan meranti (Shorea sp.) dan hutan kerangas.
TNDS merupakan salah satu ekosistem lahan basah yang penting di
Indonesia, bahkan di dunia, yang sejak tahun 1994 tercatat dalam situs
Ramsar.
Keanekaragaman Hayati Danau Sentarum, yaitu :

 Flora
Studi flora Taman Nasional Danau Sentarum dimulai oleh Beccari pada tahun
1867, ketika mengumpulkan sekitar 30-35 jenis spesimen (Beccari, 1904), yang
disimpan oleh herbarium Florence. Koleksi selanjutnya adalah di kawasan danau
oleh Teysmann (1875), Hallier (1895), Polak (1949) dan Giesen (1987). Secara
keseluruhan, 504 spesies tumbuhan tercatat di kawasan Danau Sentarum,
mewakili 99 famili, dimana 57% diidentifikasi sampai tingkat spesies dan 35%
pada tingkat genus.

25
Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat setempat tipe-tipe
habitat yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum adalah
sebagai berikut :

1. Hutan rapak gelgah (hutan rawa kerdil) pohon setinggi 5-8 m dan tergenang
sampai 8-11 bulan dalam setahun. Hutan ini ditandai dengan banyaknya Putat
(Baringtonia acutangula) dan Mentagis (Ixora mentangis), Kayu Tahun (Carallia
bracteata), Kebesi (Memecylon edule).

Gambar 1.13 Putat (Baringtonia acutangula)

2. Hutan Gelagah Hutan RawaTerhalang) tumbuhannya kerdil setinggi 10 — 15


m. Setiap tahun terendam setinggi 3 — 4 meter selama 4 — 7 bulan, sehingga
hanya terlihat tajuknya saja. Pohon yang dominan adalah Kamsia yang banyak
ditumbuhi epiphyt, Menungau (Vatica menungau), Kenarin (Diospyros coriacea)
Menungau (Vatica menungau).

26
Gambar 1.14 Menungau (Vatica menungau)

3. Hutan Pepah (Hutan Rawa Tegakan) tumbuhannya agak tinggi, yaitu dapat
mencapai 25 — 35 m. Pada saat banjir paling tinggi hutan ini tergenang antara 1
— 3 m selama 2 — 4 bulan. Ditumbuhi oleh pohon Kelansau, Emang dan
Melaban.

Gambar 1.15 Tembesu (Fagrarea fagrans)

4. Hutan Tepian (Hutan Riparian) adalah hutan ditepian sungai besar. Hutan ini
terkadang tergenang selama enam bulan dalam setahunnya.Jenis yang tumbuh
seperti Rengas merah (Gluta renghas) dan Tembesu (Fagrarea fagrans).

27
Gambar 1.16 Tengkawang Rambai (Shorea smithiana)

5. Hutan Rawa Gambut terdapat pada daerah yang agak tinggi. Hutan ini
tergenang selama 1 — 4 bulan setahun dengan tinggi genangan kurang dari 1,5 m.
Jenis tumbuhan yang ada seperti Kapur (Dryobalanops abnormis), Terindak
(Shorea seminis). Simpur (Delenia excelsa) Bintangur (Callophylum spp), Bungur
(Largestonia speciosa).

6. Hutan Dataran Rendah Perbukitan, tipe hutan ini didominasi oleh jenis-jenis
dari famiyl Dipterocarpaceae perbukitan rendah seperti Tengkawang Rambai
(Shorea smithiana), Resak (Vatica micrantha), Keruing dan Tempurau
(Dipterocarpus spp).

7. Hutan Kerangas, tumbuhannya agak kerdil dengan tinggi sekitar 20 — 26 m,


diameter batang kecil (kurus) menyerupai pohon pada tingkat tiang, tanah
berpasir dan miskin unsur hara.

 Fauna
1. Ikan

Ikan air tawar di Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebanyak 265
jenis. Mulai dari yang kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax cf.
Microps) sampai ikan Tapah (Wallago leeri), yang dapat mencapai ukuran lebih
dari 200 cm. Jenis ikan untuk konsumsi seperti ikan Toman, Lais, Belida, Jelawat
dan Patin terdapat di sini. Jenis ikan hias misalnya ikan Ulanguli (Botia

28
macracantho) dan ikan Siluk Merah Super (Scleropages formosus). Selain kaya
akan jumlah spesies, beberapa diantaranya merupakan jenis endemik dan langka,
misalnya saja terdapat 13 jenis ikan yang tergolong dalam spesies baru (new
species).

Gambar 1.17 Ikan Arwana (Scleropages formosus) & Ikan


Ulang Uli (Botia macracanthus)

2. Mamalia

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki 147 jenis mamalia. Kekayaan


jenis tersebut mencakup hampir dua pertiga atau 67 % dari 222 jenis mamalia
yang terdapat di Kalimantan. Sebagian besar jenis mamalia yang ada di kawasan
ini merupakan jenis endemik, langka atau menjelang kepunahan seperti:

3. Bekantan (Nasalis larvatus)

Bekantan dalam bahasa latin disebut dengan Nasalis larvatus, dalam


bahasa inggris adalah Proboscis monkeyatau Longnosed monkey. Bekantan
sangat menyukai daun-daun muda (pucuk) dan juga tidak jarang bekantan terlihat
memakan bunga dan buah (Soendjoto, 2002).

4. Orang utan (Pongo Pygmaeus)

Orangutan Kalimantan(Pongo pygmaeus)adalah spesies orangutanasli


pulau Kalimantan. Bersama dengan orangutan Sumatrayang lebih kecil, orangutan
Kalimantan masuk kedalam genus pongoyang dapat ditemui di Asia. Orangutan

29
Kalimantan memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar,
sedangkan di penangkaran dapat mencapai usia 60 tahun.

5. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Monyet Ekor Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga


40-an ekor lebih. Dalam satu kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah
betina 2-5 kali lipatnya dengan salah satu monyet jantan sebagai pemimpin
kelompok. Seekor pejantan biasanya melakukan perkawinan dengan beberapa
betina sekaligus.

Gambar 1.18

Bekantan (Nasalis larvatus) & Orang utan (Pongo Pygmaeus)

6. Burung

Di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum terdapat 310 jenis burung


dan termasuk jenis burung bangau hutan rawa (Ciconia stormi) yang tergolong
langka, dan beluk ketupa (Ketupa ketupu), Bangau Tuntong (Leptoptilus
avanicus) dan 8 jenis Rangkong (Bucerotidae) yang dilindungi secara
Internasional. Jumlah jenis burung yang erdapat di kawasan ini juga dikategorikan
kaya karena dari 1.519 jenis burung yang ada di Indonesia 20 % diantaranya
dapat ditemukan disini.

30
Gambar 1.19

Bangau Hutan Rawa (Ciconia stormi)

7. Reptil

Reptil Di Danau Sentarum terdapat 31 jenis dari kelompok hewan melata


atau Reptilia (Reptil). Delapan jenis diantaranya merupakan jenis dilindungi
seperti Buaya Muara (Crocodylus porosus), Buaya Senyulong (Tomistoma
schlegelli), Labi-labi, Ular, Biawak dan lain-lain, bahkan Buaya Katak atau
Buaya Rabin (Crocodylus raninus) yang di Asia telah dinyatakan punah sejak 150
tahun yang lau diperkirakan masih ditemukan di kawasan ini.

Gambar 1.20

Buaya Muara (Crocodylus porosus)

Barus, T. A. (2007). Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba dan


Upaya Pelestariannya.[Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam

31
Bidang Ilmu Limnologi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

32
2.8 Faktor-Faktor Faktor Penyebab Adanya Keanekaragaman Hayati yang
Ada di Danau
Pada bahasan sebelumnya membahas keanekaragaman hayati yang
ada di Danau sentarum, maka jika dianalisis faktor yang menyebabkan
berlimpahnya keanekaragaman hayati di danau tersebut karena danau
sentarum dikelilingi oleh bukit-bukit yang tinggi dan hutan rawa gambut.
Keanekaragaman jenis yang terdapat pada suatu tempat disebabkan oleh
perpaduan beberapa factor lingkungan seperti topografi, ketinggian empat,
jenis tanah, iklim dan pasokan air, terutama curah hujan serta kelembapan
hutan rawa.
Hutan rawa gambut memiliki tipe tanah yang terbentuk dari hasil
dekomposisi bahan-bahan organic, seperti dedaunan, ranting, batang dan
semak belukar yang berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam
keadaanan aerob. Dalam kondisi tegakan hutan yang masih alami, hutan rawa
gambut memiliki pasokan air melimpah yang tersimpan dalam lapisan
tanahnya dan secara otomatis kawasan gambut yang masih berhutan memiliki
kelembapan yang tinggi. Adanya perpaduan faktor-faktor lingkungan
tersebut menciptakan keanekaragaman jenis flora yang tumbuh di suatu
hutan, termasuk pada hutan rawa gambut maupun di Danau Sentarum.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Danau merupakan wilayah yang terbentuk akibat pergerakan kulit bumi
atau akibat gaya tektonik dan mengandung badan air.
2. Fungsi danau terbagi menjadi tiga yaitu sebagai fungsi ekologi, funsi
sosial-ekonomi-budaya dan juga berfungsi sebagai pengatur sistem
hidrologi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi danau antara lain cahaya matahari, air
dan zat-zat yang terlarut dalam air.
4. Permasalahan yang terjadi pada kawasan danau antara lain pendangkalan
danau, pencemaran air, kehilangan keanekaragaman hayati, pertumbuhan
gulma air, pertumbuhan alga atau marak alga (algae bloom) dan
perubahan fluktuasi muka air danau.
5. Danau dapat terbentuk akibat bencana alam seperti aktivitas vulkanik,
tektonik dan longsor atau melalui proses secara bertahap misalnya proses
erosi dan sedimentasi, erosi angin dan perubahan garis pantai.
6. Danau di Kalimantan Selatan memiliki potensi untuk pelestarian
ekosistem dari berbagai jenis ikan.

3.2 Saran

Masyarakat, pemerintah, dan seluruh pihak terkait sebaiknya saling


bekerja sama untuk menjaga keberlanjutan ekosistem danau. Diharapkan
makalah ini dapat membantu masyarakat dalam mengimplementasikan
pemanfaatan, perlindungan dan pelestarian danau secara terpadu.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah et. al. 2004. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Buryniuk, M., Pterell, R., Baldwin, S., & Lo, K. (2006). Accumulation and
Natural Disintegration of Solid Waste Caught on a Screen Suspended
Below a Fish Farm Cage . Aquaculture Engineering 35, 78-90.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Haryani, G. S. (2013). Kondisi Danau di Indonesia dan Strategi Pengelolaannya.


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI I. Cibinong.
Havens, K., Fukushima, T., Iwakuma, T., James, R., Takamura, N., Hanzato, T.,
& Yamamoto. (2001). Nutrien Dinamyc and The Euthropication of
Shallow Lake Kasumiguara (Japan), Dongu (PR China), and Okeechobe
(USA). Environmental Pollution Journal , 263-272.
Hidayati, M., & Ruhena. (2014). Danau. Diakses melalui www.academia.edu
pada 8 Februari 2020.

Jangkaru, Z. (1995). Pembesaran Ikan Air Tawar dan Berbagai Lingkungan


Pemeliharaan. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Jorgensen, S.E., and R.A. Vollenweiden. 1989. Guedelines of Lakes
Management: Principles of Lakes Management. Vol 1: International Lake
Environment Foundation. Shiga : Japan.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2006. Profil Danau Indonesia. Jakarta:


Kementerian Lingkungan Hidup.

Kumurur, V. (2002). Aspek Strategis Pengelolaan Danau Tondano Secara


Terpadu. Ekoton, 73-80
Melisa. (2011). Ekologi danau. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Padang.

Naryanto, dkk. 2004. Fenomena dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Bencana Alam Tanah Longsor di Cililin, Kabupaten Bandung,

22
Jawa Barat Tanggal 21 April 2004. Permasalahan, Kebijakan dan
Penanggulangan Bencana Tanah Longsor di Indonesia, hlm. 164 - 181.

Nirarita, CH. dkk. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia Buku Panduan untuk
Guru dan Praktisi Pendidikan. Bogor: Wetlands International.

Odum, E. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press.

Parulian, A. (2009). Monotoring dan Analisis Kadar Aluminium (Al) dan Besi
(Fe) Pada Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Sunggal. Tesis.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Prinz, D., & Singh, A. (1999). Environmental Effects of Water Resources


Development. Germany: University of Karlsruhe.
Pulatso, S. (2003). The Application of a Phosphorus Budget Model Estimating
The Carrying Capacity of Kesikkopru Dam Lake. Turk J Vet Anim Sci,
1127-1130.
Ruttner, 1977. Fundamental of Limnology. Canada: University of Toronto Press.
Ryding, S.O. & W. Rast (eds). 1989. The Control of Eutrophication of Lakes and
Reservoirs. The Parthenon Publishing Group, New Jersey, USA. Diakses
melalui http://www.google.co.id/article Eotrpphication pada 7 Februari
2020.
Sastrawijaya, A. T. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. 

Subani,W. (1978). Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. LPPL.
Jakarta.

Syandri. (2000). Keramba Jaring Apung dan Permasalahannya di Danau


Maninjau. Proseding Seminar Lokakarya Pengelolaan dan Pemanfaatan
Danau dan Waduk.
Welch, P. S., (1952). Limnology 3th ed. Mc. New York: Graw Hill Book
Company Inc.

23

Anda mungkin juga menyukai