Anda di halaman 1dari 3

Nama NIM

: Dian Wulandari : 0910480046

Peran Tanaman Terhadap Perubahan Pemanasan Global


Isu pemanasan global telah menjadi wabah yang sangat merisaukan dalam kehidupan makhluk hidup di dunia. Fenomena ini menjadi pembahasan yang sangat serius baik secara Nasional maupun Internasional. Para Kepala Negara dari berbagai belahan dunia telah mengadakan berbagai konferensi yang berkaitan dengan penyelamatan dunia dari bahaya ancaman pemanasan global, salah satunya dengan gerakan penanaman pohon. Hal itu diungkapkan karena tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di dunia. Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 adalah peran paling penting tumbuhan dalam mengurangi pemanasan global. Selain itu tumbuhan juga menahan air hujan agar air hujan tidak langsung mengalir ke sungai. Coba perhatikan sehabis hujan, ditiap daun akan ada titik-titik air hujan yang tertahan oleh pohon. Seandainya satu daun menahan 100cc air hujan, satu pohon menahan lebih 20 L air maka berapa air hujan yang ditahan oleh hutan dengan luas kurang lebih 1000 Ha dengan jutaan pohon? Air hujan yang ditahan itu sebagian dijatuhkan ke bumi secara perlahan sehingga lebih banyak air yang meresap ke tanah, sebagian lagi akan menguap kembali sehingga perbedaan curah hujan antara musim kemarau dan musim hujan tidak terlalu mencolok dan drastis seperti jaman sekarang setelah hutan di seluruh nusantara dibabat dan dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Menurut sebagian kalangan, tumbuhan memiliki peran yang penting untuk mencegah meluasnya pemanasan global, karena selain menyerap CO2 dan menghasilkan O2, tumbuhan juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, diantaranya: memperbanyak kadar oksigen sehingga tidak terlalu banyak karbon dioksida yang terbuang ke atmosfer, mencegah erosi, banjir, dan tanah longsor, menjadi sumber pangan, baik bagi manusia maupun hewan disekitarnya.

Maha Guru Ching Hai mengatakan: Pepohonan ada di sana untuk keindahan dan perlindungan. Kita seharusnya mencoba untuk menikmati alam dan memelihara kelestarian alam. Pohon-pohon selalu berguna untuk kita. Pohon, air, dan hutan mempunyai efek menyembuhkan. Bukankah Anda merasa lebih nyaman ketika Anda berjalan sebentar di hutan? Mata Anda terasa lebih baik bukan? Benar dan paru-paru Anda terasa segar juga, kulit Anda terasa nyaman, dan emosi kita juga terasa damai. Lalu ia menambahkan, Begitulah alam, pohon-pohon dan udara yang dikeluarkannya menyuplai oksigen untuk kita. Untuk itulah sangat penting untuk menjaga alam semaksimal mungkin. Saya ingin memelihara pohon bukan hanya untuk diri pribadi tetapi untuk semua orang, untuk Amerika, untuk dunia. Ke manapun kita pergi, kita harus mencoba untuk melindungi alam. Namun, apa yang dulu dipandang sebagai solusi buat masalah emisi gas CO2, yakni kemampuan pohon menyerap karbondioksida hasil aktifitas manusia (CO2 antropogenik), kini mulai diragukan keampuhannya karena fenomena pemanasan global tetap saja terjadi. Sebuah penelitian selama 20 tahun yang menganalisa 30 titik di Kutub Utara mendapati bahwa kemampuan pohon menyerap CO2 terus menurun, padahal saat ini berkembang kampanye yang menyebutkan bahwa dengan menanam banyak pohon maka laju perubahan iklim bisa ditekan. Gas karbondioksida yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia biasanya diserap oleh pohon dan laut, untuk kemudian dilepaskan pada masa yang akan datang. Tapi ini bukanlah akhir dari siklus karbon. Seperti dikutip dari laman jejaring warta lingkungan hidup www.enn.com, pohon melepaskan simpanan CO2-nya saat ia membusuk atau terurai. Hal ini kemudian memunculkan siklus karbon. Temperatur yang semakin tinggi akibat perubahan iklim tidak hanya meningkatkan laju pertumbuhan pohon dan tanaman di seluruh dunia, tapi juga memicu emisi CO2 yang berlebihan.Pohon kemudian berubah peran dari penyerap CO2 menjadi produsen gas karbon lewat proses penguraian yang lazim terjadi pada musim-musim akhir pertumbuhannya.

Bukti terbaru yang dikumpulkan dari seluruh dunia menunjukkan bahwa awal musim dingin terjadi mundur dari biasanya, sementara musim panas datang lebih awal. Di Bumi belahan Utara, temperatur pada musim semi dan musim gugur naik sekitar 1,1 dan 0,8 derajat Celsius dalam kurun waktu sekitar 2 dekade terakhir. Ini artinya musim pertumbuhan pohon semakin lama, dan para ahli menduga hal tersebut sebagai hal yang bagus buat menekan laju perubahan iklim. Bahkan pertambahan pohon di muka Bumi bisa terlihat dari luar angkasa, citra satelit menunjukkan bahwa luasan hijau semakin besar di permukaan Bumi dari masa sebelumnya. Namun demikian, data terbaru menunjukkan bahwa pola berpikir seperti terlalu menyederhanakan masalah. Sekitar 30 titik pengamatan yang tersebar di Siberia, Alaska, Kanada, dan Eropa diteliti kadar CO2 di lapisan atmosfernya. Yang dikaji bukan cuma CO2 saat proses fotosintesis tapi juga CO2 yang dilepaskan pohon dan mikroba selama proses respirasi. Tim peneliti pun memusatkan penelitiannya pada musim gugur, masa ketika hutan berubah peran dari penyimpan karbon menjadi produsen karbon. Dan ternyata, periode mengurainya pohon datang lebih awal dalam satu tahun, di beberapa tempat menunjukkan awal periode terjadi beberapa hari lebih cepat sementara di tempat lain beberapa pekan lebih cepat dari biasa. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa jumlah CO2 di atmosfer bertambah lebih cepat dari perkiraan awal, dengan kata lain laju perubahan iklim akan terus meningkat pada masa mendatang. Menurut Panel Antarpememerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), manusia hanya punya waktu 8 tahun untuk mencegah datangnya efek terburuk dari perubahan iklim. Namun waktu dan bukti-bukti ilmiah haruslah dijadikan umat manusia sebagai panduan untuk bertindak, dan tidak ada kata lain solusinya bukan hanya dengan penanaman pohon, tetapi adalah menurunkan emisi gas rumah kaca, menurunkan emisi CO2.

Anda mungkin juga menyukai