Anda di halaman 1dari 2

Dunia memperingati Hari Hutan Internasional atau The International Day of Forests

tiap 21 Maret. PBB menetapkan tanggal ini dalam sidang umum pada 28 November 2012.
Tujuannya: mengingatkan pentingnya hutan sebagai benteng terakhir mencegah bumi dari
bencana pemanasan global atau krisis iklim. Dalam pemanasan global, hutan berperan seperti
spons dalam ember yang diisi air. Bill Gates, dalam buku terbarunya How to Avoid Climate
Disaster, mengutip para ahli untuk mengilustrasikan proses pemanasan global yang
kompleks.
Menurut Bill Gates, bumi seperti ember yang terus menerus diisi oleh air berupa emisi
karbon. Emisi adalah hasil pembakaran energi dan aktivitas mahluk hidup di bumi. Manusia
atau hewan bernapas saja menghasilkan emisi berupa karbon dioksida (CO2). Ditambah lagi
emisi dari pembakaran untuk menghasilkan energi atau barang untuk kebutuhan kita plus
benda-benda yang secara alamiah melontarkan gas ke udara.
Di Forest Digest, istilah emisi karbon mengacu pada enam jenis gas rumah kaca yang
mengotori atmosfer untuk membedakannya dari karbon dioksida. CO2 adalah salah satu gas
rumah kaca yang paling bertahan lama dan jumlahnya paling banyak di selubung planet
bumi. Karena itu ia menjadi satuan dalam menghitung konsentrasinya. Maka kita mengenal
kata “setara” tiap kali menyebut satuan emisi. Saat ini, jumlah emisi global rata-rata 51 miliar
ton setara CO2. Jumlah emisi tersebut sudah dua kali lipat jumlah emisi yang diizinkan jika
kita ingin terhindar dari puncak pemanasan global. Menurut para ahli di IPCC, panel
ilmuwan di PBB yang memantau pemanasan global, kenaikan suhu bumi agar tak mencapai
puncak pemanasan global sebesar 1,50 Celsius pada 2050 dan 2C pada 2100.
Kenaikan suhu tersebut dibandingkan dengan suhu masa praindustri 1800-1850 yang
rata-rata sekitar 12C. Agar suhu bumi tak melonjak sebesar itu, jumlah emisi karbon mesti
ditekan antara 25-30 miliar ton setara CO2 per tahun. Bisakah? Para ahli mengatakan bisa.
Bill Gates bahkan optimistis kita bisa mencapai nol emisi suatu hari kelak. Sebab, seperti
ember yang diisi air, jumlah emisi akan membludak dan meluber melampaui tinggi
permukaannya. Itulah masa puncak pemanasan global. Bentuknya berupa bencana
klimatologi seperti topan atau banjir, rob, hingga suhu ekstrem. Jika itu terjadi, mahluk hidup
yang menopang bumi bergerak secara alamiah dalam menghasilkan oksigen akan terganggu.
Manusia, sementara itu, akan bergejolak. Suhu ekstrem diperkirakan mencapai lebih
dari 40C di bagian bumi selatan. Akibatnya akan terjadi migrasi besar-besaran. David
Attenborrough, dalam Life on Our Planet, bahkan memperkirakan akan terjadi perang dunia
mengingat tiap-tiap orang akan menerobos perbatasan negara untuk mencari perlindungan
dari suhu ekstrem yang membuat panen pangan gagal sehingga mengakibatkan kelaparan
massal.
Keyakinan Bill Gates, juga Attenborrough, bahwa manusia bisa menghindarkan diri
dari puncak pemanasan global adalah dengan mengurangi jumlah emisi sampai batas yang
terkecil. Gates menganjurkan inovasi dan teknologi, seperti mengubah energi kotor seperti
minyak dan batu bara ke energi bersih seperti angin dan matahari, mengurangi makan daging
untuk mencegah pembabatan hutan bagi peternakan.
Hutan adalah penyerap alamiah emisi karbon. Setelah manusia berinovasi, emisi
karbon yang terlontar karena proses alamiah mahluk hidup bisa diserap oleh pohon. PBB
menganjurkan kita menanam sebanyak mungkin pohon karena itulah cara paling mudah
mencegah pemanasan global. Sebab kenaikan emisi berbanding lurus dengan kehilangan
rimba belantara di bumi dan berkebalikan dengan jumlah penduduk.
Artinya, makin bertambah manusia, hutan makin hilang karena diubah menjadi
peternakan, pertanian, perkebunan, hingga permukiman. Akibatnya, bertambahnya jumlah
emisi karbon yang dihasilkan manusia yang bertambah membuat konsentrasi gas rumah kaca
di atmosfer juga naik. Tahun 2020 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah dengan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mencapai angka tertinggi sebesar 414,2 part per
million.
Konsentrasi karbon di atmosfer berlangsung dalam jangka lama dan pelan-pelan. Usia
bumi 5 miliar tahun. Manusia menghuni bumi sekitar 100.000 tahun. Kenaikan konsentrasi
gas rumah kaca terjadi hanya dalam tiga abad terakhir. Sebab selama 10.000 tahun
sebelumnya konsentrasi gas rumah kaca stabil sebesar 280 ppm. Artinya lagi, karbon yang
terperangkap di sana bertahan 10.000 tahun.
Akumulasi karbon di atmosfer membuat atmosfer kehilangan kemampuan menyerap
panas. Sumber panas di bumi berasal dari matahari untuk fotosintesis dan panas dari bumi
yang berasal dari pembakaran dan aktivitas. Karena tak mampu menyerapnya, panas itu
kembali ke bumi dan menaikkan suhu. Selama 10.000 tahun, pantulan panas ke bumi
membuat planet ini tak membeku. Tapi kini panasnya tak hanya menahan beku, tapi
memanggang.
Menurut PBB, salah satu cara menurunkan emisi adalah menyiapkan penyerapnya,
yakni pohon. Setiap tahun 13 juta hektare hutan akibat dibalak atau dikonversi. Luas ini
setara dengan luas negara Inggris. Deforestasi sebanyak itu membuat 12-18% emisi tak
terserap. Angka ini setara dengan emisi karbon global yang dilontarkan oleh alat transportasi
di dunia.
Sebaliknya, pohon menghasilkan oksigen yang dibutuhkan mahluk hidup. Jika kita
menanam satu pohon, dalam lima tahun kita telah menyambung nyawa ratusan manusia. Jadi
mari menanam pohon di Hari Hutan Internasional atau The International Day of Forests ini.
Tak hanya bermanfaat buat manusia tapi juga menyelamatkan bumi dari kehancuran akibat
pemanasan global. Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak,
jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest
Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita
tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Anda mungkin juga menyukai