Anda di halaman 1dari 22

SEMINAR BIOLOGI

(AKKP 4503)

“PROFIL KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI


PEMBELAJARAN BIOLOGI PESERTA DIDIK DI KELAS X SMAN 1
DAHA UTARA”

Disusun Oleh:
Muhammad Zainal Abidin
(2010119210003)

Dosen Pembimbing :
Nurul Hidayati Utami, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER
2022
PROFIL KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA MATERI
PEMBELAJARAN BIOLOGI PESERTA DIDIK DI KELAS X
SMAN 1 DAHA UTARA

Muhammad Zainal Abidin1, Nurul Hidayati Utami2


Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia1,2
*
muhammadzainal2142@gmail.com1

Abstrak. Keterampilan Generik Sains (KGS) merupakan kemampuan berpikir dan bertindak
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki individu, setiap manusia memiliki keterampilan generik
sains yang perlu dikembangkan seiring dengan berkembangnya otak manusia. Setelah pandemi
covid-19 kegiatan belajar dan mengajar mengalami perubahan dalam proses pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan pembelajaran yang awalnya dilakukan dalam jaringan (daring), berubah menjadi
pembelajaran luar jaringan (luring). Biologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari
tahu, memahami lingkungan dan makhluk hidup secara sistematis (Martiningsih et al., 2018) yang
artinya biologi merupakan ilmu yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep dan fakta yang terdapat dalam materi biologi tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterampilan generik sains pada peserta didik kelas X
di SMAN 1 daha Utara. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif. Deskripsi
keterampilan generik sains peserta didik diperoleh dari hasil pengisian angket yang disebarkan
kepada peserta didik. Angket keterampilan generik sains yang digunakan menggunakan aspek-
aspek yang mengacu pada Brotosiswoyo tahun (2001). Penelitian ini mengambil populasi dari
seluruh peserta didik kelas X SMAN 1 Daha Utara. Sampel penelitian ini mengambil peserta didik
sebanyak 50 orang secara acak dari 6 kelas yaitu kelas X1-X6. Teknik analisis data dilakukan
dengan pengkategorisasi hasil tes berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan generik sains siswa termasuk dalam
kategori tinggi.

Kata Kunci : Keterampilan generik sains; Pembelajaran biologi, SMAN 1 Daha


Utara

PENDAHULUAN
Setelah pandemi covid-19 terjadi perubahan dalam kegiatan belajar dan
mengajar dalam proses pembelajaran. Hal ini berakibat pada pembelajaran yang
awalnya dilakukan dalam jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan pembelajaran
dalam jaringan, sehingga peserta didik dituntut untuk menjalani pembelajaran
secara mandiri. Setelah pandemi covid-19 mereda, pembelajaran kembali
dilakukan dengan sistem hybrid hingga kembali normal. Hal ini berpengaruh pada
kemampuan kognitif peserta didik karena adanya perubahan proses pembelajaran
dari yang awalnya belajar mandiri dari rumah tanpa bimbingan guru secara
langsung berubah menjadi belajar di dalam kelas dengan tatap muka dengan guru.
Menurut Kahfi (2021), menyatakan bahwa dampak perkembangan kognitif anak
menjadi terganggu akibat dari dampak pembelajaran daring. Hal ini dikarenakan
pembelajaran daring dapat menimbulkan kejenuhan dalam belajar sehingga
perkembangan kognitif anak terganggu. Selain itu, pembelajaran daring juga dapat
menyebabkan peserta didik menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak produktif,
penumpukan informasi/ konsep pada peserta didik kurang bermanfaat hingga
peserta didik dapat mengalami stress. Sehingga hal ini tentu saja bisa
mengakibatkan terganggunya perkembangan kognitif peserta didik.
Keterampilan generik sains berkaitan dengan kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. Kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan masalah ini berbeda pada tiap peserta didik dan erat
kaitannya dalam kemampuan kognitif peserta didik. Keterampilan Generik Sains
(KGS) merupakan kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki individu, setiap manusia memiliki keterampilan generik sains yang
perlu dikembangkan seiring dengan berkembangnya otak manusia. Peningkatan
keterampilan generik sains cocok mulai diterapkan pada peserta didik tingkat
menengah atas yang tidak lagi dianggap seperti anak kecil dan sudah mampu
mencari sendiri solusi jika dihadapkan dengan persoalan khususnya persoalan
mengenai masalah belajar. Selain Itu, melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi
oleh pengetahuan sendiri dan didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut (Martiningsih dkk, 2018; Putra dkk, 2021).
Keterampilan generik sains erat kaitannya dengan mata pelajaran biologi.
Hal ini tentunya dikarenakan biologi itu sendiri merupakan bagian dari pelajaran
sains. Namun yang perlu diperhatikan adalah dalam pembelajaran sains termasuk
biologi, memerlukan kemampuan kognitif yang baik, karena pembelajaran sains
memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan masalah terkait dengan
pembelajaran tentang ilmu alam termasuk biologi, sehingga keterampilan generik
sains sangat penting untuk dilatih pada peserta didik.
Biologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu,
memahami lingkungan dan makhluk hidup secara sistematis (Murtiningsih dkk,
2018) yang artinya biologi merupakan ilmu yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan sendiri konsep dan fakta yang terdapat dalam
materi biologi tersebut. Materi biologi memiliki karakteristik berupa fakta,
konsep, prinsip dan proses dari gejala-gejala hidup serta seluk-beluk yang
mempengaruhi hidup termasuk interaksinya dengan lingkungan (Hasruddin,
2009). Mata pelajaran biologi sebenarnya memuat materi yang relatif mudah
dipelajari karena contoh dan fenomenanya ada di sekitar kehidupan. Akan tetapi,
karakter pelajar di Indonesia memiliki pola pikir yang mengarah pada proses
aktivitas mengingat saat mempelajari biologi (Kurniawan dkk, 2018). Oleh karena
itu, proses belajar mengajar harus dapat mengarah pada proses melatih peserta
didik untuk menjelaskan informasi dengan kata-kata sendiri sehingga melalui
proses tersebut dapat menunjukkan peserta didik telah memahami pelajaran
(Lestari dkk, 2018). Salah satu materi pembelajaran dalam sains termasuk biologi
yang menuntut peserta didik untuk menghafal dan memahami konsep adalah
sistem gerak manusia (Ikhsan dkk, 2016).
SMAN 1 Daha Utara adalah salah satu satuan pendidikan dengan
jenjang SMA yang berada di kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan. Pembelajaran di SMAN 1 Daha Utara dilakukan
pada sehari penuh dan dalam seminggu, pembelajaran dilakukan selama 5 hari.
Sarana dan prasarana di SMAN 1 Daha Utara dilengkapi dengan ruang
perpustakaan dan ruang laboratorium.
Berdasarkan penelitian terkait oleh Hasian dkk (2020) tentang
pengembangan media animasi sistem gerak berbasis model POE untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains. Menurut hasil
penelitian Ayuningtyas dkk (2022), dalam penelitiannya tentang pengaruh modul
digital pada culture literacy digital wetland (CLDW) konsep jamur terhadap
keterampilan generik sains siswa, menunjukkan bahwa respon siswa selama
penggunaan modul yang terintegrasi pada CLDW berada pada kategori setuju
dalam pengaruh penerapan modul digital CLDW terhadap keterampilan generik
sains siswa. Menurut hasil penelitian Safitri dkk (2022), yang meneliti tentang
hasil belajar dan keterampilan generik sains pada penggunaan culture literacy
digital wetland LKPD konsep vertebrata siswa kelas X SMA, menunjukkan
bahwa penggunaan CLDW LKPD berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kognitif peserta didik kelas X SMAN 4 banjarmasin pada sub konsep vertebrata.
Hal yang serupa juga diteliti oleh Rusminah dkk, (2022) yang meneliti tentang
pengaruh penggunaan handout digital pada sub konsep hewan vertebrata terhadap
hasil belajar peserta didik, menunjukkan bahwa penggunaan handout digital layak
digunakan pada proses pembelajaran biologi karena mendapatkan respon sangat
setuju dan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas eksperimen pada
sub konsep hewan vertebrata.
Berdasarkan masalah dan penelitian terkait, maka penulis ingin meneliti
tentang profil keterampilan generik sains peserta didik kelas X di SMAN 1 Daha
Utara dengan tujuan untuk mendeskripsikan keadaan keterampilan generik sains
peserta didik di kelas X SMAN 1 Daha Utara pada pembelajaran biologi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini sendiri bertujuan untuk
menggali dan mengkaji data dari kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Hal
ini selaras dengan penjelasan Margaretha (2013), bahwa metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah
yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian
dilakukan.
Data hasil penelitian ini diambil dari populasi yang memberikan
gambaran tentang keadaan keterampilan generik sains dari peserta didik kelas X
SMAN 1 Daha Utara pada mata pelajaran biologi tahun ajaran 2022/2023.
Penelitian dilaksanakan di kelas X SMAN 1 Daha Utara angkatan 2022 dengan
mengambil populasi seluruh peserta didik kelas X SMAN 1 Daha Utara. Adapun
sampel penelitian ini mengambil peserta didik sebanyak 50 orang secara acak dari
6 kelas yaitu kelas X1-X6. Penambilan sampling secara acak bertujuan untuk
mendapatkan hasil sampling yang mendekati populasi atau mewakili populasi dan
dapat merepresentasikan data yang tidak bias dari total keseluruhan populasi.
Deskripsi keterampilan generik sains peserta didik diperoleh dari hasil
pengisian angket yang disebarkan kepada peserta didik. Angket keterampilan
generik sains yang digunakan menggunakan aspek-aspek yang telah ditetapkan.
Aspek keterampilan generik sains yang diterapkan dalam penelitian mengacu pada
Brotosiswoyo tahun 2001 yaitu berisi pengamatan langsung, pengamatan tidak
langsung, kesadaran tentang skala besaran, bahasa simbolik, kerangka pikiran taat
azas dari hukum alam, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan
matematika, dan membangun konsep.
Tabel 1 Indikator Keterampilan Generik Sains
Nomer
No. Aspek Indikator
Pertanyaan

1. 1 Pengamatan 1. Menggunakan alat ukur sebagai alat 1


tidak bantu indera dalam mengamati
langsung percobaan/fenomena alam

2. Mengumpulkan fakta-fakta hasil


percobaan fisika atau fenomena alam

3. Mencari perbedaan dan persamaannya

2. 2 Kesadaran Menyadari objek-objek alam dan 2


tentang kepekaan yang tinggi terhadap skala
besaran numerik sebagai besaran/ukuran skala
mikroskopis maupun makroskopis

3. 3 Bahasa 1. Menjelaskan lambang, simbol, dan istilah 3


simbolik
2. Menjelaskan makna kuantitatif satuan
dan besaran dari persamaan

3. Menggunakan aturan matematis untuk


memecahkan masalah/fenomena alam

4. Membaca suatu grafik/diagram, tabel,


serta tanda matematis

4. 4 Kerangka Mencari hubungan logis antara dua 4


logika taat aturan
asas dari
hukum alam

5. 5 Inferensi 1. Memahami aturan-aturan 5


logika
2. Berargumentasi berdasarkan aturan

3. Menjelaskan masalah berdasarkan aturan

4. Menarik kesimpulan dari suatu gejala


berdasarkan aturan/hukum hukum
terdahulu

6. 6 Hukum sebab
1. Menyatakan hubungan antar dua variabel 6
akibat atau lebih dalam suatu gejala alam
tertentu

2. Memperkirakan penyebab gejala alam

7. 7 Pemodelan 1. Mengungkap fenomena/masalah dalam 7


matematika bentuk sketsa gambar/grafik

2. Mengungkap fenomena dalam bentuk


rumusan

3. Mengajukan alternatif penyelesaian


masalah

8. 8 Membangun Menambah konsep baru 8


konsep

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian angket oleh


peserta didik. Angket berisi soal-soal yang dijawab dengan memilih salah satu
jawaban sesuai pilihan jawaban yang disajikan. Jawaban benar dijawab sesuai
dengan kunci jawaban yang telah ditentukan. Soal-soal memuat semua aspek yang
keterampilan generik sains. Angket dibagikan secara acak pada peserta didik kelas
X sebanyak 50 orang.
Setelah memperoleh hasil dari deskripsi data penelitian, maka dapat
dilakukan pengkategorisasian skor tingkat kemampuan generik sains. Kategorisasi
didasarkan pada nilai mean hipotetik dan standar deviasi hipotetik pada masing-
masing subjek dengan interval pengkategorian sebagai berikut :
Tabel 2. Interval kategorisasi tingkat keterampilan generik sains
Rumus Kategori

X < M - 1.SD Rendah

M – SD ≤ X ≤ M+1.SD Sedang

m+1.SD ≤ x Tinggi

Hasil dari observasi akan dianalisis berdasarkan jumlah perolehan skor


setiap peserta didik kemudian ditentukan kategori nilai keterampilan generik
sains. Tabel.2 merupakan pedoman kriteria dari nilai keterampilan generik sains.
Tabel 3. Pedoman rentang nilai dari keterampilan generik sains untuk
jumlah soal 8
Rentang Nilai Kategori

X < 20 Rendah

20 ≤ X ≤ 30 Sedang

30 ≤ x Tinggi

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian meliputi tahap awal, tahap inti,
dan tahap akhir. Tahap pertama yaitu tahapan awal dengan membuat rancangan
penelitian dan menyusun instrumen dari penelitian. Tahap kedua yaitu tahapan di
lapangan dengan melakukan pengisian angket dengan indikator yang telah
ditetapkan kepada peserta didik. Tahap akhir dilakukan dengan menganalisis data
dari angket yang telah disebar. Data dianalisis melalui tahapan pertama yaitu
dengan melakukan skoring. Kedua melakukan pengkateogorisasian dengan tiga
kategori yaitu tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Ketiga melakukan perhitungan
terhadap data yang kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk tabel yang
menunjukkan jumlah frekuensi data serta persentase tiap kategori. Keempat
menganalisis data. Kelima membuat kesimpulan berdasarkan pada analisis data.
Tahapan selanjutnya kemudian menyusun laporan dari hasil penelitian analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis data ditinjau dari persentase keterampilan generik sains
peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran biologi berdasarkan lembar angket
sebagai berikut. Persentase aspek keterampilan generik sains peserta didik
berdasarkan hasil analisis data angket terdapat pada tabel.
Tabel 4. Tabel keterampilan generik sains

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

X - 3,33 Rendah 11 22%

3,33 ≤ X ≤ 4,67 Sedang 8 12%


X > 4,67 Tinggi 31 62%

Berdasarkan tabel aspek keterampilan generik sains didapatkan hasil


persentase kategori rendah sedang dan tinggi. Banyaknya peserta didik dengan
kategori rendah yaitu sebanyak 11 orang dengan nilai persentase 22%, banyak
peserta didik pada kategori sedang yaitu sebanyak 8 orang dengan nilai persentase
kategori sedang sebanyak 12%. Pada kategori tinggi terdapat sebanyak 31 orang
dengan persentase sebesar 62%. Berdasarkan tabel 4, persentase nilai
keterampilan generik sains tertinggi ada pada kategori tinggi dengan frekuensi
sebesar 31 dengan persentase 62%.
Keterampilan generik sains berkaitan dengan kemampuan seseorang
dalam hal-hal yang mendasar dalam kehidupan seperti menyelesaikan masalah,
berpikir logis, rasa ingin tahu, hingga pada keterampilan berkomunikasi. Peserta
didik sebagai manusia yang sedang menempuh tahap pendidikan di sekolah juga
memiliki keterampilan generik sains yang mana berbeda tiap individunya baik
dalam dalam menyelesaikan masalah maupun dalam pemahaman dalam
pembelajaran. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah ini erat
kaitannya dalam kemampuan kognitif peserta didik. Keterampilan Generik Sains
(KGS) merupakan kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki individu, setiap manusia memiliki keterampilan generik sains yang
perlu dikembangkan seiring dengan berkembangnya otak manusia. Peningkatan
keterampilan generik sains cocok mulai diterapkan pada peserta didik tingkat
menengah atas yang tidak lagi dianggap seperti anak kecil dan sudah mampu
mencari sendiri solusi jika dihadapkan dengan persoalan khususnya persoalan
mengenai masalah belajar. Selain Itu, melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi
oleh pengetahuan sendiri dan didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut (Martiningsih, 2018; Putra dkk, 2021).
Menurut Kamsah (2004), keterampilan generik merupakan keterampilan
employability yang digunakan untuk menerapkan pengetahuan. Sehingga,
keterampilan generik juga merupakan keterampilan yang diperlukan untuk
berbagai bidang pekerjaan dan kehidupan. Selain itu, keterampilan generik juga
merupakan keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan intelektual yang
dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga menghasilkan sikap yang
akan melekat sepanjang hayat. Keterampilan generik dapat dijadikan sebagai
solusi integratif yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik yang dapat dipelajari dan ditanamkan pada peserta didik. Istilah
keterampilan generik digunakan secara luas mengacu pada kualitas dan
kapabilitas yang meliputi keterampilan berpikir seperti penalaran logis dan
analitis, pemecahan masalah, dan keingintahuan intelektual; keterampilan
berkomunikasi yang efektif, keterampilan bekerjasama, dan kemampuan
mengidentifikasi, mengakses dan mengatur pengetahuan dan informasi; sifat-sifat
personal seperti imajinasi, rigiditas kreativitas dan intelektual, dan nilai-nilai
seperti etika, kegigihan, integritas, dan toleransi. Sementara itu, keterampilan atau
kemampuan generik merupakan keterampilan yang dapat diterapkan pada
berbagai bidang dan untuk memperolehnya diperlukan waktu relatif lama
(Rosidah dkk, 2017).
Keterampilan generik sains dapat dilatih dalam setiap mata pembelajaran,
salah satunya adalah mata pelajaran biologi. Mata pelajaran biologi adalah mata
pelajaran yang mempelajari konsep tentang makhluk hidup dimana pada proses
pembelajarannya dilalui dengan melakukan praktikum dan pengamatan secara
langsung. Hal ini sejalan dengan penjelasan Afcariono (2008), bahwa belajar
biologi bukan hanya berhadapan dengan teori dan konsep saja, melainkan harus
melakukan sesuatu, mengetahui dan memecahkan masalah, yang berkaitan dengan
pembelajaran biologi.
Proses pembelajaran biologi yang dilakukan secara daring selama
pandemi memberikan pengaruh pada hasil belajar peserta didik. Hal ini
dikarenakan karena dalam pembelajaran daring, peserta didik dituntut untuk
belajar secara mandiri dan bimbingan yang diberikan oleh guru lebih sedikit
dibandingkan ketika pembelajaran luring sehingga pembelajaran daring dirasa
kurang efektif. Menurut Ula dkk, (2021), menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran daring memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku pendidikan,
seperti pendidik, peserta didik, institusi dan bahkan memberikan tantangan bagi
masyarakat luas seperti para orang tua. Dalam pelaksanaannya pendidik harus
mencari cara bagaimana agar tetap bisa menyampaikan materi pembelajaran dan
dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Begitu juga peserta didik yang
dituntut agar bisa menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi seperti saat ini,
salah satunya kesiapan mental.
Pembelajaran daring atau online merupakan pembelajaran berdasarkan
pada teknologi yang bahan belajarnya dikirim secara elektronik ke peserta didik
dari jarak jauh menggunakan jaringan komputer. Menurut pemerintah,
pembelajaran online dinilai merupakan cara yang paling efektif untuk melakukan
pembelajaran di tengah pandemi seperti saat ini. Namun pembelajaran daring ini
banyak dikeluhkan oleh peserta didik karena dirasa kurang efektif. Selama ini
kurangnya penguasaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi juga
menjadi problem dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini berpengaruh pada
kemampuan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi yang berakibat
pada kemajuan dunia secara umum dan dunia pendidikan secara khusus (Nureza,
2020). Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran selama pandemi
adalah menggunakan google classroom. Dimana penggunaan Google Classroom
sebagai media pembelajaran online kurang efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kurangnya
penjelasan materi oleh guru, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan, pengaruh sinyal internet (jaringan) terhadap proses pembelajaran, dan
karena kesibukan orang tua yang mengakibatkan mahasiswa menjadi kurang
perhatian untuk melakukan ini secara online (Khovivah et al, 2021).
Penerapan pembelajaran daring atau jarak jauh juga berpengaruh dalam
pelaksanaan praktikum. Dapat diketahui praktikum memiliki peran penting
didalam pembelajaran IPA karena praktikum dapat membuktikan konsep dari
sebuah teori yang telah berlaku dan dalam kegiatannya terdapat banyak penerapan
dari keterampilan proses sains serta peningkatan sikap ilmiah yang mendorong
cara memperoleh suatu wawasan dari diri peserta didik (Ariani & Widodo, 2022).
Dalam proses menunjang pembelajaran dan memusatkan dalam aspek proses,
praktikum menjadi suatu hal yang sangat penting. Hal tersebut dilandaskan pada
tujuan pembelajaran IPA sebagai proses dalam mengembangkan kemampuan
berpikir dan meningkatkan keterampilan generik sains seperti pengamatan secara
langsung, pengamatan tidak langsung, pemahaman akan skala besaran,
kemampuan memakai bahasa simbolik, kemampuan berpikir dalam kerangka taat
azas, kemampuan inferensi logika, kemampuan menguasai hukum sebab akibat,
kemampuan menciptakan model matematik, dan kemampuan membentuk konsep
abstrak (Brotosiswoyo, 2001).
Kendala utama yang dialami oleh guru dan peserta didik adalah sarana
dan prasarana yang terbatas karena praktikum dilakukan di rumah masing-masing.
Guru kesulitan dalam membimbing dan mengamati proses berlangsungnya
praktikum secara daring. Hal tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan
dalam melakukan praktikum dan banyak kesalahpahaman yang terjadi. Kendala
lainnya adalah metode praktikum yang tidak variatif sehingga membuat siswa
merasa keberatan dan bosan (Ariani & Widodo, 2022). Hal ini sejalan dengan
penelitian Khusnah (2020) menyatakan bahwa sebagian besar guru terkendala
dalam membuat metode praktikum secara daring yang disebabkan kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan teknologi.
Pelaksanaan praktikum harus tetap dilakukan karena dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Kastawaningtyas
& Martini (2017) yang menyatakan bahwa 97% peserta didik lebih menguasai
materi yang diajarkan oleh guru melalui kegiatan praktikum. Peserta didik merasa
gembira dan lebih tertarik apabila terdapat kegiatan pengamatan dan kegiatan
praktikum sebab melalui kegiatan tersebut peserta didik dapat mempelajari hal-hal
baru dengan melakukan praktik secara langsung berdasarkan materi yang
diperoleh (Kastawaningtyas & Martini, 2017). Berdasarkan hal tersebut,
pembelajaran secara daring menjadikan peserta didik merasa jenuh saat
pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya duduk didepan layar dan
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sedangkan kegiatan praktikum dan
pengamatan langsung yang meningkatkan motivasi belajar peserta didik jarang
dilakukan. Menurut Novia dkk (2020), kekurangan pembelajaran terletak pada
kecepatan proses umpan balik, persiapan waktu pengajar lebih lama dan
berpotensi menurunnya rasa nyaman, cemas, dan bingung. Berdasarkan hasil
penelitian Ula dkk (2020), tentang pengaruh penggunaan teknologi di masa
pandemi  covid-19 terhadap hasil belajar pada mata pelajaran biologi di MAN 2
Jember juga menunjukkan bahwa peserta didik di MAN 2 Jember mengalami rasa
kejenuhan dalam pembelajaran daring. Hal tersebut dikarenakan kenyamanan
dalam proses pembelajaran sangat mendukung dalam tingkat keberhasilan prestasi
belajar peserta didik selama masa pandemi COVID-19 berlangsung. Maka untuk
meningkatkan keterampilan generik sains dapat diwujudkan melalui pembelajaran
yang dilakukan secara luring, salah satunya melalui kegiatan praktikum. Hal ini
karena kegiatan praktikum dapat melatih keterampilan generik sains peserta didik.
Selain itu, kegiatan praktikum membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk
belajar karena peserta didik dapat melakukan pengamatan lansung dan
menemukan hal-hal yang baru.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data bahwa sebesar 62% peserta
didik memiliki keterampilan generik sains dalam kategori tinggi. Sebesar 12%
peserta didik memiliki keterampilan generik sains dalam kategori sedang dan 22%
dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut maka diketahui hasil belajar
peserta didik dilihat dari nilai hasil tes keterampilan generik sains pasca pandemi
covid-19 termasuk dalam tingkat yang sangat baik. Hal ini berdasarkan pada
besarnya hasil  persentase keterampilan generik sains peserta didik dalam kategori
tinggi yaitu 62%. Sedangkan pada kategori sedang dan kategori rendah hanya
sedikit saja yaitu 12 % dan 22%. Maka dapat diketahui bahwa proses belajar
peserta didik secara luring pasca pandemi covid-19 di sekolah, berjalan secara
efektif. Hal ini karena proses pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka
dengan guru dan proses praktikum dan pengamatan dapat dilakukan langsung dan
dengan bimbingan oleh guru, sehingga pembelajaran dapat dipahami oleh peserta
didik. Selain itu kegiatan praktikum dan pengamatan langsung yang dilakukan
dalam pembelajaran biologi di sekolah pasca pandemi covid-19 melatih
keterampilan generik sains peserta didik menjadi baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan generik sains peserta didik kelas X
di SMAN 1 Daha Utara memiliki kategori tinggi pasca pandemi covid-19.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, hasil tes angket
keterampilan generik sains peserta didik pada pembelajaran biologi di kelas X
SMAN 1 Daha Utara termasuk dalam kategori tinggi. Penulis berharap artikel ini
dapat menjadi referensi mengenai profil keterampilan generik sains peserta didik
pada pembelajaran biologi kelas X SMAN 1 Daha Utara. Diperlukan pengkajian
lebih lanjut mengenai keterkaitan antara proses belajar daring dengan peningkatan
keterampilan generik sains demi memperdalam kajian mengenai hubungan
keterampilan generik sains dengan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Afcariono, M. (2008). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif, 3(2), 65-68.

Ariani, Y., & Widodo, W. (2022). Studi Dampak Pembelajaran IPA Via Daring
Terhadap Pelaksanaan Praktikum di Sekolah Menengah Pertama. PENSA:
E-Jurnal Pendidikan Sains, 10(1), 129-134.

Ayuningtyas, T., Putra, A. P., & Utami, N. H. (2022). Pengaruh Modul Digital
Pada Culture Literacy Digital Wetland (Cldw) Konsep Jamur Terhadap
Keterampilan Generik Sains Siswa. Vidya Karya. 37 (1) : 9 – 15

Hasian, H. P., Situmorang, R. P., & Tapilouw, M. C. (2020). Pengembangan


Media Animasi Sistem Gerak Berbasis Model Poe untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains. JIPVA (Jurnal
Pendidikan IPA Veteran), 4(2).

Hasruddin. (2009). Peran Multimedia Dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal


Tabularasa PPS Unimed, 6(2), 149–160.

Ikhsan, M., Sutarno, & Prayitno, B. A. (2016). Pengembangan Modul Berbasis


Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Gerak Manusia Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI Mia SMA Negeri 1
Wera. Jurnal Inkuiri, 5(1), 133 142.

Kahfi, A. (2021). Dampak Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid 19


terhadap Perkembangan Kognitif Anak. Dirasah: Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Dasar Islam, 4(1), 14-23.
Kastawaningtyas, A., & Martini. (2017). Peningkatan Keterampilan Proses Sains
Siswa Melalui Model Experiential Learning pada Materi Pencemaran
Lingkungan. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 2(2) 45–52.

Kharisma, N. N., Roesminingsih, M. V., & Suhanadji, S. (2020). Gambaran


Kebutuhan Pembelajaran Daring Pkbm Budi Utama Surabaya pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Nonformal, 15(1), 38-44.

Khovivah, A., Theresia, M., Utami, N., & Ardelia, T. (2021). Media Pembelajaran
yang digunakan Saat Belajar Jarak Jauh: Analisis Kekuatan dan
Kelemahan Google Classroom pada Pembelajaran Jarak Jauh. ISER
(penelitian pendidikan sains Indonesia) , 3 (1).

Khusnah, L. (2020). Persepsi Guru IPA SMP/MTs terhadap Praktikum IPA


Selama Pandemi COVID-19. Science Education and Application Journal,
2(2)

Kurniawan, A. D., Muldayanti, N. D., & Putri, B. E. (2018). Developing Flash


Media of Quranic-Based Human Reproduction System Material. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, 4(3), 235–242

Latip, A. Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi COVID-


19. Jurnal Edukasi Dan Teknologi 1. 2 (2020), 108-109.

Lestari, H. ., Disman, & Sojanah, J. (2018). Peningkatan pemahaman konsep


melalui metode latihan understanding concept through drill method.
Jurnal Manajerial, 3(20),104–109.

Margaretha, S. (2013). Hubungan Pelaksanaan Sistem Kearsipan Dengan


Efektivitas Pengambilan Keputusan Pimpinan: Studi Deskriptif Analisis
Kuantitatif di Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Lingkungan Kantor
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia),

Martiningsih, M., Situmorang, R. P., & Hastuti, S. P. (2018). Hubungan


Keterampilan Generik Sains dan Sikap Ilmiah Melalui Model Inkuiri
Ditinjau Dari Domain Kognitif. Jurnal Pendidikan Sains (JPS), 6(1), 24.

Putra, A. P., Kaspul., Nurul, H. U. (2021). Perancangan Pembelajaran Biologi


Berbasis Keterampilan Generik Sains. CV. Batang : Banjarmasin.

Rosidah, T., Astuti, A. P., & Wulandari, V. A. (2017). Eksplorasi keterampilan


generik sains peserta didik pada mata pelajaran kimia di SMA negeri 9
Semarang. Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah
Semarang. 5(2) : 130-137.
Rusminah, R., Kaspul, K., & Utami, N. H. Pengaruh Penggunaan Handout Digital
pada Sub Konsep Hewan Vertebrata terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik. Vidya Karya, 37(2), 61-67.

Safitri, S., Putra, A. P., & Ajizah, A. (2022). Hasil Belajar dan Keterampilan
Generik Sains pada Penggunaan Culture Literacy Digital Wetland LKPD
Konsep Vertebrata Siswa Kelas X SMA. Journal of Banua Science
Education, 2(2), 73-84.
Saptorini. (2011). Peningkatan Keterampilan Generik Sains Bagi Mahasiswa
Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2(1), 190–198.

Ula, S., Afifa, A. N., & Azizah, S. A. (2021). Pengaruh Penggunaan Teknologi Di
Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran
Biologi Di Man 2 Jember. ALVEOLI: Jurnal Pendidikan Biologi, 2(1), 54-
66.
LAMPIRAN
Hasil Pengamatan
n = 50
X Maksimal = 0
X Minimal = 8
Range ¿ X Maksimal−X Minimal
¿ 8−0
¿8
X Maksimal X Minimal
Mean =
2
8+0
=
2
=4
Mean
Standar Deviasi =
6
4
=
6
= 0,67
Kategori = Rendah
= Sedang
= Tinggi
1. Rendah = X < M – 1 SD
= X < 4 – 1 (0,46)
= X < 4 – 0,46
= X < 3,33
2. Sedang = M – SD ≤ X ≤ M + 1 SD
= 4 – 0,67 ≤ X ≤ 4 + 0,67
= 3,33 ≤ X ≤ 4,67
3. Tinggi = X > M + 1 SD
= X > 4 + 1 (0,46)
= X > 4,46
Tabel Hasil Pengisian Angket Soal Keterampilan Generik Sains

No. Nama peserta didik Nilai Rentang

1. Muhammad yunus 2 Rendah

2. Muhammad Rifani 4 Sedang

3. Noor Annisa 3 Rendah

4. Hadijah 6 Tinggi

5. Maulidya Tri Antika 3 Rendah

6. Asmaul Husna 2 Rendah

7. Mariyanti 4 Sedang

8. Niesha 4 Sedang

9. Ahmad Rusnanda 2 Rendah

10. Nayla Habibah 5 Tinggi

11. Rizkina 6 Tinggi

12. Siti islamiyah 5 Tinggi

13. Ayu Lestari 5 Tinggi

14. Khairunnisa (A) 5 Tinggi

15. Dita Aulia 7 Tinggi

16. Nida Ul Hasanah 6 Tinggi

17. Latifah 3 Rendah

18. Norsipa 5 Tinggi


19. Risnawati 7 Tinggi

20. Nazma 5 Tinggi

21. Eka Ramadhani 4 Sedang

22. Rahmadhani 4 Sedang

23. Desy Aslamiah 6 Tinggi

24. Norhasanah 6 Tinggi

25. Dini Oktavia 6 Tinggi

26. Muhammad Syafii 2 Rendah

27. Siti Khadijah 4 Sedang

28. Risa Amelia 6 Tinggi

29. Nurjanah 2 Rendah

30. Muhammad fauzan 2 Rendah

31. Isma Nuriyati 6 Tinggi

32. Muhammad Abdul Mujib 6 Tinggi

33. Muhammad aidil 2 Rendah

34. Zakiah 6 Tinggi

35. Muhammad Wahyu 7 Tinggi

36. Khairunnisa. S 1 Rendah

37. Barsiyah 4 Sedang

38. Nabila 5 Tinggi


39. Tina wilda 4 Sedang

40. Eva Syafitri 5 Tinggi

41. Nor inayatuzzahra 7 Tinggi

42. Nurmiyati 7 Tinggi

43. Alya syabila 7 Tinggi

44. Rayyan 5 Tinggi

45. Nada ratul husna 7 Tinggi

46. Putri 7 Tinggi

47. Misbah 7 Tinggi

48. Muhammad Najib 7 Tinggi

49. Murjani Ali 7 Tinggi

50. Muhammad Badali 7 Tinggi

Anda mungkin juga menyukai