Anda di halaman 1dari 43

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING BERBANTUAN SIMULASI CROCODILE


PHYSICS PADA MATERI GELOMBANG BUNYI
SISWA KELAS XI SMAN 2 BUNTOK

PROPOSAL

OLEH
AYU EVERINA YULANDA
ACB 118 004

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
TAHUN 2022

i
DAFTAR ISI

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6
Type chapter title (level 1) 1
Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6

Type chapter title (level 1) 1


Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6

ii
3
4
5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dikatakan pengalaman belajar yang diperoleh selama masa hidup.
Pengalaman yang didapat berasal dari orang tua, lingkungan, dan instansi pendidikan.
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
serta proses pembelajaran.
Keberhasilan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar hingga tingkat
menengah sangat dipengaruhi oleh komponen pendidikan yang diterapkan saat itu
meliputi kurikulum, yang diterapkan sarana dan prasarana, guru, siswa, serta
penentuan model pengajaran yang tepat. Djamarah dalam Suardi (2012: 3).
Komponen tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena pada
dasarnya semua memberikan kontruksi yang positif atas terselenggaranya suatu
kegiatan pembelajaran yang baik, pembelajaran yang terpola dan terstruktur dengan
melibatkan semua komponen yang ada, demi mencapai hasil yang maksimal.
Pendidikan formal (sekolah) sebagai tempat yang sangat strategis dalam
pelaksanaan pembelajaran ternyata tidak sedikit menemukan kegagalan dalam proses
pelaksanaan pembelajaran, hal ini biasanya tercermin dari ketidakseriusan siswa
mengikuti pembelajaran, rasa bosan masih sering muncul, rasa ngantuk, saling
mengganggu sesama kawan, sehingga semuanya ini berdampak pada ketidaktuntasan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Amri (2013: 241) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah
adalah salah satu bentuk kegiatan yang terpola dan terstruktur dengan melibatkan
berbagai perangkat pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan pembelajaran, termasuk pembentukan karakter siswa. Kerakter
siswa dapat dibentuk sebagaimana yang diharapkan oleh guru, serta mengharapkan
siswa memiliki kemauan belajar yang tinggi, guru harus kembali memperbaiki cara
atau strategi mengajar, guru harus faham dengan baik karakter siswa, isi materi yang
akan disampaikan, serta pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai.
Sistem pembelajaran saat ini telah mengalami perubahan paradigma yang tadinya
sistem pembelajaran menekankan pada sisi pengetahuan, sekarang sudah mengarah
pada keterampilan proses, Amri (2013: 15). Keterampilan proses sains siswa juga

1
perlu dilatih dalam belajar agar terbentuk suatu kemampuan pada diri yang tidak
sekedar berlandaskan kemampuan akademik, tapi juga melatih keterampilan siswa,
maka dengan demikian perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
laboratorium yang lebih mengacu pada keterampilan proses sains siswa. Wahyana
(Trianto, 2010: 25) menyatakan bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan
yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dalam pembelajaran
sains.
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran merupakan suatu bagian dalam
pendidikan yang mampu menjembatani pencapaian tujuan pendidikan yang
dituangkan dalam kurikulum. Keterampilan proses sains pada siswa dapat ditemukan
dari sederetan aktivitas siswa, dalam hal kegiatan yang bersifat merancang,
mendesain, mengamati, serta melakukan analisa dalam kegiatan percobaan.
Menurut Pribadi (2010: 11) mengatakan bahwa, proses pembelajaran
sesungguhnya dapat membimbing siswa dalam mencapai kompetensi belajar yang
telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, akan tetapi tidak sedikit guru yang
mengajar merasa bersalah karena tujuan pembelajaran tersebut tidak tercapai.
Susilana dan Riyana (2007: 1) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, dan
keterampilan proses sains dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar
sesuai amanah K-13.
Implementasi Kurikulum (K-13) menekankan perlunya pembentukan
keterampilan proses pada siswa. Kurikulum 2013 juga mengharapkan pembelajaran
sains dapat mengantarkan siswa memenuhi kemampuan abad 21 yang salah satunya
adalah kompeten dalam menggunakan media, teknologi, informasi dan komunikasi.
Kemendikbud (2016) menyatakan bahwa upaya dalam mencapai kemampuan
kurikulum 2013 diterapkan pada semua pelajaran terutama bidang ilmu sains dan
tidak terkecuali ilmu fisika. Fauziyah dan Sucahyo (2021: 385). Fisika merupakan
pengetahuan hasil dari kegiatan manusia, gagasan, dan konsep tentang alam yang
diperoleh dari pengalaman melalui proses ilmiah.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang berisi konsep-konsep, prinsip-
prinsip tentang gejala alam. Kallesta dan Erfan (2017: 11). Menyatakan bahawa siswa
mengalamai kesulitan belajar fisika karena kurang tertariknya siswa dalam
pembelajaran fisika dan juga menemukan bahwa siswa masih kesulitan dalam

2
menyelesaikan persoalan fisika. Berdasarkan penjelasan ini menunjukkan bahwa
pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat di pahami bahwa kegiatan inti
pembelajaran yang diharapkan K-13 adalah adanya aktivitas siswa. Aktivitas
pembelajaran sempat terkendala karena adanya pandemi covid-19 yang mengubah
sistem pembelajaran dunia termasuk Indonesia. Yurinto Pritasari (2020: 17). Wabah
penyakit covid-19 mengakibatkan aktivitas kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi
terkendala salah satunya pembelajaran fisika sehingga menyebabakan pembelajaran
daring.
Berdasrkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan karena adanya covid-19 yang
menyebabkan aktivitas pembelajaran yang diinginkan oleh K-13 menjadi tidak
tercapai. Zainuddin (2021: 10). Menyatakan bahwa kesulitan belajar fisika ini dapat
diatasi dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga menambah
motivasi dan aktivitas siswa belajar. Konsep-konsep fisika itu terlihat abstrak,
sedangkan pada umumnya siswa berpikir konkret, sehingga diperlukan media
pembelajaran untuk menjembatani materi fisika yang dipikir abstrak menjadi lebih
konkret. Berdasrakan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kesulitan belajar fisika
dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan relevan.
Yuniastuti dan Khoiron (2021: 4). Media pembelajaran merupakan segala
perantara atau medium yang mendukung aktivitas pembelajaran antara guru dan
siswa shingga pesan pembelajaran dapat tersampaikan. Crocodile Physics adalah
salah satu media yang bisa digunakan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berisi
kegiatan atau aktivitas dan percobaan yang bisa dikerjakan oleh siswa.
Keterampilan proses diperlukan untuk memberikan penguatan atas terbentuknya
pemahaman siswa secara konteksual dengan dilandasi dari penggunaan alat
laboratorium salah satunya yaitu dengan media laboratorium virtual crocodile
physics. Penggunaan laboratorium virtual tersebut pada setiap pembelajaran
diharapkan mampu membangun pemahaman konsep siswa secara utuh. Keterampilan
proses ini hanya dapat terbentuk bila siswa secara langsung bersentuhan dengan
materi yang disajikan serta melibatkan semua aspek (pengetahuan, sikap,
keterampilan).
Kegiatan penemuan melalui percobaan di laboratorium merupakan tempat yang
strategis untuk memunculkan hal tersebut. Percobaan di laboratorium dapat melatih
keterampilan siswa karena pada kegiatan percobaan tersebut siswa melakukan tahap

3
demi tahap sebagai proses dari pembuktian suatu konsep khususnya konsep fisika.
Pembelajaran fisika guru sebaiknya melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan
percobaan, agar siswa terbiasa belajar melalui cara berbuat. Crocodile physics adalah
perangkat lunak simulasi 3D yang digunakan sebagai media pembelajaran berbasis
komputer.
Obsevasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Buntok, diperoleh informasi bahwa
dari segi sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah tersebut dapat dikatakan
sangat lengkap. Sarana yang dimaksud meliputi ruang belajar yang cukup
refresentatif, ruang laboratorium dengan kelengkapan alatnya yang sangat tersedia.
Perpustakaan memiliki koleksi buku memadai, dan ditunjang dengan guru yang
mencapai 32 orang sesungguhnya sekolah ini sangat berpotensi untuk menjadi
sekolah yang memiliki tingkat keberhasilan dari berbagai aspek termasuk aspek
ketuntasan belajar siswa yang baik serta ketercapaian keterampilan pembelajaran
sains yang diharapkan.
Wawancara salah satu guru mata pelajaran fisika di kelas XI SMA Negeri 2
Buntok , menyatakan bahwa pemahaman konsep fisika dan ketuntasan hasil belajar
pada materi gelombang berjalan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing
berbantuan simulasi crocodile physics belum pernah di ukur oleh guru. Siswa sangat
jarang melakukan percobaan di laboratorium terutama untuk percobaan fisika. Materi
gelombang yang membutuhkan percobaan untuk lebih memahami konsepnya, akan
tetapi tidak dilakukan. Percobaan yang tidak dilakukan pada materi gelombang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan konsep gelombang, sehingga rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa
belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
Berdasarkan hasil dari obsevasi dan wawancara tersebut maka peneliti
tertarikuntuk melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN SIMULASI
CROCODILE PHYSICS PADA MATERI GELOMBANG BERJALAN SISWA
KELAS XI SMAN 2 BUNTOK”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, penulis dapat
mengidentifikas masalahnya sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains pada materi gelombang berjalan dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing belum pernah di ukur oleh guru.

4
2. Pemahaman konsep siswa pada materi gelombang berjalan belum pernah
dilalukan pengukuran pada proses pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing.
3. Kegiatan percobaan jarang dilakukan pada mata pelajaran Fisika.
4. Hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Buntok sebagian belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM).
5. Guru kurang memanfaatkanKegiatan percobaan jarang dilakukan pada mata
pelajaran Fisika.
6. Hasil belajar siswa kelas XI SMAN 2 Buntok sebagian belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM).
7. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran, dalam hal ini alat-alat
percobaan laboratorium.
8. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan dikaji, maka
perlu diberikan batasan yaitu sebagai berikut:
1. Guru yang mengajar adalah peneliti.
2. Penelitian ini menggunakan inkuiri terbimbing pada materi gelombang di kelas
XI SMAN 2 Buntok.
3. Keterampilan proses yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan
proses sains kelompok yaitu observasi, pengukuran, menganalisis data, prediksi,
dan membuat kesimpulan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakan keterampilan proses sains pada saat proses pembelajaran dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan simulasi crocodile physics
pada materi gelombang di kelas XI SMAN 2 Buntok.
2. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran fisika materi
gelombang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan simulasi crocodile physics siswa
kelas XI SMAN 2 Buntok.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui:

5
1. Keterampilan proses sains siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing berbantuan sumulasi crocodile physics pada materi
gelombang di kelas XI SMAN 2 Buntok.
2. Pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing berbantuan simulasi crocodile physics pada materi
gelombang di kelas XI SMAN 2 Buntok.
F. Manfaat Penelitiian
Peneliti mengharapakan manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian-
penelitian selanjutnya yang berhubungan KPS, pemahaman konsep, dan
implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran Fisika
materi gelombang serta diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Siswa dapat menjalankan aktivitas belajarnya secara langsung pada saat
belajar mengajar berlangsung.
b. Model inkuiri terbimbing adalah solusi terbaik bagi guru dalam memilih dan
menentukan strategi belajar mengajar yang tepat dan sesuia dengan materi
yang diajarkan.
c. Hasil penelitian menjadi bahan informasi bagi guru, khususnya bagi peneliti
bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing sangat membantu siswa dalam
memahami konsep, mencapai ketuntasan belajar serta mampu
mengembangkan proses sains siswa.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual
1. Hakikat pembelajaran fisika
Belajar pada dasrnya dilakukan manusia sepanjang hayat. Gagne Berliner
dalam Cucu (2014: 7). Menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan
perilaku yang muncul karena pengalaman. Suryabrat dalam Deni (2014: 3). Juga
menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan sehingga muncul kecakapan
baru melalui sebuah usaha. Timbulnya tingkah laku tersebut karena adanya
hubungan stimulus respon tertentu dari individu sehingga menghasilkan sebuah
kecakapan baru.
Deni Kurniawan (2014: 3) menyatakan bahwa individu yang mengalami
perubahan tingkah laku disebabkan karena stimulus dengan respon tertentu dari
individu. Pihak lain yang memberikan stimulus kepada individu tersebut adalah
lingkungan dimana individu tersebut berinteraksi seperti teman dan bahkan pendidik.
Proses interaksi antara individu dengan lingkungan yang mempengaruhi individu itu
sendiri disebut pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu bentuk komunikasi. Marselus (2011: 39). Saylor
dalam Deni (2014: 26). Juga menyatakan bahwa pembelajaran itu adanya dua hal
yaitu adanya aktivitas individu siswa dan adanya lingkungan yang di kondisikan
secara khusus untuk mengarahkan aktivitas siswa. Gagne dalam Deni (2014: 27).
Menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas untuk membantu
mempermudah seseorang belajar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di pahami
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi individu dengan lingkungan
yang memberikan perubahan terhadap setiap individu.
Proses interaksi manusia dalam mempelajari alam atau peristiwa-peristiwa yang
ada di alam merupakan pembelajaran sains. Surjani (2020: 11). Salah satu bidang
ilmu pembelajaran sains adalah pelajaran fisika. Fisika merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda alam. Putra dan Prihamita
(2021: 2). Giancli dalam Kallesta (2017: 6). Menyatakan bahwa fisika ilmu yang
paling mendasar, karena berhubungan dengan struktur benda.

7
Fisika merupakan salah satu dari cabang IPA yang mempelajari benda-benda di
alam secara fisik dan dituliskan secara matematis agar dimengerti dan bisa
dimanfaatkan untuk kesejahtraan manusia. Fisika sebagai salah satu mata pelajaran
IPA tidak hanya berupa kumpulan seperti fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip, tetapi fisika merupakan suatu proses pembelajaran yang memberikan
pengalaman langsung kepada siswa untuk memahami alam sekitar secara ilmiah.
Kallesta dan Erfan (2017: 1).
Sadar atau tidak sadar, dalam kehidupan sehari-hari siswa sering menggunakan
konsep fisika, hal tersebut sebenarnya konsep yang dimiliki siswa berasal dari
pengalaman sehari-hari ketika berinteraksi dengan alam sekitarnya. Sebelum siswa
mempelajari fisika secara formal, siswa sudah mempunyai pengalaman dengan
peristiwa fisika yang ada di alam sekitar, seperti cahaya, gerak, bunyi, gaya, dan
masih banyak lagi. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan
gejala alam atau bahkan fenomena alam dari segi materi dan energi dan seluruh
interaksi yang terjalin di dalamnya, hal inilah membuat fisika menarik untuk
dipelajari. Nurmala (2021: 13).
Berdasrkan uraian di atas, fisika merupakan bagian dari salah satu mata
pelajaran IPA yang diajarkan kepada siswa. Fisika merupakan ilmu yang menarik,
karena fisika mempelajari sifat dan gejala alam bahkan fenomena alam yang ada di
lingkungan sekitar yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
memahami alam sekitar. Siswa dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar atau
tidak sadar seringkali menggunakan konsep fisika di segala segi aktivitasnya.
Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sebagai
sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai
prosedur. Proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam maupun untuk mengetahui penemuan baru. Produk,
diartikan sebagai proses berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di
luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu
yang nyata (Trianto, 2010: 137).
Hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang tersususn atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal.

8
Laksmi Prihantoro (Trianto, 2010: 139) menyatakan bahwa berdasrkan hakikat
IPA, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pelajarn IPA di sekolah
antar lain:
a. Kecakapan bekera dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan menggunakan
alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam
kaitannya pelajaran sainsa maupun dalam kehidupan.
Berdasrkan penjelasan diatas, terlihat jelas bahwa proses belajar mengajar IPA
menekankan pada keterampilan proses. Siswa dapat menemukan fakta,
membangun konsep, prinsip, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya
dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk
pendidikan. Proses belajar mengajar yang ada disekolah saat ii hanya menghafal
fakta, prinsip atau teori saja, sehingga perlu dikembangkannya suatu model dan
metode pembelajaran IPA (Fisika) yang melibatkan siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan oleh guru sebagai pedoman
dalm merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Guru dapat membantu
siswa untuk mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan
menyampaikan ide-ide yang dimiliki baik secara berkelompok ataupun individu
melalui model pembelajaran.
Model pembelajaran mengarahkan untuk mendesain pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan (Trianto, 2007). Pembelajaran
yang baik adalah pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran, sehingga dapat meciptakan generasi yang inovatif dan kreatif. Siswa
dilibatkan dalam pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran yang
mampu mengarahkan siswa untuk terlibat dalam pembelaaran. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan mengintegrasikan
elemen-elemen langkah ilmiah yaitu pembelajaran baerbasis inkuiri, pembelajaran
inkuiri terbimbing.
3. Model Inkuiri Terbimbing

9
Seperti yang kita ketahui, inkuiri merupakan salah satu jenis model
pembelajaran. Sumarmi (2012: 17) menyatakan bahwa inkuiri berarti suatu
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu ( benda, manusia, atau
peristiwa) dengan sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.
Selanjutnya Mulyasa (2007: 109) menjelaskan pada pembelajaran inkuiri,
apa yang diperoleh siswa sebagian besar didasarkan pada hasil usaha siswa
sendiri atas dasar pengetahuan yang dimiliki siswa. Pembelajaran melalui
inkuiri ternyata akan membawa dampak besar bagi perkembangan mental
yang positif pada siswa. Sebab melalui inkuiri siswa mempunyai kesempatan
yang luas untuk mencarai dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya
kemudian memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, model pembelajaran inkuiri
adalah pembelajaran yang di dalamnya melibatkan aktivitas siswa secara
keselurhan mulai dari kemampuannya dalam mencari dan mengumpulkan
informasi, mengajukan pertanyaan maupun melakukan penyelidikan untuk
menemukan konsep dari mata pelajaran tertentu yang sudah dirancang oleh
guru.
Menurut Sudjana (2009: 155) ada lima tahapan yang ditempuh dalam
pelaksanaan pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa.
2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis.
3. Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab
hipotesis atau permasalahan.
4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5. Mengaplikasikan kesimpulan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan atau
sintak model pembelajaran inkuiri terdiri dari perumusan masalah, membuat
hipotesis, mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan menarik
kesimpulan.

10
Senjaya (2010: 199) menayatakan inkuiri memiliki beberapa jenis model
pembelajaran, di antaranya:
a. Inkuiri terbimbing (guide inquiry); peserta didik memperoleh
pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan, biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
b. Inkuiri bebas (fre inquiry); pada inkuiri bebas peserta didik
melakukan penelitian, peserta didik harus mengidentifikasi dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modifiel fre inquiry); pada inkuiri
ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian
peserta didik diminta untuk mememcahakan permasalahan tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Secara umum model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam
pembelajaran dibagi menjadi tiga jenis model. Ketiga enis model inkuiri
tersebut yakni inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang
dimodifikasi. Selain itu, dalam pembagiannya dapat ditinjau dari peran guru
dan siswa dalam kegiatan proses inkuiri. Untuk lebih jelasnya jnis-jenis
inkuiri dapat dideskripsikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jenis-jenis Inkuiri

Inkuiri Terbuka Inkuiri Inkuiri


(Open Inquiry) Terbimbing Terstruktur
Permasalahan Siswa Guru Guru Guru
Metode Siswa Siswa Guru Guru
Siswa Siswa Siswa Siswa Guru
(Sani, 2014: 52)
Berdasarkan deskripsi dari tabel jenis-jenis inkuiri, maka inkuiri terdiri
atas tiga jenis yang dibedakan berdasarkan tiga aspek yakni subjek
permasalahn, metode, dan solusi.
a. Tujuan Model Pembelajaran inkuiri terbimbing
Model inkuiri terbimbing dengan permasalahan dan metode bersumber
dari guru, yang solusinya diselesaikan oleh siswa merupakan model inkuiri
yang akan digunakan dalam penelitian ini, namun bukan berarti bahwa guru
yang memegang penuh atas permasalahn dan metode, dalam hal ini guru

11
hanya memberikan bimbingan penuh kepada siswa agar mudah dalam
merumuskan permasalahan yang menuju topik pembelajaran sehingga siswa
dapat menentukan solusinya sendiri atas permasalahan yang dibahas
Senajaya (2010: 196) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukn sendiri
jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sukma dan Melati (2016) salah satu pembelajaran yang dapat
membantu untuk mengembangkan penguasaan konsep dan dan kemampuan
berpikir kritisnya sehingga siswa menjadi aktif dan pembelajaran menjadi
berpusat pada siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pembelajaran inkuiri
terbimbing, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing
menuntut siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan siswa ditekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis,
proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru
dan siswa, sehingga siswa memiliki pengalaman dalam menemukan prinsip-
prinsip atau pemahaman untuk diri mereka sendiri. Selain itu, guru sebagai
pembimbing ketika siswa melakukan kegiatan.
b. Langkah-langkah inkuiri terbimbing
Pemilihan model inkuiri terbimbing dikarenakan siswa belum memiliki
pengalaman belajar dengan model inkuiri. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dikelas, guru masih membantu
tahapan didalam proses pembelajarannya. Secara umum penerapan proses
pembelajaran model inkuiri terbimbing terdapat beberapa langkah sebagai
berikut:
a. Orientasi
Orientasi adalah langkah perkenalan yang disampaikan oleh guru dengan
merangsang siswa untuk berpikir kritis. Peran guru sangat penting untuk
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
Tahap ini guru menjelaskan tentang topik, pokok-pokok kegiatan untuk

12
mencapai tujuan serta memberikan motivasi kepada siswa dalam
mengikuti pross belajar.
b. Merumuskan masalah
Tahap perumusan dalam proses pembelajaran inkuiri dibantu oleh guru.
Perumusan masalah ini bertujuan untuk mengembangkan pendapat siswa.
c. Merumuskan hipotesis
Tahap perumusan hipotesis dimaksudkan sebagai jawaban atau ide
sementara yang diajukan oleh siswa dalam menawab persoalan.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas mencari informasi untuk menguji
hipotesis atau pertanyaan yang diajukan. Data digunakan untuk menjawab
persoalan dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau diperoleh.
e. Menganalisis data
Kegiatan menganalisis data bertujuan untuk menentukan jawaban yang
benar sesuia dengan data atau informasi yang diperoleh.
f. Merumuskan kesimpulan
Kegiatan merumuskan kesimpulan merupakan deskripsi atau pemaparan
dari temuan yang diperoleh. Kesimpulan juga dapat disebut sebagai
jawaban benar dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. ( Lutifyah &
Ismayati, 2015. 17 ).
c. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Kelebihan tersebut adalah membantu siswa mengembangkan penguasaan
keterampilan dan proses kognitif siswa, dapat membentuk dan
mengembangkan konsep yang mendasar pada diri siswa, sehingga dapat
mengerti tentang konsep dan ide-ide lebih baik, menumbuhkan sikap percaya
diri siswa terhadap hasil yang diperoleh, dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar sendiri, dapat mengembangkan kecakapan
individu. (Hosnan, 2014. 340).
d. Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa, siswa belum terbiasa dengan model
tersebut,sehingga kesulitan dalam tahap merencanakan, perlu waktu yang
panjang sehinga sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan,
model pembelajara ini akan sulit diimplementasikan selama kriteria

13
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran. (Abdul Majid, 2013. 227).

4. Aplikasi Crocodile physics


Fisika merupakan salah satu dari cabang Ilmu Pengetahuan Alam,
umumnya mempelajari dan menganalisis secara kuantitatif pada fenomena
alam yang terjadi di sekitar kita. Pemahaman konsep fisika di setiap materi
membuat siswa perlu melakukan praktikum. Praktikum virtual juga bisa
dikatakan sebagai sulusi dalam pembelajaran fisika, agar siswa bisa dan
mudah memahami konsep fisika tersebut, salah satu aplikasi yang bisa
digunakan yaitu aplikasi crocodile physics.
Crocodile physics adalah perangkat lunak simulasi 3D yang digunakan
sebagai media pembelajaran berbasis komputer. Penerapan teknologi dalam
dunia pendidikan memberikan kesempatan kepada siswa dalam
mengespresikan pengetahuan ke dalam pembelajaran menggunakan
komputer. Crocodile Physics sebagai media pembelajaran berbasis
laboratorium virtual memberikan kemudahan dalam pembelajaran fisika
dengan tampilan gambaran nyata kepada siswa. Penggunaan teknologi
komputer mengubah pola pikir siswa terhadap fisika yang kurang diminati.
5. Keterampilan proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan intelektual
yang khas, yang digunakan oleh semua ilmuan. Toharudi (2011: 18)
menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan seluruh
keterampilan ilmiah yang digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip
atau teori dalam rangkamengembangkan konsep yang telah ada atau
menyangkal penemuan sebelumnya. Keterampilan proses sains berarti pula
sebagai perlakuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan daya pikir dan kreasi secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan 9 Hosana, 2014: 370). Indrawati dalam Trianto(2014: 144)
menyatakan bahwa KPS merupakan keseluruhan keterampilan yang terarah
yang dapat digunakan untuk menemukansuatu konsep, prinsip atau teori
untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.

14
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa keterampilan proses
sains adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah yang diperoleh
dari latihan kemampuan mental, fisik, sosial yang mendasar sebagai wahana
penemuan dan pengembangan konsep, prinsip, dan teori. Konsep, prinsip,
dan teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan
pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.
Keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk
melatih siswa, agar hasil belajar yang diperoleh bisa optimal. Materi
pelajaran akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati, dan diingat oleh
siswa dalam waktu yang relatif lama apabila siswa memperoleh pengalaman
langsung dari peristiwa belajar melalui kegiatan pengamatan atau
eksperimen. Muhammad dalam Trianto (2014: 150) menyatakan tujuan
melatih keterampilan proses pada pembelajaran sains ada enam, yaitu sebagai
berikut:
a. Motivasi dan hasil belajar siswa meningkat, karena dalam melatih ini
siswa dipacu untuk berpartisipasi aktif dan efisien dalam belaar.
b. Hasil belajar siswa secara serentak tuntas, baik keterampilan produk,
proses maupun keterampilan kinerjanya.
c. KPS melatih siswa dalam menemukan dan membangun sendiri konsep
dan mendefinisikan secra benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.
d. Memperdalam konsep, pengertian, fakta, yang dipelajarinya, karena
dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari
dan menemukan konsep tersebut.
e. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam
kehidupan bermasyarakat.
f. Siswa di latih keterampilan dan bepikir logis dalam memecahkan
berbagai masalah dalam kehidupan untuk mempersiapakan dan melatih
kesiapan mental dalam menghadapi kenyataan hidup.
6. Pemahaman Konsep
Pemahaman berasal dari kata “paham” dalam kamus bahasa Indonesia
kata paham diartikan mengerti, seseorang dikatakan paham terhadap sesuatu
dalam arti orang tersebut mampu menjelaskan konsep tersebut.
Menurut Arikunto, Suharsimi (2015: 131) mengatakan bahwa
“pemahaman (comprehension) yaitu dengan pemahaman, siswa diminta

15
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara
fakta-fakta atau konsep”.
Menurut Uno.B, Hamzah dan Mohamad, Nurdin(Anggalarang 2018; 7)
pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami.
Menerangkan suatu hal tentang suatu konsep yang diperoleh dari
pengetahuan yang dipelajarinya dengan caranya sendiri, bukan hanya sekedar
menghafal.
7. Materi gelombang Bunyi
Gelombang bunyi adalah gelombang yang merambat melalui medium
tertentu. Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang
dogolongkan sebagai gelombang longitidinal.
1. Cepat rambat bunyi
Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat dalam
medium padat, cair, dan gas. Cepat rambat bunyi tergantung pada sifat-
sifar medium rambat, maka bunyi mempunyai cepat rambat yang
dipengaruhi oleh dua faktor:
a. Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat
susunan partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat,
sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
b. Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka
semakin cepat bunyi merambat.
Cepat rambat bunyi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
v=λ . f
Keterangan:
v=cepat rambat bunyi
λ= panjang gelombang bunyi
f =frekuensi bunyi
Cepat rambat bunyi tergantung pada mediumnya:
a) Cepat rambat bunyi di dalam medium gas

16
v=
√ γRT
Mr
v = cepat rambat bunyi ( m/s)
γ = tetapan Laplace
R = tetapan gas umum ( J /mol K)
T = suhu mutlak (K)
Mr = massa molekul relatif (kg/mol)
b) Cepat rambat bunyi di dalam medium zat cair

v=
√ B
ρ
v = cepat rambat bunyi (m/s)
B = modulus Bulk (N/m2)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
c) Cepat rambat bunyi di dalam medium zat padat

v=
√ E
ρ
v = cepat rambat bunyi (m/s)
E = modulus Young (N/m2)
ρ = massa jenis zat padat 9kg/m3)

2. Dawai
Gitar merupakan alat musik yang menggunakan dawai sebagai
sumber bunyinya. Gitar dapat menghasilkan nada-nada yang berbeda
dengan jalan menekan bagian tertentu pada senar itu saat dipetik. Nada
yang dihasilkan dengan pola paling sederhana disebut nada dasar,
kemudian secara berturut-turut pola gelombang yang terberbentuk
menghasilkan nada atas ke 1, nada atas ke 2, nada atas ke 3, dan
seterusnya.
Nada dasar terjadi apabila sepanang dawai terbentuk ½ gelombang
seperti pada gambar.

Tali denga panjang L membentuk ½ λ, sehingga: L = 1/2λ, maka λ=2L

17
Maka frekuensi nada dasar adalah:
v
f 0=
2L
Nada atas ke 1

Nada atas ke 1 teradi apabila sepanjang dawai terbentuk 1 gelombang.


Tali dengan panjang L membentuk 1 λ.
L = 1λ, maka λ= L.
Frekuensi nada atas ke 1 adalah:
2v v
f 1= =
2L L

Frekuensi nada atas ke 2 adalah:


3v
f 1=
2L
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensinada
v
atas ke n f n=(n+1)
2L
Frekuensi-frekuensi dan seterusnya disebut frekuensi alami atau
frekuensi resonansi.

f 0=
v
2l
, f 1=2
v
2l( ) v
, f 2=3( )
2l
Perbandingan frekuensi-frekuensi di atas, yaitu
f 0 : f 1 : f 2=1 :2 :3

3. Pipa Organa
Adapun sumber bunyi yang menggunakan kolom udara sebagai sumber
getarnya disebut juga pipa organa contohnya pada seruling dan terompet,
atau piano. Pipa organa dibagi menadi pipa organa terbuka dan pipa
oergana tertutup.
a. Pipa organa terbuka

18
Nada dasar
Jika sepanjang pipa organa terbentuk ½ gelombang, maka nada yang
dihasilkan disebut nada dasar L=1/2λ, maka λ=2L.
Sehingga persamaan frekuensi nada dasar untuk pipa organa terbuka
v
f 0=
2L
Nada atas ke 1
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 1 gelombang, maka nada yang
dihasilkannya disebut nada atas ke 1

Pipa organa dengan panjang gelombang L, dimana L = 1λ, maka λ=L


Frekuensi nada atas ke 1 adalah:
2v v
f 1= =
2L L
Nada tas ke 2
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 3/2 gelombang, maka nada
yang dihasilkannya disebut nada atas ke 2

Pipa organa dengan panjang L, dimana L=3/2λ maka λ=2/3L.


Persamaan nada atas ke 2 yaitu
3v
f 1=
2L
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulanbahwa frekuensi
nada ataske n pada pipa organa terbuka dapat dibentuk dengan rumus
v
f n=(n+1)
2L
Perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh sumber
bunyi berupa pipa organa terbuka dengan frekuens nada dasarnya
merupakan bilangan bulat dengan perbandingan:
f 0 , f 1 , f 2=1 :2:3

19
b. Pipa organa tertutup
Nada dasar
Jika sepanjang pipa organa terbentuk ¼ gelombang, maka nada yang
dihasilkannya disebut nada dasar.

Persamaan pipa organa tertutup untuk nada atas ke 1 adalah:


v
f 0=
4L
Nada atas ke 1
Jika sepanjang pipa organa terbentuk 3/4gelombang, maka nada yang
dihasilkannya disebut nada atas ke 1

Persamaan pipa organa tertutup nada atas ke 1 adalah


3v
f 0=
4L
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi
nada atas ke n pada pipa organa tertutup dapat ditentukan dengan
rumus:
v
f n=(2n+ 1)
4L
Perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh sumber
bunyi berupa pipa organa tertutup dengan frekuensi dengan frekuensi
nada dasarnya , f 0 : f 1 : f 2=1 :3 :5

4. Intensitas dan taraf intensitas


a. Intensitas bunyi
Intensitas adalah besaran untuk mengukur kenyaringan bunyi.
Intensitas bunyi yaitu energi bunyi yang tiap detik (daya bunyi) yang
menembus bidang setiap satuan luas permukaan secara tegak lurus.
Rumus intensitas bunyi di suatu titik oleh beberapa sumber bunyi.
p P
I= =
A 4 π r2

20
Keteranagan:
I = intensitas bunyi (W/m2)
P = energi tiap waktu atau daya (W)
A = luas (m2)
Dapat diketahui intensitas gelombang bunyi pada suatu titik
berbanding terbalik dengan kuadrat dari sumber bunyi, maka
perbandingan intensitas bunyi di dua tempat yang berbeda jaraknya
terhadap satu sumber bunyi adalah:
2
I 1 r2
=
I 2 r 21
Ternyata kuat bunyi yang terdengar oleh telingan tidak
berbanding lurus dengan besarnya intensitas bunyi. Misalnya, jika
intensitas awal 10-5Wm-2 dan dinaikkan menjadi 2 x 10-5Wm-,
ternyata telingan kita tidak mendengar bunyi dua kali lebih kuat,
bahkan telinga merasa mendengar bunyi yang hampir sama kuatnya.
Oleh jangkauan intensitas bunyi yang dapat didengar manusia sangat
besar maka dibuatlah suatu besaran yang menyatakan intensitas
dalam bilangan yang lebih kecil. Besaran tersebut dinamakan taraf
intensitas bunyi disingkat TI.
b. Taraf intensitas bunyi
Taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan antara
intensitas bunyi dengan intensitas bunyi dengan intensitas ambang
pendengaran.
I
TI =10 log
I0
Keterangan:
TI = taraf intensitas bunyi (dB)
I = intensitas bunyi (watt/m2)
I0 = intensitas ambang pendengaran ( I0=10-12 waat/m2)
Jika terdapat beberapa sumber bunyi yang identik maka taraf
intensitasnya menjadi:

21
TIn=T I 1+10 log n
Keterangan:
n = jumlah sumber bunyi
5. Efek doppler
Efek doppler adalah peristiwa naik atau turunnya frekuensi
gelombang bunyi yang terdengar penerima bunyi ketika sumber bunyi
bergerak mendekat atau menjauh. Contoh efek dopler dapat dilihat pada
gambar di bawah. Pada saat sumber suara diam, kedua penerima
mendengar besar frekuensi yang sama. Saat sumber suara bergerak, salah
satu penerima mendengar frekuensi yang lebih besar dari sebelumnya
dan penerima lain mendengar frekuensi yang lebih kecil dari
sebelumnya. Persamaan efek doppler adalah:
v ±vp
f p= f
v ± vs s
Keterangan;
fp : frekuensi pendengar (hz)
fs : frekuensi sumber bunyi (hz)
vp : kecepatan pendengar (m/s)
vs : kecepatan sumber bunyi (m/s)
v : cepat rambat udara (m/s)

Dalam rumus efek doppler ada beberapa perjanjian tanda


vs bernilai positif (+) jika sumber bunyi menjauhi pendengar.
vs bernilai negatif (-) jika sumber bunyi mendekati pendengar.
vp bernilai positif (+) jika pendengar mendekati sumber bunyi.
vp bernilai negatif (-) jika pendengar menjauhi sumber bunyi.

B. Penelitian yang Relevan


No Nama Tahun Judul Hasil
1. Wiwid Eva 2018 Penerapan 1. Pemahaman

22
Setiawati dan model konsep siswa
Jatmiko pembelajaran kelas eksperimen
inkuiri (X MIA 5) yang
terbimbing menggunakan
untuk model
meningkatkan pembelajaran
pwmahaman inkuiri
konsep siwa terbimbing lebih
SMA baik dari pada
kelas X MIA 4
yang
menggunakan
pembelajaran
secara
konvensional.
2. Nilai rata-rata
kelas kontrol (X
MIA 4) sebesar
66,14% dan rata-
rata nilai kelas
Eksperimen ( X
MIA 5) sebesar
80,75%.
Berdasarkan nilai
rata-rata tersebut
maka
pemahaman
konsep fisika
meningkat secara
signifikan
sebesar 21,82%
setelah
menggunakan
penerapan model

23
pembelajaran
inkuiri
terbimbing.
2. Rahma Zani, 2018 Penerapan 1. Hasil penelitian
Adlim Adlim dan model menunjukkan
Rini Safitri pembelajaran adanya
inkuiri peningkatan
terbimbing pada Keterampilan
materi fluida Proses Sains dan
statis untuk hasil belajar
meningkatkan siswa pada materi
hasil belajar dan fluida stattis
keterampilan setelah
proses sains menggunakan
siswa penerapan model
pembelajaran
inkuiri
terbimbing .
2. Nilai rata-rata
pretest 43,4% ,
posttest 71,6%,
dengan rata-rata
sebesar 49%,
hasil analisis
angket
menunjukkan
tanggapan siswa
terhadap model
pembelajaran
inkuiri
terbimbing
sangat baik, yaitu
95% dengan
kategori sangat

24
tertarik, karena
model
pembelajaran
tersebut berkaitan
dengan
kehidupan nyata.
3. Lilis Pujiningrum 2017 Penerapan 1. Keterampilan
model proses sains pada
pembelajaran materi getaran
inkuiri harmonik setelah
terbimbing diterapkan model
untuk pembelajaran
meningkatkan inkuiri
keterampilan terbimbing
proses sains mengalami
materi getaran peningkatan
harmonik di secara signifikan.
Man Sidoarjo Hal ini
dibuktikan
melalui analisis
n-gain, uji-t
berpasangan dan
analisis varians
satu arah.
Berdasarkan
analisis n-gain,
diperoleh hasil
peningkatan
keterampilan
proses sains pada
setiap kelas
dengan kategori
tinggi.
Berdasarkan

25
analisis uji-t
berpasangan,
diperoleh hasil
peningkatan
keterampilan
proses sains
secara signifikan,
sedangkan pada
analisis varians
satu arah
(ANAVA),
diperoleh bahwa
peningkatan
keterampilan
proses sains
memberikan
pengaruh yang
sama di setiap
kelas dan tidak
terdapat
perbedaan yang
signifikan dari
ketiga kelas
(konsisten).

26
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
BERBANTUAN SIMULASI CROCODILE PYHSICS PADA MATERI
GELOMBANG BUNYI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 DUSUN
SELATAN.

Tuntutan pembelajaran Fisika di Fakta pembelajarn Fisika di SMAN 2


Kurikulum 2013: Dusun Selatan

1. Kompetensi yang di ukur 1. Kegiatan percobaan jarang


pengetahuan, keterampilan, dilakukan pada materi fisika,
dan sikap. terutama percobaan untuk
2. Pengetahuan diperoleh dari mengetahui keterampilan
pengalaman kerja secara proses sains dan pemahaman
ilmiah. konsep siswa.
3. Melataih keterampilan proses 2. Hasil belajar siswa kelas XI
sains melalui pengalaman SMAN 2 Dusun Selatan
kerja secara ilmiah. sebagian belum mencapai
4. Pemahaman konsep lebih Kriteria Ketuntasan Minimum
mendalam karena konsep (KKM).
diperoleh sendiri oleh siswa. 3. Guru kurang memanfaatkan
5. Menggunakan model media pembelajaran,
pembelajaran yang 4. Keterlibatan siswa dalam
direkomendasikan oleh K-13. proses pembelajaran masih
kurang.
5. Guru cenderung
memprioritaskan penyampaian
materi dikelas daripada
melaksanakan pembelajaran di
laboratorium.

Ketidaksesuaian antara tuntutan pembelajaran FISIKA di


kurikulum 2013 dan fakta pembelajaran di SMAN 2 Dusun Selatan

- Pemahaman konsep belum terukur


- Keterampilan proses sains siswa belum terukur
- Hasil belajar kognitig masih ada siswa belum mencapai KKM

Model Inkuiri Terbimbing


27
Model pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar yang optimal dalam kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap efektif untuk mempengaruhi proses
sains siswa yaitu model pembelajran inkuiri terbimbing yang dirancang khusus
menggunakan pendekatan penemuan. Model ini dirancang khusus agar siswa mampu
belajar sendiri menemukan makna pembelajaran ,meningkatkan kreatifitas siswa dan
menemukan sendiri konsep yang dipelajari diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa.

Penerapan model pembelajaran yang efektif dan kreatif diharapkan dapat


meningkatkan siswa untyk gemar belajar sains. Penilaian ini dilakukan dengan pendidik
mengamati secara langsung ketika siswa melakukan aktivitas belajar dikelas.
Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing diharapkan mampu mengembangkan
pemahaman konsep siswa dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

Peneliti berpendapat bahwa materi gelombang bunyi diajarkan menggunakan model


inkuiri terbimbing, hal ini dikarenakan pada materi gelombang bunyi siswa bisa diajak
melakukan percobaan sehingga diharapkan siswa bisa lebih efektif. Materi gelombang
bunyi sendiri termasuk materi yang cukup sederhana untuk dilakukan percobaannya,
terutama untuk siswa kelas XI, sehingga siswa bisa melakukan percobaan langsung
dengan bimbingan guru. Materi gelombang bunyi termasuk materi yang memiliki banyak
konsep yang harus diingat oleh siswa, apabila materi ini diajarkan oleh guru dengan
metode yang kurang tepat maka siswa akan merasa bosan dan konsep-konsep yang telah
disampaikan oleh guru tentang materi tersebut tidak akan diingat oleh sisswa. Model
pembelajaran inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk langsung melakukan penemuan
sendiri tentang konsep-konsep pembelajaran sehngga diharapkan hasilnya siswa lebih
mengingat konsep yang ditemukannya sendiri. Berdasarkan kajian di atas, disimpulkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
dan keterampilan sains siswa. Peniliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing pada materi gelombang bunyi di kelas XI SMA Negeri 2 Dusun
Selatan.

28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Experimental menggunakan desain
One Shot Case Study yaitu penelitian yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok
pembanding dan uga tanpa tes awal (Suharsimi Arikunto, 2016: 212). Desain
penelitia ini terdapat satu kelompok yang dipilih secara random, kelompok yang
terpilih diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model
Inkuiri Terbimbing, kemudiab kelompok tersebut diberikan tes akhir untuk
mengetahui keadaan akhir siswa setelah pembelajaran. Desain penelitian One-
shot case study dapat diilustrasikan pada tabel.
Desain penelitian One Shot Case Study
Perlakuan Dampak
X T
Sumber: Suharsimi Arikunto (2016: 212)
Keterangan:
X = perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
T = kondisi setelah diberikan perlakuan yaitu tes hasil belajar (THB) dan
keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini berusaah menjawab permasalahan yang diajukan peneliti yaitu
untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep dan hasil belajar siswa
setelah penerapan model Inkuiri Terbimbing dan keterampilan proses
sains siswa pada saat proses pembelajaran dengan penerapan model
Inkuiri Terbimbing pada materi gelombang bunyi di kelas XI SMA
Negeri 2 Dusun Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Dusun Selatan kelas XI pada materi
Gelombang Bunyi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMA Negeri 2
Dusun Selatan, yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah 29 siswa. Sebaran
populasi pada tabel 1.

29
Tabel 1.Sebaran populasi penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 XI-MIPA I 29
Total 29
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 2 Dusun Selatan
2. Sampel Penelitian
Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara acak dengan teknik
random sampling yaitu dengan melakukan undian terhadap semua kelas
populasi yang akan diajdikan kelas sampel dengan asumsi seluruh kelas
memiliki tingkat kemampuan semua populasi adalah homogen.
D. Definisi Operasional Variabel
Sugiyono (2012: 59) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atau
sifat atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan di tarik kesimpulannya. Operasinal
variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel penelitian menjadi konsep,
domensi, indikator dan ukuran yang diarahkan untuk memperoleh nilai variabel
lainnya. Variabel pada penelitian adalah model Inkuiri Terbimbing, pemahaman
konsep, dan keterampilan proses sains. Definisi Operasionalvariabel penelitian
ini disajikan pada tabel 2:
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Variabel
Inkuiri Terbimbing Langkah pembelajaran inkuiri terbimbingn yang diterapkan
dalam penelitian ini, diadopsi dari Eggen dan Kuachak
(Trianto, 2007: 69), meliputi menyajikan pertanyaan atau
masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan ,
melakukan percobaan untuk memperoleh data,
mengumpulakan dan menganalisis data, serta membuat
kesimpulan.
Pemahaman Menurut Susanto (2016: 17) kriteria-kriteria pemahaman
Konsep adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman merupakan kemampuan untuk
menerangkan dan menginterprestasikan sesuatu
2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui , yang
biasanya hanya sebatas mengingat kembali

30
pengalaman dan memproduksi yang pernah
dipelajari
3) Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena
pemahaman melibatkan proses mentl yang
dinamis,
4) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang
masing-masing tahap mempunyai kemampuan
tersendiri, seperti menerjemahkan,
menginterprestasikan, esktaporasi, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
Keterampilan Penilaian keterampilan proses sains dilakukan perklompok
Proses Sains pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
instrumen berupa lembar penilaian KPS yang diisi oleh
siswa satu orang pengamat untuk 1 kelompok dengan
acuan rubrik penilaian KPS yang telah disediakan.
Komponen KPS yang dinilai pada penelitian ini adalah
observasi, pengukuran, menganalisi data, prediksi dan
menyimpulkan. Aspek yang dinilai berdasrkan komponen
tersebut secara umum terdapat tujuh aspek yaitu:
1) Ketepatan dalam membuat hipotesis,
2) Ketepatan dalam merangkai alat percobaan
3) Ketepatan dalam melakukan pengukuran
4) Ketepatan dalm menganalisis data percobaan
5) Ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan hasil pengamatan
6) Ketepatan dalam membuktikan hipotesis
7) Menyimpulkan hasil percobaan tentang materi
yang dipelajari.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Menentukan judul penelitian;
b. Menetukan tempat penelitian;

31
c. Melakukan observasi;
d. Menyusun proposal penelitian;
e. Membuat instrumen penelitian;
f. Seminar proposal penelitin;
g. Permohonan izin penelitian pada instansi terkait;
h. Melaksanakan uji coba instrumen
i. Menetukan sampel penelitian
j. Menganalisis data uji coba

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Hal-hal yang dilakukan pada tahap penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kelas XI yang menjadi sampel penelitian diberikan pembelajaran dengan
model Inkuiri Terbimbing dengan menggunakan aplikasi crocodile physics.
b. Kelas XI yang menjadi sampel penelitiian diberikan tes akhir, untuk
mengatahui pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa terhadap
materi gelombang bunyi.
3. Tahap Analisis Data
Setelah data-data hasil penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
a. Peneliti mengolah data hasil penelitian KPS untuk mengetahui skor yang
diperoleh masing-masing siswa pada materi gelombang bunyi setelah
seluruh rangkaian pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri
Terbimbing selesai.
b. Peneliti mengolah data tes hasil belajar untuk menghitung seberapa besar
ketuntasan hasil belajar siswa dan pemahaman konsep siswa pada materi
gelombang bunyi setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbingan dengan crocodile physics.
4. Tahap penarikan Kesimpulan
Kesimpulan peneliti mengacu pada tujuan penelitian. Peneliti menarik
kesimpulan setelah semua data dikumpulkan dan dianalisis untuk mendeskripsikan
hasil penelitian dengan menerapkan model Inkuiri Terbimbing berbantuan simulasi
crocodile physics pada materi gelombang bunyi siswa kelas XI SMA Negeri 2
Dusun Selatan.
F. Instrumen Penelitian

32
Instrumen 1: Penilaian pemahaman konsep dan keterampilan proses sains
secara kelompok. Penilain ini bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep dan
keterampilan proses sains. Aspek keterampilan proses sains yang yang diamati
dan diukur meliputi ketepatan dalam membuat hipotesis, ketepatan dalam
merangkai alat percobaan, keteapatan dalam membaca alat ukur, ketepatan dalam
menganalisis data, ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
hasil pengamatan, ketepatan dalam membuktikan hipotesis, ketepatan dalam
menyimpulkan hasil percobaan. Penilaian KPS kelompok siswa dilakukan selama
kegiatan belajar-mengajar menggunakan model Inkuiri Terbimbing pada materi
gelombang bunyi. Kisi-kisi keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kisi-kisi keterampilan proses sains siswa
RPP Komponen Model Komponen Aspek yang Dinilai
Pembelajaran Inkuiri Keterampilan
terbimbing Proses Sains
I Menyajikan Observasi -
pertanyaan atau
masalah
Membuat Hipotesis Observasi 1. Ketepatan dalam
membuat hipotesis
Merancang percobaan Penelitian 2. Menentukan alat
dan bahan serta
sumber yang akan
digunakan
3. Menentukan apa
yang akan diukur,
diamati, dicatat
4. Menentukan apa
yang akan
dilaksanakan
berupa langkah
kerja.
Melakukan percobaan Pengukuran 5. Ketepatan dalam
untuk memperoleh merangkai alat
informasi

33
percobaan
6. Ketepatan dalam
membaca alat
ukur.
Mengumpulkan dan Menganalisis 7. Ketepatan dalam
menganalisis data Data menganalisis data
Membuat Kesimpulan Menarik 8. Ketepatan dalam
Kesimpulan menyimpulkan
hasil percobaan.
Instrumen 2: Tes Hasil Belajar (THB) kognitif uji coba. Uji coba instrumen ini
bertujuan untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir
soal, agar diketahui kelayakan isntrumen untuk digunakan sebagai alat evaluasi
dalam penelitian.
G. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen
1. Uji Validasi Isi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Suharsimi
Arikunto, 2012: 82). Aiken telah merumuskan formula Aiken V untuk menghitung
content-vadility coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli
sebanyak n orang terhadap suatu item dari segi sejauh mana item tersebebut
mewakili konstrak yang diukur. Statistik Aiken dirumuskan sebagai (Azwar, 2012:
112-113).

V=
∑ s .....................................................................................................................
¿¿
Keterangan:
S = r- lo
Io = Angka penilaian yang terendah (dalam hal ini = 1)
c = Angka penilaian yang tertinggi (dalam hal ini = 4)
r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai
Kategori penilaian data uji coba
4 = Sangat sesuai
3 = Sesuia
2 = Kurang sesuai
1 = Tidak sesuai

34
Kriteria nilai koefisien validitas isi Aiken yaitu butir soal dianggap valid secara
konten jika nilai v > 0,6 yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama
(Suharsimi Arikunto, 2017: 104). Suharsimi Arikunto (2012: 117) menyatakan
reliabilitas suatu tes dapat diuji dengan menggunakan rumus K-R21 sebagai berikut.

r 11 = ( )(
n
n−1
1−
M ( n−M )
2
n St )
.......................................................................................

Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item
M = Mean total (rata-rata hitung dari skor total)
1 = Bilangan Konstan
St2 = Varian total
Kriteria penilaian:
Wells dan Wollack dalam Azwar (2012: 98) menyatakan bahwa tes yang digunakan
di kelas oleh para guru hendaknya paling tidak memiliki koefisien reliabilitas 0,70
atau lebih (> 0,7).
3. Tingkat Kesukaran
Indeks kesukaran (difficulty index) adalah bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya suatu soal. Suharsimi Arikunto (2012: 223) menyatakan analisis
tingkat kesulitan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
B
P= ........................................................................................................................
JS
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Harga indeks kesukaran diinterprestasikan menurut klasifikasi yang tersaji
dalam Tabel 4.

35
Tabel 4. Kriteria Indeks Kesukaran Soal
Indeks Kesukaran Kriteria
0,00-0,30 Soal sukar
0,31-0,70 Soal sedang
0,71-1,00 Soal mudah
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2012: 225

4. Uji daya pembeda


Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah (Suharsimi
Arikunto, 2012: 226). Suharsimi Arikunto (2012: 226) menyatakan daya pembeda
setiap butir soal dapat diuji dengan menggunakan indeks diskriminasi, yaitu:
BA BB
D= − =P A −PB ..............................................................................................
JA JB
Keterangan
D = Jumlah subyek
JA = Banyaknya subyek kelompok atas
JB = Banyaknya subyek kelompok bawah
BA = Banyaknya subyek kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya subyek kelompok bawah yang menawab soal dengan benar
PA = Proporsi subyek kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi subyek kelompok bawah yang menawab benar
Klasifikasi indeks daya pembeda (D) dicantumkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
D Kriteria
0,00-0,20 Jelek (poor)
0,21-0,40 Cukup (satisfactory)
0,41-0,70 Baik (good)
0,71-1,00 Baik sekali(excellent)
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2012: 232
Jika D: Negatif (-), semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Suharsimi Arikunto, 2012: 232).

36
Soal yang baik yaitu memiliki daya pembeda yang tinggi, artinya soal tersebut
dapat membedakan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok kelas bawah.
Sebaliknya, semakin rendah daya beda maka kualitas soal semakin jelek karena tidak
dapat membedakan siswa kelompok kelas atas dan siswa kelompok kelas bawah.
5. Hasil Rekapitulasi Analisi Uji Coba
Berdasarkan perhitungn secara menyeluruh yang meliputi validitas isi,
reliabilitas,tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
Nomor Koefisien Indeks Daya Keter
soal validitas kategori kesukaran Kategori pembeda Kateg anga
isi ori n
1 - - - - - - -
2 - - - - - - -
3 - - - - - - -
4 - - - - - - -
5 - - - - - - -

H. Teknik Analisis Data


1. Teknik Analisis Data Pemahaman Konsep Siswa
2. Teknik Anlisis Data Keterampilan Proses Sains Siswa
a. Keterampilan proses sains kelompok
Penilaian keterampilan proses sains kelompok digunakan untuk
mengukur keterampilan proses sains siswa dalam kelompok yang dilakukan
pada saat kegiatan pembelajaran materi gelombang bunyi. Keterampilan
proses sains yang diamati adalah obsevasi, penelitian, pengukuran, analisis
data, dan interferensi/menarik kesimpulan. Keterampilan proses sains dalam
setiap kelompok dianalisis dengan menggunakan statistic desriptif persentase.
Trianto (2014: 256) untuk menghitung persentase skor setiap kelompok dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

P= ( Jumlah skor yang diperoleh siswa


skor maksimum )× 100 %.........................................
...
Keterangan:

37
P = adalah persentase keterampilan proses sains siswa dalam kelompok
persentase yang digunakan untuk mendeskripsikan penilaian dari
keterampilan proses sains siswa disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kategori Keterampilan proses sains
Rentang Persentase (%) Kategori
88-100 Sangat baik
67-87 Baik
46-66 Cukup baik
25-45 Tidak baik
Sumber: dikembangkan dari sumber model penilaian kelas K13/MTS
b. Aspek keterampilan proses sains
Keterampilan proses sains memiliki beberapa aspek yang dapat
dinilai sebagai patokan dimana kelebihan dan kekurangan kelompok siswa
dalam mengerakan LKS yang diberikan peneliti. Komponen KPS yang
dinilai yaitu obsevasi, penelitian, pengukuran, analisis data, dan
interferensi/menarik kesimpulan. Aspek KPS kelompok siswa akan dinilai
oeleh pengamat dengan memberikan kriteria yang sesuai dengan kinerja
kelompok dengan acuan rubrik penilaian KPS yang telah disediakan.
Penilaian aspek keterampilan proses sains menggunakan rumus berikut:

P= ( Jumlah skorskoryangmaksimum
diperolehtiap aspek
)× 100 %....................
......
Keterangan: P adalah persentase aspek keterampilan proses sains siswa.
Kriteria yang digunakan untuk mendeskripsikan penilaian aspek KPS
tersebut ada pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria penilaian aspek keterampilan proses sains siswa
Interval % Kriteria
82-100 Sangat baik
64-81 Baik
45-63 Cukup baik
< 45 Kurang
Sumber: dikembangkan dari panduan penilaian K13

38

Anda mungkin juga menyukai