Anda di halaman 1dari 8

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH


PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA SEMESTER 1

Dwi Rumi Astuti1, Sulistyo Saputro2, Sri Mulyani3


1Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
dwirumia@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sulistyo68@yahoo.com
3 Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
srimulyaniuns@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) hasil pengembangan modul kimia berbasis scientific approach, 2)
kelayakan modul kimia berbasis scientific approach berdasarkan validasi ahli, penilaian praktisi pembelajaran
dan respon siswa, 3) efektivitas modul kimia berbasis scientific approach pada materi ikatan kimia untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian menggunakan prosedur Borg & Gall yang telah direduksi
menjadi 9 tahapan, yakni: 1) tahap pendahuluan, 2) tahap perencanaan, 3) tahap pengembangan rancangan awal
produk, 4) tahap uji coba awal, 5) tahap revisi produk tahap uji coba awal, 6) tahap uji lapangan, 7) tahap revisi
produk uji coba lapangan, 8) tahap uji operasional, 9) tahap revisi produk akhir. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui metode angket, observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil setiap
tahapan pengembangan modul kimia berbasis scientific approach adalah modul kimia yang telah di validasi dan
telah direvisi berdasarkan saran dari para ahli modul dan telah diuji cobakan kepada guru dan siswa sebagai
pengguna di lapangan, (2) Kelayakan modul kimia berbasis scientific approach berdasarkan para ahli dan
praktisi pembelajaran diperoleh nilai Aiken V ≥ 0,79 yang menunjukkan bahwa modul valid secara isi,
kebahasaan, sajian, dan kegrafisan dengan rata-rata hasil angket respon guru dan siswa terhadap kelayakan
modul kimia pada uji coba diperoleh penilaian dengan kategori “Sangat Baik”. (3) Modul kimia berbasis
scientific approach efektif meningkatkan prestasi belajar siswa dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
siswa.
Kata Kunci : Modul kimia, scientific approach, ikatan kimia, prestasi belajar siswa

Pendahuluan Pembelajaran secara langsung


merupakan proses pendidikan dimana dalam
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
kegiatan melaksanakan kurikulum suatu guru, siswa dapat mengembangkan
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan kemampuan berpikir dan keterampilan
pendidikan yang diterapkan. Untuk mencapai psikomotoriknya dengan berinteraksi secara
tujuan tersebut, siswa berinteraksi dengan langsung dengan sumber belajar, seperti bahan
lingkungan belajar yang diatur guru melalui ajar, silabus dan RPP dalam kegiatan
proses pembelajaran atau proses pengajaran pembelajaran. Sedangkan pembelajaran tidak
(Depdiknas, 2003). Dalam metodologi langsung terjadi tanpa perancangan dalam
pembelajaran terdapat dua aspek yang paling kegiatan khusus, dalam hal ini berkaitan
menonjol yakni metode mengajar dan media dengan nilai dan sikap (afektif). Kedua proses
pengajaran sebagai alat bantu mengajar pembelajaran tersebut, diharapkan dapat
(Sudjana dan Rivai, 2007).

71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

berjalan secara efektif sehingga menghasilkan kegiatan pembelajaran, mengedepankan esensi


pembelajaran yang berkualitas. pendekatan saintifik (scientific approach)
Pada kenyataannya, minat generasi dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah ini,
muda terhadap mata pelajaran dan profesi yang dapat digunakan sebagai pengembangan sikap,
berhubungan dengan pengetahuan alam atau keterampilan dan pengetahuan siswa.
sains, dinilai stagnan bahkan menurun (Lince, Sehubungan dengan hal tersebut diatas,
2010). Kenyataan tersebut didukung oleh hasil maka mutlak diperlukan suatu bahan ajar yang
studi yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in relevan dan mudah dipahami oleh siswa dan
Mathematics and Science Study) dimana sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Salah
Indonesia pada tahun 1999 menempati satu bahan bahan ajar yang dikembangkan
peringkat ke-32 dalam literasi sains dari 38 adalah modul dengan pendekatan ilmiah
negara peserta (NCES, 2001), pada tahun 2003 (saintifik). Hasil penelitian yang dilakukan
menempati peringkat ke-36 dari 45 negara oleh Azeem dan Khalid (2012), menunjukkan
peserta (Gonzales, 2004), pada tahun 2007 bahwa penggunaan modul dengan
menempati peringkat ke-35 dari 48 negara menggunakan pendekatan konstruktivisme
peserta (Gonzales, 2009), dan pada tahun 2011 (saintifik) terbukti lebih baik jika dibandingkan
menempati peringkat ke-40 dari 42 negara dengan modul yang digunakan dengan
peserta (NCES, 2013). pendekatan tradisional. Sejalan dengan peneliti
Pengamatan di sekolah juga sebelumnya, Dumitrescu (2014), yang
menunjukkan bahwa pelajaran IPA merupakan menyatakan bahwa penggunaan modul terbukti
mata pelajaran kurang menarik oleh siswa efektif digunakan dalam pembelajaran dalam
(Aritonang, 2008). Hal ini disebabkan oleh meningkatkan pemahaman siswa dalam materi.
ilmu-ilmu dasar sains sulit dipelajari, masih Mata pelajaran kimia merupakan salah
ada kesan IPA atau ilmu-ilmu dasar sains satu dari cabang ilmu sains yang dapat
kurang menarik, teoritis, kurang aplikatif dan mengembangkan kemampuan berpikir analitis
sulit dipelajari (Utomo, 2012). Hal ini induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
memberikan dampak pemahaman sains yang masalah. Adapun hasil ujian tahun 2012/2013
rendah. di SMAN 2 Madiun untuk mata pelajaran
Rendahnya kemampuan sains pada kimia dilihat dari analisis materi dan butir soal
siswa mengindikasikan jika proses menunjukkan persentase ketuntasan dibawah
pembelajaran berjalan tidak efektif. KKM sekolah (80) dan juga dibawah rata-rata
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kota dan propinsi yang terdapat pada materi
dengan beberapa guru kimia di SMA Negeri 2 struktur atom, Sistem Periodik Unsur dan
Madiun dan SMA Negeri 5 Madiun, pada Ikatan Kimia, dengan persentase 73,30%
tanggal 4 Agustus 2014, diketahui bahwa (sekolah); 77,62% (kota) dan 79,55%
dalam pembelajaran sehari-hari pada siswa (propinsi). Sedangkan dari analisis butir soal
SMAN 5 Madiun masih menggunakan buku menunjukkan kemampuan siswa dalam
kurikulum lama (KTSP), sedangkan pada mendeskripsikan jenis ikatan kimia atau gaya
SMAN 2 Madiun, sudah menggunakan buku antar molekul dan sifat-sifatnya menunjukkan
penerbit dengan label kurikulum 2013 namun persentase sebesar 67% (sekolah); 74% (kota);
ternyata isinya masih menggunakan kurikulum dan 82% (propinsi). Hasil analisis tersebut
lama. Dikemukakan pula bahwa pembelajaran menunjukkan bahwa siswa seringkali
kimia yang dilakukan sebelumnya sudah mengalami kesulitan jika dihadapkan pada
menggunakan modul kimia dengan kurikulum materi yang sudah berhubungan dengan antar
KTSP namun terkadang masih menggunakan konsep materi.
teacher centered dikarenakan keterbatasan Menurut Tan dan Chan (2003)
waktu yang disediakan. menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan
Kurikulum yang berkembang saat ini dalam memahami materi ikatan hidrogen dan
adalah kurikulum 2013 yang menuntut interaksi dipol-dipol serta tidak dapat
kreativitas guru dalam menyelenggarakan menggambarkan gaya antar molekul yang

72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

terlibat. Pemahaman siswa terhadap materi ini total responden sebanyak 12 siswa dan 2 orang
sangatlah penting, seperti yang dikemukakan guru. Tahap uji coba lapangan dilakukan di
oleh Pebucu dan Geban (2012), yang SMAN 2 Madiun dan SMAN 3 Madiun
menyatakan bahwa pemahaman terhadap dengan jumlah total responden sebanyak 64
materi ikatan kimia sangat penting diutamakan siswa dan 4 guru. Tahap uji coba operasional
terlebih dahulu karena pemahaman materi ini dilakukan pada 4 sekolah yaitu SMAN 2
dapat digunakan sebagai dasar untuk Madiun, SMAN 3 Madiun, SMAN 4 Madiun
memahami materi kimia yang lain, diantaranya dan SMAN 5 Madiun dengan jumlah total
sifat dari reaksi kimia, termodinamika, responden sebanyak 128 siswa dan 6 orang
kesetimbangan kimia, struktur molekul, sifat guru.
fisik seperti titik didih dan kimia organik. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian pengembangan ini yaitu angket, soal
tes, lembar validasi, dan lembar observasi.
Metode Penelitian Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif,
Penelitian yang dilakukan termasuk
meliputi analisis kelayakan dan analisis data
dalam penelitian pengembangan, yang
hasil tes belajar.
mengacu pada pengembangan Research and
Metode pengumpulan data dalam
Development (R&D) model Borg dan Gall
penelitian ini adalah dengan teknik angket
(2003: 571) yang direduksi yakni dilakukan
untuk mengetahui kelayakan modul dari ahli
pada sampel yang tidak terlalu besar dan
materi dan ahli media serta respon siswa dan
pengembangan yang dilakukan hanya sampai
guru, teknik observasi untuk mengetahui
tahapan kesembilan. Produk yang
keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing,
dikembangkan berupa modul kimia berbasis
dan teknik tes untuk penilaian prestasi belajar
scientific approach pada materi ikatan kimia
yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan
kelas X SMA/MA semester 1.
sikap.
Tahapan penelitian dan pengembangan
Prosedur penelitian meliputi 9 tahapan
pada penelitian ini meliputi : 1) Penelitian dan
antara lain : tahap pendahuluan, dengan studi
pengumpulan data (research and information
pustaka untuk mempelajari teori dan konsep
collecting), 2) Perencanaan (planning), 3)
serta penelitian sebelumnya yang berkaitan
Pengembangan draf awal (develop preliminary
dengan bahan ajar yang akan dikembangkan
from product), 4) Uji coba lapangan awal
serta melakukan studi lapangan dengan
(preliminary field testing), 5) Revisi hasil uji
observasi dan wawancara di sekolah. Tahapan
coba (main product revision), 6) Uji coba
perencanaan meliputi menentukan produk yang
lapangan utama (main field testing), 7)
dikembangkan dan menyusun instrumen.
Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan
Tahapan pengembangan meliputi pembuatan
(operating product revision), 8) Uji coba
desain modul dengan pendekatan saintifik
lapangan operasional (operational field
yang meliputi kegiatan mengamati, menanya,
testing), 9) Penyempurnaan dan produk akhir
mengumpulkan data, mengasosiasi dan
(final product revision). Tahap kesepuluh
mengkomunikasikan data (Direktorat
yakni deseminasi dan implementasi tidak
Pembinaan SMA, 2014), untuk kemudian
dilakukan karena disesuaikan dengan
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing
kebutuhan penelitian dan keterbatasan waktu.
selaku konsultan ahli. Langkah berikutnya
Sumber data pada tahap pengembangan
adalah validasi modul oleh ahli materi, media,
dan validasi proyek awal dilakukan di
bahasa, dan praktisi pembelajaran untuk
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Validasi
selanjutnya direvisi sesuai saran dan dilakukan
dilakukan oleh 2 dosen kimia sebagai ahli
tahapan uji coba terbatas. Hasil saran akan
materi dan ahli media, 1 ahli bahasa serta 3
direvisi untuk kemudian diujicobakan kembali
guru kimia sebagai praktisi pembelajaran.
pada tahap uji coba lapangan. Pada uji coba
Tahap uji coba awal dilakukan SMAN 2
lapangan ini, dilakukan pada dua kelas di dua
Madiun dan SMAN 5 Madiun dengan jumlah

73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sekolah dengan kelas kontrol dan eksperimen oleh guru pada saat uji coba, dapat dilihat pada
untuk mengetahui keefektifan modul kimia Tabel 1.
yang dikembangkan. Hasil saran pada uji coba
lapangan ini kemudian direvisi dan diuji Tabel 1 Rerata skor Penilaian Kelayakan Modul Kimia
cobakan kembali pada tahap uji coba oleh Guru pada Uji Coba Awal, Lapangan dan
Operasional
operasional, yang dilakukan pada 4 sekolah. ∑ Rerata
No Uji lapangan Kategori
Hasil revisi pada tahap ini akan menjadi responden skor
produk akhir. 1 Awal 2 93,5 Baik
2 Lapangan 4 112,5 Sangat baik
Teknik analisa data survai di lapangan 3 Operasional 6 113,2 Sangat baik
menggunakan skala Gutman dengan jawaban Keterangan : rentang skor adalah 1-128
ya dan tidak, selanjutnya dianalisis dengan
persentase. Data validasi menggunakan skala Sedangkan hasil penilaian angket
Likert 1-5 yang selanjutnya dianalisis dengan kelayakan modul oleh siswa pada tahap uji
Formula Aiken. Validitas isi menurut Aiken coba awal, lapangan dan operasional tertera
(1985), mempunyai nilai V berkisar pada 0 – 1 pada Tabel 2.
dan kriteria yang digunakan untuk menyatakan
sebuah butir item dikatakan valid secara isi Tabel 2. Rerata skor Penilaian Kelayakan Modul Kimia oleh
Siswa pada Uji Coba Awal, Lapangan dan Operasional
pada jumlah rater (penilai) sebanyak 6 orang No Uji ∑ Rerata Kategori
adalah 0,79. Jika nilai V ≥ 0,79 maka modul lapangan responden skor
valid secara isi, kebahasaan, sajian, dan 1 Awal 12 74,00 Baik
2 Lapangan 65 78,50 Sangat baik
kegrafisan. Sedangkan data hasil angket dan 3 Operasional 119 78,75 Sangat baik
observasi dianalisis dengan interpretasi skor Keterangan : rentang skor adalah 1-88
dan kategori produk pada modul oleh
Widoyoko, (2010 : 238). Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2,
menunjukkan bahwa penilaian kelayakan
modul oleh guru dan siswa mengalami
Hasil Penelitian dan Pembahasan peningkatan dari kategori baik pada uji coba
awal menjadi kategori sangat baik pada uji
Hasil utama dalam penelitian dan coba lapangan dan operasional. Modul yang
pengembangan yang telah dilaksanakan adalah dikembangkan senantiasa memperhatikan
modul kimia berbasis scientific approach pada saran dan masukan dari guru dan siswa sebagai
materi ikatan kimia kelas X SMA/MA pengguna dilapangan. Guru merasa terbantu
semester 1. Modul yang dikembangkan dengan tersedianya bahan ajar yang menunjang
meliputi modul yang dapat digunakan oleh siswa untuk berpikir ilmiah dengan pendekatan
guru dan siswa yang berdasarkan pada struktur saintifik, sedangkan siswa terbantu dalam
kurikulum 2013. Adapun modul terbagi dalam pemahaman materi karena modul yang
4 sub pokok materi yaitu 1) Struktur Lewis dan dikembangkan tidak hanya berisi konsep
Ikatan Ion; 2) Ikatan Kovalen dan Kepolaran materi namun juga berisi gambar-gambar dan
Senyawa; 3) Gaya Antar molekul; dan 4) data autentik yang mengajak siswa untuk
Bentuk geometri Molekul. berperan aktif memahami materi tersebut.
Hasil validasi modul oleh ahli materi, Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
media, bahasa, dan praktisi pembelajaran penelitian oleh Sendur, dkk (2011), yang
menunjukkan nilai Aiken V ≥0,79. Hal ini menyatakan bahwa pemberian analogi dengan
menunjukkan modul yang dikembangkan visualisasi gambar sangat dibutuhkan dalam
memenuhi kriteria dari aspek isi, sajian, proses pembelajaran terutama untuk konsep
kebahasaan dan kegrafisan.
kimia yang abstrak seperti ikatan kimia.
Kelayakan modul kimia yang
dikembangkan didasarkan pada hasil angket
Sejalan dengan penelitian diatas, Suharyadi,
penilaian modul oleh guru dan siswa pada saat dkk (2013), dalam penelitiannya menyebutkan
uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji coba bahwa pengembangan modul berbasis
operasional. Hasil penilaian kelayakan modul

74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kontekstual membuat pemahaman siswa ketuntasan didasarkan pada Permendikbud No


terhadap materi kimia menjadi lebih baik. 104 Tahun 2014, dengan kriteria pencapaian
Selanjutnya untuk mengetahui ketuntasan belajar untuk sikap (KD pada KI 1
keefektifan pemahaman materi oleh siswa dan 2) adalah berpredikat baik, sedangkan
dengan menggunakan modul kimia yang ketuntasan belajar untuk pengetahuan (KD
dikembangkan tersebut, dilakukan pre tes pada pada KI 3) dan ketrampilan (KD pada KI 4)
dua kelompok. Bila dua kelas tersebut kondisi ditetapkan dengan skor rerata 2,67
awalnya sama atau tidak berbeda secara (Kemendikbud, 2014). Adapun hasil rata-rata
signifikan, maka pada kelas eksperimen diberi nilai siswa dari aspek pengetahuan,
pembelajaran kimia menggunakan modul ketrampilan dan sikap ditunjukkan pada Tabel
kimia berbasis scientific approach sedangkan 4.
pada kelas kontrol diberi pembelajaran kimia
dengan menggunakan bahan ajar cetak seperti Tabel. 4 Nilai rata-rata nilai aspek pengetahuan,
biasanya. Untuk mengetahui perbedaan hasil ketrampilan, dan sikap
tes belajar, pada masing-masing kelas kontrol Nilai rata-rata
dan eksperimen dilakukan post test untuk
diketahui nilai gain score. Adapun data hasil Sekolah Pengeta-
Ketram-
rata-rata pretest, postest, dan N-gain score pilan
Sikap
diperoleh dalam Tabel 3. huan
1. SMAN 2 Madiun
a. Kelas komtrol 3,01 3,08 3,18
Tabel. 3 Rerata hasil pretest, posttest, dan N-gain score b. Kelas eksperimen 3,29 3,32 3,31
pada uji lapangan 2. SMAN 3 Madiun
N- a. Kelas komtrol 3,08 2,85 2,85
Rerata Rerata
No Sekolah gain b. Kelas eksperimen 3,52 3,05 3,09
Pretest postest
score Keterangan : Rentang skor nilai pengetahuan, sikap dan
SMAN 2 Madiun ketrampilan adalah 1-4.
a. Kelas kontrol
1 1,527 3,010 0,599 Berdasarkan Tabel 4 tersebut maka
b. Kelas eksperimen 1,580 3,292 0,712 terlihat, siswa yang menggunakan modul
SMAN 3 Madiun maupun yang tidak menggunakan modul sama-
a. Kelas kontrol sama telah mencapai kriteria ketuntasan,
2 1,626 3,079 0,609
b. Kelas eksperimen
perbedaannya hanya terletak di nilai rerata skor
1,574 3,528 0,704
hasil belajar yang diperoleh, dimana nilai
rerata yang diperoleh siswa yang
Berdasarkan Tabel 3 diatas, kenaikan menggunakan modul lebih baik dari siswa
hasil belajar siswa pada uji lapangan ini untuk yang tidak menggunakan modul dalam
SMAN 2 Madiun dan SMAN 3 Madiun pembelajaran, hal ini menunjukkan bahwa
termasuk dalam dua kategori, yaitu sedang dan siswa yang menggunakan modul kimia dapat
tinggi. Kategori ini berdasar kriteria oleh Hake meningkatkan nilai sikap dan keterampilan
(1998). Hasil N-gain pada uji lapangan untuk siswa.
kelas eksperimen di dua sekolah lebih tinggi Untuk mengetahui perbedaan hasil
dari pada kelas kontrol. Berdasarkan analisis belajar siswa pada kelas kontrol dan
dengan uji t, diperoleh perbedaan N-gain kelas eksperimen, selanjutnya dilakukan uji statistik
kontrol dan kelas eksperimen tersebut, yaitu independent sample t test. Penggunaan
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran uji t ini memerlukan uji prasyarat yang harus
menggunakan modul kimia berbasis scientific dipenuhi yaitu uji normalitas dan homogenitas.
approach berdampak pada peningkatan hasil Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa
belajar siswa. ada perbedaan hasil belajar antara kelas
Implementasi penilaian berdasarkan eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil Uji t
kurikulum 2013, selain pada aspek yang sebagaimana tertera dalam Tabel 5.
pengetahuan, hasil belajar siswa juga dinilai
dari aspek sikap dan keterampilan. Nilai

75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tabel.5 Hasil uji-t nilai hasil belajar kelas kontrol dan kelas pembelajaran terbukti efektif dapat
eksperimen
Hasil Nilai sig (2-tailed) meningkatkan pemahaman materi oleh siswa.
Jenis uji
belajar SMAN 2 SMAN 3 Adapun dalam proses kegiatan
Pengetahuan Uji t 0,000 0,016 pembelajaran dengan menggunakan modul
Ho ditolak Ho ditolak
Ketrampilan Uji t 0,016 0,038 kimia berbasis pendekatan saintifik dalam
Ho ditolak H0 ditolak penelitian ini diamati oleh observer
Sikap Uji t 0,000 0,042 pembelajaran. Observer tersebut mengisi
H0 ditolak H0 ditolak
lembar observasi pembelajaran dengan hasi
tertera pada Tabel 6.
Hasil uji t pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara Tabel. 6 Hasil Observasi Keterlaksanaan Langkah-
siswa yang menggunakan modul kimia langkah Pendekatan Saintifik dalam pembelajaran
berbasis scientific approach dengan siswa Pertemuan
yang tidak menggunakan modul kimia dalam No Sekolah
1 2 3 4
pembelajaran. Pembelajaran menggunakan 1 SMAN 2 Madiun 54 61 68 71
model scientific approach memberi dampak Kriteria B B SB SB
yang baik terhadap hasil belajar pengetahuan,
2 SMAN 3 Madiun 50 61 67 70
sikap dan keterampilan. Hal ini dapat dilihat
Kriteria B B SB SB
dari rata-rata belajar siswa pada kelas
Keterangan : rentang skor adalah 1 - 72
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol.
Berdasarkan Tabel 6 tersebut,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahapan
pembelajaran menggunakan modul kimia pendekatan saintifik diawal pembalajaran
berbasis scientific approach efektif dalam masih belum maksimal. Hal ini disebabkan
meningkatkan hasil belajar siswa. Demirci
oleh beberapa hal, diantaranya siswa yang
(2009), dalam penelitiannya menyebutkan belum terbiasa dengan pembelajaran yang
bahwa terdapat perbedaan tingkat pemahaman menuntut mereka aktif sehingga dalam tahapan
siswa pada kelas eksperimen yang mengamati, siswa masih banyak yang tidak
menggunakan pendekatan konstruktivisme fokus dengan arahan guru, demikian pula
dibanding dengan kelas eksperimen yang
ketika dirangsang dengan pertanyaan seputar
menggunakan cara konvensional yang dilihat
gambar yang diberikan, siswa masih belum
dari nilai pre test dan post testnya. Hasil ini terbiasa mengungkapkan pertanyaan. Hal ini
sejalan dengan Dumitrescu (2014), yang terlihat dari jumlah siswa bertanya masih
menyatakan bahwa penggunaan modul terbukti sedikit (rata-rata observer memberi skor 2 pada
efektif digunakan dalam pembelajaran untuk lembar observasi, yang berarti kurang). Pada
meningkatkan pemahaman materi oleh siswa.
kegiatan mengumpulkan data dan
Perbedaan hasil belajar tersebut mengasosiasi masih terlihat siswa menunggu
disebabkan karena modul kimia berbasis kesimpulan dari guru. Namun pada pertemuan
pendekatan saintifik berisikan kegiatan yang ketiga dan keempat, membuat siswa terbiasa
mengajak siswa untuk berperan aktif terlibat dengan pendekatan yang digunakan dalam
dalam proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran sehingga hasil observasi pada
mengamati objek yang faktual ataupun data- pertemuan ketiga dan keempat menunjukkan
data hasil percobaan, untuk kemudian siswa peningkatan skor keterpenuhan tahapan
dirangsang untuk mengajukan pertanyaan dari pendekatan saintifik dalam proses
hasil pengamatan tersebut, kemudian siswa pembelajaran. Hasil observasi tersebut secara
mengumpulkan data dengan mencari literatur keseluruhan menunjukkan jika penggunaan
dengan membaca ataupun melakukan modul kimia berbasis scientific approach dapat
percobaan, selanjutnya siswa menganalisis dan meningkatkan pemahaman materi oleh siswa.
mengkomunikasikan hasil diskusi dalam Hasil ini didukung dengan penelitian
kelompoknya. Dengan pembelajaran yang Ugur dan Fitnat (2008) yang menunjukkan
mengajak siswa aktif terlibat dalam proses bahwa siswa pada kelas eksperimen yang

76
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

diberi modul memiliki pemahaman dan sikap sebagai salah satu sumber ajar dalam
kerjasama yang lebih baik dibandingkan menyediakan materi faktual untuk pengamatan
dengan siswa pada kelas kontrol yang oleh siswa sebagai langkah awal berpikir
menggunakan buku teks biasa. ilmiah.
Sejalan dengan penelitian diatas, Kepada siswa: diharapkan siswa
penelitian yang dilakukan Azeem dan Khalid menggunakan modul kimia berbasis
(2012), menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik untuk melatih berpikir
modul dengan pendekatan konstruktivisme ilmiah mulai dari mengamati, mengajukan
(saintifik) terbukti lebih baik jika dibandingkan pertanyaan yang kritis untuk kemudian
dengan modul yang digunakan dengan mengumpulkan data dengan bimbingan guru,
pendekatan tradisional. mengasosiasi temuannya dan belajar
berkomunikasi.
Kepada peneliti lain: 1) modul hasil
Kesimpulan dan Rekomendasi pengembangan hanya terbatas pada materi
ikatan kimia, maka dari itu diperlukan
Kesimpulan
pengembangan modul kimia pada materi
Berdasarkan hasil analisis data dan
berikutnya dengan mempertimbangkan
pembahasan yang telah dilakukan dapat
kebutuhan siswa dan sekolah; 2)
disimpulkan:
dikembangkan modul untuk guru dan siswa
1. Hasil pengembangan modul kimia
dengan prosedur penelitian sampai dengan
berbasis scientific approach adalah
tahap diseminasi.
tersusunnya modul kimia yang telah
direvisi berdasarkan saran dan masukkan
dari konsultan ahli modul, validator
modul dan telah diuji cobakan kepada Daftar Pustaka
pengguna modul pada uji coba awal, uji
lapangan dan uji operasional. Aiken, L R. 1985. Tree Coefficients for
2. Modul kimia berbasis scientific approach Analyzing the Reliability and Validity of
pada materi ikatan kimia berdasarkan Ratings. Educational and Psychologycal
hasil penilaian oleh ahli materi, media, Measurement, 45, 131-142.
dan bahasa serta beberapa praktisi Aritonang, K. 2008. Minat dan Motivasi dalam
pembelajaran, dapat dinyatakan sangat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
layak secara aspek isi, kebahasaan, sajian, Jurnal Pendidikan Penabur, 10(7), 142-
dan kegrafisan dengan skala Aiken V ≥ 153.
0,79 serta mempunyai kategori “sangat Azeem, M dan Khalid, A. 2012. Constructivist
baik” berdasarkan hasil respon siswa dan Vs Traditional: Effective Instructional
guru sebagai pengguna di lapangan pada Approach in Teacher Education.
uji coba terbatas, uji lapangan dan uji International Journal of Humanities and
operasional. Social Science, 2(5), 170-177.
3. Modul kimia berbasis scientific approach Blonder, R., Kipnis, M., Mamlook, R.,
efektif untuk meningkatkan hasil belajar Hoftstein, A. 2008. Increasing Science
siswa baik pengetahuan, sikap dan Teachers’ Ownership through the
keterampilan pada materi ikatan kimia, Adaption of the PARSEL Modules: A
yang ditunjukkan perbedaan pada hasil “Bootom-up” Approach. International
belajar yang signifikan yaitu kelas Journal of Science Education .19(3),
eksperimen mempunyai prestasi belajar 285-301.
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Borg, W.R & Gall, M.D., 2003. Educational
Rekomendasi Research: An Introduction. New York :
Kepada guru: Penggunaan modul kimia Longman.
berbasis pendekatan saintifik sangat
mendukung guru dalam proses mengajar

77
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 71-78)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Demirci, C. 2009. Constructivist Learning NCES.2013. Highlights from the Third


Approach in Science Teaching. H.U. International Mathematics and Science
Journal of Education. 37, 24-35. Study-Repeat (TIMSS-R) US Department
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 of Education.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Pebucu, A dan Geban, O. 2012. Student
Nasional. Jakarta: Depdiknas. Conceptual Level of Understanding on
Direktorat Pembinaan SMA. 2014. Chemical Bonding. International Online
Pembelajaran Kimia Melalui Journal of Educational Sciences. 4(2),
Pendekatan Saintifik. Jakarta: 563-580.
Dikdasmenum. Sendur, G., Toprak, M., Pekmez, E.S. 2011.
Domitrescu, C. 2014. Learning Chemistry in An Analysis of Analogies in Secondary
the Frame of Integrated Science Chemistry Textbooks. International
Modules-Romanian Students Perception. Journal of Science. 3(5), 307-311.
Journal of Social and Behavioral Sudjana, N & Rivai, A. 2007. Teknologi
Science. 116, 2516-2520. Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Algesindo.
Versus Traditional Methods: A Six- Suharyadi, dkk. 2013. Pengembangan Bahan
Thousand-Student Survey of Mechanics Ajar Berbasis Kontekstual pada Pokok
Test Data for Introductory Physics Bahasan Asam Basa. Jurnal Riset dan
Courses. American Journal of Physics, Praktikum Kimia, 1(1), 60-68.
66, 64-74. Tan, K.C.D. & Chan, K.S. 2003. Content
Jack, G.U. 2013. Concept Mapping and Framework For Intermolecular Forces.
Guided Inquiry as Effective Technique Journal of Science and Mathematics
for Teaching Difficult Concept in Education in S.E.ASIA. 26(2).
Chemistry: Effect on Students Academic Ugur, T & Fitnat, K. 2008. Learner-Friendly
Achievment. Journal of Education and Textbooks: Chemistry Texts Based on a
Practice. 4(5), 9-15. Consctuctivist View of Learning.
Kemendikbud. 2014. Lampiran No 104 Tahun Journal of Asia Pasific Education. 9(2),
2014 tentang Penilaian Hasil Belajar 136-147.
oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar Utomo, W. 2012. Pendidikan Indonesia
dan Menengah. Jakarta: Dikdasmenum. Rendah Daya Nalar. Jurnal Nasional
Koulaidis, V dan Dimopoulos, C. 2003. Pendidikan.
Science Education in Primary and Widoyoko, E.P. 2010. Evaluasi Program
Secondary Level. International Journal Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
of Learning. 10, 3264-3274. Pelajar
Lince, E. 2010. Rendah Minat Anak Muda
terhadap Sains. Kompas, edisi Kamis,
11 November 2010.
Nahum, T.L., Naaman, R.M., Hofstein, A. &
Krajick, J. 2007. Developing A New
Teaching Approach for the Chemical
Bonding Concept Alogned with Current
Scientific adn Pedagogical Knowledge.
School of Education, The University of
Michigan, Ann Arborr, MI 48109.
NCES.2001. Highlights from the Third
International Mathematics and Science
Study-Repeat (TIMSS-R) US Department
of Education.

78

Anda mungkin juga menyukai