Anda di halaman 1dari 11

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS MASALAH PADA MATERI


KONSEP MOL KELAS X SMA/MA SESUAI KURIKULUM 2013
Kristianita Sunaringtyas1, Sulistyo Saputro2, Mohammad Masykuri3
1 Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta-57126, Indonesia
madiunnita@yahoo.co.id
2 Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta-57126, Indonesia
sulistyo68@yahoo.com
3 Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta-57126, Indonesia
mmasykuri@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil dari setiap langkah pengembangan modul kimia berbasis
masalah atau problem based learning (PBL) menggunakan model Borg dan Gall yang dimodifikasi, (2)
kelayakan modul kimia problem based learning, (3) efektivitas modul kimia problem based learning dalam
pembelajaran kimia materi Konsep Mol. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan
atau research and development model Borg dan Gall yang dimodifikasi. Uji lapangan awal dilakukan di
SMAN 1 Kota Madiun dan SMAN 3 Kota Madiun. Uji lapangan utama dilakukan di SMAN 1 Kota Madiun
dan SMAN 2 Kota Madiun. Uji lapangan operasional dilakukan di 10 sekolah pelaksana Kurikulum 2013
Tahun Pelajaran 2013/2014, yaitu: (1) SMAN 1 Kota Madiun, (2) SMAN 2 Kota Madiun, (3) SMAN 3 Kota
Madiun, (4) SMAN 1 Caruban Kabupaten Madiun, (5) SMAN 2 Caruban Kabupaten Madiun, (6) SMAN 1
Geger Kabupaten Madiun, (7) SMAN 1 Kabupaten Ngawi, (8) SMAN 2 Kabupaten Ngawi, (9) SMAN 1
Kabupaten Magetan, dan (10) SMAN 1 Maospati Kabupaten Magetan. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara, observasi, angket dan tes. Kelayakan modul kimia problem based learning disimpulkan
dari hasil angket penilaian kelayakan modul pada uji lapangan awal, utama dan operasional. Efektivitas
modul disimpulkan dari hasil uji t perbedaan rata-rata hasil belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap di
kelas kontrol dan kelas eksperimen pada uji lapangan utama. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1)
hasil setiap langkah pengembangan modul kimia berbasis masalah adalah modul kimia yang telah direvisi
berdasarkan saran dan masukan dari konsultan ahli modul, validator modul dan telah diujicobakan kepada
calon pengguna modul, (2) modul kimia problem based learning layak digunakan dalam proses
pembelajaran, 3) modul kimia problem based learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.

Kata Kunci: modul kimia, problem based learning, kelayakan, efektifitas, konsep mol

Pendahuluan pembelajaran berpusat pada peserta didik; (2)


Pembaharuan dan inovasi sistem pembelajaran interaktif (interaktif guru-
pendidikan dalam rangka meningkatkan peserta didik-masyarakat-lingkungan alam,
kualitas pendidikan di Indonesia terus sumber/media lainnya); (3) pembelajaran
dilakukan pemerintah, salah satunya dengan dirancang secara jejaring (peserta didik dapat
pengembangan kurikulum. Pada tahun 2013 menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana
pemerintah telah mengembangkan kurikulum saja yang dapat dihubungi serta diperoleh
pendidikan di Indonesia menjadi Kurikulum melalui internet); (4) pembelajaran bersifat
2013. aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif
Kurikulum 2013 dikembangkan mencari semakin diperkuat dengan model
dengan penyempurnaan pola pikir pembelajaran pendekatan saintifik); (5)
pembelajaran antara lain sebagai berikut: (1) belajar kelompok (berbasis tim); dan (6)

36
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pembelajaran kritis (Permendikbud nomor Tabel 1. Nilai Rata-rata KD Stoikiometri


65/ 2013). Mata Pelajaran Kimia
Pembelajaran kimia di SMA/MA Tahun Tuntas
Tidak Nilai
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan KKM Tuntas Rata-
Pelajaran (%)
antara lain: (1) membangun kesadaran (%) rata
tentang keteraturan dan keindahan alam 2010/2011 75 44 56 73
sebagai wujud kebesaran Tuhan Yang Maha 2011/2012 75 52 48 75
2012/2013 76 61 39 76
Esa, (2) memupuk sikap ilmiah, (3)
memperoleh pengalaman dalam menerapkan
metode ilmiah melalui percobaan atau Hasil wawancara dengan siswa kelas
eksperimen, (3) meningkatkan kesadaran XI dan XII pada tanggal 15, 16 Januari 2014
terhadap aplikasi ilmu kimia, (4) memahami menunjukkan bahwa pada saat mereka kelas
konsep-konsep kimia dan saling X materi Konsep Mol adalah yang materi
keterkaitannya, (5) menerapkan konsep- yang paling sulit dalam KD Stoikiometri.
konsep kimia untuk menyelesaikan masalah Bahkan 58% siswa yang diwawancarai
dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi, penulis mengatakan mendapat nilai pada KD
(6) membentuk sikap positif terhadap kimia Stoikiometri di bawah KKM karena kurang
(Permendikbud nomor 59/2014). memahami materi Konsep Mol.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Konsep mol merupakan materi dasar
guru dan siswa di SMAN 1 Madiun kimia yang bersifat abstrak, banyak konsep,
diketahui bahwa kimia merupakan salah satu hukum dan rumus harus dikuasai siswa untuk
mata pelajaran yang dianggap sulit. Hal ini mendukung pemahaman konsep-konsep lain
sesuai dengan karakteristik ilmu kimia antara dalam ilmu kimia antara lain; kinetika kimia,
lain: (1) sebagian besar materi kimia bersifat kesetimbangan kimia, termokimia, dan kimia
abstrak, (2) materi kimia berurutan dan larutan. Kesulitan memahami konsep mol
berkembang dengan cepat, (3) bahan atau dapat menghambat pemahaman siswa atas
materi kimia yang dipelajari sangat banyak konsep-konsep lainnya.
(Kean dan Middlecamp cit Arifin, 1995). Beberapa hasil penelitian (Sheppard,
Materi kimia yang dianggap sulit oleh 2006; Griffith dan Preston, 1992; Friedel dan
siswa salah satunya adalah Stoikiometri. Maloney,1992) menyatakan bahwa kesulitan
Dari hasil observasi tanggal 15-16 januari siswa dalam belajar kimia secara bermakna
2014 diketahui bahwa hasil belajar mata disebabkan oleh rendahnya kualitas
pelajaran kimia KD Stoikiometri di SMAN 1 pemahaman terhadap konsep dasar kimia,
Madiun ternyata kurang memuaskan, bahkan antara lain: konsep partikel atom, molekul,
cenderung di bawah KKM. Hasil belajar ion, unsur, senyawa, campuran konsep mol,
kimia KD Stoikiometri dalam 3 tahun dan perubahan kimia (reaksi kimia). Banyak
pelajaran terakhir sebagaimana ditunjukkan siswa, bahkan mahasiswa semester awal,
dalam Tabel 1. memiliki pemahaman yang salah terhadap
Stoikiometri terdiri dari materi Hukum konsep dasar kimia ini (Kirna, 1998; Novak
Dasar Kimia dan Konsep Mol. Menurut guru dan Musonda, 1991). Sangat sedikit siswa,
penyebab rendahnya hasil belajar pada KD bahkan mahasiswa, dapat menjelaskan
Stoikiometri adalah kurangnya pemahaman permasalahan kimia ditinjau dari konsep
siswa terhadap materi Konsep Mol. Materi partikel materi yang merupakan esensi dari
Konsep mol merupakan materi yang kajian secara kimia. Ini merupakan indikasi
mendasari Stoikiometri dan memberi bahwa kualitas pemahaman terhadap konsep
sumbangan yang cukup besar terhadap hasil dasar kimia masih rendah.
belajar Stoikiometri. Hasil wawancara dan analisis angket
guru dan siswa tanggal 13 s/d 16 januari
2014 juga menunjukkan bahwa pendekatan
pembelajaran yang digunakan oleh bapak/ibu
guru cenderung berpusat pada guru dengan
menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab. Guru jarang menggunakan variasi

37
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

metode pembelajaran. Proses pembelajaran Salah satu media yang diharapkan


kimia di kelas cenderung monoton dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kurang menarik. Siswa hanya menerima adalah modul. Dick dan Carey cit Made
penjelasan materi kemudian mengerjakan Wena (2012: 231) mengartikan modul adalah
soal-soal latihan. bahan pembelajaran berbentuk cetak, yang
Kurikulum 2013 menerapkan berfungsi sebagai media belajar mandiri, dan
pendekatan ilmiah (saintifik) dan penilaian isinya merupakan satu unit materi
otentik dalam pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran. Modul disebut juga media
saintifik dalam pembelajaran perlu diperkuat untuk belajar mandiri karena di dalamnya
dengan menerapkan model pembelajaran telah dilengkapi petunjuk untuk belajar
berbasis penyingkapan / penelitian (discovery sendiri (Depdiknas, 2008).
/ inquiry learning), berbasis pemecahan Menurut Russel cit Made Wena (2012:
masalah (problem based learning) dan 224) pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran berbasis projek (project based modul akan menjadikan pembelajaran lebih
learning). efisien, efektif dan relevan. Hadirnya modul
Model problem based learning adalah dalam proses pembelajaran sangat membantu
pembelajaran yang menjadikan masalah siswa lebih memahami materi yang
sebagai dasar bagi siswa untuk belajar, dipelajari. Jika dibandingkan dengan
dimana siswa dapat menerapkan berpikir pembelajaran konvensial yang cenderung
kritis, menyelesaikan masalah, dan klasikal maka pembelajaran modul ternyata
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam mempunyai keunggulan atau kelebihan
situasi dunia nyata siswa (Levin, 2001: 1). (Made, 2013: 225).
Savoie dan Hughes cit Made Wena (2012: Modul kimia berbasis masalah adalah
91) menyatakan bahwa PBL memiliki modul yang pembelajarannya disusun
karakteristik sebagai berikut: (1) belajar berdasarkan langkah-langkah problem based
dimulai dengan suatu permasalahan, (2) learning dan dapat digunakan dalam
permasalahan yang diberikan harus pembelajaran di kelas maupun belajar
berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mandiri. Modul kimia berbasis masalah ini
mengorganisasikan pembelajaran di seputar diharapkan dapat menyampaikan pesan,
permasalah, bukan di seputar disiplin ilmu, merangsang pikiran, meningkatkan
(4) memberi tanggung jawab yang besar pada kemampuan berpikir kritis, memecahkan
siswa dalam proses belajar mereka sendiri, masalah, bekerja sama dan melakukan
(5) menggunakan kelompok kecil, (6) kegiatan ilmiah dalam menemukan sendiri
menuntut siswa memdemonstrasikan apa pengetahuannya.
yang dipelajari dalam bentuk produk dan Penelitian ini bertujuan untuk
kinerja. mengetahui: (1) hasil dari setiap langkah
Data angket dan wawancara guru dan pengembangan modul kimia berbasis
siswa juga menunjukkan bahwa salah satu masalah atau problem based learning (PBL)
cara yang diharapkan menjadi solusi menggunakan model Borg dan Gall yang
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dimodifikasi, (2) kelayakan modul kimia
adanya media ajar yang sesuai dengan materi problem based learning, (3) efektivitas
yang diajarkan. Gagne cit Sadiman (2012: 6) modul kimia problem based learning dalam
menyatakan bahwa media adalah berbagai pembelajaran kimia materi Konsep Mol.
jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Metode Penelitian
Media juga didefinisikan sebagai segala Penelitian ini merupakan penelitian
sesuatu yang dapat digunakan untuk pengembangan untuk menghasilkan produk
menyalurkan pesan dari pengirim ke pembelajaran berupa modul kimia berbasis
penerima sehingga dapat merangsang masalah. Menurut Gay (1990), research and
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa development (R&D) adalah suatu usaha
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengembangkan suatu produk yang efektif
terjadi (Sadiman, 2012: 7).

38
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk konsep mol. Hal ini dikarenakan materi
menguji teori. Konsep Mol banyak mengandung konsep
Prosedur penelitian pengembangan yang diperlukan dalam stoikiometri dan
modul dalam penelitian ini menggunakan banyak memberi kontribusi pada hasil
model Borg dan Gall yang dimodifikasi. belajar stoikiometri, selain itu dalam
Dalam penelitian dan pengembangan ini wawancara dan pemberian angket untuk
peneliti hanya menggunakan langkah 1 menganalisis kebutuhan guru dan siswa juga
sampai ke 9, yaitu: diketahui bahwa materi Konsep Mol menjadi
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi materi yang dianggap paling sulit oleh siswa
a . Studi lapangan dibandingkan materi yang lain dalam
Kegiatan pengumpulan data dilakukan stoikiometri.
dengan cara observasi, wawancara dan Materi Konsep Mol dalam modul
pemberian angket kepada wakil kepala yang akan dikembangkan terdiri dari; Mol,
sekolah, 2 guru dan 6 siswa di SMAN 1 Massa Molar dan Volume Molar, Molaritas,
Madiun. Data yang diperoleh adalah data Kadar Zat, Rumus Molekul, Rumus Empiris,
tentang pemenuhan 8 SNP, hasil Ujian Senyawa Hidrat dan Reaksi Pembatas.
Nasional tahun terakhir, perangkat Kegiatan Belajar dalam modul tersebut
pembelajaran guru, informasi pelaksanaan terdiri dari 3 Kegiatan Belajar yaitu: (1)
pembelajaran, media / bahan ajar, materi Mol, Massa Molar dan Volume Molar, (2)
yang dianggap sulit siswa, hasil belajar Molaritas dan Kadar Zat, dan (3) Rumus
siswa, dan alternatif media/bahan ajar. Molekul, Rumus Empiris, Senyawa Hidrat
b. Studi Literatur dan Reaksi Pembatas. Dalam modul kimia
Kegiatan yang dilakukan pada langkah berbasis masalah ini, setiap kegiatan belajar
ini adalah kajian terhadap KI, KD dan silabus membutuhkan waktu 3 x 45 menit.
kimia kelas X kurikulum 2013. Peneliti juga Pembelajaran berbasis masalah atau
melakukan kajian teori model pembelajaran problem based learning (PBL) dipilih
dan pengembangan modul, serta kajian sebagai model pembelajaran dalam
terhadap penelitian-penelitian sebelumnya pembelajaran menggunakan modul kimia
tentang pembelajaran berbasis masalah dan materi Konsep Mol ini karena diharapkan
pengembangan modul berbasis masalah. dapat meningkatkan kemampuan berpikir
2. Perencanaan kritis dan kemampuan memecahkan masalah
a. Penentuan produk dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
Pada langkah ke-2 ini, peneliti dengan materi tersebut.
melakukan kegiatan diskusi dengan dosen b. Penentuan instrumen
pembimbing dan rekan sejawat tentang Tujuan tahap ini adalah merancang dan
materi modul yang akan dikembangkan. Dari menyusun istrumen pendukung penelitian
hasil kajian KI, KD dan silabus kelas X dan pengembangan modul pembelajaran
Kurikulum 2013, diperoleh data bahwa kimia berbasis masalah.
materi pokok stoikiometri terlalu banyak Instrumen yang digunakan dalam
untuk menjadi sebuah modul pembelajaran. penelitian dan pengembangan modul ini
Materi pada Stoikiometri terdiri dari: adalah: (1) RPP, (2) lembar validasi RPP, (3)
(1) Hukum Dasar Kimia, dan (2) Konsep lembar validasi kelayakan modul oleh ahli
Mol. Idealnya sebuah modul berisi maksimal modul dan praktisi pendidikan, (4) angket
4 Kegiatan Belajar, sedangkan Stoikiometri untuk penilaian kelayakan modul oleh guru,
apabila disusun menjadi sebuah modul (5) angket untuk penilaian kelayakan modul
pembelajaran maka akan terdiri lebih dari 4 oleh siswa, (6) lembar observasi
Kegiatan Belajar. pembelajaran, dan (7) soal tes hasil belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan c. Penentuan Waktu dan Tempat
guru, diskusi dengan dosen pembimbing dan Penelitian ini dilaksanakan mulai
rekan sejawat, ditetapkan bahwa modul yang bulan Januari sampai dengan Oktober tahun
akan dikembangkan peneliti adalah modul 2014. Tempat penelitian dan pengembangan
kimia berbasis masalah hanya pada materi

39
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

modul ini adalah di 10 sekolah pelaksana 5. Revisi Produk


Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2013/2014. Langkah ini merupakan langkah revisi
3. Pengembangan Produk Awal modul kimia berbasis masalah berdasarkan
a. Penentuan Desain Awal Modul penilaian dan masukan pada uji lapangan
Pada langkah ini, desain modul yang awal. Revisi dilakukan berdasarkan penilaian
dirancang dikonsultasikan dengan konsultan dan saran dari subyek uji lapangan awal.
ahli modul, yaitu Prof. Sulistyo Saputro, 6. Uji Lapangan Utama
M.Si, Ph.D dan Dr. M. Masykuri, M.Si. Tujuan tahap ini adalah untuk
Penyusunan desain modul tersebut mendapatkan penilaian dan saran tentang
berpedoman kepada panduan penyusunan kelayakan modul yang dikembangkan dan
modul (Depdiknas, 2008:21). untuk mengetahui efektivitas modul kimia
Modul kimia yang dikembangkan berbasis masalah pada proses pembelajaran.
adalah modul kimia berbasis masalah yang Data tentang kelayakan modul kimia berbasis
mengintegrasikan model problem based masalah diperoleh hasil angket kelaykan
learning berdasarkan sintaks PBL menurut modul yang diisi oleh guru dan siswa,
Arends cit Martinis Yamin (2013:83), yaitu: sedangkan data tentang efektivitas modul
(1) mengorientasikan siswa kepada masalah, diperoleh dari hasil belajar siswa.
(2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, Uji lapangan utama atau uji skala
(3) membimbing penyelidikan individual menengah dilakukan di SMAN 1 dan SMAN
maupun kelompok, (4) mengembangkan dan 2 Kota Madiun. Pada uji ini peneliti
menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis menggunakan 2 kelas pada setiap sekolah.
dan mengevaluasi proses pemecahan Kelas pertama adalah kelas kontrol dimana
masalah. pembelajaran dilakukan dengan
b. Validasi Produk Awal Modul menggunakan buku paket biasa tanpa
Tahap ini merupakan langkah untuk menggunakan modul kimia berbasis masalah,
memvalidasi atau menilai kelayakan produk sedangkan kelas kedua adalah kelas
awal modul kimia berbasis masalah pada eksperimen dimana pembelajaran dilakukan
materi Konsep Mol. Validator dalam dengan menggunakan modul kimia berbasis
penelitian ini adalah Prof. Dr. Ashadi, masalah.
Sukisman Purtadi, M.Pd dan Anang Di SMAN 1 Kota Madiun sebagai
Kusherminto, M.Pd. sedangkan validator dari kelas kontrol adalah kelas X MIA-2 dan
praktisi pendidikan adalah Anim Hadi kelas eksperimen adalah kelas X MIA-1,
Susanto, M.Pd dan Taridjo, M.Pd. sedangkan di SMAN 2 kota Madiun sebagai
Komponen modul kimia berbasis masalah kelas kontrol adalah kelas X MIA-7 dan
yang divalidasi atau dinilai kelayakannya kelas eksperimen adalah kelas X MIA-6.
oleh validator meliputi aspek materi, Sebelum dan sesudah materi Konsep Mol
kebahasaan, sajian dan kegrafisan. siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
4. Uji Lapangan Awal diberi pre test dan post tes. Setelah post test
Tahap ini merupakan uji lapangan siswa dari kelas eksperimen diminta untuk
skala kecil dengan jumlah sampel terbatas. mengisi angket penilaian kelayakan modul
Tujuan tahap ini adalah untuk mendapatkan kimia yang digunakan dalam pembelajaran di
penilaian dan saran kelayakan modul kimia kelas.
berbasis masalah. Sebanyak 4 orang guru kimia pada
Subyek uji lapangan awal atau uji tahap ini diminta untuk memberi penilaian
lapangan skala kecil ini adalah 1 orang guru dan saran terhadap modul kimia berbasis
kimia dan 12 siswa kelas XI IPA SMAN 1 masalah dengan mengisi angket penilaian
Kota Madiun serta 1 orang guru dan 12 siswa kelayakan modul tersebut. Sebelum guru
kelas XI IPA SMAN 3 Kota Madiun. Siswa mempelajari dan memberi penilaian serta
yang dipilih mewakili siswa kelompok atas, saran terhadap modul tersebut peneliti
kelompok menengah dan kelompok bawah. terlebih dahulu menjelaskan secara garis
besar tentang isi dan model pembelajaran
menggunakan modul kimia berbasis masalah.

40
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

7. Revisi Produk prasyarat yang harus dipenuhi yaitu uji


Langkah ini merupakan langkah revisi normalitas dan homogenitas.
modul yang dikembangkan berdasarkan
penilaian dan masukan pada uji lapangan Hasil Penelitian dan Pembahasan
utama atau uji lapangan skala menengah.
Revisi dilakukan berdasarkan penilaian dan 1. Hasil Penelitian
saran dari subyek uji lapangan utama. a. Hasil Validasi Ahli Modul dan Praktisi
8. Uji Lapangan Operasional Hasil penilaian validator terdapat
Tujuan tahap ini adalah untuk dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
mendapatkan penilaian dan saran tentang
kelayakan modul kimia berbasis masalah Tabel 2. Hasil Penilaian Kelayakan Modul oleh
dengan jumlah responden angket yang lebih Validator Ahli Modul
besar. Uji lapangan operasional ini dilakukan Aspek Rerata Skor ™6NRU Kate-
di 10 sekolah, yaitu : (1) SMAN 1 Kota Kelayakan V1 V2 V3 Aspek gori
Isi Materi 4,2 4,3 4,3 4,3 SB
Madiun, (2) SMAN 2 Kota Madiun, (3) Kebahasaan 4,3 4,3 4,0 4,3 SB
SMAN 3 Kota Madiun, (4) SMAN 1 Sajian 4,2 4,2 4,4 4,3 SB
Caruban Kabupaten Madiun, (5) SMAN 2 Kegrafisan 4,0 4,0 4,0 4,1 B
Caruban Kabupaten Madiun, (6) SMAN 1 Rata-rata 4,2 4,2 4,2 4,3 SB
Geger Kabupaten Madiun, (7) SMAN 1 Kategori B B B SB
Kabupaten Ngawi, (8) SMAN 2 Kabupaten Keterangan: Rentang skor adalah 1 - 5
Ngawi, (9) SMAN 1 Kabupaten Magetan,
dan (10) SMAN 1 Maospati Kabupaten Tabel 3. Hasil Penilaian Kelayakan Modul oleh
Magetan. Praktisi Pendidikan
Rerata
Subyek uji lapangan operasional tiap Aspek
Skor
™6NRU
Kategori
sekolah terdiri dari 2 orang guru kimia dan Kelayakan Aspek
V4 V5
32 orang siswa kelas X, jumlah guru yang Isi Materi 4,3 4,5 4,3 SB
menjadi responden sebanyak 20 guru dan Kebahasaan 4,5 4,5 4,3 SB
siswa sebanyak 320 siswa. Guru dan siswa Sajian 4,2 4,4 4,3 SB
Kegrafisan 4,0 4,5 4,1 B
yang terlibat diberi penjelasan umum tentang Rata-rata 4,3 4,5 4,3 SB
garis besar modul kimia berbasis masalah Kategori SB SB SB
materi konsep mol yang diujikan. Guru dan
Keterangan: Rentang skor adalah 1 ± 5
siswa mempelajari modul tersebut serta
diminta untuk mengisi angket penilaian dan
Tiga validator ahli modul masing-
kelayakan modul.
masing memberi nilai 4,2; 4,2 dan 4,2 dengan
9. Revisi Produk Final
NDWHJRUL ³B´ atau ³Baik´ sedangkan dua
Revisi modul pada langkah ini adalah
validator praktisi pendidikan memberi nilai
revisi akhir dan modul yang dihasilkan
4,3 dan 4,5 dengan NDWHJRUL ³SB´ atau
menjadi produk final modul kimia berbasis
³6DQJDW %DLN´
masalah pada materi Konsep Mol. Revisi
dilakukan berdasarkan penilaian dan saran
b. Hasil Penilaian Kelayakan Modul
dari subyek uji lapangan operasional.
Hasil penilaian kelayakan modul kimia
Teknik pengumpulan data penelitian
berbasis masalah oleh guru dan siswa
dan pengembangan modul pembelajaran ini
terdapat dalam Tabel 4 dan Tabel 5.
melalui: (1) wawancara, (2) angket, (3)
observasi, (4) tes tulis, dan (5) dokumentasi. Tabel 4. Rerata Skor Penilaian Kelayakan Modul
Teknik analisis data yang digunakan adalah Kimia oleh Guru
deskriptif kuantitatif. Untuk menguji Uji Jumlah Rerata
Kategori
perbedaan peningkatan hasil belajar antara Lapangan Responden Skor
kelas kontrol dan kelas eksperimen Awal 2 128 SB
digunakan independent sample t test. Utama 4 133 SB
Operasional 20 138 SB
Penggunaan uji t ini memerlukan uji
Keterangan: Rentang skor adalah 1 - 144

41
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tabel 5. Rerata Skor Penilaian Kelayakan Modul eksperimen, dimana nilai rata-rata tes hasil
Kimia oleh Siswa belajar kelas eksperimen lebih besar daripada
Uji Jumlah Rerata nilai rata-rata kelas kontrol.
Kategori
Lapangan Responden Skor
Awal 24 72,5 SB
Utama 64 74,5 SB Tabel 7. Hasil Uji Efektifitas Modul
Operasional 320 76,0 SB Hasil Jenis Nilai Sig. (2-tailed)
Belajar Uji SMAN 1 SMAN 2
Keterangan: Rentang skor adalah 1 - 80
P Independent 0,007 0,014
sample t H0 ditolak H0 ditolak
Hasil penilaian kelayakan modul kimia K Independent 0,027 0,035
berbasis masalah oleh guru pada setiap uji sample t H0 ditolak H0 ditolak
lapangan mengalami kenaikan yaitu; 128, S Independent 0,014 0,001
133, dan 138 dengan NDWHJRUL ³6%´ DWDX sample t
H0 ditolak H0 ditolak
³6DQJDW %DLN´ Penilaian kelayakan modul
kimia berbasis masalah oleh siswa juga
menunjukkan kenaikan nilai rata-rata setiap Untuk mengetahui apakah perbedaan
uji lapangan yaitu; 72,5; 74,5 dan 76 dengan rerata skor hasil belajar pengetahuan,
kategori ³6%´ DWDX ³6DQJDW %DLN´ keterampilan dan sikap dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen berbeda secara signifikan,
c. Hasil Efektifitas Modul dalam maka dilakukan uji statistik yaitu
Pembelajaran independent sample t test. Hasil uji t tersebut
Data hasil tes belajar meliputi hasil menunjukkan ada perbedaan hasil belajar
belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap pengetahuan, keterampilan dan sikap antara
dari siswa kelas kontrol dan siswa kelas kelas yang menggunakan modul kimia
eksperimen. Dari data tersebut dapat berbasis masalah (kelas eksperimen) dengan
diketahui apakah ada perbedaan hasil belajar kelas yang tidak menggunakan modul
antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas tersebut (kelas kontrol).
eksperimen. Hasil belajar siswa sebagaimana
2. Pembahasan
terdapat dalam Tabel 6.
Prosedur yang digunakan dalam
Tabel 6. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada penelitian dan pengembangan modul kimia
Uji Lapangan Utama berbasis masalah materi Konsep Mol ini
Nilai rata-rata adalah prosedur R&D model Borg dan Gall
Sekolah
P K S yang dimodifikasi. Dalam penelitian dan
SMAN 1 Kota Madiun pengembangan ini prosedur terakhir dari
a. Kelas Kontrol 75 79 3,20 R&D model Borg dan Gall yaitu
b. Kelas Eksperimen 81 83 3,35
SMAN 2 Kota Madiun dissemination and implementation tidak
a. Kelas Kontrol 76 80 3,35 dilakukan peneliti.
b. Kelas Eksperimen 82 83 3,60 Hasil uji lapangan awal, utama dan
Keterangan: operasional menunjukkan bahwa modul
P = Pengetahuan, rentang skor 1-100 kimia berbasis masalah pada materi Konsep
K = Keterampilan, rentang skor 1-100 Mol ini layak dikembangkan dan digunakan
S = Sikap, rentang skor 1- 4
dalam pembelajaran materi Konsep mol, baik
Untuk mengetahui efektivitas modul di kelas maupun mandiri. Wawancara
maka perbedaan data hasil belajar dengan guru dan siswa sesudah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan dan sikap kelas menggunakan modul kimia berbasis masalah
kontrol dan eksperimen harus dianalisis menunjukkan bahwa penggunaan modul
dengan uji t. Hasil uji efektivitas modul dalam pembelajaran membuat siswa lebih
terdapat dalam Tabel 7. mudah dalam memahami materi. Hal
Data hasil tes hasil belajar tersebut sesuai dengan pendapat Depdiknas
menunjukkan ada perbedaan nilai rata-rata (2008) yang menyatakan bahwa
hasil belajar pengetahuan, keterampilan dan pengembangan modul dapat menjawab atau
sikap antara kelas kontrol dan kelas memecahkan masalah ataupun kesulitan
dalam belajar.

42
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Berdasarkan kerucut pengalaman Tan (2004: 8) mengatakan bahwa


(cone of experience) Edgar Dale disebutkan dibandingkan dengan pendekatan
bahwa pengalaman yang paling tinggi pembelajaran tradisional, model PBL akan
nilainya adalah direct purposeful experience, membantu siswa dalam konstruksi
yaitu pengalaman yang diperoleh dari hasil pengetahuan dan penalaran. Dalam model
kontak langsung dengan lingkungan, objek, pembelajaran PBL siswa akan membangun
binatang, manusia dan sebagainya, dengan sendiri pengetahuannya sesuai teori belajar
cara melakukan perbuatan langsung (Ali, Konstrutivistik. Teori belajar konstruktivistik
2000: 90). Pembelajaran menggunakan menyatakan bahwa satu prinsip yang paling
modul kimia berbasis masalah ini penting dalam pendidikan adalah guru tidak
memungkinkan siswa untuk aktif dan hanya sekedar memberi pengetahuan kepada
memberikan pengalaman langsung yang siswa, tetapi siswa sendiri yang harus
dapat membawa siswa kepada pengalaman membangun pengetahuan di dalam benaknya.
yang lebih konkrit. Guru dapat memberi kemudahan dengan
Modul yang dikembangkan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk
terintegrasi dengan model pembelajaran menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
problem based learning (PBL) dimana siswa sendiri (Nur cit Jamil, 2013: 22).
dapat mengembangkan kemampuan berpikir Menurut Duch, et.al. (2000: 3) peran
kritis dengan menyelesaikan permasalahan guru dalam PBL adalah membimbing,
yang berhubungan dengan kehidupan sehari- menggali pemahaman yang lebih dalam, dan
hari. Modul kimia berbasis masalah yang mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak
dikembangkan akan meningkatkan memberi ceramah pada konsep yang
kemampuan berpikir kritis siswa dalam berhubungan langsung dengan masalah
memecahkan masalah karena prinsip esensial yang dipecahkan, dan juga tidak
pembelajaran berbasis masalah adalah mengarahkan atau memberikan penyelesaian
pembelajaran yang diawali dengan adanya yang mudah. Etherington (2011) mengatakan
masalah, pertanyaan atau teka-teki yang bahwa pembelajaran model PBL
membuat siswa ingin memecahkannya meningkatkan rasa keingintahuan dalam
(Duch, et al.2000). Menurut Killey (2005) melakukan kegiatan ilmiah, meningkatan
pembelajaran berbasis masalah mempunyai kemampuan berkomunikasi menyampaikan
kelebihan dalam hal membantu ide-ide atau gagasan dan memotivasi siswa
mengembangkan berfikir kritis, komunikasi untuk melakukan kegiatan penyelidikan
secara lisan dan tulisan serta ilmiah sendiri.
mengembangkan kerja kelompok. Bodner cit Bilgin et.al (2009: 159)
Uden dan Beaumont cit Jamil (2013: menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya
222) menyatakan beberapa keuntungan memungkinkan siswa untuk menemukan
pembelajaran menggunakan model berbasis pengetahuan sains mereka sendiri dan
masalah, antara lain; siswa mampu mendiskusikannya dengan membuat definisi
mengingat dengan lebih baik informasi dan yang tepat dan memposisikan mereka
pengetahuan yang didapat, mengembangkan sebagai peneliti. Selanjutnya siswa akan
kemampuan pemecahan masalah, berpikir mendapatkan kemampuan belajar dengan
kritis dan kemampuan komunikasi, cara tidak menghafalkannya. Bruner cit.
mengembangkan basis pengetahuan, dan Dahar (2011: 79) mengatakan bahwa belajar
bagus dalam kerja kelompok. Bilgin et.al penemuan menunjukkan beberapa kebaikan,
(2009: 153) menyatakan bahwa model yakni pengetahuan bertahan lama atau lama
pembelajaran PBL terbukti dapat diingat, memiliki efek transfer yang lebih
meningkatkan prestasi belajar, dan baik atau lebih mudah untuk diterapkan pada
memungkinkan siswa menemukan sendiri situasi baru, dan belajar penemuan dapat
pengetahuannya, mendiskusikannya dengan meningkatkan penalaran siswa dan
membuat definisi yang tepat, dan kemampuan berpikir bebas.
memposisikan diri mereka sendiri sebagai Hasil N-gain score pada uji lapangan
peneliti. utama di SMAN 1 dan SMAN 2 Kota

43
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Madiun menunjukkan bahwa N-gain score dalam belajar, dan meningkatkan partisipasi
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas siswa dalam kerja kelompok.
kontrol sebagaimana dalam Tabel 8. Graaff dan Kolmos (2003) juga
mengatakan bahwa model pembelajaran PBL
Tabel 8. Rata-rata N-Gain Score pada Uji menginspirasi tingkat yang lebih tinggi pada
Lapangan Utama keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
Sekolah Rata-rata N-gain score dan, meningkatkan pemahaman siswa
SMAN 1 Kota Madiun terhadap pelajaran. Pembelajaran
a. Kelas Kontrol 0,60
b. Kelas Eksperimen 0,68
menggunakan model PBL yang terintegrasi
SMAN 2 Kota Madiun dalam modul kimia berbasis masalah ini
a. Kelas Kontrol 0,61 juga meningkatkan kemampuan siswa
b. Kelas Eksperimen 0,69 belajar secara mandiri. Tosun dan
7DúNHVHQOLJLO (2011) dalam jurnalnya
Berdasarkan kriteria Hake (1998:1), menyebutkan bahwa problem based learning
kenaikan hasil belajar siswa antara 0,3 ± 0,7 memiliki dampak positif pada orientasi
pada uji lapangan utama ini termasuk dalam target, nilai dan kemandirian diri.
kategori ³Sedang³. Dari hasil uji statistik Belland, French dan Ertmer (2009),
dengan independent sample t sebagaimana mengatakan bahwa dalam pembelajaran
dalam Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa berbasis masalah mempunyai tiga tujuan,
terdapat perbedaan yang signifikan hasil yaitu: (1) meningkatkan kemampuan dalam
belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap menyelesaikan masalah, (2) meningkatkan
antara kelas eksperimen dengan kelas kerja mandiri setiap individu, dan (3)
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa modul menghasilkan pembelajaran bermakna.
kimia berbasis masalah tersebut efektiv Pembelajaran menggunakan problem based
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. learning dapat meningkatkan komunikasi,
Setyowati (2007) menyatakan bahwa negoisasi, kolaborasi, kemandirian,
pembelajaran berbasis masalah menggunakan kepercayaan diri, berani membuat keputusan
modul dapat meningkatkan pemahaman dan meningkatkan ketrampilan kerja
materi, meningkatkan kemampuan siswa kelompok (Nowrouzian dan Farewell, 2013).
dalam bekerja sama, mengembangkan ide, Tosun dan Senocak, (2013),
menghargai pendapat orang lain, berinteraksi mengatakan bahwa problem based learning
dengan teman dan guru, memecahkan suatu efektif meningkatkan kemandirian belajar,
masalah dan meningkatkan hasil belajar. tingkat kesadaran metakognitif dan sikap
Farida (2011), menyimpulkan bahwa positif mahasiswa calon guru kimia.
pengembangan modul pembelajaran berbasis Santyasa (2009) mengatakan bahwa
masalah efektif dalam meningkatkan hasil keuntungan yang diperoleh dari
belajar. Pembelajaran PBL yang terintegrasi pembelajaran dengan penerapan modul
dengan modul kimia dinilai cukup efektif antara lain: (1) meningkatkan motivasi siswa,
dalam meningkatkan prestasi kognitif, afektif (2) setelah dilakukan evaluasi, pendidik dan
dan motivasi berprestasi siswa. siswa mengetahui benar, pada modul yang
Kenaikan hasil belajar tersebut mana siswa telah berhasil dan pada bagian
disebabkan karena penggunaan model PBL modul yang mana mereka belum berhasil, (3)
yang terintegrasi dalam modul ini menuntut siswa mencapai hasil sesuai dengan
siswa untuk belajar secara aktif dalam bentuk kemampuannya, dan 4) bahan pelajaran
kelompok melalui identifikasi masalah, terbagi lebih merata dalam satu semester,
mencari pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan hasil pemecahan Kesimpulan dan Rekomendasi
masalahnya. Behiye Akçay (2009),
mengatakan bahwa PBL membantu siswa Hasil penelitian pengembangan modul
membangun pemahaman dan pengetahuan, kimia ini adalah; (1) pengembangan modul
meningkatkan motivasi dan inisiatif siswa kimia berbasis masalah menghasilkan modul
kimia yang telah direvisi berdasarkan saran

44
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dan masukan dari konsultan ahli modul, Borg, W.R., dan Gall, M.D. (1983). Education
validator modul dan telah diujicobakan Research, an Introduction. New York:
kepada calon pengguna modul, (2) modul Longman Inc.
kimia problem based learning layak
Dahar, R.W. (2011). Teori-teori Belajar dan
digunakan dalam proses pembelajaran, (3)
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
modul kimia problem based learning efektif
untuk meningkatkan hasil belajar Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Pengembangan media/bahan ajar perlu Pembinaan SMA.
menjadi perhatian bagi guru dalam proses
pembelajaran agar hasil belajar siswa _________. (2008). Penulisan Modul. Dirjen
menjadi lebih baik. Dalam penggunaan Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
media/ bahan ajar guru harus memperhatikan Kependidikan. Jakarta: Direktorat
krakteristik siswa dan model pembelajaran Pembinaan SMA.
yang digunakan selama proses pembelajaran.
Duch, B.J., Allen, D.E., dan White, H.B. (2000).
Uji efektifitas modul hendaknya Problem Based Learning: Preparing
dilakukan minimal pada 3 sekolah sehingga Students to Succeed in The 21st Century.
efektivitas modul akan lebih teruji. Prosedur from
penelitian dan pengembangan modul http://www.hku.hk/caut/Homepage/tdg/5/
hendaknya dilanjutkan pada langkah terakhir TeachingMatter/Dec.98.pdf
R & D model Borg dan Gall yaitu diseminasi
dan implementasi. Untuk selanjutnya perlu Etherington, M.B. (2011). Investigative Primary
ada penelitian dan pengembangan modul Science: A Problem Based Learning
kimia berbasis masalah atau berbasis model Approach. Australian Journal of Teacher
Education, 36(9), 36-57.
pembelajaran lain pada materi yang berbeda.
Farida, A. (2011). Pengembangan Modul
Daftar Pustaka Pembelajaran Kimia untuk Kelas XI
Semester III Program Kejuruan Teknik
Ali, M. (2000). Guru Dalam Proses Belajar Mekanik Otomotif dengan Pendekatan
Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung: PT Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).
Sinar Baru Algensindo Tesis. UM. Malang.
Arifin, M. (1995). Pengembangan Program
Pengajaran Bidang Studi Kimia. Friedel, A.W., dan Maloney, D.P. (1992). An
Surabaya: Airlangga University Press. Exploratory, Classroom Based
Investigation oI 6WXGHQWV¶ 'LIILFXOWLHV ZLWK
Akçay, B. (2009). Problem Based Learning in Subscripts in Chemical Formulas. Science
Science Education. Journal of Turkish Education. 76(1), 65-78.
Science Education, 6(1), 27-36.
Graaff, E, dan Kolmos, A. (2003). Characteristics
Belland, B. R., French, B.F., dan Ertmer, P.A. of Problem Based Learning. International
(2009). Validity and Problem Based Journal Engineering Education, 19(5),
Learning Research: A Reviwe of 657-662.
Instrumen used to Asses Intended
Learning Outcomes. Interdisciplinary Griffith, A.K., dan Preston, K.R. (1992).
Journal of Problem Based Learning, 3(1), 6WXGHQWV¶ 0LVFRQFHWLRQ 5HODWLQJ WR
59-90. Fudamental Charateristics of Atoms and
Molecules. Journal of Research in Science
Bilgin, I., Senocak, E., dan Sozbilir, M. (2009). Teaching. 29(6), 611-628.
The Effect of Problem Based Learning
,QVWUXFWLRQ RQ 8QLYHUVLW\ 6WXGHQWV¶ Jamil, S. (2013). Strategi Pembelajaran, Teori dan
Performance of Conceptual and Aplikasi. Yogyakarta: Ar Ruzzmedia.
Quantitative Problem in Gas Concepts.
Eurasia Journal of Mathematics, Science Killey, M. (2005). Problem Based Learning,
and Technology Education, 5(2), 153-164. Center for Learning and Professional
Development. Adelaide: University of

45
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Adelaide. International Perspectives. Educational


Research Association of Singapore
Kirna, I.M., (1998). Penerapan Pembelajaran
Konstruktivis untuk Mengurangi Tosun, C, dan Senocak, E. (2013). The Effects of
Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Problem Based Learning on Metacognitive
Dasar Partikel Materi, Atom, dan Molekul. Awareness and Attitudes toward
Laporan Penelitian. STKIP Singaraja. Chemistry of Prospective Teachers with
Different Academic Backgrounds.
Levin, B.B. (2001). Energizing Teacher Australian Journal of Teacher Education,
Education and Professional Development (38)3, 61-73.
with Problem Based Learning. Virgin:
Association for Supervision and Tosun, C, dan 7DúNHVHQOLJLO, Y. (2011). The
Curriculum Development. Effect of Problem Based Learning on
Student Motivation towaard Chemistry
Nowrouzian, F.L., dan Farewell, A. (2013). The Classes and on Learning Strategies.
Potential Improvement Of Team-Working Journal of Turkish Science Education,
Skills In Biomedica And Natural Science (9)1, 126-131.
Students Using A Problem-Based
Learning Approach. Journal of Problem Wena, M. ( 2012). Strategi Pembelajaran
Based Learning in Higher Education, 1(1), Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
84-93. Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Permendikbud RI, Nomor 69. (2013). Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 untuk Yamin, M. (2013). Desain Pembelajaran Berbasis
Pendidikan Dasar dan Menengah. Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Permendikbud RI, Nomor 59. (2014). Kurikulum
2013 untuk SMA/MA.

Sadiman, A., Rahardjo, R., Haryono, A, dan


Rahardjito. (2012). Media Pendidikan,
Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa.

Santyasa, I.W. (2009). Metode Penelitian


Pengembangan dan Teori Pengembangan
Modul. Makalah disajikan dalam
Pelatihan Bagi Para Pendidik TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK tanggal 12-14
Januari 2009, di kecamatan Nusa Penida
Kabupaten Klungkung.

Setyowati. (2007). Implementasi Model Problem


Based Learning (Pembelajaran Berbasis
Masalah) dengan Modul Sel Elektrolisis
dan Korosi di SMA Negeri 3 Jombang.
Tesis. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Sheppard, K. ( +LJK 6FKRRO 6WXGHQWV¶


Understanding of Titrations and Related
Acid Base Phenomena. Chemistry
Education Research and Practice. 7(1),
32-45.

Tan, O.S. (2004). Enhancing Thingking Through


Problem Based Learning Approaches.

46

Anda mungkin juga menyukai