Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil dari setiap langkah pengembangan modul kimia berbasis
masalah atau problem based learning (PBL) menggunakan model Borg dan Gall yang dimodifikasi, (2)
kelayakan modul kimia problem based learning, (3) efektivitas modul kimia problem based learning dalam
pembelajaran kimia materi Konsep Mol. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan
atau research and development model Borg dan Gall yang dimodifikasi. Uji lapangan awal dilakukan di
SMAN 1 Kota Madiun dan SMAN 3 Kota Madiun. Uji lapangan utama dilakukan di SMAN 1 Kota Madiun
dan SMAN 2 Kota Madiun. Uji lapangan operasional dilakukan di 10 sekolah pelaksana Kurikulum 2013
Tahun Pelajaran 2013/2014, yaitu: (1) SMAN 1 Kota Madiun, (2) SMAN 2 Kota Madiun, (3) SMAN 3 Kota
Madiun, (4) SMAN 1 Caruban Kabupaten Madiun, (5) SMAN 2 Caruban Kabupaten Madiun, (6) SMAN 1
Geger Kabupaten Madiun, (7) SMAN 1 Kabupaten Ngawi, (8) SMAN 2 Kabupaten Ngawi, (9) SMAN 1
Kabupaten Magetan, dan (10) SMAN 1 Maospati Kabupaten Magetan. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara, observasi, angket dan tes. Kelayakan modul kimia problem based learning disimpulkan
dari hasil angket penilaian kelayakan modul pada uji lapangan awal, utama dan operasional. Efektivitas
modul disimpulkan dari hasil uji t perbedaan rata-rata hasil belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap di
kelas kontrol dan kelas eksperimen pada uji lapangan utama. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1)
hasil setiap langkah pengembangan modul kimia berbasis masalah adalah modul kimia yang telah direvisi
berdasarkan saran dan masukan dari konsultan ahli modul, validator modul dan telah diujicobakan kepada
calon pengguna modul, (2) modul kimia problem based learning layak digunakan dalam proses
pembelajaran, 3) modul kimia problem based learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Kata Kunci: modul kimia, problem based learning, kelayakan, efektifitas, konsep mol
36
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
37
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
38
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk konsep mol. Hal ini dikarenakan materi
menguji teori. Konsep Mol banyak mengandung konsep
Prosedur penelitian pengembangan yang diperlukan dalam stoikiometri dan
modul dalam penelitian ini menggunakan banyak memberi kontribusi pada hasil
model Borg dan Gall yang dimodifikasi. belajar stoikiometri, selain itu dalam
Dalam penelitian dan pengembangan ini wawancara dan pemberian angket untuk
peneliti hanya menggunakan langkah 1 menganalisis kebutuhan guru dan siswa juga
sampai ke 9, yaitu: diketahui bahwa materi Konsep Mol menjadi
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi materi yang dianggap paling sulit oleh siswa
a . Studi lapangan dibandingkan materi yang lain dalam
Kegiatan pengumpulan data dilakukan stoikiometri.
dengan cara observasi, wawancara dan Materi Konsep Mol dalam modul
pemberian angket kepada wakil kepala yang akan dikembangkan terdiri dari; Mol,
sekolah, 2 guru dan 6 siswa di SMAN 1 Massa Molar dan Volume Molar, Molaritas,
Madiun. Data yang diperoleh adalah data Kadar Zat, Rumus Molekul, Rumus Empiris,
tentang pemenuhan 8 SNP, hasil Ujian Senyawa Hidrat dan Reaksi Pembatas.
Nasional tahun terakhir, perangkat Kegiatan Belajar dalam modul tersebut
pembelajaran guru, informasi pelaksanaan terdiri dari 3 Kegiatan Belajar yaitu: (1)
pembelajaran, media / bahan ajar, materi Mol, Massa Molar dan Volume Molar, (2)
yang dianggap sulit siswa, hasil belajar Molaritas dan Kadar Zat, dan (3) Rumus
siswa, dan alternatif media/bahan ajar. Molekul, Rumus Empiris, Senyawa Hidrat
b. Studi Literatur dan Reaksi Pembatas. Dalam modul kimia
Kegiatan yang dilakukan pada langkah berbasis masalah ini, setiap kegiatan belajar
ini adalah kajian terhadap KI, KD dan silabus membutuhkan waktu 3 x 45 menit.
kimia kelas X kurikulum 2013. Peneliti juga Pembelajaran berbasis masalah atau
melakukan kajian teori model pembelajaran problem based learning (PBL) dipilih
dan pengembangan modul, serta kajian sebagai model pembelajaran dalam
terhadap penelitian-penelitian sebelumnya pembelajaran menggunakan modul kimia
tentang pembelajaran berbasis masalah dan materi Konsep Mol ini karena diharapkan
pengembangan modul berbasis masalah. dapat meningkatkan kemampuan berpikir
2. Perencanaan kritis dan kemampuan memecahkan masalah
a. Penentuan produk dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
Pada langkah ke-2 ini, peneliti dengan materi tersebut.
melakukan kegiatan diskusi dengan dosen b. Penentuan instrumen
pembimbing dan rekan sejawat tentang Tujuan tahap ini adalah merancang dan
materi modul yang akan dikembangkan. Dari menyusun istrumen pendukung penelitian
hasil kajian KI, KD dan silabus kelas X dan pengembangan modul pembelajaran
Kurikulum 2013, diperoleh data bahwa kimia berbasis masalah.
materi pokok stoikiometri terlalu banyak Instrumen yang digunakan dalam
untuk menjadi sebuah modul pembelajaran. penelitian dan pengembangan modul ini
Materi pada Stoikiometri terdiri dari: adalah: (1) RPP, (2) lembar validasi RPP, (3)
(1) Hukum Dasar Kimia, dan (2) Konsep lembar validasi kelayakan modul oleh ahli
Mol. Idealnya sebuah modul berisi maksimal modul dan praktisi pendidikan, (4) angket
4 Kegiatan Belajar, sedangkan Stoikiometri untuk penilaian kelayakan modul oleh guru,
apabila disusun menjadi sebuah modul (5) angket untuk penilaian kelayakan modul
pembelajaran maka akan terdiri lebih dari 4 oleh siswa, (6) lembar observasi
Kegiatan Belajar. pembelajaran, dan (7) soal tes hasil belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan c. Penentuan Waktu dan Tempat
guru, diskusi dengan dosen pembimbing dan Penelitian ini dilaksanakan mulai
rekan sejawat, ditetapkan bahwa modul yang bulan Januari sampai dengan Oktober tahun
akan dikembangkan peneliti adalah modul 2014. Tempat penelitian dan pengembangan
kimia berbasis masalah hanya pada materi
39
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
40
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
41
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Tabel 5. Rerata Skor Penilaian Kelayakan Modul eksperimen, dimana nilai rata-rata tes hasil
Kimia oleh Siswa belajar kelas eksperimen lebih besar daripada
Uji Jumlah Rerata nilai rata-rata kelas kontrol.
Kategori
Lapangan Responden Skor
Awal 24 72,5 SB
Utama 64 74,5 SB Tabel 7. Hasil Uji Efektifitas Modul
Operasional 320 76,0 SB Hasil Jenis Nilai Sig. (2-tailed)
Belajar Uji SMAN 1 SMAN 2
Keterangan: Rentang skor adalah 1 - 80
P Independent 0,007 0,014
sample t H0 ditolak H0 ditolak
Hasil penilaian kelayakan modul kimia K Independent 0,027 0,035
berbasis masalah oleh guru pada setiap uji sample t H0 ditolak H0 ditolak
lapangan mengalami kenaikan yaitu; 128, S Independent 0,014 0,001
133, dan 138 dengan NDWHJRUL ³6%´ DWDX sample t
H0 ditolak H0 ditolak
³6DQJDW %DLN´ Penilaian kelayakan modul
kimia berbasis masalah oleh siswa juga
menunjukkan kenaikan nilai rata-rata setiap Untuk mengetahui apakah perbedaan
uji lapangan yaitu; 72,5; 74,5 dan 76 dengan rerata skor hasil belajar pengetahuan,
kategori ³6%´ DWDX ³6DQJDW %DLN´ keterampilan dan sikap dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen berbeda secara signifikan,
c. Hasil Efektifitas Modul dalam maka dilakukan uji statistik yaitu
Pembelajaran independent sample t test. Hasil uji t tersebut
Data hasil tes belajar meliputi hasil menunjukkan ada perbedaan hasil belajar
belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap pengetahuan, keterampilan dan sikap antara
dari siswa kelas kontrol dan siswa kelas kelas yang menggunakan modul kimia
eksperimen. Dari data tersebut dapat berbasis masalah (kelas eksperimen) dengan
diketahui apakah ada perbedaan hasil belajar kelas yang tidak menggunakan modul
antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas tersebut (kelas kontrol).
eksperimen. Hasil belajar siswa sebagaimana
2. Pembahasan
terdapat dalam Tabel 6.
Prosedur yang digunakan dalam
Tabel 6. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada penelitian dan pengembangan modul kimia
Uji Lapangan Utama berbasis masalah materi Konsep Mol ini
Nilai rata-rata adalah prosedur R&D model Borg dan Gall
Sekolah
P K S yang dimodifikasi. Dalam penelitian dan
SMAN 1 Kota Madiun pengembangan ini prosedur terakhir dari
a. Kelas Kontrol 75 79 3,20 R&D model Borg dan Gall yaitu
b. Kelas Eksperimen 81 83 3,35
SMAN 2 Kota Madiun dissemination and implementation tidak
a. Kelas Kontrol 76 80 3,35 dilakukan peneliti.
b. Kelas Eksperimen 82 83 3,60 Hasil uji lapangan awal, utama dan
Keterangan: operasional menunjukkan bahwa modul
P = Pengetahuan, rentang skor 1-100 kimia berbasis masalah pada materi Konsep
K = Keterampilan, rentang skor 1-100 Mol ini layak dikembangkan dan digunakan
S = Sikap, rentang skor 1- 4
dalam pembelajaran materi Konsep mol, baik
Untuk mengetahui efektivitas modul di kelas maupun mandiri. Wawancara
maka perbedaan data hasil belajar dengan guru dan siswa sesudah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan dan sikap kelas menggunakan modul kimia berbasis masalah
kontrol dan eksperimen harus dianalisis menunjukkan bahwa penggunaan modul
dengan uji t. Hasil uji efektivitas modul dalam pembelajaran membuat siswa lebih
terdapat dalam Tabel 7. mudah dalam memahami materi. Hal
Data hasil tes hasil belajar tersebut sesuai dengan pendapat Depdiknas
menunjukkan ada perbedaan nilai rata-rata (2008) yang menyatakan bahwa
hasil belajar pengetahuan, keterampilan dan pengembangan modul dapat menjawab atau
sikap antara kelas kontrol dan kelas memecahkan masalah ataupun kesulitan
dalam belajar.
42
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
43
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Madiun menunjukkan bahwa N-gain score dalam belajar, dan meningkatkan partisipasi
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas siswa dalam kerja kelompok.
kontrol sebagaimana dalam Tabel 8. Graaff dan Kolmos (2003) juga
mengatakan bahwa model pembelajaran PBL
Tabel 8. Rata-rata N-Gain Score pada Uji menginspirasi tingkat yang lebih tinggi pada
Lapangan Utama keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
Sekolah Rata-rata N-gain score dan, meningkatkan pemahaman siswa
SMAN 1 Kota Madiun terhadap pelajaran. Pembelajaran
a. Kelas Kontrol 0,60
b. Kelas Eksperimen 0,68
menggunakan model PBL yang terintegrasi
SMAN 2 Kota Madiun dalam modul kimia berbasis masalah ini
a. Kelas Kontrol 0,61 juga meningkatkan kemampuan siswa
b. Kelas Eksperimen 0,69 belajar secara mandiri. Tosun dan
7DúNHVHQOLJLO (2011) dalam jurnalnya
Berdasarkan kriteria Hake (1998:1), menyebutkan bahwa problem based learning
kenaikan hasil belajar siswa antara 0,3 ± 0,7 memiliki dampak positif pada orientasi
pada uji lapangan utama ini termasuk dalam target, nilai dan kemandirian diri.
kategori ³Sedang³. Dari hasil uji statistik Belland, French dan Ertmer (2009),
dengan independent sample t sebagaimana mengatakan bahwa dalam pembelajaran
dalam Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa berbasis masalah mempunyai tiga tujuan,
terdapat perbedaan yang signifikan hasil yaitu: (1) meningkatkan kemampuan dalam
belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap menyelesaikan masalah, (2) meningkatkan
antara kelas eksperimen dengan kelas kerja mandiri setiap individu, dan (3)
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa modul menghasilkan pembelajaran bermakna.
kimia berbasis masalah tersebut efektiv Pembelajaran menggunakan problem based
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. learning dapat meningkatkan komunikasi,
Setyowati (2007) menyatakan bahwa negoisasi, kolaborasi, kemandirian,
pembelajaran berbasis masalah menggunakan kepercayaan diri, berani membuat keputusan
modul dapat meningkatkan pemahaman dan meningkatkan ketrampilan kerja
materi, meningkatkan kemampuan siswa kelompok (Nowrouzian dan Farewell, 2013).
dalam bekerja sama, mengembangkan ide, Tosun dan Senocak, (2013),
menghargai pendapat orang lain, berinteraksi mengatakan bahwa problem based learning
dengan teman dan guru, memecahkan suatu efektif meningkatkan kemandirian belajar,
masalah dan meningkatkan hasil belajar. tingkat kesadaran metakognitif dan sikap
Farida (2011), menyimpulkan bahwa positif mahasiswa calon guru kimia.
pengembangan modul pembelajaran berbasis Santyasa (2009) mengatakan bahwa
masalah efektif dalam meningkatkan hasil keuntungan yang diperoleh dari
belajar. Pembelajaran PBL yang terintegrasi pembelajaran dengan penerapan modul
dengan modul kimia dinilai cukup efektif antara lain: (1) meningkatkan motivasi siswa,
dalam meningkatkan prestasi kognitif, afektif (2) setelah dilakukan evaluasi, pendidik dan
dan motivasi berprestasi siswa. siswa mengetahui benar, pada modul yang
Kenaikan hasil belajar tersebut mana siswa telah berhasil dan pada bagian
disebabkan karena penggunaan model PBL modul yang mana mereka belum berhasil, (3)
yang terintegrasi dalam modul ini menuntut siswa mencapai hasil sesuai dengan
siswa untuk belajar secara aktif dalam bentuk kemampuannya, dan 4) bahan pelajaran
kelompok melalui identifikasi masalah, terbagi lebih merata dalam satu semester,
mencari pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan hasil pemecahan Kesimpulan dan Rekomendasi
masalahnya. Behiye Akçay (2009),
mengatakan bahwa PBL membantu siswa Hasil penelitian pengembangan modul
membangun pemahaman dan pengetahuan, kimia ini adalah; (1) pengembangan modul
meningkatkan motivasi dan inisiatif siswa kimia berbasis masalah menghasilkan modul
kimia yang telah direvisi berdasarkan saran
44
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dan masukan dari konsultan ahli modul, Borg, W.R., dan Gall, M.D. (1983). Education
validator modul dan telah diujicobakan Research, an Introduction. New York:
kepada calon pengguna modul, (2) modul Longman Inc.
kimia problem based learning layak
Dahar, R.W. (2011). Teori-teori Belajar dan
digunakan dalam proses pembelajaran, (3)
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
modul kimia problem based learning efektif
untuk meningkatkan hasil belajar Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Pengembangan media/bahan ajar perlu Pembinaan SMA.
menjadi perhatian bagi guru dalam proses
pembelajaran agar hasil belajar siswa _________. (2008). Penulisan Modul. Dirjen
menjadi lebih baik. Dalam penggunaan Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
media/ bahan ajar guru harus memperhatikan Kependidikan. Jakarta: Direktorat
krakteristik siswa dan model pembelajaran Pembinaan SMA.
yang digunakan selama proses pembelajaran.
Duch, B.J., Allen, D.E., dan White, H.B. (2000).
Uji efektifitas modul hendaknya Problem Based Learning: Preparing
dilakukan minimal pada 3 sekolah sehingga Students to Succeed in The 21st Century.
efektivitas modul akan lebih teruji. Prosedur from
penelitian dan pengembangan modul http://www.hku.hk/caut/Homepage/tdg/5/
hendaknya dilanjutkan pada langkah terakhir TeachingMatter/Dec.98.pdf
R & D model Borg dan Gall yaitu diseminasi
dan implementasi. Untuk selanjutnya perlu Etherington, M.B. (2011). Investigative Primary
ada penelitian dan pengembangan modul Science: A Problem Based Learning
kimia berbasis masalah atau berbasis model Approach. Australian Journal of Teacher
Education, 36(9), 36-57.
pembelajaran lain pada materi yang berbeda.
Farida, A. (2011). Pengembangan Modul
Daftar Pustaka Pembelajaran Kimia untuk Kelas XI
Semester III Program Kejuruan Teknik
Ali, M. (2000). Guru Dalam Proses Belajar Mekanik Otomotif dengan Pendekatan
Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung: PT Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).
Sinar Baru Algensindo Tesis. UM. Malang.
Arifin, M. (1995). Pengembangan Program
Pengajaran Bidang Studi Kimia. Friedel, A.W., dan Maloney, D.P. (1992). An
Surabaya: Airlangga University Press. Exploratory, Classroom Based
Investigation oI 6WXGHQWV¶ 'LIILFXOWLHV ZLWK
Akçay, B. (2009). Problem Based Learning in Subscripts in Chemical Formulas. Science
Science Education. Journal of Turkish Education. 76(1), 65-78.
Science Education, 6(1), 27-36.
Graaff, E, dan Kolmos, A. (2003). Characteristics
Belland, B. R., French, B.F., dan Ertmer, P.A. of Problem Based Learning. International
(2009). Validity and Problem Based Journal Engineering Education, 19(5),
Learning Research: A Reviwe of 657-662.
Instrumen used to Asses Intended
Learning Outcomes. Interdisciplinary Griffith, A.K., dan Preston, K.R. (1992).
Journal of Problem Based Learning, 3(1), 6WXGHQWV¶ 0LVFRQFHWLRQ 5HODWLQJ WR
59-90. Fudamental Charateristics of Atoms and
Molecules. Journal of Research in Science
Bilgin, I., Senocak, E., dan Sozbilir, M. (2009). Teaching. 29(6), 611-628.
The Effect of Problem Based Learning
,QVWUXFWLRQ RQ 8QLYHUVLW\ 6WXGHQWV¶ Jamil, S. (2013). Strategi Pembelajaran, Teori dan
Performance of Conceptual and Aplikasi. Yogyakarta: Ar Ruzzmedia.
Quantitative Problem in Gas Concepts.
Eurasia Journal of Mathematics, Science Killey, M. (2005). Problem Based Learning,
and Technology Education, 5(2), 153-164. Center for Learning and Professional
Development. Adelaide: University of
45
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 36-46)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
46