Anda di halaman 1dari 11

2706 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No 1, 2021, halaman 2706 – 2716

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS KOOPERATIF THINK PAIR SHARE


(TPS) DENGAN BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORIUM
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Kusumawati Dwiningsih* dan Bintang Benarivo Mangengke


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang, Gedung C5-C6, Kec. Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur 60231, Indonesia
E-mail: kusuma.kimia@gmail.com

ABSTRAK

Kimia Unsur merupakan salah satu materi yang diajarkan pada peserta didik kelas XII.
Mempelajari materi kimia unsur menimbulkan rasa jenuh karena cakupan materi yang luas dan
bersifat hafalan. Untuk membantu dan mempermudah peserta didik belajar dalam upaya
memahami materi khususnya pada materi Kimia Unsur, maka dikembangkan penggunaan
media pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa melalui virtual laboratorium. Desain penelitian yang digunakan one group
pretest-posttest design. Model pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif TPS (Think Pair
Share) berbantuan virtual laboratorium. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode tes.
Instrumen yang digunakan lembar pretest dan posttest. Hasil analisis data menggunakan n-gain
menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada kategori sedang dan tinggi.
Sebanyak 66,67% siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang, serta
33,33% siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori tinggi. Dari hasil yang
diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa laboratorium virtual dengan model pembelajaran
TPS mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.

Kata kunci: virtual laboratorium, hasil belajar, model think pair share

ABSTRACT

Element Chemistry is one of the materials given to class XII students. Studying the
chemical elements of the substance cause a sense of saturation because of the broad scope of
the material and is memorized. To help and facilitate students learning in an effort to understand
the material including the Chemical Element material, the use of learning media was developed.
This research was conducted with the aim to find out the increase in student learning outcomes
through virtual laboratories. The research design used was one group pretest-posttest design.
The learning model used is TPS (Think Pair Share) cooperative laboratory assisted with virtual
laboratories. The research method used is the test method. The instruments used were pretest
and posttest sheets. The results of data analysis using n-gain indicate that an increase in
student learning outcomes in the medium and high categories. A total of 66.67% of students
experienced an increase in learning outcomes in the medium category, and 33.33% of students
experienced an increase in learning outcomes in the high category. From the results obtained, it
can be concluded that the virtual laboratory with TPS learning model can significantly improve
student learning outcomes.

Keywords: virtual laboratory, learning outcomes, think pair share

PENDAHULUAN unsur-unsur kimia. Ilmu kimia diperoleh dan


Ilmu kimia memang penting dan dikembangkan berdasarkan eksperimen
manfaatnya sangat nyata dalam kehidupan yang mencari jawaban pertanyaan apa,
kita sehari-hari. Ilmu kimia merupakan ilmu mengapa, dan bagaimana gejala-gejala
yang mempunyai peranan penting dalam alam khususnya yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat karena dalam komposisi, struktur dan sifat, transformasi,
kehidupan kita tidak dapat terlepas dari dinamika dan energetika zat. Tidak hanya
Kusumawati Dwiningsih dan Bintang Benarivo Mangengke, Pembelajaran Kimia …. 2707
memecahkan soal numerik saja, tetapi ilmu menyatakan bahwa materi kimia unsur sulit.
kimia juga teori, aturan, fakta, deskripsi dan Hasil angket prapenelitian menunjukkan
peristilahan (Fithriani, 2014) bahwa 100% peserta didik menyatakan
Kurikulum 2013 dikembangkan bahwa guru menyampaikan materi dengan
berdasarkan beberapa faktor salah satunya menggunakan media papan tulis yang
yaitu penyempurnaan pola pikir. Penguatan digunakan saat pembelajaran, sebanyak
pola pembelajaran interaktif yaitu interaktif 94,29% peserta didik senang melakukan
guru-peserta didik masyarakat-lingkungan praktikum akan tetapi dalam mempelajari
alam, sumber atau media lainnya serta kimia unsur sering tidak melakukan
penguatan pembelajaran berbasis praktikum. Metode praktikum jarang
multimedia merupakan aspek-aspek dilakukan pada materi kimia unsur, hal ini
penyempurnaann pola pikir. Selain dikarenakan berbagai kendala, seperti
penyempurnaan pola pikir, tantangan terbatasnya alokasi waktu pembelajaran,
internal juga menjadi dasar pengembangan bahan kimia yang digunakan terlalu
kurikulum 2013 melalui aspek-aspek arus berbahaya, dan membutuhkan waktu yang
globalisasi, berbagai isu mengenai masalah lama dalam pengerjaannya. Terbatasnya
lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan alokasi waktu pembelajaran dikarenakan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan peserta didik kelas XII harus belajar materi
budaya, serta perkembangan pendidikan di Ujian Nasional (Rahma dan Dwiningsih,
tingkat internasional (Arham, et al., 2016) 2017)
Materi kimia unsur merupakan Kompetensi dasar yang harus
salah satu materi yang diajarkan pada dikuasai oleh peserta didik pada materi
peserta didik kelas XII pada semester kimia unsur adalag menganalisis
gasal. Bagi peserta didik kelas XII kelimpahan, kecenderungan sifat fisik dan
mempelajari materi kimia unsur sifat kimia, manfaat, dan proses pembuatan
menimbulkan rasa jenuh karena cakupan unsur-unsur periode tiga dan empat. Salah
materi yang luas dan bersifat hafalan (Imani satu kegiatan pembelajaran yang
dan Sanjaya, 2012). Kimia unsur hendaknya dilaksanakan untuk mencapai
merupakan salah satu pokok bahasan pada kompetensi tersebut adalah
pembelajaran kimia di SMA yang memiliki mengidentifikasi produk-produk yang
karakteristik memuat materi yang banyak mengandung unsur-unsur periode tersebut
mengenai sifat fisika dan kimia, kegunaan, serta mengaitkan sifat fisika dan sifat kimia
serta asal mula unsur serta cenderung tidak unsur tersebut dengan kegunaanya
banyak melibatkan perhitungan (Tyas dan (Kemendikbud, 2014). Dalam periode tiga
Dwiningsih, 2016). Materi kimia unsur juga terdapat unsur aluminium. Aluminium
dianggap materi yang sulit, ini dibuktikan (Al) adalah suatu unsur kimia dalam
dengan hasil angket prapenelitian yang golongan boron yang memiliki nomor atom
dilakukan di SMAN 1 Driyorejo yang 13. Aluminium dan senyawanya memiliki
menyatakan sebanyak 94,2% peserta didik aplikasi yang sangat luas dan logam
2708 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No 1, 2021, halaman 2706 – 2716

aluminium diproduksi secara komersial Share (TPS) dalam pembelajaran, yaitu:


dalam skala besar. Penelitian ini think (berpikir), pembelajaran diawali
mengkhususkan pada materi aluminium dengan guru memberikan suatu pertanyaan
yang memiliki sifat amfoter yaitu dapat kepada siswa dan meminta siswa untuk
membentuk oksida asam maupun oksida berpikir secara individu. Kemudian pair
basa (Lutfi, et al., 2016). (berpasangan), pada langkah ini guru
Peraturan Menteri Pendidikan dan meminta siswa untuk berpasangan
Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang mendiskusikan pertanyaan yang telah
standar proses pendidikan dasar dan diberikan, dengan berpasangan siswa lebih
pendidikan menengah menjelaskan bahwa mempunyai tanggung jawab untuk
proses pembelajaran baiknya menyelesaikan suatu pertanyaan dimana
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, salah satu prinsip pembelajaran kooperatif
menyenangkan, menantang, memotivasi adalah tanggung jawab perseorangan.
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, Tahap yang terakhir yaitu share (berbagi),
serta memberikan ruang yang cukup bagi dimana pada langkah ini pasangan
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian menyampaikan hasil diskusi (Anita, 2018)
sesuai dengan bakat, minat, dan Prinsip pokok dalam penggunaan
perkembangan fisik serta psikologis peserta media pada kegiatan pembelajaran untuk
didik (Kemendikbud, 2016) membantu dan mempermudah peserta
Model pembelajaran kooperatif tipe didik belajar dalam upaya memahami
Think Pair Share mampu membuat materi pelajaran. Media pembelajaran ini
suasana pembelajaran menjadi tidak semata-mata untuk menggantikan
menyenangkan dan lebih efektif. Model secara penuh pembelajaran konvensional,
pembelajaran ini juga memberi siswa waktu namun sebagai pelengkap aktivitas peserta
untuk berpikir, sehingga meningkatkan didik untuk memudahkan dalam belajar
respon siswa dalam setiap pertanyaan (Ovianti dan Dwiningsih, 2016). Media tidak
yang diajukan oleh guru, melatih siswa lagi hanya dipandang sebagai alat bantu
untuk berani berpendapat dan menghargai belaka bagi pendidik untuk mengajar,
pendapat teman kelompoknya (Shoimin, namun lebih dari itu yaitu sebagai alat
2014). Model pembelajaran kooperatif tipe penyalur pesan dari pemberi pesan
TPS (Think Pair Share) dilaksanakan untuk (pendidik) ke penerima pesan (peserta
menumbuhkembangkan kemampuan kerja didik) (Sadiman, et al., 2009).
sama, berpikir kritis dan mengembangkan Pemanfaatan media simulasi
sikap sosial peserta didik yang ditunjukkan berupa software interaktif banyak dilakukan
dengan sikap saling bantu dalam untuk mempermudah pekerjaan sebelum
menyelesaikan masalah dengan saling mengaplikasikan langsung dengan kegiatan
menghormati diantara mereka (Slavin, nyata. Sebuah laboratorium virtual
2009). Langkah-langkah model didefinisikan sebagai lingkungan yang
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair interaktif yang mampu melakukan
Kusumawati Dwiningsih dan Bintang Benarivo Mangengke, Pembelajaran Kimia …. 2709
eksperimen simulasi. Virtual lab Ini terdiri Kooperatif TPS dengan Berbantuan Virtual
dari program simulasi, unit eksperimental Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil
yaitu objek yang mencakup file data, alat Belajar Siswa.
yang beroperasi pada benda-benda, dan
buku referensi (Mihaela, 2003). METODE PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas, maka Model penelitian yang digunakan
peneliti bermaksud menggagas ide menggunakan sistem one group pretest-
mengenai Pembelajaran Kimia Berbasis postest design seperti pada pola berikut.

O1 X O2

O1 = Pretest kemampuan peserta didik sebelum diberikan media pembelajaran


O2 = Posttest kemampuan peserta didik setelah diberikan media pembelajaran
X = Diberikan perlakuan terhadap peserta didik yaitu penggunaan media pembelajaran
berbasis laboratorium virtual (Sugiyono, 2013)

Pelaksanaan uji coba terbatas dan Posttest peserta didik, dengan cara
dilakukan di SMAN 1 Krian, dengan sebagai berikut:
sasaran penelitian adalah 12 siswa kelas XI
IPA. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah lembar tes hasil belajar. Efektivitas Hasil belajar dinyatakan meningkat

multimedia interaktif ikatan ion ditentukan jika nilai n-gain ≥ 0,7 dengan kriteria tinggi

dari data peningkatan hasil belajar peserta atau 0,7 > g ≥ 0,3 dengan kriteria sedang

didik. Hal tersebut diukur dari nilai Pretest berdasarkan Tabel 1.

Tabel 1. Interpretasi nilai n-Gain


Nilai n-Gain (g) Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > g ≥ 0,3 Sedang
g < 0,3 Kurang
(Hake, 1998)

HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan hasil belajar dapat diukur


Keefektifan media ditinjau dari dengan menggunakan nilai n-gain. Hasil
peningkatan hasil belajar peserta didik yang belajar dinyatakan meningkat bila nilai n-
dinilai berdasarkan nilai pretest dan gain ≥ 0,7 dengan kategori tinggi atau 0,7 >
posttest. Soal pretest dan posttest yang g ≥ 0,3 dengan kategori cukup. Adapun
diberikan kepada peserta didik berisi 10 hasil pretest dan posttest peserta didik
soal pilihan ganda yang disesuaikan ditunjukkan pada Tabel 2.
dengan indikator pencapaian kompetensi.
2710 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No 1, 2021, halaman 2706 – 2716

Tabel 2. Hasil tes peserta didik


No Nama siswa Pretest Posttest N-gain Kategori
1 AD 40 80 0,67 Sedang
2 MDP 50 80 0,6 Sedang
3 ESR 60 90 0,75 Tinggi
4 WII 60 100 1 Tinggi
5 ANL 50 70 0,4 Sedang
6 AAA 40 80 0,67 Sedang
7 SAR 70 90 0,67 Sedang
8 ER 50 80 0,6 Sedang
9 AA 60 90 0,75 Tinggi
10 NI 40 80 0,67 Sedang
11 NDJP 60 90 0,75 Tinggi
12 MBS 50 80 0,6 Sedang

Berdasarkan Tabel 2 diketahui nilai seorang peserta didik yang tidak membaca
N-gain yang diperoleh 12 peserta didik. materi pada media pembelajaran serta
Hasil pretest dan posttest menunjukkan tidak aktif dalam berdiskusi pada tahap
bahwa 100% peserta didik mengalami pair. Hal ini membuat ANL tidak tuntas
peningkatan hasil belajar. Berdasarkan n- dalam mengerjakan soal posttest. Menurut
gain, diperoleh sebanyak 8 peserta didik Nur dan Wikandari (2008) tentang teori
yang mencapai kriteria sedang, dan 4 konstruktivisme dijelaskan bahwa seorang
peserta didik mencapai kriteria tinggi atau peserta didik harus mandiri dalam
sebanyak 66,67% siswa mengalami menemukan dan menerapkan suatu
peningkatan hasil belajar dalam kategori informasi. Hal ini menunjukkan bahwa
sedang, serta 33,33% siswa mengalami peserta didik harus fokus dalam kegiatan
peningkatan hasil belajar dalam kategori pembelajaran baik secara tim maupun
tinggi Gambar grafik 1 menggambarkan individu. Sedangkan yang terjadi pada
peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari peserta didik ANL tidak aktif selama
data di atas menunjukkan bahwa ANL tidak pembelajaran dan tidak berusaha mencari
tuntas tetapi termasuk dalam kriteria informasi hal ini yang membuat ANL tidak
sedang, hal ini dikarenakan kurangnya tuntas dalam menyelesaikan soal posttest.
keaktifan ANL dalam pembelajaran dan Faktor lain yang memengaruhi hasil belajar
kurangnya kerjasama dalam kegiatan adalah kemampuan tiap individu peserta
berdiskusi. Dari data observasi peserta didik yang berbeda.
didik didapatkan bahwa terdapat salah
Kusumawati Dwiningsih dan Bintang Benarivo Mangengke, Pembelajaran Kimia …. 2711

Gambar 1. Grafik peningkatan hasil belajar peserta didik

Soal-soal yang ada pada lembar aluminium termuat dalam soal nomor 3,4
pretest dan posttest siswa disesuaikan dan 5, indikator III menganalisis sifat
dengan indikator pembelajaran yang telah amfoter dan kelarutan aluminium termuat
ditentukan. Pada indikator I peserta didik dalam soal nomor 6,7 dan 8, indikator IV
mampu menjelaskan kelimpahan unsur menjelaskan manfaat unsur dan senyawa
aluminium dengan benar yang dimuat aluminium termuat dalam soal nomor 9,
dalam soal nomor 1 dan 2, indikator II dan indikator V pembuatan aluminium yang
menjelaskan sifat fisik dan kimia unsur termuat dalam soal nomor 10.

Gambar 2. Hasil pretest dan posttest

Jika soal yang dibuat dianalisis 12 peserta didik 4 orang peserta didik
tingkat kesulitan berdasarkan persentase menjawab salah pada soal tersebut. Hal ini
peserta didik yang menjawab salah, dapat dilihat dalam Gambar 4 yaitu
berdasarkan Gambar 2 menunjukkan mengenai alur percobaan kereaktifan
peserta didik kurang paham pada soal aluminium dalam alur tersebut dinyatakan
nomor 8 (Gambar 3) pada indikator III yaitu bahwa hanya ada larutan NaOH dan HCl
peserta didik mampu menganalisis sifat tidak ada larutan Na2CO3, begitu juga saat
amfoter dan kelarutan dari aluminium. Dari dalam laboratorium virtual hanya terdapat
2712 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No 1, 2021, halaman 2706 – 2716

larutan NaOH dan HCl. Pada LKS yang 14. Larutan Na2CO3 merupakan larutan
dapat dilihat pada gambar 6, pada tahap garam yang bersifat basa dimana larutan ini
pair dijelaskan bahwa hasil pengamatan dihasilkan dari senyawa NaOH basa kuat
tidak terdapat senyawa Na2CO3. Hal ini dan H2CO3 asam lemah, sehingga pH pada
membuat peserta didik kurang paham larutan ini memiliki rentang pH 8-14 (Lee,
mengenai sifat senyawa tersebut. 1991), sehingga Na2CO3 lebih mudah larut
Laboratorium virtual telah menampilkan dari HCl. Untuk urutan kelarutannya adalah
aluminium lebih mudah larut dalam pH 8- NaOH > Na2CO3> HCl.

Gambar 3. Soal nomor 8

Gambar 4. Alur percobaan


Kusumawati Dwiningsih dan Bintang Benarivo Mangengke, Pembelajaran Kimia …. 2713

Gambar 5. Virtual lab

Gambar 6. Hasil pengamatan

Pada soal nomor 9 (Gambar 7) logam aluminium dengan logam lain. Hasil
dengan indikator IV, peserta didik mampu belajar peserta didik dipengaruhi oleh
menjelaskan manfaat unsur dan senyawa ingatan peserta didik mengenai konsep
aluminium. Pada Gambar 2 ada 3 peserta kimia yang telah dipelajari. Berdasarkan
didik tidak mampu menjawab pada soal. skema pemrosesan informasi dijelaskan
Hal ini disebabkan karena contoh yang bahwa perlu dilakukan pengulangan
diberikan kurang beragam dan tidak informasi untuk masuk ke dalam memori
menjelaskan paduan logam aluminium jangka panjang. Jika tidak dilakukan
sehingga peserta didik bingung ketika pengulangan pada sistem memori yang
menjawab soal tersebut. Pada Gambar 6 menyimpan informasi, maka informasi
tentang laboratorium virtual terlihat jelas tersebut akan hilang dari sistem memori
bahwa media pembelajaran yang disajikan (Bhinnety, 2008). Hal ini sesuai dengan
hanya menyampaikan sifat aluminium pendapat dari Goets (Iskandar, 2013) yang
secara umum, sehingga peserta didik menerangkan bahwa pemberian latihan
kurang paham mengenai sifat paduan berulang-ulang akan berpengaruh besar
2714 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No 1, 2021, halaman 2706 – 2716

pada prestasi belajar peserta didik yang hilang dari sistem memori. Kegagalan
tinggi. Prestasi belajar peserta didik dalam mengingat kembali (recall) informasi
dipengaruhi oleh ingatan peserta didik dari sistem memori ini disebut sebagai lupa,
mengenai konsep-konsep kimia yang telah sehingga ketika diadakan suatu kegiatan
mereka pelajari. Namun, jika tidak ujian mengenai konsep yang dilupakan,
dilakukan pengulangan (rehearsal) pada maka peserta didik tidak dapat
suatu sistem memori yang menyimpan menyelesaikan ujian tersebut dengan baik.
informasi, maka informasi tersebut akan

Gambar 7. Soal nomor 9

Gambar 8. Materi pembelajaran


Kusumawati Dwiningsih dan Bintang Benarivo Mangengke, Pembelajaran Kimia …. 2715

Gambar 9. Materi sifat aluminium

SIMPULAN Berbasis Blended Learning Pada


Materi Pokok Kimia Unsur, Unesa
Melalui model pembelajaran
Journal of Chemical Education, Vol
kooperatif TPS (Think Pair Share) 5, No 2, Hal 345-352.
berbantuan virtual laboratorium hasil
Bhinnety, M., 2008, Struktur dan Proses
analisis data menggunakan n-gain Memori, Buletin Psikologi, Vol. 16,
No 2, Hal 74-88.
menunjukkan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa pada kategori sedang dan Fithriani, Z., 2014, Pengembangan Buku
tinggi. Sebanyak 66,67% siswa mengalami Saku Kimia Materi Pokok Kimia
Unsur Berbasis Kontekstual
peningkatan hasil belajar dalam kategori sebagai Sumber Belajar Mandiri
sedang, serta 33,33% siswa mengalami bagi Peserta Didik Kelas XII
Semester Gasal, Skripsi tidak
peningkatan hasil belajar dalam kategori diterbitkan, Yogyakarta: Universitas
tinggi. Berdasarkan hasil tersebut maka Negeri Sunan Kalijaga.

dapat disimpulkan bahwa peserta didik Hake, R.R., 1998, Interactive engagement
kelas XI SMAN 1 Krian mengalami v.s traditional methods: six-
thousand student survey of
peningkatan hasil belajar pada setiap mechanics test data for introductory
indikator dengan menggunakan physics courses, American Journal
of Physics, Vol 66, No1.
laboratorium virtual.
Imani, A. dan Sanjaya, I.G.M., 2012,
Pengembangan E-Book Interaktif
DAFTAR PUSTAKA pada materi kimia unsur untuk
Ovianti, A.P.R., dan Dwiningsih, K., 2016, kelas XII, Unesa Journal of
Developing Multimedi Interactive Chemical Education, Vol 1, No 2,
Based Blended Learning at Kimia Hal 7-10.
Subject Class XII, Prosiding
Seminar ISEL, 6 Agustus 2016. Iskandar, A., 2013, Pengembangan
Perangkat Penilaian Psikomotor di
Arham, U.U. dan Dwiningsih, K., 2016, Sekolah Menengah Kejuruan.
Kelayakan Multimedia Interaktif
2716 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 15, No 1, 2021, halaman 2706 – 2716

Jurnal Teknologi Informasi dan dan Kemendikbud, 2014, Peraturan Menteri


Komunikasi, Vol 3, No 1, Hal 37-46 Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 59 tahun 2014 tentang
Kemendikbud, 2016, Peraturan Menteri Kurikulum 2013 Menengah Atas/
Pendidikan dan Kebudayaan Madrasah Aliyah, Jakarta:
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Departemen Pendidikan Nasional.
Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta: Kementrian Rahma, P.T. dan Dwiningsih, K., 2017,
Pendidikan dan Kebudayaan Pengembangan Lembar Kerja
Republik Indonesia. Siswa Model Inkuiri Terbimbing
Berbasis Blended Learning Pada
Lee, J.D., 1991, Concise Inorganic Materi Pokok Kimia Unsur, Unesa
Chemistry 4th ed., London: Journal of Chemical Education, Vol
Chapman & Hall., 6, No 3, Hal 476-481.

Lie, A., 2008, Cooperative Learning: Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A.
Mempraktikkan Cooperative dan Harjito, 2009. Media
Learning di ruang–ruang kelas. Pendidikan: Pengertian,
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarna Pengembangan, dan
Indonesia. Pemanfaatannya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lutfi, A., 2016, Kimia Anorganik unsur-
unsur golongan utama, Surabaya: Shoimin, A., 2014, 68 Model Pembelajaran
FMIPA UNESA. Inovatif dalam Kurikulum 2013,
Yogykarta: Arruzz Media.
Mihaela, M., 2003, Online Experimentation
and Simulation in a Signal Slavin, Robert, E., 2009, Cooperative
Processing Virtual Laboratory, Learning, Teori, Riset dan Praktik,
International Conference on Terjemahan oleh Narulita Yusron,
Engineering Education, July 21–25, Bandung: Nusa Media.
2003, Valencia, Spain.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian
Nur Mohamad, Prima Retno Wikandari. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
2008. Strategi-strategi Belajar. Bandung: Alfabeta.
Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah Universitas Tyas, A.S. dan Dwiningsih, K., 2016,
Negeri Surabaya Pengembangan Media Berbasis
Video Untuk Peserta didik Kelas XII
Pada Materi Kimia Unsur, Unesa
Journal of Chemical Education, Vol.
5 No 3, Hal. 645-651.

Anda mungkin juga menyukai