Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN


(POE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS
BERBANTUAN DEMONSTRASI KIMIA HIDROLISIS SEDERHANA

Oleh

Nama : Erlangga

Nim : 1652230019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung
jawab (Badan Standar Nasional Pendidikan , 2006). Sejalan dengan fungsi
pendidikan nasional tersebut maka sangat penting untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia terutama pada pelajaran IPA khusunya
kimia.
Kualitas pendidikan sangatlah penting untuk diperhatikan agar
mencapai tujuan pendidikan, sedangkan kualitas sendiri dapat dilihat dari
keberhasilan yang diraih oleh seorang siswa selama mengkuti kegiatan
belajar dan mengajar. Hal penting dalam suatu proses pembelajaran adalah
kegiatan menanamkan makna belajar bagi pembelajar agar hasil belajar
bermanfaat bagi kehidupannya pada masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Salah satu faktor yang menetukan adalah bagaimana proses
belajar dan mengajar dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Pembelajaran yang bermakna merupakan proses belajar dan mengajar
yang diharapkan bagi siswa dimana siswa dapat terlibat langsung dalam
proses pembelajaran serta menemukan langsung pengetahuan tersebut.
Sains dan Teknologi merupakan salah satu landasan penting dari
berkembanganya suatu bangsa. Pembelajaran sains, termasuk
pembelajaran kimia mempunyai pengaruh yang sangat besar dan peranan
yang sangat penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan sains mengambil peranan penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Istilah sains dapat diartikan sebagai
ilmu pengetahuan. Sains lebih khususnya kimia juga turut andil dalam
memajukan bangsa Indonesia dan juga menyiapkan sumber daya manusia
yang bermutu. Di Indonesia banyak siswa SMA yang mengharumkan
nama Indonesia di luar negeri sebagai juara olimpiade, ksususnya bidang
kimia. Ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia tidak
kalah saing dengan pendidikan yang ada di luar negeri tapi kenyataan
sekolah berbeda dengan apa yang kita dengar selama ini.
Kimia tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan
pelajaran yang mempermudah siswa untuk terlibat langsung dan
menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu karena pada
hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam secara garis besar mempunyai tiga
komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses
ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang,
dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah berupa fakta, prinsip,
konsep, hukum dan teori. Sikap ilmiah berupa rasa ingin tahu, hati-hati,
objektif dan jujur. Maka dari itu siswa harus memiliki keterampilan untuk
mengkaji pristiwa-pristiwa alam yang ada dengan cara-cara ilmiah untuk
memperoleh pengetahuan.
Kimia adalah mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh sebagian
besar siswa tingkat sekolah menengah atas. Anggapan ini mungkin tidak
berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, kimia juga memerlukan
pemahaman konsep yang baik, karena untuk memahami konsep yang baru
sebelumnya. Pemahaman konsep kimia sangat penting bagi siswa, karena
konsep kimia yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan
sehingga mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan. Jika siswa
telah memahami konsep-konsep kimia, maka akan memudahkan siswa
dalam memahami konsep-konsep kimia berikutnya yang lebih kompleks
(winari,2001;Mubshirah,dkk.,2018). Kimia disusun dan diperoleh melalui
metode ilmiah. Untuk anak SMA, metode ilmiah dikembangkan secara
bertahap dan berkesinambungan dengan harapan bahwa pada akhirnya
akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga nantinya siswa dapat
melakukan penelitian sederhana. Disamping itu, pentahapan
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses
penelitian atau eksperimen, yang meliputi : observasi, klasifikasi,
interpretasi, prediksi, dan komunikasi (Sri Sulistyorini,2007 : 9).
Ilmu kimia memiliki banyak bidang kajian yang mempelajari tentang
fakta, konsep, hukum serta teori yang banyak berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran kimia di SMA memiliki banyak
bidang kajian yang disusun secara berurutan dan saling terhubung antar
kompetensi yang dipelajari. Hal tersebut mengaharuskan siswa untuk
memahami konsep-konsep dalam kimia secara utuh agar tidak mengalami
kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia. Salah satu bidang kajian kimia
di SMA adalah Hidrolisis. Hidrolisis merupakan salah satu materi kimia
yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pada
kenyataannya siswa terkadang mengalami kesulitan dalam memahami
materi Hidrolisis dengan baik. Masalah tersebut timbul akibat banyaknya
konsep pada materi Hidrolisis yang dipelajari siswa hanya sekedar hafalan
bukan dipelajari secara bermakna. Permasalahan yang diuraikan diatas
sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di lapangan yakni di
SMA(masih dicari). Guru masih mengalami kesulitan dalam
menggunakan model pembelajaran yang efektif untuk pelaksanaan
pembelajaran di kelas, sebaliknya guru masih dominan menerapkan model
pembelajaran konvensional seperti metode ceramah dan diskusi biasa.
Kemudian diperoleh data bahwa hasil belajar siswa untuk mata pelajaran
kimia masih tergolong rendah karena persentase ketuntasan siswa dalam
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) masih rendah . KKM
untuk mata pelajaran kimia kelas X IPA 1 masih blabla, sedangakan
untuk X MIA 1 sampai MIA 5 adalah 75.
Kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia menurut
Huddle et al (2000), disebabkan oleh bahan ajar yang digunakan tidak
mengaitkan ketiga level representasi kimia yaitu makrospis, simbolik, dan
mikroskopik. Representasi makroskopik merupakan level kongkrit,
dimana pada level ini siswa mengamati fenomena yang terjadi, baik
melalui percobaan yang dilakukan atau fenomena yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari. Representasi mikroskopik merupakan level abstrak
yang menjelaskan fenomena makroskopik. Sedangkan representasi
simbolik digunakan untuk merepresentasikan fenomena makroskopik
dengan simbol-simbol kimia, rumus dan persamaan kimia,persamaan
matematika, grafik, mekanisme reaksi, serta struktur molekul
(Chandrasegaran, Treagust, & Mocerino 2007).
Mengacu pada permasalahan diatas dapat dikatakan bahwa sistem
pembelajaram masih belum berjalan dengan apa yang diinginkan sehingga
dibutuhkan sebuah strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menggali sumber
pengetahuan pada proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang dapat menunjang keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran Predict Observe Explain (POE), dimana model Predict-
Observe Explain (POE) adalah model pembelajaran dimana guru berperan
untuk menggali pemahaman siswa dengan cara meminta mereka untuk
melakukan 3 tugas utama, yaitu memprediksi, mengamati, dan
menjelaskan (Ma’rifatun, 2014). Menurut Liew (2004) model Predict-
Observe Explain (POE) digunakan untuk menggali gagasan awal yang
dimiliki oleh siswa, membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan
siswa maupun antara siswa dengan guru, memberikan motivasi kepada
siswa untuk menyelidiki konsep yang belum dipahami, dan
membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan .
Maka dapat di katakan bahwa model Predict Observe Explain (POE)
adalah salah satu model yang yang tepat untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dengan adanya 3 tugas pokok yakni
memprediksi, mengamati, dan menjelaskan. Sehingga siswa dapat berfikir
aktif dan kreatif dalam melakukan pembuktian terhadap prediksi yang
telah di buat dengan cara melakukan observasi langsung pada materi
tersebut untuk selanjutnya siswa tersebut dapat menjelaskan secara tepat
dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan prediksi awal yang
dibuat.
Melalui metode demonstrasi siswa dapat secara langsung
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan proses yang terjadi dalam hal yang didemonstrasikan dan dapat
mengetahui secara langsung setiap proses yang terjadi dan membuktikan
kebenaran dari objek yang ingin diuji kebenarannya. Dalam ilmu kimia
terdapat beberapa materi yang dapat dikorelasikan dengan kehidupan
sehari-hari salah satu materi tersebut adalah rekasi redoks.
Hidrolisis merupakan salah satu materi kimia yang erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pada kenyataannya siswa
terkadang mengalami kesulitan dalam memahami materi Hidrolisis
dengan baik. Masalah tersebut timbul akibat banyaknya konsep pada
materi Hidrolisis yang dipelajari siswa hanya sekedar hafalan bukan
dipelajari secara bermakna. Penggunaan model pembelajaran Predict
Observe Explain (POE) berbantuan metode demonstrasi merupakan salah
satu solusi dalam permasalahan tersebut, dimana penggunaan model dan
metode tersebut dapat mengubah pola pikir siswa menjadi lebih aktif dan
lebih mudah memahami konsep dengan adanya proses pengamatan secara
langsung, sehingga membentuk suasana pembelajaran menjadi lebih
menarik untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Beberapa peneliti juga telah membuktikan bahwa dengan model ini
siswa diajak untuk membangun konsepnya atau dituntut untuk lebih aktif
dalam proses belajar dan mengajar dikelas seperti memprediksi,
mengamati, dan menjelaskan secara rinci suatu permasalahan. Kelebihan
model pembelajaran POE ini yaitu : (1) merangsang siswa untuk lebih
kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi, (2) siswa memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara hipotesis dengan kenyataan,
dan (3) proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat mengurangi
verbalisme (Puriyandari et al, 2014). Pembalajaran didalam kelas akan
lebih menarik sehingga pembelajaran kimia dapat dengan mudah diterima
oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai


pengaruh model pembelajaran POE pada materi ikatan kimia. Sehingga
peneliti mengangkat judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT,

OBSERVE, EXPLAIN (POE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS
BERBANTUAN DEMONSTRASI HIDROLISIS SEDERHANA.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh dari penerapan model pembelajaran POE
terhadap hasil belajar siswa?
2. Apakah penerapan model pembelajaran POE dapat diterima oleh
siswa?
3. Apakah model pembelajaran POE dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model pembelajaran POE
terhadap hasil belajar siswa.
2. Untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan model pembelajaran
POE.
4. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui model
pembelajarn POE.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam melakukan proses
pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran
Predict Observe Explain (POE) sehingga dapat merancang suatu
strategi pembelajaran yang tepat dan menjadi lebih efektif.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi
atau acuan dalam mengembangkan penellitian selanjutnya yang
berkaitan dengan model pembelajaran Predict Observe Explain (POE).
5. Kajian Penelitian.
Aprilia Perdana Eka Citra Liputo melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVEEXPLAIN
(POE) BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL
BELAJAR REAKSI OKSIDASI-REDUKSI SISWA KELAS X MIA MAN 2
MATARAM” Hasil penelitiannya adalah bahwa penerapan model
pembelajaan PredictObserve-Explain berbantuan metode demonstrasi
kimia dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
reaksi oksidasi dan reduksi siswa kelas X MAN 2 Mataram tahun ajaran
2016/2017. Secara umum adanya perbedaan kemampuan siswa baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol dimungkinkan karena pada kelas
eksperimen yang menggunkan model pembelajaran Predict Observe
Explain (POE), siswa lebih aktif dan lebih antusias belajar karena adanya
kerja kelompok. Sehingga siswa dapat berdiskusi dan berkomunikasi serta
dapat menerima pendapat orang lain, selain itu mereka dapat memotivasi
siswa untuk belajar dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
6. Landasan Teori
A. Model Pembelajaran POE
1) Pengertian model pembelajaran POE
POE ini sering disebut juga suatu model pembelajaraan dimana
guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta
mereka melaksanakan tiga tugas utama yaitu memprediksi,
mengamati, dan memberikan penjelasan. Model pembelajaran
Predict Observe Explain (POE) merupakan model pembelajaran
yang dimulai dengan penyajian masalah siswa diajak untuk
menduga atau membuat prediksi dari suatu kemungkinan yang
terjadi dengan pola yang sudah ada, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan observasi atau pengamatan terhadap masalah tersebut
untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal
dalam bentuk penjelasan (Indrawati dan Setiawan, 2009:45).
Menurut Sudiadnyani, Sudana, dan Garminah (2013:3) model
POE ini dapat melatih siswa untuk dapat lebih aktif terlebih dahulu
mencari pengetahuan sesuai dengan cara berfikirnya dan
menggunakan sumber-sumber yang dapat memudahkan dalam
pemecahan masalah. Model pembelajaran Predict Observe Explain
(POE) bertujuan untuk mengajarkan siswa untuk belajar mandiri
dalam hal memecahkan suatu permasalahan.
POE pertama kali diperkenalkan oleh White dan Gunstone
pada tahun 1995 dalam bukunya yang berjudul Probing
Understanding. Model pembelajaran POE merupakan langkah
yang efesien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai
konsep ilmu pengetahuan. Strategi ini melibatkan siswa dalam
memprediksi atau menduga suatu fenomena, melakukan observasi,
dan akhirnya menjelaskan hasil observasi serat prediksi mereka
sebelumnya (Restami, Suma, dan Pujani, 2013:3). Model POE
merupakan suatu model pembelajaran yang berlandaskan
konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan suatu pandangan
dalam pembelajaran yang beranggapan bahwa untuk memahami
teori dan memperoleh pengetahuannya siswa harus aktif
membangun pengetahuannya sendiri, guru tidaklah berperan
sebagai pentransfer informasi tetapi sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran yang membantu siswa untuk membangun
pengetahuannya. Siswa memperoleh penegtahuan melalui
ekplorasi dengan inderanya, baik itu dengan melihat, mendengar,
meraba, merasakan, membau, dan lainnya (Muliawati, Ardana, dan
Negara, 2013 :4-5).
Model pembelajaran Predict Observe Explain (POE) menggali
pemahaman konsep IPA siswa melalui tiga langkah utama,
menurut Inderawati dan Setiawan (2009:45) ketiga langkah utama
dalam model pembelajaran POE diuraikan sebagai berikut :
1. Predict (Membuat Prediksi) merupakan suatu proses membuat
dugaan terhadap suatu pristiwa atau fenomena. Siswa
memprediksikan jawabaan dari suatu permasalahan yang
dipaparkan oleh guru, kemudian siswa menuliskan prediksi
tersebut beserta alasannya. Siswa menyusun dugaan awal
berdasrkan pengetahuan awal yang mereka miliki.
2. Observe (Mengamati) merupakan suatu proses siswa
melakukan peengamatan mengenai apa yang terjadi. Siswa
melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak
langsung, siswa mencatat apa yang mereka amati, mengaitkan
prediksi mereka sebelumnya dengan hasil pengamatan yang
mereka peroleh.
3. Explain (Menjelaskan) merupakan suatu proses siswa
memberikan penjelasan mengenai kesesuaian antara dugaan
dengan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan dari tahap
observasi.

Model pembelajaran POE menurut Hakim (dalam Apriliantika,


2012: 9-10) memiliki tiga langkah secara terinci, yang dimulai
dengan guru menyajikan pristiwa sains kepada siswa dan diakhiri
dengan menghadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan
observasi. Adapun ketiga langkah model pembelajaran POE secara
terinci sebagai berikut :
a. Membuat prediksi atau dugaan (P)
1) Guru menyajikan suatu permasalahan atau persoalan,
2) Siswa diminta untuk membuat dugaan (prediksi).
Dalam membuat dugaan siswa diminta untuk berfikir
tentang alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu.
b. Melakukan observasi (O) :
1) Siswa diajak oleh guru melakukan pengamtan berkaitan
dengan permasalahan yang disajikan di awal.
2) Siswa diminta mengamati apa yang terjadi.
3) Lalu siswa menguji apakah dugaan yang merek buat
benar atau salah.
c. Menjelaskan (E)
1) Bila dugaan siswa ternyata terjadi dalam pengamatan,
guru dapat merangkum dan memberi penejelasan untuk
menguatkan hasil pengamatan yang dilakukan.
2) Bila dugaan siswa tidak terjadi dalam pengamatan yang
dilakukan maka guru membantu siswa mencari
mengapa dugaanya tidak benar.
3) Guru dapat membantu siswa untuk mengubah dugaanya
dan membenarkan dugaan yang semula tidak benar.

Sama seperti model pembelajaran yang lain, pembelajaraan POE


juga memiliki kelebihaan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangaan
model POE adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan model pembelajara POE


1) Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khusunya dalam
mengajukan prediksi.
2) Dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya
dapat mengurangi verbalisme.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta
didik tidak tidak hanya mendengarkan tetapi juga mangamati
pristiwa yang terjadi melalui eksperimen.
4) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori
(dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian peserta didik
akan lebih meyakini kebenaraan materi pembelajaran (Yupani,
Garminah dan Mahadewi, 2013:3)
b. Kekurangan model pembelajaran POE
1) Memelukan persiapan lebih matang, terutama berkaitan
penyajian persoalan pembelajaran IPA dan kegiatan
eksperimen yang dilakukaan untuk membuktikan prediksi yang
diajukan peserta didik.
2) Untuk kegiatan eksprimen, memerlukan peralatan, bahan-
bahan dan tempat yang memadai.
3) Untuk melakukaan kegiatan eksperimen, memerlukan
kemampuan dan keterampilan yang khusus bagi guru, sehingga
guru dituntut untuk bekerja secara lebih professional.
4) Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik (Yupani,
Garminah, dan Mahadewi, 2013:3)
7. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis eksperimen murni (True
Experimental Design) yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Menurut Sugiyono (2014), dikatakan true eksperimental design
karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar
yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen. (Sugiyono, 2013). Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu equivalent control
group design posttest only (Tim Putlisjaknov, 2008). Penelitian ini
dilakukan di SMAN 1 Pangkalan Lampam dengan jumlah populasi siswa
kelas X sebanyak 254 orang. Sampel dalam penelitian ini yakni siswa
kelas X MIA 1 (43 siswa) yang merupakan kelas eksperimen dan X MIA
4 (43 siswa) yang merupakan kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik simple random sampling (Sugiyono, 2013), yaitu
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut. Cara demikian
dilakukan jika anggota populasi telah dianggap homogen.
8. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini berdasarkan sifatnya yaitu data
kuantatif. Menurut kontinyusitasnya, data kuantitatif dapat dibagi menjadi
dua yakni diskrit dan koninyu. Data diskrit adalah data yang angka-
angkanya memiliki kemungkinan nilai terbatas antara satu angka dengan
angka yang lain jelas terpisah.
9. Instrumen Pengumpulan Data
. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simple random
sampling (Sugiyono, 2013), yaitu pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi
tersebut. Cara demikian dilakukan jika anggota populasi telah dianggap
homogen.
10. Teknik Analisa Data
11. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu pada bulan
Oktober – April 2019 yang melibatkan dosen ahli sebagai vasilidator, guru
bidang studi dan siswa SMA N 1 Pangkalan Lampam. Berikut rancangan
jadwal penelitian :
No Kegiatan Bulan
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
1. Membuat
Proposal
Penyususnan
Instrumen
2. Penelitian
a. Observasi
b. Malaksana
kan
penelitian
3. Pengambilaan
Data
4. Analisis dan
Interpretasi data
penelitian
5. Penyusunan
Laporan
penelitian

12. Daftar Pustaka


Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Ma’rifatun, D., Martini, K.S. & Utomo, S.B. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran PredictObserve-Explain Menggunakan Metode
Experimen Dan Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Larutan Penyangga Kelas Xi Sma Al Islam I
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Journal Pendidikan Kimia
(JPK). Universitas Sebelas Maret.Vol.3.No.3.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian Kuantitatif, Pendekatan Kuantitatif
dan R & D . Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Statistiks untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai